Anda di halaman 1dari 3

Sebelum ditemukannya rifampisin metode terapi terhadap tuberkulosis paru

adalah dengan sistem jangka panjang (terapi standart) yakni :


INH (H) + streptomosin (S) + PAS atau etambutol (E) tiap hari dengan fase initial
selama 1-3 bulan dan dilanjutkan dengan INH + etambutol atau PAS selama 12-1
bulan.
Setelah ditemukannya rifampisin panduan obat menjadi : INH + rifampisin +
streptomisin atau etambutol setiap hari (fase initial) dan diteruskan dengan INH +
rifampisin atau etambutol (fase lanjut).
Terapi ini selanjutnya berkembang menjadi terapi jangka pendek dimana
diberikan INH + rifampisin + streptomisin atau etambutol atau pirazinamid (Z) setiap
hari sebagai fase initial selama 1-2 bulan dilanjutkan dengan INH + rifampisin atau
etambutol atau streptomisin 2-3 kali seminggu selama 4-7 bulan, sehingga lama
pengobatan keseluruhan menjadi 6-9 bulan.
Dengan pemberian terapi jangka pendek akan didapat beberapa keuntungan seperti :

Waktu pengobatan lebih dipersingkat.

Biaya keseluruhan untuk pengobatan menjadi lebih rendah.

Jumlah penderita yang membangkang menjadi berkurang.

Tenaga pengawas pengobatan menjadi lebih hemat/ efisien.


Oleh karena itu Departemen Kesehatan R.I. dalam rangka/ program

pemberantasan penyakit tuberkulosis paru lebih menganjurkan terapi jangka pendek


dengan panduan obat HRE/ 5 H2R2 (isoniazid + rifampisin + etambutol setiap hari
selama satu bulan, dan dilanjutkan dengan isoniazid + rifampisin 2 kali seminggu
selama 5 bulan), dari pada terapi jangka panjang H 2Z/ 11 H2Z2 (INH + streptomisin +
pirazinamid setiap hari selama satu bulan dan dilanjutkan dengan INH + pirazinamid
2 kali seminggu selama 11 bulan).

Disamping terapi diatas dapat ditambah dengan terapi simptomatis seperti obat
kumur dan obat-obat simptomatik lainnya.(1,6)

2.8 Prognosis
Pasien dengan infeksi kuman mycobacterium tuberkulosa harus mengikuti
petunjuk pengobatan yang benar agar tidak timbul resistensi kuman. Prognosis
biasanya baik dengan pengobatan yang terkontrol. Penderita tuberkulosis yang telah
dinyatakan sembuh tetap dievaluasi minimal 2 tahun setelah sembuh untuk
mengetahui adanya kekambuhan. Evaluasi yang baik mencakup :

1.

Sputum BTA mikroskopik 3, 6, 12 dan 24 bulan setelah dinyatakan sembuh.

2.

Evaluasi foto toraks 6, 12 dan 24 bulan setelah dinyatakan sembuh.(5)

Anda mungkin juga menyukai