Anda di halaman 1dari 21

ANALISA YURIDIS TENTANG

PEREDARAN JAMU CAP AKAR DEWA DI KOTA


SAMARINDA YANG MENGANDUNG BAHAN KIMIA OBAT
(MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN)

NASKAH PUBLIKASI

DIAJUKAN OLEH :
Jauhar Latifah Iip
06.55291.00917.11

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2013

NASKAH PUBLIKASI

ANALISA YURIDIS TENTANG


PEREDARAN JAMU CAP AKAR DEWA DI KOTA
SAMARINDA YANG MENGANDUNG BAHAN KIMIA OBAT
(MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN)
Diajukan untuk dipublikasikan pada jurnal ilmiah
Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

Disusun Oleh :
Jauhar Latifah Iip
06.55291.00917.11

Disetujui oleh :
PEMBIMBING Utama,

PEMBIMBING Pendamping,

Ivan Zairani Lisi, S.H., S.Sos., M.Hum


NIP. 19750123 200312 1 002

Safarni Husain, S.H., M.Kn


NIP. 19790120 200912 2 004

PERNYATAAN DOSEN PEMBIMBING UTAMA

Dengan ini saya selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi mahasiswa berikut :
Nama

: Jauhar Latifah Iip

NIM

: 06.55291.00917

Judul Skripsi : Analisa Yuridis Tentang Peredaran Jamu Cap Akar Dewa Di
Kota Samarinda Yang mengandung Bahan Kimia Obat (Menurut
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan)
Setuju Naskah Publikasi Skripsi yang disusun oleh mahasiswa bersangkutan
dipublikasikan dengan/tanpa*) mencantumkan nama Pembimbing Utama sebagai
penulis pendamping.
Demikian untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Samarinda, 7 Juni 2013


Pembimbing Utama

Ivan Zairani Lisi, S.H., S.Sos., M.Hum


NIP. 19750123 200312 1 002

*)

Coret yang tidak perlu

PERNYATAAN DOSEN PEMBIMBING PENDAMPING

Dengan ini saya selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi mahasiswa berikut :
Nama

: Jauhar Latifah Iip

NIM

: 06.55291.00917

Judul Skripsi : Analisa Yuridis Tentang Peredaran Jamu Cap Akar Dewa Di
Kota Samarinda Yang mengandung Bahan Kimia Obat (Menurut
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan)
Setuju Naskah Publikasi Skripsi yang disusun oleh mahasiswa bersangkutan
dipublikasikan dengan/tanpa*) mencantumkan nama Pembimbing Utama sebagai
penulis pendamping.
Demikian untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Samarinda, 7 Juni 2013


Pembimbing Pendamping

Safarni Husain, S.H., M.Kn


NIP. 19790120 200912 2 004

*)

Coret yang tidak perlu

Analisa Yuridis Tentang


Peredaran Jamu Cap Akar Dewa Di Kota Samarinda
Yang Mengandung Bahan Kimia Obat
(Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009)

Jauhar Latifah Iip


Jauhar dedy@yahoo.co.id
Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Abstrak
Ada dua permasalahan dalam skripsi ini yaitu bagaimana pengawasan yang
dilakukan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Samarinda
terhadap peredaran Jamu Cap Akar Dewa yang mengandung Bahan Kimia Obat
di Kota Samarinda dan Apa upaya hukum yang dilakukan oleh Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Samarinda terhadap peredaran Jamu Cap
Akar Dewa di Kota Samarinda.
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui pengawasan
yang dilakukan Oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM)
Samarinda terhadap peredaran Jamu Cap Akar Dewa yang mengandung Bahan
Kimia Obat di Kota Samarinda dan untuk mengetahui upaya hukum yang
dilakukan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Samarinda
terhadap pelanggaran atas peredaran Jamu Cap Akar Dewa yang mengandung
Bahan Kimia Obat di Kota Samarinda.
Jenis penelitian dalam penelitian skripsi ini adalah yuridis empiris dengan
menggunakan pendekatan yuridis empiris yaitu dengan cara study langsung
kelapangan guna menggumpulkan data, mengelolah dan menganalisis data
hukum yang berhubungan dengan pengawasan terhadap peredaran Jamu Cap
Akar Dewa yang mengandung Bahan Kimia Obat. Dari hasil penelitian masih
ditemukan Jamu Cap Akar Dewa yang diperdagangan kepada masyarakat.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa masih ada pedangang yang menjual
Jamu Cap Akar Dewa yang mengandung Bahan Kimia Obat di Kota Samarinda,
sehingga pengawasan yang dilakukan Balai Besar Pengawasa Obat dan Makanan
terhadap peredaran Jamu Cap Akar Dewa di Kota Samarinda masih belum
maksimal terbukti masih ditemuka dijaul di Pasar-Pasar Tradisional. Agar diwaktu
yang akan datang tidak menimbulkan permasalan dalam kesehatan sebaiknya
Balai Besar Pegawas Obat dan Makanan lebih sering melakukan pengawasan dan
pembinaan khususnya dalam peredaran Obat Tradisional/Jamu Cap Akar Dewa
yang mengandung Bahan Kimia Obat
Kata kunci: Pengawasan, Jamu/Obat Tradisional, BBPOM

Judicial Formality analysis About Fete


circulation Stamps Deity Root At Samarinda's City That Contain
Salving Chemical Material
(Number statutory 36 Years 2009 About health)

Jauhar Latifah Iip


Jauhar dedy@yahoo.co.id
Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Abstract
There is two permasalan in this paper which is how observation that did by
Hall Outgrows Doctor and Food Supervisor (BBPOM) Samarinda to Stamps Tonic
circulation Deity Root one contain Salving Chemical Material at Samarinda's
City and Whats effort sentence that did by Hall Outgrows Doctor and Food
Supervisor (BBPOM) Samarinda to Stamps Tonic circulation Deity Root at
Samarinda's City.
To the effect of inscriptive this paper is subject to be know observation that
did By Hall Outgrows Doctor and Food Supervisor (BBPOM) Samarinda to Stamps
Tonic circulation Deity Root one contain Salving Chemical Material at
Samarinda's City and to know law effort that did by Hall Outgrows Doctor and
Food Supervisor (BBPOM) Samarinda to breach of Fete circulation Stamps Deity
Root one contain Salving Chemical Material at Samarinda's City.
Observational type in observational this paper is empirical judicial formality
by use of empirical judicial formality approaching which is by study leisure direct
utilised menggumpulkan data, mengelolah and menganalisis is data sentences
that in reference to observation to Stamps Tonic circulation Deity Root one
contain Salving Chemical Material. Of research result is still to be found Stamp
Fete Deity Root one at trade to society.
Of research result is gotten that extant pedangang who sells To Entertain
Stamp Deity Root one contains Salving Chemical Material at Samarinda's City,
so observation that done by Pengawasa's Big Hall Doctor and Food to Stamps
Tonic circulation Deity Root at Samarinda's City stills haven't merata because
still is sold at Traditional Markets. That at next time doesn't evoke permasalan in
Halls advisable health Outgrow Pegawas Doctor and a more regular Food do
observation and construction in particular in Traditional Salving circulation / Tonic
Stamp Deity Root one contains Salving Chemical Material.
Key word: Observation, Fete / Traditional Doctor, BBPOM

Pendahuluan

Kesehatan merupakan hal terpenting yang diperlukan oleh tubuh


manusia. Menurut Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan
yang (selanjutnya disebut Undang-Undang Kesehatan), dalam pasal 1
ayat (1) menyebutkan bahwa, pengertian kesehatan adalah keadaan
sehat,

baik

secara

fisik,

mental,

spiritual

maupun

sosial

yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan


ekonomis,
Salah satu komponen kesehatan adalah tersedianya obat ataupun
obat tradisional. Hal ini disebabkan karena obat ataupun obat tradisional
dapat

digunakan untuk

memulihkan atau

memelihara kesehatan.

Pengertian obat tradisional menurut Undang-Undang Kesehatan pasal 1


ayat (9) menyebutkan bahwa: Obat Tradisional adalah bahan atau
ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turun temurun telah di gunakan untuk pengobatan, dan
dapat di terapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Khasiat alamiah dan kemurnian obat-obatan tradisional seringkali
dinodai oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab terutama
produsen obat tradisional yang hanya mencari keuntungan finansial saja
tanpa memperhatikan kemurnian dan resiko dari kandungan obat
tradisional. Produsen sengaja mencampur obat tradisional dengan bahan
kimia obat seperti dexametason, fenilbutason, parasetamol, metampiron,

sildenafil sitrat, tadalafil, piroksikam, mereka beranggapan dengan


ditambahkan bahan kimia obat akan menimbulkan efek yang lebih
manjur, padahal dengan penambahan bahan kimia obat dalam obat
tradisional dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan, bahkan dapat
berakibat kematian.1
Dimana menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan
Makanan (BPOM) Republik Indonesia Nomor. HK.00.05.41.1384 Tahun
2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional,
Obat Herbal Terstandar, Fitofarmaka pada Bab IX Pasal 34 menyebutkan:
Obat

Tradisional,

Obat

Herbal

Terstandar,

Fitofarmaka

dilarang

mengandung bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat, dan
narkotika atau psikotropika. Berdasarkan observasi lapangan

yang

penulis lakukan, sampai saat ini Jamu cap Akar Dewa masih beredar di
Kota Samarinda khususnya di Pasar Tradisional Ijabah, Pasar Pagi, Pasar
Merdeka, Pasar Sungai Dama, sehingga masih banyak masyarakat yang
mengkonsumsi produk ini. Oleh karena itu di perlukan pegawasan dalam
hal ini lembaga yang berwenang melakukan pengawasan adalah Balai
Besar Obat dan Makanan. Berdasarkan uraian yang telah penulis
kemukakan pada latar belakang masalah, maka dalam hal ini yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Bagaimana upaya pengawasan yang dilakukan oleh Balai Besar
Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Samarinda terhadap peredaran

Merry Wahyuningsih, 2012, Wasapada Obat Tradisional Dioplos Bahan Kimia,


http://absoluterevo.wordprees.com/2012/09/18/waspada-obat-tradisional.html,
diakses
tanggal 4 Maret Pukul 11.00 Wita

Jamu cap Akar Dewa yang mengandung Bahan Kimia Obat di Kota
Samarinda? 2. Apa upaya hukum yang dilakukan oleh Balai Besar
Pengawasan Obat Dan Makanan (BBPOM) Samarinda terhadap Peredaran
Jamu cap Akar Dewa yang mengandung Bahan Kimia Obat di Kota
Samarinda?
Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengawasan
yang di lakukan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM)
Samarinda terhadap peredaran Jamu Cap Akar Dewa yang mengandung
Bahan Kimia Obat di Kota Samarinda. Serta upaya hukum yang dilakukan
oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Samarinda
terhadap pelanggaran atas peredaran Jamu

Cap Akar Dewa yang

mengandung Bahan Kimia Obat di Kota Samarinda.


Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis empiris, Penelitian
hukum empiris adalah jenis penelitian hukum yang mengkaji hukum yang
dikonsepkan sebagai perilaku nyata (actual behavior), sebagai gejala
sosial yang sifatnya tidak tertulis, yang dialami setiap orang dalam
hubungan hidup bermasyarakat .2 Penelitian ini dilakukan di Balai Besar
Pengawas Obat dan makanan (BBPOM) Di Samarinda, Toko atau Tempat
Penjualan. Subjek penelitian ini adalah pedagang jamu cap akar dewa,
teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sample disebut
sampel tujuan, artinya memilih sampel berdasarkan penilaian tertentu

2
Abdul Kadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung , Halaman 52.

karena unsur-unsur, atau unit-unit yang dipilih dianggap mewakili


populasi.3

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik


pengamatan tidak terlibat. Metode analisis data yang digunakan dalam
penulisan ini adalah Deskriptif-Kualitatif. Maksudnya data yang diperoleh
disajikan secara deskriptif dalam bentuk kalimat yang benar, lengkap,
sistematis, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang beragam, dan
kemudian disajikan sebagai dasar dalam menarik kesimpulan.

Ibid., Halaman 159

Pembahasan
Kemajuan teknologi telah membawa perubahan yang cepat dan
signifikan pada industri makanan dan obat terutama obat tradisional.
Seiring dengan perubahan gaya hidup yang terjadi dalam keseharian
masyarakat berdampak pula pada kesehatan, sehingga kebutuhan
masyarakat

akan obat tradisional untuk menjaga kesehatan semakin

meningkat, sedangkan pengetahuan masyarakat tentang pengunaan obat


tradisional yang aman masih kurang sehinga akan merugikan masyarkat
sebagai konsumen.
Untuk itu Kota Samarinda harus memiliki sistem pengawasan obat
dan makanan yang efektif dan efesien yang mampu memberikan
informasi dan pemantauan untuk melindungi konsumennya. Untuk itu
telah dibentuk Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) yang
memiliki jaringan luas di Kalimantan Timur mencakup Kota Samarinda,
serta berkewenangan untuk turut melakukan penegakan hukum yang
memilki kredibilitas dan propesional Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan Kota Samarinda didirikan pada tahun 1978 dengan nama Badan
Pemeriksa Obat dan Makanan, pada tanggal 01 Januari Tahun 2001
berubah nama dengan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan, dan
berdasarkan Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 terakhir diubah
Keputusan Presiden N0. 9 Tahun 2004, dan Keputusan Kepala BPOM RI
Nomor HK.00.05.21.4232 Tahun 2004, pada tanggal 27 September 2005
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan mengalami perubahan yang

meningkat status keberadaannya menjadi Balai Besar Pengawas Obat dan


Makanan di Samarinda.
Pentingnya akan kesehatan banyak cara dilakukan oleh masyarakat
untuk menjaga kesehatan kesehatan mereka. Dimana untuk menjaga
kesehatan

masyarakat

mereka

menggunakan

obat

ataupun

obat

tradisional untuk meringankan dan atau menghilangkan rasa sakit. Obat


tradisional yang dikonsumsi masyarakat sehari-hari tidak hanya berasal
dari olahan sendiri tetapi banyak dari olahan produsen untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Maka dari itu di perlukan pengawasan dimana pada Pasal 182 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang
berbunyi : Menteri melakukan pengawasan terhadap masyarakat dan
setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumberdaya di
bidang kesehatan dan upaya kesehatan, yang dimaksud dalam pasal ini
adalah Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan dimana

berdasarkan

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 tahun 2001 pasal 67


menyebutkan: Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan mempunyai
tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan
makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, sesuai dengan visinya obat dan makanan terjamin aman,
bermutu, dan berkhasiat dan pengawasan yang dilakukan oleh Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan tujuanya adalah memberikan
perlindungan pada konsumen/masyarakat sesuai dengan misinya yaitu

melindungi masyarakat dari obat dan makanan yang beresiko terhadap


kesehatan.
Berdasarkan

hasil

pengawasan

yang

dilakukan

oleh

Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, sampling dan


pengujian laboratorium tahun 2012, Badan Pengawas Obat dan makanan
(BPOM) telah di perintahkan untuk menarik peredaran 29 produk obat
tradisional yang mengandung Bahan Kimia Obat, dimana salah satunya
adalah produk Obat Tradisional/jamu cap akar dewa yang mengandung
bahan

kimia

obat

Warning/Peringatan

(piroksikam),
Nomor

Sebagai

terlampir

HM.03.05.1.43.09.12.6081

pada

public

Tanggal

19

September 2012 Tentang Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia


Obat.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Ibu Yanti Wijaya,
selaku Kepala Seksi Layanan Informasi Konsumen, kegiatan pengawasan
yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan terkait
dengan peredaran jamu cap akar dewa meliputi pemeriksaan tempat
seperti

sarana

distribusi,

pengambilan

sampel,

uji

laboratorium,

melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi.4


Dimana pada tahun 2012 Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
di Samarinda melakukan Post Market Surveilans dengan melaksanakan
sampling atas Obat Tradisional yang beredar pada tahun 2012 sebanyak
634 sampel dan dilakukan pengujian laboratorium. Dari hasil pengujian
ditemukan sebanyak 4,8% sampel Obat Tradisional mengandung Bahan

Berdasarkan Hasil Wawancara Pada Tanggal 24 april, Pukul 14.00 WITA

Kimia Obat yang 0,3% adalah Jamu Cap Akar Dewa yang positif
mengandung Bahan Kimia Obat piroksikam.5
Berdasarkan hasil wawacara dengan Ibu Yanti Wijaya, selaku
Kepala Seksi Layanan Informasi Konsumen, diperoleh informasi bahwa
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Melakukan pengawasan sesuai
dengan jadwal yang ditentukan yaitu dilakukan pada setiap bulan secara
rutin. Pengawasan yang dilakukan Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan yaitu seluruh wilayah Kalimantan Timur. Khususnya untuk
pengawasan terhadap obat tradisional/ jamu cap akar dewa yang
mengandung bahan kimia obat di daerah kota Samarinda, Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan melakukan pengawasan disarana-sarana
distribusi/penjualan seperti di Toko-toko Obat dan di Pasar-pasar
Tradisional. Dalam pelaksanan upaya pengawasan, Balai Besar Pengawas
Obat dan Makanan melakukan pemeriksaan secara langsung kepada
pemilik toko yang menjual produk jamu cap akar dewa yang
mengandung bahan kimia obat, serta Balai Besar pengawas Obat dan
Makanan memberikan informasi berupa Public Warning kepada penjual
yang isinya berupa daftar obat tradisional yang mengandung bahan kimia
obat, jika dalam pemerisaksaan terdapat pelanggaran maka obat
tradisional yang mengandung bahan kimia tersebut akan ditarik dari
peredaran. kendala-kendala yang dihadapi oleh Balai Besar Pengawas
Obat dan Makanan dalam melakukan pengawasan terhadap peredaran
jamu cap Akar Dewa yang mengandung bahan kimia obat diantaranya,
5

Hasil Uji Laboratorium yang dilakuan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
samarinda, Pada Tahun 2012

adalah sebagai berikut : 1. Keterbatasan jumlah Sumber Daya Manusia


dengan kompetensi Pengawas dan penyidik. 2.Keterbatasan jumlah staf
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) secara Menyeluruh
sehingga pengujian banyak diperbantukan di bidang lain sehingga
mengurangi waktu kerja sampel. 3. Tindak lanjut instansi terkait terhadap
temuan hasil pemeriksaan masih belum optimal. 4. Masih rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang obat tradisional yang beresiko terhadap
kesehatan. Menurut Soerjono Soekanto, efektivitas penegakan hukum
ditentukan oleh lima faktor, dimana lima faktor itu tidak berdiri sendiri,
melainkan satu kesatuan yang harus sejalan dalam pelaksaannya. Apabila
seluruh faktor berjalan dengan baik, maka proses penegakan hukum akan
efektif, namun sebaliknya jika tidak ada satu keserasian antara faktor
dengan faktor yang lain maka proses penegakan hukum menjadi tidak
efektif. Faktor-faktor efektivitas penegakan hukum adalah: 1. Faktor
hukumnya sendiri 2. Faktor Hukum 3. Faktor sarana atau fasilitas yang
mendukung

penegakan

hukum.

4.

Faktor

masyarakat

5.

Faktor

Kebudayaan.
Dalam hal peredaran jamu cap akar dewa yang mengandung
bahan kimia obat, upaya hukum yang dilakukan Balai Besar Pengawas
Obat

dan Makanan berupa

sanksi

adminisratif

yaitu

pada

saat

pengawasan dilakukan ditemukan jamu cap akar dewa di sarana-sarana


penjualan akan dilakukan peringatan tertulis dan pembinaan pemusnahan
terhadap jamu cap akar dewa yang mengandung bahan kimia obat
tersebut kemudian penjual jamu cap akar dewa harus menandatangani

berita acara yang disaksikan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan dan pihak penjual tersebut dan penjual harus menbuat surat
pernyataan yang isinya tidak akan menjual atau mengedarkan jamu cap
akar dewa yang mengandung bahan kimia obat yang disertai dengan
materai Rp.6000;-. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan akan
mencabut izin usaha bagi produsen yang menjual jamu cap akar dewa
yang mengandung bahan kimia obat.
Selain sanksi adminisratif pelaku usaha juga dapat dikenakan sanksi
pidana, terkait dengan peredaran obat tradisional/jamu cap akar dewa
yang mengandung bahan kimia obat, dimana pada Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, obat tradisional termasuk
dalam sediaan farmasi seperti yang diatur pada pasal 1 ayat (4) yang
berbunyi: Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetik. Kemudian dalam pasal 105 ayat (2) mengatur bahwa:
Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional dan kosmetik serta alat
kesehatan

harus

memenuhi

standar

dan/atau

persyaratan

yang

ditentukan.
Sehigga pelaku usaha dapat dikenakan sanksi pidana pasal 196
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang berbunyi
: setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan
sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar
kesehatan dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan,
dan mutu sebagaimana dimaksud dalam pasal 98 ayat (2) dan ayat (3)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan


denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Dalam upaya hukum pemberantasan peredaran produk obat dan
makanan yang tidak memenuhi ketentuan dilakukan penyelidikan dan
penyidikan diantaranya Operasi Gabungan Daerah dan Operasi Gabungan
Nasional bersama dengan lintas sektor terkait yaitu Dinas Kesehatan,
Disperindagkop, Satpol PP dan POLRI.

Penutup
Dari yang telah diuraikan sebelumnya pada pembahasan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Upaya pengawasan yang
dilakukan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Samarinda
terhadap peredaran jamu cap akar dewa di Kota Samarinda masih
belum efektif, karena menurut soerjono Soekanto efektivitas penegakan
hukum ditentukan oleh lima faktor kelima faktor itu tidak berdiri sendiri,
melainkan satu kesatuan yang harus sejalan pada pelaksanaanya. Apabila
seluruh faktor terintegrasi dengan baik, maka proses penegakan hukum
akan efektif. faktor-faktor tersebut; faktor hukumnya sendiri, faktor
penegakan hukum, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung
penegakan hukum, faktor masyarakat, faktor kebudayaan. Dalam hal
peredaran jamu cap Akar Dewa masih ditemukan pedagang yang
menjual jamu cap Akar Dewa di Kota Samarinda, karena adanya
berbagai kendala seperti dari segi penegak hukum yaitu keterbatasan
jumlah sumber daya manusia dengan kompetensi pengawas dan
penyidik, keterbatasan jumlah staf Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan (BBPOM) secara menyeluruh sehingga penguji diperbantukan di
bidang lain sehingga mengurangi waktu kerja sampel. Dari segi
Masyarakat yaitu Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang obat
tradisional yang beresiko terhadap kesehatan. 2. Upaya hukum yang
dilakukan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Samarinda
terhadap peredaran jamu cap akar dewa di Kota Samarinda berupa
sanksi adminisratif,yaitu dengan peringatan tertulis dan pembinaan

pemusnahan produk

jamu cap akar dewa jika ditemukan di sarana-

sarana penjualan, bagi pelaku usaha/perodusen akan dicabut izin


edarnya. Selain sanksi adminisratif pelaku usaha juga dapat dikenakan
sanksi pidana pasal 197 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan kesehatan yang berbunyi : setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan
yang

tidak

memenuhi

standar

kesehatan

dan/atau

persyaratan

keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud


dalam pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara
paling

lama

10

(sepuluh)

tahun

dan

denda

paling

banyak

Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Dan jika dilapangan ditemukan


pelaku

usaha

yang

masih

memproduksi

obat

tradisional

yang

mengandung bahan kimia obat padahal izin edar telah dicabut maka
pelaku usaha dikenakan Pasal 197 Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan yang berbunyi: Setiap orang yang sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan
yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam pasal 106
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling banyak Rp1.5000.000.000,00 (satu milyar lima
ratus juta rupiah).
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan saran
sebagai berikut:1 Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan selaku
instansi yang memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan
diharapkan ke depannya lebih meningkatkan intensitas pengawasan

maksudnya pengawasan yang dilakukan diharapkan dilakukan sebulan 2


kali bukan sebulan sekali, sehingga penjualan dan peredaran Obat
Tradisional/jamu cap Akar Dewa yang mengandung Bahan Kimia Obat
di Kota Samarinda tidak beredar

lagi. 2. Upaya hukum yang dapat

dilakukan terhadap peredaran jamu cap Akar Dewa yang mengandung


bahan kimia obat adalah pemberian sanksi

yang tegas oleh penegak

hukum seperti polisi dan/atau hakim sesuai dengan Undang-Undang No.


36 Tahun 2009 tentang kesehatan, sehingga dapat menimbulkan efek
jera bagi produsen yang mengedarkan jamu cap akar dewa yang
mengandung Bahan Kimia Obat, agar dimasa mendatang tidak ada lagi
produsen obat tradisioanl yang mencampur obat tradisionalnya dengan
bahan kimia obat.

Daftar Pustaka
Abdussalam, R, 1997, Penegakan Hukum di Lapangan Oleh Polri, Gagas Mitra
Catur Gemilang, Jakarta.
Johan Nasution, Bahder, 2008, Metode Penelitian Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung.
Muhammad, Abdul Kadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Nasution, Az, 2002, Hukum Perlindungan Konsumen; Suatu Pengantar, Diadit
Media, Jakarta.
Poerwadarminta, 2006, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta.
Siagian P, Sondang, 2007, Fungsi-Fungsi Manajerial, PT. Bumi Aksara,
Jakarta.
Sidabalok, Janus, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Republik Indonesia, Undang-Undang
Perlindungan Konsumen.

Nomor

Tahun

1999

Tentang

Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan


Nomor HK.00.05.41.1384 Tahun 2005 Tentang Kriteria Dan Tata
Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar Dan
Fitofarmaka.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan, 2012,Bahaya Obat Tradisional Yang

Mengandung Bahan Kimia Obat.


Merry Wahyuningsi, 2012, Waspada Obat Tradisional Dioplos Bahan Kimia,
http://absoluterevo.wordprees.com/2012/09/18/waspada-obattradisional.html

Anda mungkin juga menyukai