Anda di halaman 1dari 45

embelajaran Orang Dewasa

Diposkan oleh Artikel Gratis , Jumat, 28 Mei 2010 di 17.57

Bagi para pengelola, maupun penyelenggara bisnis jasa pembelajaran, khususnya yang
memiliki pasar para orang dewasa seperti para pegawai / karyawan suatu institusi atau
organisasi resmi, tentunya para pengelola maupun para penyelenggara bisnis jasa
pembelajaran tersebut seyogyanya mengetahui dan memahami apa sesungguhnya yang
diinginkan dan dibutuhkan oleh mereka para pembelajar dewasa didalam proses
pembelajarannya.
Dengan mengetahui dan memahami ikhwal apa saja yang diinginkan dan dibutuhkan oleh
mereka (pembelajar dewasa), hal ini diharapkan akan memberikan sedikit masukkan dan
dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para pengelola dan penyelenggara jasa
pembelajaran dalam upayanya menghasilkan jasa pembelajaran terbaik dan menjadi
pusat pembelajaran terbaik melalui perbaikan proses dan perbaikan mutu secara
berkelanjutan. Semoga!
Pada uraian berikut, akan dibahas beberapa hal mendasar yang berlaku pada
pembelajaran orang dewasa, serta hal-hal lainnya sebagai pelengkap dalam pembelajaran
orang dewasa. Semoga bermanfaat!

1 Apa yang dimaksud dengan Pembelajaran Orang Dewasa?

Pembelajaran Orang Dewasa biasa disebut dengan istilah Andragogy. Kata Andragogy
berasal dari bahasa Junani aner atau andr yang berarti orang (bukan anak-anak)
dan agogus berarti mengarahkan diri. Dengan demikian, Pembelajaran Orang Dewasa
adalah suatu bentuk pembelajaran yang melahirkan lulusan (orang dewasa) sebagai
sasaran pembelajaran yang dapat mengarahkan diri sendiri dan menjadi guru untuk
dirinya sendiri.
1 Perbedaan antara Pembelajaran Orang Dewasa dengan Anak-anak
Dalam pembelajaran anak-anak (Paedagogy), penekanannya terletak pada bentuk asimilasi,
identifikasi dan peniruan, dimana pada implementasi proses pembelajarannya, diberikan
dasar-dasar pengetahuan, pembentukan sikap mental dan moral. Sedangkan pada
pembelajaran orang dewasa (Andragogy), lebihmenekankan pada peningkatan kehidupan
mereka, pemberian keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan
yang mereka alami dalam hidup mereka dan dalam masyarakat.
Dengan melihat bentuk penekanan pada proses pembelajarannya, maka dengan mudah dapat
dibedakan antara pembelajaran yang berlaku bagi anak-anak dan yang berlaku pada orang
dewasa.
2 Beberapa Hal Penting pada Pembelajaran Orang dewasa
Seperti telah diuraikan di atas, bahwa pembelajaran orang dewasa berbeda dengan
pembelajaran pada anak-anak, hal tersebut memberikan implikasi yang penting pada proses
belajar mengajar pada orang dewasa (Andragogy) yang membedakannya dengan

pembelajaran pada anak-anak. Berikut, beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada
pembelajaran orang dewasa:
a. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Pembelajaran Orang Dewasa:
Faktor Kebebasan
Kebebasan, adalah merupakan salah satu ciri pada orang dewasa. Dalam melakukan
aktivitas belajarnya, orang dewasa cenderung menentukan apa yang ingin
dipelajarinya serta membandingkan informasi yang baru diterimanya dengan
pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya. Selain itu, orang dewasa lebih
menyukai hal-hal yang praktis dan yang mengarah pada pemecahan masalah, orang
dewasa tidak terlalu menyukai hal-hal yang bersifat terlalu teoritis yang
bersifat Tacit Knowledge semata (pengetahuan yang berada di kepala masingmasing individu), namun yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana caranya
mengimpementasikan pengetahuan yang baru mereka terima, pada kehidupan nyata
merekasehari-hari. Untuk hal tersebut, pendekatan pembelajarannya harus
diarahkan pada studi kasus dan pemecahan masalah, serta mereka diberi
kebebasan untuk membuat Opinion Paper atas pemecahan masalah dari suatu
kasus.
Faktor Tanggung Jawab
Faktor tanggung jawab, adalah yang membedakan sifat antara orang dewasa dengan
sifat anak-anak. Orang dewasa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.
Dengan sifat tanggung jawabnya itu, orang dewasa dalam proses pembelajarannya
menganggap dirinya sejajar dengan gurunya, karena mereka menganggap bahwa
antara dirinya dengan gurunya sama-sama merupakan orang dewasa, yang
membedakannya hanyalah bahwa guru telah memiliki pengetahuan / keterampilan
tertentu yang belum dimiliki oleh dirinya (pembelajar dewasa). Karena
kesejajarannya itu, pembelajar dewasa cenderung ingin diperlakukan sebagai
seseorang yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya, mereka lebih senang
dianggap sebagai sahabat yang mengerti terhadap atas apa yang mereka lakukan.
Sebagai sahabat, pembelajar dewasa membutuhkan guru sebagai tempat bertanya
dikala mereka mengalami masalah dalam melakukan kegiatannya. Dengan
demikian, tukar pendapat, diskusi, tanya jawab serta tugas-tugas penelitian kecil
dari apa yang mereka pelajari dalam proses pembelajarannya, adalah suatu bentuk
pendekatan yang cukup baik bagi mereka.
Faktor Pengambilan Keputusan sendiri
Pembelajar dewasa mampu mengambil keputusan sendiri. Sebagai orang dewasa,
mereka tidak mau digurui, dipaksa untuk menerima kebenaran-kebenaran dari luar,
karena mereka menganggap dapat memutuskan tentang apa yang akan mereka
pelajari, tentang apa yang akan mereka ambil manfaatnya dari apa yang mereka
dapatkan dalam proses pembelajaran, serta mereka menganggap dirinya mampu
menilai baik buruknya sesuatu yang akan dan sedang mereka pelajari Mengapa
demikian?Karena mereka menganggap bahwa hanya dirinyalah yang lebih
mengetahui hal-hal yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya dalam kehidupannya
sehari-hari. Dalam hal ini, seorang guru harus melengkapi (bukan mengganti)
kemampuan dirinya sebagai seseorang yang berperan sebagai fasilitatordan
harus memainkan peran dimaksud pada pembelajaran orang dewasa. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan cara lebih mengutamakan pada pemberian informasi

yang relevan dan netral, membantu para pembelajar dalam mengambil keputusan
dan menyeleksi informasi yang diterima, terutama dalam hal-hal baru.
Faktor Pengarahan Diri sendiri
Pembelajar dewasa, sebagai orang dewasa, mereka menganggap dirinya dapat
mengarahkan diri sendiri, mereka juga memiliki pandangan hidup sendiri (way of
life) dalam berinisiatif dan dalam berkreasi pada proses pembelajarannya yang
disesuaikan dengan pandangan yang dimilikinya, serta mereka memiliki tingkat
interaktivitas yang tinggi antar sesama pembelajar. Namun demikin, bukan berarti
mereka harus dilepas begitu saja, peran seorang guru dalam hal ini, setelah
memahami latar belakang pendidikan / kerja, usia serta keinginan-keinginan
mereka, seorang guru dituntut untuk mampu menyesuaikan program
pembelajarannya dan harus jeli dalam memilih metode atau model pembelajaran
yang cocok bagi mereka (pembelajar), dalam hal ini, seorang guru misalnya dapat
menerapkan model diskusi kelompok atau studi kasus untuk dapat mengakomodasi
tingkat interaktivitas antar sesama pembelajar serta faktor pengarahan diri dalam
kelompok dimaksud.
Faktor Psikologis
Tidak jarang, faktor psikologis para pembelajar kurang terperhatikan. Hal tersebut
dimungkinkan oleh karena ada anggapan bahwa seorang guru, tetaplah seorang
guru yang bertugas menyampaikan ilmu, bukan psikolog ataupun psikiater yang
harus bersusah payah untuk mengurusi masalah kejiwaan para pembelajar.
Tentunya, bukan itu yang dimaksud. Yang harus diperhatikan oleh seorang guru
adalah, guru harus dapat meyakinkan para pembelajar bahwa mereka diterima dan
diperlakukan sebagai orang dewasa yang memiliki kebebasan untuk berekspresi dan
berkreasi dan dihargai sebagai seorang sahabat, selain itu, empati seorang guru
sangat diperlukan oleh pembelajar, karena walau bagaimanapun, mereka
mengharapkan seorang guru untuk memahami tentang apa yang diinginkan,
dibutuhkan, diharapkan serta apa yang dirasakan oleh mereka. Asas humanistik
sangat penting dalam hal ini.
Faktor Fisik
Dibandingkan dengan anak-anak, para pembelajar dewasa memerlukan situasi
belajar yang lebih bebas. Perhatian pada detail fisik ruang kelas, penataan kelas
serta media yang digunakan adalah mutlak, untuk hal tersebut, tempat dan semua
perlengkapan harus diatur agar:
Dapat memberikan kenyamanan baik untuk guru maupun bagi para pembelajar.
Bersifat menyenangkan
Bersuasana santai (tidak terlalu formal), bentuk penataan kelas klasikal adalah
kurang tepat, gunakanlah formasi bentuk U misalnya, hal tersebut untuk
membuat suasana lebih santai.
Memiliki sirkulasi udara yang baik, pengaturan perputaran udara yang tidak baik,
selain akan mengganggu konsentrasi belajar, kenyamanan, juga akan berakibat
kepada terganggunya kesehatan guru maupun para pembelajar.
Memiliki tata letak alat dan media pembelajaran yang tepat.
Selain beberapa hal di atas, yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah
kondisi fisik dari para pembelajar. Jumlah ideal pembelajar di dalam suatu kelas

antara 15 20 orang, hal tersebut untuk memungkinkan terjadinya dialog yang


efektif antara sesama pembelajar maupun antara pembelajar dengan gurunya.
Faktor Motivasi
Menurut Houle, C dalam The Inquiring Mind, 1961., bahwa motivasi orang
dewasa untuk mengikuti pembelajaran adalah berbeda-beda, hal tersebut dibagi ke
dalam tiga kelompok sebagai berikut:
Goal Oriented;
adalah kelompok orang yang berorientasi pada penerapan dan pemanfaatan
pelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya untuk
promosi atau kenaikan pangkat.
Social Oriented;
adalah mereka yang lebih mementingkan pada interaksi antar sesama
pembelajar. Bagi mereka, proses belajar, adalah merupakan tujuan belajarnya.
Learning Oriented;
adalah mereka yang berorientasi pada mempelajari ilmu itu sendiri, karena
mereka pada dasarnya senang belajar.
Dengan mengetahui motivasi ke tiga jenis kelompok orang dewasa dalam
melakukan proses pembelajarannya, diharapkan, seorang guru dapat mengarahkan
proses belajar mengajarnya dengan tepat.
b. Sumber Pembelajaran Orang Dewasa
Selain faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran orang dewasa di atas, untuk
mencapai hasil belajar yang optimal, orang dewasa belajar dari berbagai sumber.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Penland, P. R. dalamSelf-Directed Adult
Learning: Implications for the Practitioner., 1981, sumber belajar yang paling
dianggap penting oleh orang dewasa adalah sebagai berikut:
Teman
Untuk hal ini, strategi belajar mengajar orang dewasa, harus direncanakan
sedemikian rupa agar mereka dapat berinteraksi antar sesama mereka semaksimal
mungkin. Hal tersebut dapat dicapai diantaranya dengan membentuk mereka
kedalam model diskusi-diskusi kelompok, sehingga mereka dapat berinteraksi
secara penuh. Setelah teman, yang dianggap penting oleh mereka adalah:
Guru
Dalam hal ini perlu disadari oleh seorang guru, bahwa perannya pada
pembelajaran orang dewasa bukanlah sebagai sumber informasi tunggal yang
serba tahu, melainkan sebagai seorang sahabat bagi mereka (pembelajar dewasa).
Setelah guru, yang dianggap penting oleh orang dewasa adalah:
Media Pembelajaran
Media sebagai alat bantu mengajar dalam proses pembelajaran, seyogyanya tidak
pernah dilupakan oleh seorang guru, namun ironisnya, hal ini seringkali
terlupakan dengan berbagai alasan seperti terbatasnya waktu untuk membuat
persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, biaya yang tidak tersedia dan
berbagai macam alasan lain. Sesungguhnya alasan-alasan tersebut tidak perlu
muncul, dikarenakan cukup banyak ragam media yang dapat digunakan,
disesuaikan dengan kondisi waktu, keuangan maupun materi yang akan
disampaikan.

Khusus perihal media pembelajaran, menurut Heinich, R., et. Al.,


dalamInstructional Media and Technologies for Learning., 1996, media
pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam 6 (enam) bagian sebagai berikut:
o Non Projected Media
Adalah media yang tidak diproyeksikan, misalnya realia, model, bahan grafis
dan display. Media pembelajaran tersebut, tidak memerlukan tenaga elektris
dalam penampilannya, karena merupakan media peraga yang berbentuk 2
(dua) atau 3 (tiga) dimensi seperti gambar, grafik, poster, kartun dan bendabenda yang merupakan model miniatur suatu bentuk atau benda sebenarnya
yang tidak dimodifikasi yang pada prinsipnya dapat memperjelas maksud dan
tujuan dari materi pelajaran.
o Projected Media
Adalah media yang diproyeksikan. Yang tergolong pada jenis media ini adalah
overhead transparansi (OHT). Klasifikasi ini didasarkan pada cara
penggunaan media tersebut, yaitu diproyeksikan ke layar.
o Audio
Media Audio, merupakan media yang sangat praktis, relatif murah, ringkas
serta mudah dibawa (portable). Media ini dapat dipergunakan untuk keperluan
belajar kelompok (group learning) maupun belajar individual. Media ini dapat
berupa tape recorder, walkman dll. Dilihat dari karakteristiknya, media
tersebut cocok untuk beberapa bidang pembelajaran seperti bahasa, drama dan
seni musik.
o Video
Sebagai media audiovisual, yang memiliki unsur gerakan dan suara, video
dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar pada berbagai bidang
pembelajaran. Untuk bidang pembelajaran yang banyak mempelajari
keterampilan motorik, dapat mengandalkan kemampuan video. Media ini,
sangat membantu seorang guru dalam menjelaskan langkah-langkah
prosedural yang dimaksudkan oleh materi pembelajaran.
o Computer Based Media
Adalah media berbasis komputer . Media ini dapat meningkatkan efektivitas
proses pembelajaran, karena dimungkinkan terjadinya interaksi langsung
antara pembelajar dengan materi pembelajaran. Contoh jenis media ini adalah
CBT (Computer Based Training)
o Multimedia Kit
Multimedia Kit, diartikan sebagai paket bahan ajar yang terdiri dari beberapa
jenis media yang digunakan untuk menjelaskan suatu topik / materi tertentu
yang dilengkapi dengan study guide, lembar kerja yang bersifat moduler.
Pengertian Multimedia Kit, harus dibedakan dengan pengertian Komputer
Multimedia yang mengintegrasikan berbagai bentuk materi baik teks, gambar,
grafik maupun suara dalam komputer.
c. Model-model Pembelajaran
Untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah direncanakan, serta untuk
membantu pembelajar dewasa agar dapat belajar lebih efektif, seorang guru harus
melengkapi dirinya dengan salah satu komponen pembelajaran, untuk hal dimaksud,
salah satu komponen pembelajaran yang tidak boleh dilupakan dalam menunjang

berhasilnya penyajian produk pembelajaran, adalah perlunya menerapkan model


pembelajaran serta memilih model mana yang cocok untuk diterapkan. Berikut ini,
adalah kelompok model-model pembelajaran yang dapat dipilih yang
disesuaikan dengan kebutuhan para pembelajar dewasa, kelompok model-model
pembelajaran yang akan dikemukakan dibawah ini adalah merupakan kelompok modelmodel yang secara khusus telah melewati uji implementasi yang dikembangkan oleh
pakar kependidikan pada bidang dimaksud yaitu Joyce dan Well dalam Models of
Teaching., 1986. seperti berikut ini:
The Information Processing Family
Adalah Kelompok Model Pengolahan Informasi yang menitik beratkan pada caracara memperkuat dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) manusia
untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data,
menemukan masalah dan mengupayakan jalan keluarnya. Yang termasuk kedalam
model ini adalah model Inductive Thinking.
The Personal Family
Adalah Kelompok Model Personal yang menitik beratkan pada pandangan
perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif, sehingga
manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya. Yang
termasuk ke dalam model ini adalah model Classroom Meeting.
The Social Family;
Adalah Kelompok Model Sosial yang menitik beratkan pada kerjasama, yang
membangkitkan dan menghimpun tenaga atau energi secara bersama-sama yang
kemudian disebut synergy. Kelompok Model Sosial ini dirancang untuk
memanfaatkan fenomena kerjasama. Yang termasuk pada model ini adalah
model Role Playing.
The Behavioral System Family;
Adalah Kelompok Model Sistem Perilaku. Dasar teori model ini ialah teori-teori
belajar sosial (Social Learning Theories). Model ini dikenal pula sebagai model
Modifikasi Perilaku (Behavioral Modification), model Terapi Perilaku (Behavioral
Therapy), serta model Sibernetika (Cybernetics). Dasar pemikiran dari kelompok
model ini ialah sistem komunikasi yang mengoreksi diri sendiri (Self-correcting
Communication System) yang memodifikasi perilaku dalam hubungannya dengan
bagaimana tugas-tugas dijalankan dengan sebaik-baiknya. Yang tergolong ke dalam
kelompok ini adalah model Latihan Pengembangan Keterampilan dan Konsep
(Training for Skill and Concept Development).
d. Bahan Ajar
Pada pembelajaran orang dewasa, sesuai dengan faktor-faktor yangmempengaruhinya
( telah diulas sebelumnya), bahan ajar memegang peranan yang sangat penting, hal ini
terutama disebabkan karena mereka dianggap sudah mampu mengarahkan diri sendiri,
mampu mencari sendiri informasi dan pengetahuan yang diperlukan melalui
pemanfaatan sumber belajar yang diantaranya berupa bahan ajar. Dengan kata lain,
mereka dapat mempelajari materi pembelajaran secara mandiri . Peran seorang guru
dalam hal ini, berperan sebagai fasilitator yang bertugas membantu pembelajar untuk
memahami serta dapat menerapkan pengetahuan yang disajikan.
Perlu dijelaskan disini, bahwa bahan ajar, berbeda dengan buku teks. Bahan ajar adalah
bahan-bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan

oleh seorang guru dan pembelajar dalam proses pembelajaran. Bahan ajar mempunyai
struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional yang akan
dicapai, memotivasi pembelajar untuk belajar, berisi latihan-latihan, menyediakan
rangkuman, serta secara umum, berorientasi pada pembelajar secara individual (Learner
Oriented). Bahan ajar harus bersifat mandiri, artinya dapat dipelajari oleh pembelajar
secara mandiri.
Menurut Lewis, R. & Paine, N., dalam How to Communicate with the Learner, 1985.,
bahwa buku teks dan bahan ajar dapat dibedakan sebagai berikut:
Buku Teks
1 Mengasumsikan minat dari pembaca
2 Ditulis terutama untuk dipergunakan oleh
guru
3 Dirancang untuk dipasarkan secara luas
4 Belum
tentu
menjelaskan
tujuan
instruksional
5 Disusun secara linier
6 Strukturnya berdasarkan logika bidang
ilmu (content)
7 Belum tentu memberikan latihan
8 Tidak mengantisipasi kesukaran belajar
pembelajar
9 Belum tentu memberikan rangkuman
10 Gaya penulisan (bahasanya) naratif
tetapi tidak komunikatif
11 Sangat padat
12 Dikemas untuk dijual secara umum
13 Tidak mempunyai mekanisme untuk
mengumpulkan umpan balik dari
pemakai
14 Tidak memberikan saran-saran cara
mempelajari buku tersebut.

Bahan Ajar
1 Menimbulkan minat dari pembaca
2 Ditulis
dan
dirancang
untuk
dipergunakan oleh pembelajar
3 Menjelaskan tujuan instruksional
4 Disusun berdasarkan pola belajar yang
fleksibel
5 Strukturnya
berdasarkan kebutuhan
pembelajar dan kompetensi akhir yang
akan dicapai
6 Berfokus pada pemberian kesempatan
bagi pembelajar untuk berlatih
7 Mengakomodasi
kesukaran
belajar
pembelajar
8 Selalu memberikan rangkuman
9 Gaya penulisan (bahasanya) komunikatif
dan semi formal
10 Kepadatan, berdasarkan kebutuhan
pembelajar
11 Dikemas untuk dipergunakan dalam
proses instruksional
12 Mempunyai
mekanisme
untuk
mengumpulkan umpan balik dari
pembelajar
13 Menjelaskan cara mempelajari bahan
ajar

Dengan melihat perbedaan antara buku teks dan bahan ajar di atas, para guru, pengelola
maupun penyelenggara jasa pembelajaran, seyogyanya melakukan kajian ulang pada apa
yang telah diupayakannya selama ini, apakah materi bahan ajar yang diberikan pada para
pembelajar sudah memenuhi kriteria bahan ajar yang merupakan pegangan para
pembelajar atau belum. Seandainya kriteriatersebut belum terpenuhi, adalah bijaksana
untuk kembali mempertimbangkannya, hal tersebut sangat perlu, karena bahan ajar yang
baik yang sesuai dengan kriteria bahan ajar sebagaimana mestinya, sangat berpengaruh
terhadap berhasil / tidaknya proses pembelajaran orang dewasa, sebab kita sudah mafhum
bahwa pembelajar orang dewasa adalah jenis pembelajar yang memiliki kemampuan

untuk belajar mandiri yang akan melakukan eksplorasi / penggalian bahan pelajaran dari
apa yang menjadi pegangannya (bahan ajar yang baik yang sesuai dengan kriteria bahan
ajar).
1 Bagaimanakah Menjadi Seorang Guru?
a. Peran Seorang Guru
Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran, banyak tergantung pada bagaimana
proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan proses pembelajaran tersebut adalah guru. Dalam proses
pembelajaran, seorang guru memiliki 3 (tiga) fungsi dasar utama, yaitu:
Fungsi Mendidik;
Adalah melakukan penanaman dan pembinaan nilai-nilai moral, ahlak dan etika
yang baik sesuai dengan standar yang berlaku umum di masyarakat.
Fungsi Mengajar;
Adalah fungsi pentransferan ilmu pengetahuan.
Fungsi Melatih;
Adalah fungsi pentransferan keterampilan.
Dalam perkembangan berikutnya, ketiga fungsi dasar yang dimiliki oleh seorang guru
di atas, semakin diperluas lagi, dimana seorang guru selain sebagai seorang pendidik,
pengajar maupun trainer, seorang guru juga memiliki fungsi dan tugas sebagai seorang
perencana, pelaksana, penilai keberhasilan si pembelajar, organisator kegiatan
pembelajaran dan yang terkini, seorang guru berfungsi sebagai seorang fasilitator.
Dalam kaitannya dalam pembelajaran orang dewasa, peran seorang guru memiliki
fungsi sebagai fasilitator, hal ini dikarenakan bahwa dalam proses pembelajaran orang
dewasa, seorang guru berhubungan dengan pembelajar yang sudah memiliki
kemampuan untuk belajar mandiri. Sebagai seorang fasilitator, seorang guru dalam
proses pembelajaran dituntut untuk membantu para pembelajar dengan cara:
Membangkitkan minat belajar si pembelajar
Menjelaskan tujuan instruksional
Menyajikan materi dengan struktur yang baik
Memberikan kesempatan kepada si pembelajar untuk berlatih dan memberikan umpan
balik
Memperhatikan dan menjelaskan hal-hal yang sukar atau yang tidak dimengerti si
pembelajar
Menciptakan komunikasi dua arah (tidak Cuma guru saja yang berperan menyajikan
materi pembelajaran)
b. Keterampilan Dasar Mengajar
Keterampilan dasar mengajar, mutlak dimiliki oleh seorang guru dalam melakukan
proses belajar-mengajarnya. Keterampilan dasar mengajar merupakan bentuk integrasi
utuh dari berbagai keterampilan yang jumlahnya sangat banyak. Diantara keterampilan
yang sangat banyak tersebut, menurutTurney, C. dkk. dalam Sydney Micro Skills
Handbook Series., 1973.,berdasarkan hasil penelitiannya, mengemukakan terdapat 8
(delapan) keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat berperan dalam
keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kedelapan keterampilan tersebut adalah
keterampilan:
Bertanya

Keterampilan bertanya, sangat perlu dikuasai oleh guru, karena hampir pada
setiap kegiatan belajar-mengajar, guru mengajukan pertanyaan, dan kualitas
pertanyaan guru menentukan kualitas jawaban si pembelajar.
Memberi penguatan
Penguatan, adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Seorang guru perlu
menguasai keterampilan memberikan penguatan, karena penguatan merupakan
dorongan bagi si pembelajar untuk meningkatkan penampilannya, serta dapat
meningkatkan perhatian.
Mengadakan Variasi
Suatu kehidupan akan lebih menarik jika dijalani dengan penuh variasi. Variasi
dalam kegiatan belajar-mengajar adalah perubahan dalam proses kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan motivasi para pembelajar, serta mengurangi
kejenuhan dan kebosanan.
Menjelaskan
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar, menjelaskan berarti
mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana secara
sistematis, sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh pembelajar.
Membuka dan menutup pelajaran
Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan
suasana siap mental dan penuh perhatian pada diri pembelajar. Sedangkan
menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri
kegiatan inti pelajaran.
Tujuan kegiatan membuka dan menutup pelajaran adalah:
o Membangkitkan motivasi dan perhatian
o Membuat pembelajar mengetahui batas tugasnya
o Membantu pembelajar memahami hubungan berbagai materi yang disajikan
o Membantu pembelajar mengetahui tingkat keberhasilannya
Membimbing diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar-mengajar
yang penggunaannya cukup sering diperlukan. Ciri-ciri diskusi kelompok kecil
adalah:
Melibatkan 3 9 orang peserta
Berlangsung dalam interaksi tatap muka yang informal, artinya setiap anggota
dapat berkomunikasi langsung dengan anggota lainnya
Mempunyai tujuan yang akan dicapai dengan kerja sama antar anggota lainnya
Berlangsung menurut proses yang sistematis
Mengelola kelas
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses belajarmengajar yang serasi dan efektif
Mengajar kelompok kecil dan individual
Mengajar kelompok kecil dan individual, terjadi dalam konteks pengajaran
klasikal. Di dalam kelas, seorang guru mungkin menghadapi banyak kelompok

kecil serta banyak pembelajar yang masing-masing diberi kesempatan belajar


secara kelompok atau secara individual
2 Peran Pengelola / Penyelenggara Pembelajaran
Dalam menghadapi pasar bebas ASEAN 2003 serta menjelang Asia Pasific 2020,Indonesia,
sebagaimana halnya dengan negara-negara yang sedang berkembang, menghadapi tantangan
berat untuk dapat bekerjasama dan bersaing secara efektif dengan negara-negara lain.
Kemampuan berperan di dunia global, sangat dipengaruhi oleh kualitas SDM bangsa
tersebut. Mengapa demikian?..Ya, karena pada saat mendatang, dalam perdagangan global,
kita tidak dapat lagi mengandalkan pada keunggulan komparatif, melainkan telah bergeser
pada keunggulan kompetitif, yang mana untuk hal tersebut, kreatifitas dan kualitas SDM lah
yang menjadi modal mutlak. Untuk itu, peran negara, khususnya para pengelola dan
penyelenggara pembelajaranlah yang akan dituntut menjadi tumpuan harapan akan
dilahirkannya manusia-manusia unggul dalam berbagai bidang.
Untuk maksud di atas, para pengelola dan penyelenggara pembelajaran tidak mau tidak harus
melakukan reformasi di dalam dunia pembelajaran. Menurut Darling Hammond, 1994,
dalam proses reformasi di dunia pembelajaran , terdapat tiga tema utama sebagai berikut:
a. Learner- Centered Schools
Penyelenggaraan pembelajaran harus difokuskan pada kebutuhan para pembelajar
(learners needs) daripada prosedur yang standar (standardized procedures) Hal tersebut
untuk menciptakan fleksibilitas terhadap gaya belajar (learning styles) dan tidak terlalu
birokratif dan terpola. Dalam cara ini, guru dan pihak pengelola maupun penyelenggara
pembelajaran, dapat mengatur diri untuk bekerjasama dengan para pembelajar dalam
melaksanakan proses pembelajarannya.
b. Teacher Profesionalism
Profesionalisme seorang guru, mutlak diperlukan. Hal ini untuk menciptakan
pembelajaran berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman terhadap pembelajaran itu
sendiri, kurikulum dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Pada cara ini,
learning by doing telah menggantikan teaching as talking and learning as
listening , dimana para pembelajar dilibatkan secara aktif dalam pemecahan masalah,
mencari sumber informasi, evaluasi data, menyajikan dan mempertahankan pandangan
dan hasil kerja mereka. Dalam kondisi ini, para guru dapat bekerja secara intensif
dengan pihak terkait lainnya dalam perencanaan mengajar, pengajaran dalam tim,
membuat keputusan tentang disain pembelajaran, kolaborasi tentang pengembangan
kurikulum dan berpartisipasi dalam proses penilaian.
c. Accountability
Pada tema yang ketiga ini, mencakup penyediaan pembelajaran yang dapat secara
jelas dipertanggungjawabkan kepada dan untuk pembelajar . Dalam hal ini, proses
evaluasi ditekankan pada keterampilan yang tinggi dengan penerapan penelitian
proyek, pameran, debat, evaluasi terhadap diri sendiri serta pembelajar lainnya. Strategi
ini, memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk memperlihatkan tidak saja apa
yang diketahui tetapi juga apa yang dapat dilakukan.
3 Kesimpulan dan Harapan
a. Kesimpulan
Pembelajaran Orang Dewasa, merupakan bentuk pembelajaran yang unik yang
berbeda dengan bentuk pembelajaran anak-anak. Pembelajaran Orang Dewasa,

adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada cara bertanya sepanjang hayat


dan mempelajari keterampilan untuk mengarahkan diri sendiri.
Orang Dewasa mengikuti pembelajaran karena motivasi yang berbeda-beda, yaitu
untuk mencapai tujuan tertentu (goal oriented), untuk memenuhi kebutuhan sosial
dan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dirinya (learning oriented)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran orang dewasa adalah faktor
kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, pengarahan diri sendiri,
psikologis dan fisik
Dalam pembelajaran orang dewasa, guru berfungsi sebagai organisator yang
mengorganisasikan pengalaman-pengalaman dari kehidupan pembelajar
sebenarnya menjadi suatu pengalaman dan pengetahuan baru yang memberi arti
baru bagi pembelajar.
b. Harapan
Menjadi pusat pembelajaran terbaik dan menghasilkan jasa pembelajaran dengan
mutu terbaik, tentunya merupakan idaman setiap pengelola maupun
penyelenggara jasa pembelajaran yang memiliki komitmen tinggi terhadap mutu
produk. Namun, untuk mencapai itu semua, diperlukan upaya yang sungguhsungguh yang harus dilakukan oleh semua pihak yang terlibat di
dalam proses penciptaan produk yang bermutu tersebut ,serta upaya perbaikan
terus-menerus secara konsisten (istiqomah) terhadap proses produksi dan mutu
produk yang telah dan akan dihasilkan.
Proses adalah integrasi sekuensial dari orang, material, metode, dan mesin atau
peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan nilai tambahoutput untuk
pelanggan (kastamer). Menyadari hal tersebut, untuk memberikan nilai tambah
yang memang betul-betul diinginkan dan dibutuhkan oleh kastamer, maka tidak
ada jalan lain kecuali harus memahami apa yang sebenarnya mereka inginkan dan
mereka butuhkan, jadi bukan tergantung pada persespsi dan asumsi si pembuat
produk, melainkan berorientasi pada kastamer.
Dalam kaitannya dengan hal di atas, bentuk pembelajaran orang dewasa adalah
suatu bentuk yang menggambarkan keinginan dan kebutuhan orang dewasa dalam
proses pembelajarannya. Untuk itu, semoga apa-apa yang telah diuraikan dalam
artikel ini, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para pengelola dan
penyelenggara jasa pembelajaran orang dewasa dalam upayanya menghasilkan
jasa pembelajaran dengan mutu terbaik dan menjadi pusat pembelajaran terbaik
dengan melakukan perbaikan proses dan perbaikan mutu produk yang dilakukan
secara
terus-menerus
dan
berkesinambungan
dengan
modal
utama Komitmen danKonsistensi serta dukungan nyata semua pihak.
Semoga!

ANDRAGOGI : Bagaimana Orang Dewasa Belajar


Andargogi
....atau Pembelajaran dewasa merujuk kepada proses di mana setiap individu cuba mengubah
atau meningkatkan pengetahuan, nilai, kemahiran atau strategi. Andragogi amat jarang
diambilkira oleh kebanyakan perunding motivasi atau Trainer dalam menentukan modul yang
seharusnya digunapakai dalam kursus bagi kakitangan kerajaan mahupun swasta. Sudah tentu
impaknya maksima sekiranya setiap modul kursus yang dijalankan mengambilkira bagaimana
orang dewasa belajar.
Konsep pembelajaran dewasa
Konsep pembelajaran dewasa ialah satu konsep di mana suatu aktiviti yang disengajakan di
kalangan orang dewasa dengan tujuan meningkatkan keupayaan dan kecerdasan mereka
terhadap pengalaman lalu dan pengalaman yang mereka akan tempuhi. Pembelajaran dewasa
direka untuk pembangunan potensi yang seimbang di kalangan orang dewasa. Paterson (1979)
menyatakan pembangunan di sini bermaksud peningkatan kesedaran, nilai, penambahan ilmu
pengalaman dan kemahiran. Russel Report menyatakan pembelajaran dewasa adalah
pembelajaran yang seimbang iaitu ia berfungsi mengisi dan menutup jurang pembelajaran yang
ditinggalkan oleh sekolah dan kolej. Ia adalah pembelajaran melalui pengalaman yang boleh
diperoleh dengan mempraktikkan sesuatu prinsip atau teori.
Proses dalam pembelajaran dewasa perlu membekalkan pengalaman pembelajaran yang
berfokuskan kepada inquiri penemuan, pembelajaran melalui pengalaman, refleksi,
penyelesaian masalah, kajian kes dan projek serta kajian tindakan. Ia dapat melahirkan konsep
konstruktivisme, reka cipta dan pertumbuhan meta kognisi yang lebih rancak dan bermakna.
Pembelajaran dewasa ialah pembelajaran yang membekalkan sesuatu kepada orang dewasa
bagi menepati semua kehendak aktiviti pembelajaran (Paterson 1979). Pembelajaran dewasa
melibatkan prosedur pengajaran dan pembelajaran yang mempunyai sifat-sifat yang berbeza
supaya disesuaikan dengan sikap dan perwatakan pelajarnya yang berbeza. Menurut Knowles
(1981), beliau mengandaikan orang dewasa berkeinginan dan berkecimpung untuk bertindak ke
arah kendiri apabila mereka semakin matang walaupun ada ketikanya mereka bergantung pada
orang lain. Orang dewasa juga belajar bersungguh-sungguh bagi mendapatkan atau menguasai
sesuatu pengetahuan atau kemahiran untuk disesuaikan dengan kehidupannya.
Prinsip-prinsip pembelajaran dewasa adalah seperti berikut (Knowles 1981):
i) Pelajar dewasa boleh belajar sepanjang hayat.
ii) Pengalaman yang lepas banyak membantu pembelajaran.
iii) Fasilitator menghargai pengalaman pelajar dewasa khususnya yang dapat diaplikasikan
dalam situasi semasa.

iv) Pelajar dewasa yang mempunyai konsep kendiri yang positif lebih responsive terhadap
pembelajaran.
v) Pelajar dewasa lebih bermotivasi untuk belajar apabila kandungan pembelajaran sesuai
untuk tugas-tugas harian, peranan sosial, krisis hidup dan untuk masa transisi.
vi) Persepsi yang jelas terhadap tingkah laku yang diharapkan.
vii)Kesihatan yang baik mempengaruhi proses pembelajaran.
Syarat-syarat pembelajaran dewasa
Mengikut Hamdan Abd Kadir et. al (2004), terdapat 12 syarat yang perlu dipenuhi sebelum
proses pembelajaran dewasa berlaku.
Syarat 1: Pengajar perlu tahu peranan mereka
Proses pembelajaran adalah lebih efektif apabila pengajar atau ketua kumpulan kurang
bercakap dan tidak menunjukkan autoriti mereka. Pengajar sepatutnya memberi lebih peluang
kepada pelajar menyuarakan pendapat mereka sendiri. Proses ini dapat diperkembang dengan
memberi kepercayaan yang lebih dan memberi pilihan kepada pelajar serta jalan penyelesaian
sendiri yang dapat memuaskan hati mereka.
Syarat 2 : Pengajar perlu tahu matlamat pembelajaran
Pengajar perlu mencipta satu situasi yang membolehkan pelajar bebas menyatakan keperluan
mereka. Pembelajaran berlaku apabila pengajar mempunyai matlamat dalam sesuatu sesi
pembelajaran dan menggalakkan pelajar mengkaji matlamat diri sendiri dan makna di
sebaliknya.
Syarat 3: Pengajar perlu menghargai diri pelajar
Pembangunan adalah suatu perkara yang menitikberatkan keunikan peribadi dan persekitaran
pembangunan yang subjektif. Dalam keadaan lain, setiap individu ada pendapat, perasaan,
perspektif, nilai dan kesemua ini penuh bererti bagi mereka. Mereka hanya membangunkan
kesedaran dalam diri mereka apabila mereka rasa sumbangan dan nilai mereka sebagai
individu berharga di sisi kumpulan masyarakat.
Syarat 4: Pengajar perlu menerima pendapat pelajar
Pembelajaran adalah tidak efektif sekiranya pengajar menitikberatkan satu jawapan yang
benar, keputusan yang menakjubkan atau satu jalan yang baik untuk sesuatu masalah.
Pelajar dewasa perlu diberi peluang untuk menyuarakan pendapat dan perasaan sendiri.
Syarat 5: Pengajar perlu menerima kesalahan pelajar
Proses pembelajaran memerlukan cabaran baru dan pengalaman yang berlainan. Percubaan
yang tidak diketahui asal-usulnya semestinya akan membuat kesilapan. Perkembangan dan
perubahan membantu apabila kesalahan itu diterima sebagai sebahagian daripada proses
pembelajaran.

Syarat 6: Pengajar perlu cuba menyelesaikan masalah pelajar


Individu selalunya merasakan mereka tidak mempunyai masa untuk melihat banyak jalan
penyelesaian dan mereka juga berasa tidak selesa tanpa jawapan yang sepatutnya.
Keterbukaan penjelajahan tentang jalan penyelesaian memerlukan masa yang banyak untuk
meninjau jalan alternatif yang pelbagai dan meneruskannya tanpa perasaan memaksa untuk
mendapatkan jawapan yang segera.
Syarat 7 : Pengajar perlu menitikberatkan penilaian diri pelajar
Apabila pembelajaran dianggap sebagai proses peribadi, individu memerlukan peluang untuk
mengukur perkembangan diri mereka atau menilai diri mereka sendiri. Penilaian diri
membenarkan individu mengetahui berapa banyak yang telah mereka pelajari dan
perkembangkan. Penilaian diri dan kumpulan akan menyempurnakan sesuatu proses
pembelajaran.
Syarat 8: Pengajar perlu tahu ciri dalaman pelajar
Penyelesaian masalah dan pembelajaran memerlukan perasaan individu, sikap, idea, persoalan
dan kepekaan bagi memudahkan proses penyelesaian. Individu boleh mengarah diri mereka
sepenuhnya dan bertindak terbuka dalam proses pembelajaran interaktif.
Syarat 9 : Pengajar perlu mempercayai diri pelajar
Pembelajaran membantu dan menggalakkan persekitaran individu mempercayai diri mereka
sendiri dan sebaliknya. Mereka menjadi kurang bergantung pada autoriti apabila mereka
bersikap terbuka dan merasakan mereka adalah sumber bernilai untuk pembelajaran.
Seterusnya, ini membawa kepada pembelajaran yang lebih bermakna.
Syarat 10: Pengajar perlu menghormati diri pelajar
Dalam pembelajaran kumpulan, setiap individu saling mempelajari dan saling mengambil berat
antara satu sama lain. Ungkapan mengambil berat yang tulen daripada pengajar dan iklim
emosi yang tenang menghasilkan persekitaran yang selesa dan harmoni di mana individu boleh
menjelajah idea dan bertembung dengan orang lain tanpa sebarang ancaman.
Syarat 11: Pengajar perlu memberi pelajar kebebasan memilih
Individu bebas untuk berubah apabila mereka merasakan perubahan yang dilakukan sesuai
dengan mereka. Penerimaan individu bermakna kita membenarkan mereka memegang sesuatu
nilai supaya mereka menjadi mereka sendiri. Individu yang sibuk mempertahankan diri mereka
daripada terus didesak untuk berubah tidak dapat belajar dengan baik dan selesa.
Syarat 12 : Pengajar perlu tahu kepentingan konfrontasi kepada pelajar
Dengan komunikasi yang bebas dan terbuka, dan tanpa sebarang ancaman iklim psikologikal,
keunikan dalam setiap individu memudahkan proses pembelajaran. Konfrontasi melengkapkan
peluang individu untuk melahirkan idea mereka. Secara langsung, mereka dapat melihat
dengan sendiri dan merasa rangka kerja daripada ahli kumpulan yang lain.

Tujuan Pendidikan Dewasa


Secara umumnya, banyak sumber yang menyatakan bahawa pendidikan dewasa mempunyai
dua tujuan utama iaitu membawa kepada perubahan sosial dan pembangunan kendiri. Walau
bagaimanapun, pendidikan dewasa mempunyai banyak tujuan lain yang antaranya seperti
berikut (David 1988):
i) Memberi peluang pada orang dewasa yang kekurangan pendidikan sekolah tinggi
memperoleh kemahiran yang diperlukan supaya dapat berfungsi dengan berkesan dalam
masyarakat dan pekerjaan.
ii) Belajar untuk lulus dalam peperiksaan prestasi kerja.
iii)Memperoleh kemahiran pekerjaan peringkat tinggi
iv)Memperoleh kemahiran yang diperlukan bagi menjadi ibu bapa yang baik.
v) Mempelajari kemahiran bahasa lain sebagai bahasa kedua dan kemahiran berkomunikasi
vi)Menggalakkan peningkatan kesedaran dan memberi kesan pada pelbagai bentuk komunikasi
dan perpaduan pada tahap keluarga, tempatan, daerah, nasional dan antarabangsa.
vii)Menjamin kesedaran dan efektifnya orang dewasa lelaki dan wanita dalam alam pekerjaan
dengan membekalkan pendidikan teknikal dan vokasional terkini serta membangunkan
kebolehan mencipta, sama ada secara individu ataupun berkumpulan.
viii)Membangunkan keupayaan atau kebolehan menyelesaikan masalah yang terlibat dalam
usaha mendidik kanak-kanak
ix) Membangunkan sikap menggunakan masa lapang dengan kreatif bagi memperoleh
sebarang pengetahuan yang diperlukan atau diingini.

TEGASNYA....
1.
Trainer yang benar-benar faham pembelajaran orang dewasa akan
mempersembahkan modul yang selaras dengan keperluan pembelajarn mereka.
2.
Modul yang sesuai membantu secara positif pencapaian objektif satu-satu
kursus.
3.
Setiap trainer tidak hanya "syok sendiri" dengan modul yang dijalankan, tetapi
perlu sering membuat penilaian dan koreksi setiap kelemahan modul. Rajinlah membuat
kajian tindakan.
4.
Setiap trainer perlulah rajin membaca dan mendalami sesuatu konsep andragogi
serta mengikuti latihan-latihan untuk memahirkan diri sebagai trainer yang baik.
5.

Jadikan beberapa trainer yang berjaya sebagai contoh untuk diikuti.

6.

Niatkan setiap kali membuat kursus sebagai dakwah fillah.

Macam-Macam Metode Pembelajaran


Posted by' Haryanto, S.Pd onDecember 7, 2011

33

Macam-Macam Metode Pembelajaran


Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala
kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari
tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus
dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah
performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga
tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus menerapkan
metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dengan
kelas lain. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode
pembelajaran. Disini saya akan memaparkan beberapa metode pembelajaran menurut Ns.
Roymond H. Simamora, M.Kep yang dapat kita digunakan.

Macam-Macam Metode pembelajaran :


1. Metode Ceramah

Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran
kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah
yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai
beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi
pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam
pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang
berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
2. Metode Diskusi

Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih
untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam
pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang
menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne &
Briggs. 1979: 251).
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi
dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah.
Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding
penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas
pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
3. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk
menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara
mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya.
Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang
demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada
seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat
kue, dan sebagainya.
Kelebihan Metode Demonstrasi :
a.
Perhatian
siswa
dapat
lebih
dipusatkan.
b.
Proses belajar siswa
lebih
terarah
pada
materi
yang
sedang
dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
Kelemahan metode Demonstrasi :
a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
b.
Tidak
semua
benda
dapat
didemonstrasikan.
c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan.

Macam-Macam Metode pembelajaran


4. Metode Ceramah Plus

Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih
dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya.
Ada tiga
macam
metode
ceramah
plus,
diantaranya
yaitu:
a.
Metode
ceramah
plus
tanya
jawab
dan
tugas
b.
Metode
ceramah
plus
diskusi
dan
tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
5. Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan
siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan
Metode
Resitasi adalah
:
a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih
lama.
b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung jawab
dan
mandiri.
Kelemahan
Metode
Resitasi adalah
:
a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil
pekerjaan
orang
lain
tanpa
mau
bersusah
payah
mengerjakan
sendiri.
b.
Kadang
kala
tugas
dikerjakan
oleh
orang
lain
tanpa
pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
6. Metode Eksperimental
Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana
siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang
dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya.
7. Metode Study Tour (Karya wisata)
Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak peserta
didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik
membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan
didampingi oleh pendidik.
8. Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan
memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya
langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan
manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini bertujuan
membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.
9. Metode Pengajaran Beregu
Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari
satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk
sebagai kordinator. Cara pengujiannya,setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika

ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik
tersebut
10. Peer Theaching Method
Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu metode
mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.
11. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanyasekadar metode
mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebabdalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada menarik
kesimpulan.
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir danmenggunakan
wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan olehsiswa. Seorang guru harus
pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencobamengeluarkan pendapatnya.
12. Project Method
Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta
peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
13. Taileren Method
Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagiansebagian,misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentusaja
berkaitan dengan masalahnya
14. Metode Global (ganze method)
Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan
materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisaridari materi
tersebut.

Demikian macam-macam metode pembelajaran


Semoga dapat menjadi bahan acuan dalam menerapakan metode pembelajaran untuk peserta
didik.
Buku acuan : Simamora, Roymond H. (2009). BUKU AJAR PENDIDIKAN DALAM
KEPERAWATAN. Jakarta : EGC

Read more: METODE PEMBELAJARAN >> Macam-Macam Metode Pembelajaran

Senin, 06 Februari 2012

PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (KEMAMPUAN


KOGNITIF DAN KESIAPAN BELAJAR)
Makalah Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teori Pembelajaran Orang Dewasa
Dosen Pengampu : Prof. Dr. C Asri Budiningsih, M.Pd

Oleh :
Rasidi (11703254005)
Titik Handayani (11703254015)

MANAJEMEN PENDIDIKAN
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok manusia, karena dengan
pendidikanlah manusia bisa tercerahkan untuk mengambil

keputusan dan melaksanakan apa yang diputuskan sehingga


bermakna bagi dirinya dan orang disekitarnya. Dengan manfaat
pendidikan yang tidak bisa digantikan maka perlu kajian yang lebih
mendalam tentang pendidikan supaya pendidikan ini menjadi peran
yang maksimal mencerahkan manusianya. Pendidikan terbagi
menjadi beberapa bagian, diantaranya pedagogi dan andragogi.
Pedagogi adalah seni untuk mengajar anak, dan andragogi adalah
seni untuk mengajar orang dewasa. Masing masing mempunyai
kajian dan caranya masing masing dalam memperlakukan peserta
belajar. Dari masing masing mempunyai persamaan dan perbedaan
yang saling membangun sebuah kesempurnaan perlakuan terhadap
subjek belajar dan objek belajar begitu juga dengan metodenya.
Dalam mengajar anak - anak mayoritas perlakuan lebih
mendampingi, mengarahkan, dari satu langkah ke langkah
berikutnya, berbeda dengan orang dewasa, orang dewasa ketika
belajar cenderung lebih mandiri, sebagai fasilitator, pengajar
mengantarkan materi.
Dalam kenyataan banyak praktek pembelajaran yang kurang pas,
ada yang mengajar orang dewasa dengan metode yang seperti
anak-anak, ada yang dominan kurang menghargai peserta belajar
sebagai manusia yang sudah mempunyai bekal pngetahuan bawaan
dan praktik-praktik metode yang keliru. Padahal orang dewasa
mempunyai perbedaan ketika berada dalam ruang belajar. Orang
dewasa mempunyai bekal pengalaman, konsep diri, orientasi,
kesiapan belajar dan juga kemampuan kognitif yang lebih tinggi
dibandingkan dengan anak-anak. Makanya perlu perlakuan yang
berbeda. Dari kelima yang cukup menarik adalah kemampuan
kognitif dimana setiap orang mempunyai kemampuan kognitif yang
berbeda- beda, sehingga satu orang dengan orang lainnya mungkin
membutuhkan penanganan yang berbeda. Dilapangan masih sering
terjadi pengajar masih belum bisa memberikan perlakuan sesuai
kebutuhan yang diajarnya, ada juga yang mengabaikan tentang
kemampuan kognitif yang dimiliki oleh peserta belajar. Begitu juga
tentang kesiapan belajar yang merupakan syarat dominan dalam
pencapaian hasil belajar, kadang kurang diperhatikan oleh pengajar,

atau masih menyama-ratakan bahwa kesiapan belajar setiap orang


sama, padahal pasti berbeda sesuai dengan persiapan dan
kondisinya masing -masing. Oleh karena itu perlu dibahas dan dikaji
mendalam tentang kemampuan kognitif dan kesiapan belajar yang
dimiliki oleh peserta belajar khususnya orang dewasa.
B. Rumusan permaslahan
Berdasarkan belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana klasifikasi orang dewasa ?
2. Bagaimana kemampuan kognitif orang dewasa ?
3. Bagaimana kesiapan belajar orang dewasa ?
C. Tujuan
Dari latar belakang dan rumusan masalah maka dapat ditetapkan
tujuan penulissan makalah yaitu :
1. Untuk mengetahui klasifikasi orang dewasa
2. Untuk mengetahui kemampuan kognitif orang dewasa
3. Untuk mengetahui kesiapan belajar orang dewasa

BAB II
ISI
A. KLASIFIKASI ORANG DEWASA
Dalam pendidikan orang dewasa (andragogi) terdapat hubungan
timbal balik. Dimana hubungan pengajar dan pelajar adalah
hubungan yang saling membantu. Pengalaman guru dinilai sebagai
sumber utama dalam belajar. Secara fisik usia, rangka tubuh, tinggi
dan lebarnya tubuh seseorang dapat menunjukkan sifat kedewasaan
pada diri seseorang. Faktor-faktor ini memang biasa digunakan
sebagai ukuran kedewasaan. Akan tetapi segi fisik saja belum dapat
menjamin ketepatan bagi seseorang untuk dapat dikatakan telah
dewasa.
Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah
mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk
menerapkan keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan
demikian, individu akan mampu memecahkan masalah secara
sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif-kreatimya
sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin
mematangkan kualitas mentalnya. Pada umumnya orang dewasa
dikategorikan menjadi 3 macam yaitu: dewasa awal, dewasa madya,
dan dewasa akhir karena itu disesuaikan dengan usia dan
kemampuan
Perbedaan pendidikan oarang dewasa dengan anak anak adalah,
kalau andragogi pelajar mengelompokkan diri berdasarkan minat,
sedangkan pedagogi pengelompokannya berdasarkan tingkatan.
Pada andragogi belajar berorientasi pada masalah, dimana pada
persoalan sekarang untuk dipergunakan sekarang juga. Sedangkan
pada pedagogi orientasi belajarnya adalah pada mata pelajaran
yang dipelajari oleh siswa sekarang untuk bekal hidup dimasa

mendatang. Mengenal corak kepribadian seseorang merupakan


faktor penentu keberhasilan interaksi kegiatan pembelajaran
pendidikan oarang dewasa interaksi antara pelajar adalah inti dari
kegiatan pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa. Hal ini
dapat terjadi jika ada kontak diantara mereka. Pada umumnya orang
dewasa dikatagorikan menjadi 3 oleh Havigurst, yaitu :
1. Dewasa Awal (18 35)
Dewasa awal adalah usia yang produktif dan banyak penyesuaian
yang harus dilakukan menyebabkan masa ini juga disebut masa
bermasalah. Pada ini banyak persoalan persoalan kehidupan yang
baru dan belum pernah ditemui sebelumnya. Masa ini juga ditandai
dengan banyaknya permasalahan (emosional tansion) yang terjadi
pada masa dewasa awal pada umumnya disebabkan oleh
banyaknya persoalan yang dihadapi, dan banyaknya pola yang
harus dilakukan, hal ini akan lebih parah bila individu memiliki
harapan harapan terlalu tinggi terhadap perkawinannya dan
pekerjaannya ataupun masa depannya. Ketegangan emosional
sering muncul dalam bentuk kekhawatiran berkepanjangan yang
intensitasnya tergantung pada penyesuaian tehadap persoalan dan
pada saat tertentu. Pada dewasa awal ini, penyesuaian diri terhadap
masalah pekerjaan, perkawinan, dan keluarga serta perubahan
peran sosial dalam masyarakat merupakan hal yang sangat pokok
dalam kehidupan masa dewasa ini.
2. Dewasa Madya (35 - 60)
Usia madya merupakan masa peralihan dari masa dewasa yang
penuh vitalitas ke masa tua dengan berbagai penurunan fungsi fisik
dan psikis, seperti dipahami bahwa masa transisi selalu perlu
penyesuaian diri. Penyesuaian yang radikal terhadap peran dan pola
hidup yang berubah yang cenderung merusak keseimbangan
manusia, baik dalam emosi dan aspek kepribadian yang lain. Tetapi
dalam segi emosional pada masa setengah baya ini cenderung
fluktuatif (naik turun). Penyesuaian yang menonjol. Pada usia
setengah baya atau pada usia madya, berbeda dengan penyesuaian

pada awal masa dewasa. Karena masa ini sering dianggap sebagai
periode yang ditakuti, pada dasarnya secara manusiawi setiap orang
takut kehilangan vitalitas, status dan kemampuan hidup. Sehingga
pada masa awal ini sering muncul masa puber kedua, sebagai
ekspresi kecemasan terhadap penurunan vitalitas yang dialami. Dan
rasa ketakutan dirinya menjadi tua.
3. Dewasa Akhir (61 keatas)
Dewasa akhir adalah tahap akhir dari perkembangan manusia.
Banyak para ahli mengungkapkan pendapat masing masing
seperti halnya Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa dewasa
akhir dibatasi usia 60 tahun.sedangkan di indonesia dewasa akhir
ditandai dengan usia 55 tahun ( Utami, 1993 ) WHO memberi
batasan yang lebih berani yaitu 65 tahun. Masa ini juga ditandai
dengan kemunduran fungsi tubuh. Sedang Pada dewasa akhir
perkembangan emosionalnya cenderung lebih stabil.
B. KEMAMPUAN KOGNITIF ORANG DEWASA
1. Kognitif manusia
Kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang
didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu.
Proses yang dilakukan kognitif adalah memperoleh pengetahuan
dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat,
menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan
berbahasa.
Perkembangan kognitif merupakan kemampuan manusia untuk
berpikir, memberi alasan, memahami dan mengingat apa yang ada
di sekitar kita. Hal ini melibatkan proses mental untuk membuat
informasi yang mencakup mengamati, memperhatikan, memahami
dan mengingat informasi.
2. Faktor yang mempengaruhi kognitif
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kemampuan kognitif,
antara lain:
a. Faktor Bawaan atau Biologis

Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir.
Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan
masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan.
b. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
c. Faktor Pembentukan atau Lingkungan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang
yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.
d. Faktor Kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan
dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan seseorang
berbeda -beda sesuai dengan keadaan fisik dan sosialnya.
e. Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan
memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai
dengan kebutuhannya.
3. Tahapan kognitif manusia
a. Perkembangan kognitif dari blooms
Perkembangan kognitif, meliputi fungsi memproses informasi,
pengetahuan dan keahlian mentalitas. Anderson mengklasifikasi
proses kognitif menjadi enam kategori, yaitu ingatan (remember),
pemahaman (comprhension), aplikasi (application), analisis
(analysis), evaluasi (evaluation), dan kreatifitas (create). Dimensi
pengetahuan diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu
pengetahuan faktual (factual knowledge), pengetahuan konseptual
(conceptual knowledge) pengetahuan procedural (procedural
knowledge) dan pengetahuan metakognisi (metanognitif
knowledge). Dalam revisi teori Taksonomi Bloom terdiri dari sub
kategori yang memiliki kata kunci berupa kata yang berasosiasi
dengan kategori tersebut diantaranya adalah :
1) mengingat (remember): mengurutkan, menjelaskan,
mengidentifikasi, menempatkan, mengulangi, menemukan kembali

dan sebagainya;
2) memahami (comprehension): menafsirkan, meringkas,
mengklasifikasi dan membandingkan;
3) menerapkan (application): melaksanakan, menggunakan,
menjalankan, melakukan, mempraktekkan dan memilih;
4) menganalisis (analysis): menguraikan, membandingkan,
mengorganisir, menyusun ulang dan mengubah struktur;
5) mengevaluasi (evaluation); menyusun hipotesis, mengkritik,
memprediksi, menilai
b. Struktur kognitif
Struktur kognitif terdiri dari :
1) Pengetahuan - untuk mengidentifikasi atau mengingat informasi.
Sebagian besar informasi yang ditemukan dalam buku teks yang
ditulis pada tingkat pengetahuan - memberikan fakta dan rincian
pendukung (termasuk contoh dan beberapa aplikasi). Matching,
benar-salah dan pertanyaan pilihan ganda banyak tes tertulis pada
tingkat ini.
2) Pemahaman - untuk mengatur dan memilih fakta-fakta dan ide.
Bila Anda meringkas informasi, atau mampu membuat kesimpulan
dari apa yang Anda telah membaca atau mendengar, Anda
berfungsi pada tingkat pemahaman. Isi-in, jawaban singkat, dan
pertanyaan-pertanyaan pilihan yang paling banyak ditulis pada
tingkat ini.
3) Aplikasi - untuk menggunakan fakta-fakta, aturan, prinsip-prinsip.
Lab dan berorientasi masalah kursus seperti matematika, ilmu
pengetahuan, teknik, atau psikologi serta pekerjaan-program terkait
seperti ilmu komputer atau membantu medis, sering memanfaatkan
tingkat berpikir baik dalam kelas dan selama tes.
4) Analisis - untuk memisahkan keseluruhan menjadi bagian-bagian
komponen.
5) Sintesis - untuk menggabungkan ide-ide untuk membentuk
keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi - untuk mengembangkan pendapat, penilaian, atau
keputusan.

c. Kemampuan kognitif orang dewasa


1) Dewasa Awal
Pada masa dewasa awal individu mulai bisa mengatur pikiran
operasional formal mereka. Sehingga mereka mungkin
merencanakan atau membuat hipotesis tentang masalah-masalah
seperti remaja. Tetapi mereka menjadi lebih sistematis ketika
mendekati masalah sebagai seorang dewasa. Sementara dewasa
awal lebih bisa menyusun hipotesis dari pada remaja dan
menunjukan suatu pemecahan masalah dari suatu masalah.. pada
dewasa banyak individu mengkonsolidasikan pemikiran operasional
mereka dan banyak orang dewasa lainnya tidak berfikir dengan cara
operasional formal sama sekali. labouvievief berpendapat bahwa
orang dewasa muda memasuki pola pikiran yang pragmatis. perry
berteori bahwa bersamaan dengan individu memasukli masa
dewasa, pemikiran lebih realistic. Sedangkan schaie mengajukan
urutan fase-fase kongnitif di antaranya: pengambil alihan,
pencapaian, tanggung jawab, eksekutif, reintegratif.
William Perry (1970) mencatat perubahan-perubahan penting
tentang cara berfikir orang dewasa muda yang berbeda dengan
remaja. Ia percaya bahwa remaja sering memandang dunia dalam
dualisme pola polaritas mendasar seperti benar/salah, kita/mereka,
atau baik/buruk. Pada waktu kaum muda mulai matang dan
memasuki masa dewasa, mereka mulai menyadari perbedaan
pendapat dan berbagai perspektif yang dipegang oleh orang lain,
yang mengguncangkan dualistik mereka. Pemikiran dualistik mereka
diganti oleh pemikiran beragam, saat itu individu mulai memahami
bahwa orang semua orang dewasa tidak selalu memiliki semua
jawaban. Mereka mulai memperluas wilayah pemikiran individualitik
dan mulai percaya bahwa semua orang memiliki pandangan pribadi
masing-masing serta setiap pendapat yang ada sebaik pendapat
orang lainnya. Schaie berpendapat fase mencapai prestasi
(achieving stage) adalah fase dimana dewasa awal yang melibatkan
intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam
mencapai tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan

pengetahuan.
2) Dewasa Madya
Kita telah melihat bahwa penurunan pada beberapa ciri fisik dewasa
tengah. Orang dewasa tengah mungkin tidak melihat dengan baik,
tidak berlari denga cepat. Tapi bagaimana dengan ciri-ciri kognitif
dewasa tengah. Kita melihat bahwa kemampuan kognitif semakin
meningkat pada dewasa awal. Tetapi kita menemukan penurunan
pada dewasa tengah dan kemungkinan terjadi ketika memori jangka
panjang terlibat daripada memori jangka pendek. Daya ingatpun
juga lebih mungkin turun ketika organisasi dan pembayangan tidak
di gunakan. Daya ingat juga cenderung menurun ketika informasi
yang di coba untuk di ingat adalah informasi yang di simpan barubaru ini atau tidak sering digunakan (Riege & Inman, 1980). Dan
daya ingat juga cenderung menurun jika diharappkan untuk
mengingat (recall) daripada untuk mengenali (recognize) (Mandler,
1980)
.
3) Dewasa Akhir
David Wechsler (1972), yang mengembangkan skala inteligensi,
menyimpulkan bahwa masa dewasa dicirikan dengan penurunan
intelektual, karena adanya proses penuaan yang dialami setiap
orang. Sementara, John Horn (1980) berpendapat bahwa beberapa
kemampuan memang menurun, sementara kemampuan lainnya
tidak. Horn menyatakan bahwa kecerdasan yang mengkristal
(crystallized intelligence) yaitu sekumpulan informasi dan
kemampuan-kemampuan verbal yang dimiliki individu meningkat,
seiring dengan peningkatan usia. Sedangkan kecerdasan yang
mengalir (fluid intelligence) yaitu kemampuan seseorang untuk
berpikir abstrak menurun secara pasti sejak masa dewasa madya.
Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan memang akan
mengalami penurunan pada masa dewasa akhir, namun faktor
individual differences juga berperan dalam hal ini. Nancy Denney
(1986) menyatakan bahwa kebanyakan tes kemampuan mengingat
dan memecahkan masalah mengukur bagaimana orang-orang
dewasa lanjut melakukan aktivitas-aktivitas yang abstrak atau

sederhana. Denney menemukan bahwa kecakapan untuk


menyelesaikan problem-problem praktis, sebenarnya justru
meningkat pada usia 40-an dan 50-an. Pada penelitian lain Denney
juga menemukan bahwa individu pada usia 70-an tidak lebih buruk
dalam pemecehan masalah-masalah praktis bila dibandingkan
mereka yang berusia 20-an. Proses pembelajaran harus kontekstual
dan membantu warga belajar melakukan refleksi dan transformasi
pengalaman.
C. KESIAPAN BELAJAR
1. Kesiapan Belajar
Kata siap dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai sudah
sedia atau sudah disediakan. Jadi kesiapan adalah suatu keadaan
atau kondisi yang sudah siap. Kesiapan yang dimaksud adalah
kesiapan belajar, yaitu suatu keadaan atau kondisi sebelum
kegiatan belajar yang berkaitan dengan informasi yang dimiliki
siswa untuk dapat menghasilkan prestasi belajar sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Nasution (1998:179), berpendapat bahwa
kondisi sebelum belajar terdiri dari perhatian, motivasi, serta
perkembangan kesiapan. Kesiapan pada dasarnya merupakan
kemampuan fisik maupun mental untuk belajar disertai harapan
keterampilan yang dimiliki dan latar belakang untuk mengerjakan
sesuatu. Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang
membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban dengan
cara tertentu terhadap suatu situasi. Kesiapan belajar erat
hubungannya dengan kematangan, kesiapan untuk menerima
pelajaran baru tercapai apabila seseorang telah mencapai tingkat
kematangan tertentu.
Belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan
tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang
sekarang ini dikenal dengan guru. Belajar merupakan suatu
perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat
mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada
kemungkinan kepada tingkah laku yang lebih buruk. Belajar
merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan

pengalaman dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh


pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar
seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif
mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang
cukup panjang. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena
belajar menyangkut aspek kepribadian baik fisik maupun psikis
seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah
berfikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap. belajar
adalah aktivitas pengembangan diri melalui serangkaian proses
kegiatan atau pengalaman dalam menuju perubahan dalam diri
sesorang dan sebenarnya seseorang dikatakan sudah belajar
apabila terjadi perubahan pada diri orang yang belajar akibat
adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan
lingkungan.
Kesiapan belajar adalah kondisi seseorang yang membuatnya siap
untuk memberikan respon atau jawaban atas pembelajaran atau
rangsangan sehingga memperoleh hasil yang mantap baik fisik
maupun psikis.
2. ASPEK KESIAPAN BELAJAR
Seseorang akan siap mempelajari sesuatu apabila ia merasakan
perlunya melakukan hal tersebut, karena dengan mempelajari
sesuatu itu ia dapat memecahkan masalahnya atau dapat
menyelesaikan tugasnya sehari-hari dengan baik. Fungsi pendidik di
sini adalah menciptakan kondisi, menyiapkan alat serta prosedur
untuk membantu mereka menemukan apa yang perlu mereka
ketahui. Dengan demikian program belajar harus disusun sesuai
dengan kebutuhan kehidupan mereka yang sebenarnya dan urutan
urutan penyajian harus disesuaikan dengan kesiapan peserta didik.
Berdasarkan pengamatan terhadap proses belajar mengajar ada
tiga komponen penting faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan
belajar agar dapat melakukan kegiatan belajar yaitu minat,
perhatian dan motivasi.

a. Minat
Minat dapat diartikan sebagai keinginan yang kuat untuk memenuhi
kepuasan, baik berupa keinginan memiliki atau melakukan sesuatu.
Belajar dapat berlangsung dengan baik, jika didorong oleh minat
yang kuat. Minat ini besar pengaruhnya terhadap belajar, karena
minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat
keaktifan siswa, bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Oleh karena itu, untuk
mengatasi siswa yang kurang berminat dalam belajar, guru
hendaknya berusaha bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar
siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar. Dalam artian
menciptakan siswa yang mempunyai minat belajar yang besar,
mungkin dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik, salah
satunya adalah mengembangkan variasi dalam gaya mengajar.
Dengan variasi ini siswa bisa merasa senang dan memperoleh
kepuasan terhadap belajar.
Minat mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emesi
(perasaan), dan konasi (kehendak). Oleh sebab itu, minat dapat
dianggap sebagai respon yang sadar, sebab kalau tidak demikian,
minat tidak akan mempunyai arti apa-apa. Unsur kognisi maksudnya
adalah minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi
mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut unsur emosi,
karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai oleh perasaan
tertentu, seperti rasa senang, sedangkan unsur konasi merupakan
kelanjutan dari unsur kognisi.
Menurut Mahfudz Shalahuddin dalam bukunya pengantar psikologi
pendidikan, ada empat aspek yang bisa menumbuhkan minat yaitu :
1) Fungsi/Adanya kebutuhan-kebutuhan
Minat dapat muncul atau digerakkan, jika ada kebutuhan seperti
minat terhadap ekonomi, minat ini dapat muncul karena ada
kebutuhan sandang, pangan dan papan.
2) Keinginan dan cita-cita
Keinginan dan cita-cita dapat mendorong munculnya minat terhadap
sesuatu, seperti keinginan atau cita-cita menjadi dokter. Secara

otomatis orang tersebut terdorong dan berminat untuk mempelajari


hal-hal yang berkaitan dengan ilmu kedokteran (kesehatan,
penyakit-penyakit). Semakin besar cita-cita atau keinginan, maka
semakin besar/tinggi minat yang muncul dalam diri seseorang
3) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan terdiri dari dua lingkup, yakni lingkup mikro (individual)
dan lingkup makro (sosial,adat istiadat) kebudayaan dapat
memunculkan minat-minat tertentu seperti tari-tarian, tari remo dari
jawa timur, jaipong dari jawa barat, semua itu akan menarik orang
untuk memperhatikan dan mempelajari kebudayaan jawa barat dan
jawa timur. Begitu juga belajar, minat belajar siswa dapat timbul
karena adanya kebiasaan belajar.
4) Pengalaman
Pengalaman merupakan permulaan dari kebudayaan seperti
pengalaman seorang guru dapat menimbulkan/menumbuhkan
minat guru untuk menekuni bidang-bidang keguruan, dengan
adanya pengalaman tersebut minat seseorang bisa tergerak
(bertambah), missal ada seseorang siswa, tahun lalu menduduki
prestasi rendah, maka siswa tersebut berpikiran jangan sampai itu
terulang kembali, sehingga ia lebih meningkatkan belajarnya dari
tercapainya prestasi yang lebih baik dari yang kemarin (tahun lalu).
b. Perhatian
adalah proses pemusatan pengerahan aktivitas tenaga psikis
(pikiran) dan fisik terutama indra dan gerakan tubuh pada fokus
tertentu. Pengerahan aktivitas pikiran dan fisik sangat dipengaruhi
oleh kadar kesadaran yang turut serta pada aktivitas tersebut.
Semakin tinggi intensitas perhatian pada suatu kegiatan akan
semakin sukses kegiatan yang dilakukan tersebut. Sebaliknya jika
perhatian lemah, maka akan menimbulkan aktivitas yang
kualitasnya rendah dan menimbulkan ketidakseriusan.
Ketidakseriusan merupakan awal terbentuknya rasa malas dan
bosan.
c. Motivasi
adalah dorongan atau usaha untuk mewujudkan perbuatan dalam

bentuk aktivitas untuk mencapai kebutuhan atau tujuan tertentu.


Untuk menggerakkan motivasi dari dalam diri, maka harus ada alas
an tertentu yang merangsang perbuatan tersebut. Jadi alasan yang
kuatlah yang dapat memotivasi untuk giat belajar. Sebaliknya
aktivitas yang tidak didasari motivasi yang kuat, akan menimbulkan
ketidakseriusan dan perhatian tidak optimal sehingga menimbulkan
dorongan untuk mengalihkan aktivitas tersebut ke aktivitas yang
lain. Dalam aktivitas belajar ketiga komponen minat, perhatian dan
motivasi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
kesiapan belajar, jika ketiga komponen tersebut tidak optimal, maka
akan mengalami kesulitan melakukan konsentrasi belajar. Motivasi
penting dalam menetukan seberapa banyak siswa akan belajar dari
suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa banyak menyerap
informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi
untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih
tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan
menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik.
3. Teori kesiapan belajar
Ada beberapa pengembangan teori kesiapan belajar yaitu :
a. Maturationalist
Para maturationist berpendapat bahwa : Pertumbuhan,
perkembangan, dan pembelajaran merupakan buah dari hukum
kematangan internal. Semua anak akan belajar jika diberi cukup
waktu untuk berkembang.
b. Behaviorist
Pertumbuhan dan pembelajaran adalah hal yg eksternal bagi anak
dan dikendalikan oleh lingkungan. Dengan memengaruhi secara
langsung, sederetan stimulus dan respon atau dengan mengaitkan
hasil suatu kejadian dengan hasil kejadian lain, akan akan belajar.
Semua anak akan bisa belajar jika lingkungan belajar mereka ditata
secara serasi.
c. Konstruktivis
Faktor biologis dan fakor lingkungan samasama memengaruhi
perkembangan manusia

secara timbal balik. Peran perkebangan alami lewat kematangan


merupakan bagian dari teori ini, tapi anak2 tumbuh dan belajar
lewat interaksi dengan lingkungan sosial dan alam.
4. Kesiapan belajar orang dewasa
Kesiapan belajar anak ditentukan oleh kemasakan biologis,
sementara itu kesiapan belajar orang dewasa ditentukan oleh peran
sosialnya. Dari segi kesiapan belajar, orang dewasa memandang
bahwa Setiap peserta didik memiliki pola kesiapan yang berbeda
dengan warga lainnya terutama dalam hal kekuatan motivasi (inner
motivations) seperti: Pada umumnya orang dewasa mereka memiliki
kemampuan membaca, menulis dan menghitung dan menguasai
kemampuan verbal dan kecakapan mengambil keputusan yang
relevan dengan kebutuhan pribadi dan tuntutan sosialnya. Mereka
merancang dan menetapkan minat dan kebutuhan belajarnya,
mendiagnosis kebutuhannya sesuai tuntutan hidupnya dan lainlainnya. Pembelajaran dapat bertindak sebagai nara sumber,
pengarah, pembimbing, pemberi fasilitas, atau teman belajar.
5. Pendekatan pendidikan orang dewasa
Perkembangan intelektual dapat berupa perubahan dalam aspek
pengetahuan, sikap maupun perilaku, dan perubahan yang
berlangsung sepanjang tentang kehidupan manusia. Pendidikan
pada umumnya merupakan upaya orang dewasa untuk
membimbing anaknya menuju arah kedewasaan, sehingga dalam
prosese pembelajaran ada ketergantungan emosional peserta
belajar kepada pendidik. Terdapat berbagai hambatan fisik dan
psikologis yang menyebabkan pendidikan bagi orang dewasa
memerlukan pendekatan khusus, diantaranya (Linandi,1982):
Pembelajaran orang dewasa perlu memperhatikan kondisi psikologis
diantaranya:
1) Pembelajaran pada orang dewasa lebih banyak berupa motivasi
untuk memperoleh pengetahuan dan sikap baru, bukan berupa
pelajaran.

2) Belajar juga melibatkan proses emosional, pengalaman yang


banyak dan menyempitnya persepsi dan perhatian orang dewasa
menyebabkan mereka sulit memusatkan perhatian dan menata
memorinya secara baik.
3) Belajar adalah proses evolusi, kemampuan untuk menerima,
mengerti, memahami merupakan proses yang berkembang secara
perlahan.
4) Banyaknya pengalaman yang dimiliki perlu ditata kembali tanpa
meninggalkan penghargaan terhadap pengalaman yang telah ada.
a. Prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan (Zainuddin Arif,
1984):
1) Penciptaan iklim belajar yang sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan.
2) Peserta diberi kesempatan untuk ikut dalam mendiagnose
kebutuhan belajarnya.
3) Keterlibatan peserta dalam pelaksanaan belajar.
4) Kedudukan fasilitator adalah sebagai pembimbing yang berperan
sebagai katalist daripada berperan sebagai guru.
5) Evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi diri.
b. Untuk dapat memenuhi prinsip-prinsip diatas, maka suasana
belajar berupa:
1) Proses belajar adalah kumpulan dari orang-orang yang aktif
berkegiatan.
2) Saling menghormati dan menghargai.
3) Percaya diri dan mempercayai orang lain.
4) Aman.
5) Berprinsip pada penemuan diri dan keterbukaan.
6) Mengakui adanya kekhasan pribadi.
7) Membenarkan adanya perbedaan.
8) Memperbolehkan adanya keraguan dan berbuat kesalahan.
9) Adanya evaluasi secara bersama dan evaluasi diri.
c. Proses Belajar Mengajar Orang Dewasa
1) Memberi kesempatan untuk berinisiatif dan kreatif dalam

berperanserta dan mengendalikan proses belajar.


2) Bersifat demokratis.
3) Menghargai dan menempatkan mahasiswa sebagai manusia
dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pendidikan orang dewasa (andragogi) terdapat hubungan
timbal balik. Dimana hubungan pengajar dan pelajar adalah
hubungan yang saling membantu. Perbedaan pendidikan oarang
dewasa dengan anak anak adalah, kalau andragogi pelajar
mengelompokkan diri berdasarkan minat, sedangkan pedagogi
pengelompokannya berdasarkan tingkatan. Pada andragogi belajar
berorientasi pada masalah, dimana pada persoalan sekarang untuk
dipergunakan sekarang juga. Sedangkan pada pedagogi orientasi
belajarnya adalah pada mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa
sekarang untuk bekal hidup dimasa mendatang. Dimana klasifikasi
orang dewasa dibagi menjadi 3 yaitu : Dewasa Awal (20 39),
Dewasa awal adalah usia yang produktif dan banyak penyesuaian
yang harus dilakukan menyebabkan masa ini juga disebut masa
bermasalah. Dewasa Madya (40 - 59), Usia madya merupakan masa
peralihan dari masa dewasa yang penuh vitalitas ke masa tua
dengan berbagai penurunan fungsi fisik dan psikis. Dewasa Akhir
(60 keatas), Dewasa akhir adalah tahap akhir dari perkembangan
manusia.
Kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang
didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu.
Faktor yang mempengaruhi kognitif adalah Faktor Bawaan atau
Biologis, Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas, Faktor
Pembentukan atau Lingkungan, Faktor Kematangan, Faktor
Kebebasan. Tahapan kognitif dari blooms yaitu mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan juga
struktur kognitfnya. Kemampuan kognitif orang dewasa, Dewasa
Awal Pada masa dewasa awal individu mulai bisa mengatur pikiran
operasional formal mereka. Dewasa Madya Kita telah melihat bahwa
penurunan pada beberapa ciri fisik dewasa tengah. Orang dewasa

tengah mungkin tidak melihat dengan baik, tidak berlari denga


cepat, Dewasa Akhir yang mengembangkan skala inteligensi,
menyimpulkan bahwa masa dewasa dicirikan dengan penurunan
intelektual, karena adanya proses penuaan yang dialami setiap
orang.
Kesiapan belajar adalah kondisi seseorang yang membuatnya siap
untuk memberikan respon atau jawaban atas pembelajaran atau
rangsangan sehingga memperoleh hasil yang mantap baik fisik
maupun psikis. faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar
yaitu Minat, Perhatian, dan Motivasi. Ada beberapa pengembangan
teori kesiapan belajar yaitu : Maturationalist, Behaviorist,
Konstruktivis. kesiapan belajar orang dewasa ditentukan oleh peran
sosialnya. Perkembangan intelektual dapat berupa perubahan dalam
aspek pengetahuan, sikap maupun perilaku, dan perubahan yang
berlangsung sepanjang tentang kehidupan manusia. Pembelajaran
orang dewasa perlu memperhatikan kondisi psikologis, Prinsipprinsip penyelenggaraan pendidikan, suasana belajar dan Proses
Belajar Mengajar Orang Dewasa.
B. Saran
1. Pembelajaran orang dewasa harus memperhatikan tentang
karakteristik tiap orang dewasa yang diajarnya, sehingga belajar
orang dewasa akan maksimal.
2. Pempembelajaran orang dewasa hendaknya memperhatikan
kemampuan kognitif yang berbeda satu sama lain dan mencari
metode yang tepat sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
3. Pembelajaran orang dewasa seharusnya mpertimbangkan
kesiapan belajar orang dewasa sehingga sasaran pembelajaran bisa
tercapai dengan baik.
4. Pembelajaran orang dewasa perlu memperhatikan kondisi
psikologis, dan menggunakan pendekatan orang dewasa sehingga
maksimal dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA
Suprijanto. 2009. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta : Bumi aksara
Asmin. 2009. Jurnal. kosep dan metode pembxelajran untuk orang
dewasa. Jakarta: UNJ
http://kadri-blog.blogspot.com/2011/01/kognitif-adalah.html
file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195707041981031
-MUHDAR_MAHMUD/Power_Point/KOGNITIF.pdf
http://belajarpsikologi.com/perkembangan-kognitif-masa-dewasaakhir/#ixzz1fr5LQQYp
http://www.bucks.edu/~specpop/question.htm
http://intanpsikologi.wordpress.com/2010/04/18/kriteria-pemikiranpostformal/
http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/01/4/man01.ht
ml)
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUA

KONSEP BELAJAR ORANG DEWASA


DALAM PEMBELAJARAN
KEAKSARAAN FUNGSIONAL
Juni 18, 2010
erasupra Uncategorized Tinggalkan komentar
Konsepsi Belajar Orang Dewasa
Telah diketahui bahwa sasaran layanan pendidikan keaksaraan terdiri dari orang dewasa, untuk
itu dalam membelaarkan orang dewasa tentu harus memperhatikan konsepsi belajar orang
dewasa (Andragogi) seperti yang disampaikan oleh Knowles (1984) dalam buku Andragogi in
Action : Appliying Modern Principles of Adult Learning. Beberapa hal penting mengenai
konsepsi tersebut adalah : (1) orang dewasa berbeda dengan anak-anak dalam hal sikap hidup,
pandangan terhadap nilai-nilai hidup, minat, kebutuhan, ide/gagasan, hasrat-hasrat dan
dorongan-dorongan untuk melakukan suatu perbuatan ; (2) orang dewasa sudah banyak
memiliki pengalaman-pengalaman hidup(lebih banyak daripada anak-anak), maka mereka pada
umumnya tidak mudah diubah sikap hidupnya; (3) orang dewasa mempunyai konsep diri yang
kuat dan mempunyai kebutuhan untuk mengatur dirinya sendiri, oleh karena itu mereka
cenderung menolak apabila dibawa ke dalam situasi yang digurui atau diperlakukan sebagai
anak-anak; (4) pengalaman merupakan sumber yang paling kaya dalam proses belajar orang
dewasa, oleh karena itu inti metodologi proses belajar orang dewasa adalah menganalisis

pengalaman; (5) pada umumnya tidak ada perbedaan pada tingkat kecerdasan dan
kemampuan belajara antara orang dewasa dan anak-anak, bila ada perbedaan mungkin hanya
terjadi antara individu yang satu dengan individu lainnya; (6) orang akan lebih cepat dan lebih
mudah menerima dan memahami isi pelajaran atau pendidikan apabila ia telah dapat
menyadari dan menginsafi manfaat dan pentingnya pelajaran dan pendidikan itu bagi
kehidupan; dan (7) orang akan lebih mudah memahami suatu hal apabila dapat diterapkannya
melalui berbagai jenis panca indera(penglihatan, perasaan, perasaan, dll), lebih-lebih apakbila
dihayati dengan jalan melakukannya sendir, seperti pepatah I hear and I forget I see and I
remember, I do and I understand (saya dengar maka saya lupa, saya lihat maka saya ingat,
saya lakukan maka saya mengerti. Jadi agar seseorang mengerti, kepadanya tidak hanya
mendengarkan dan memperlihatkan tapi juga di demonstrasikan dan di beri kesempatan untuk
melakukannya sendiri.
Prinsip-prinsip Belajar Orang Dewasa
Data empiris menunjukkan bahwa mayoritas warga belajar program eaksaraan fungsional
berusia 15 tahun. Menurut ukuran usia, seseorang disebut dewasa jika ia telah memasuki usia
remaja atau sekitar 15 tahun keatas. Memang hal ini bukan merupakan ketentuan buku, namun
berdasarkan teori psikologi, rentang usia ini sudah dimasukkan kedalam kelompok dewasa.
Paradigma pembelajaran yang digunakan adalah teori psikologi humanistik.
Paradigma humanistik dalam teori belajar orang dewasadikembangkan oleh rogers(1961),
maslow(1970), allport(1985) dan banyak ditemukan pada tulisan knowles(1984) seperti telah
diuraikan diatas. Paradigma humanistik memandang bahwa orang dewasa dalam belajar
memiliki kebutuhan yang spesifik serta kaya pengalaman yang dapat dijadikan sebagai sumber
belajarnya.
Prinsip-prinsip belajar orang dewasa menurut Gibb yang dikutip oleh Brookfield adalah bahwa :
(1) pembelajaran harus berorientasi pada masalah atau problem oriented; (2) pemeblajaran
harus berorientasi pada pengalamn sendiri warga belajar (experiences oriented); (3) pengalamn
harus penuh dengan makna (meaningfull) bagi warga belajr; (4) warga belajr bebas untuk
belajar sesuai dengan pengalamannya; (5) tujuan belajar harus ditentukan dan disetujui oleh
warga belajar atau melalui kontrak belajar (learning contract); dan (6) warga belajar harus
memperoleh umpan balik tentang pencapaian tujuan.
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa, orang dewasa belajar sepanjang hidupnya atau
life long education, meskipin jenis yang dipelajari dan cara belajarnya selalu berubah seiring
dengan bertambahnya usia. Orang dewasa senang belajr bila aktifitas belajarnya dapat
memecahkan masalahnya, menjadi bermakna bagi situasi kehidupannya. Mereka juga
menginginkan hasil belajar segera dapat diterapkan. Hasil penelitian Lindeman tentang proses

belajar orang dewasa yang dikutip oleg Knowles (1990 ; 31) menyatakan bahwa dalam proses
pembelajaran keaksaraan fungsional ada lima hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1.

warga belajar akan termotivasi untuk belajar jika sesuai dengan pengalaman, minat dan
kebuuhan merupakan titik awal dalam pengorganisasian akativitas pembelajaran di
kelompok belajar.

2.

orientasi belajar berhubungan dengan erat dengan kehidupannya, oleh karena itu unit
yang tepat untuk pembelaaran program keaksaraan fungsional adalah situasi kehidupan
bukan mata pelajaran.

3.

pengalaman adalah sumber yang paling kaya yang harus diakui keberadaanya bagi
pembelajaran program keaksaraan fungsional. Oleh karena itu, metode utama dalam
pembelajaran adalah menganalisis pengalaman warga belajar.

4.

setiap warga belajar memiliki kebutuhan untuk mengarahkan diri, oleh karena itu, peran
tutor adalah meningkatkan proses saling memberi dan menerima bukannya mentransfer
atau memindahkan pengetahuan kepada mereka dan kemudian mengevaluasi seberapa
jauh mereka menguasai pengetahuan yang diberikan.

5.

perbedaan individual diantara warga belajr, meningkat seiring bertambahnya usia. Atas
dasar itu, pola pemeblajaran harus menghargai secara penuh adanya perbedaan gaya,
waktu, tempat dan bentuk penyampaian materi belajar.

Pendapat Lindeman tersebut pada intinya adalah menekankan bahwa warga belajar akan lebih
tertarik dalam belajar bila materi yang diberikan sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
Sifat Dasar Belajar Orang Dewasa
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan sifat dasar belajar orang dewasa
yang meliputi :
1.

Belajar berkaitan dengan kedewasaan

Pada usia dewasa kemampuan dan keterampilan dasar yang telah diperoleh, selain
dimantapkan juga harus dikembangkan. Makin banyak pengetahuan dan keterampilan baru
yang diperoleh, maka pada gilirannya akan lebih mantap dalam belajar lebih lanjut.
1.

Tugas dan kewajiban sebagai orang dewasa

Orang yang sudah dewasa dihadapkan pada kewajiban-kewajiban untu membentuk dan
membina suatu keluarga(suami, istri, dan anak-anak). Dalam kewajiban tersebut termasuk :
usaha mencari nafkah, membina rumah tangga, mengasuh dan mendidik anak-anak, dll. Orang
dewasa lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk memasukkan dirinya kedalam
dorongan-dorongan tertentu, yang saling berbeda yaitu berdasarkan jenis pekerjaan,
kepercayaan, ideologi, dan pandangan hidupnya. Sehubungan dengan karekteristik orang

dewasa sebagaimana dikemukakan diatas , maka dalam usaha-usaha memberikan


pembelajaran kepada mereka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berkut : (1) materi
pembelajaran yang diberikan harus disesuaikan dengan keperluan warga belajar dalam
mencari nafkah atau memnuhi kewajiban mereka terhadap keluarga dan masyarakat, (2) tidak
diperkenankan adanya unsur paksaan dalam proses belajar, (3) proses pembelajaran akan
berlangsung baik bila memperhatikan status sosial warga belajar di masyaraat, (4) waktu
belajar disesuaikan dengan waktu luang warga belajar, (5) memberikan kepercayaan warga
belajar
1.

Pengalaman hidup orang dewasa

Dalam pertumbuhan menuju orang dewasa, seseorang banyak memilki pengalaman dalam
hidupnya, dan akan belajar dari pengalaman yang mereka dapatkan. Apabila sikap hidup,
pikiran, ide, gagasan, pengalaman, informasi, dan sebagainya yang terdapat pada diri warga
belajar dipupuk dan dikembangkan, maka akan membantu perkembanngan atau kemajuan
belajarnya, ataupun sebaliknya.
1.

Menyadari manfaat dan pentingya belajar

Pengelola program keaksaraan fungsional senantiasa harus berusaha untuk dapat mengenal
dan memahami berbagai segi kehidupan orang dewasa. Dengan mengenal dan memahami
unsur-unsur kehidupan orang dewasa itu yang benar-benar membawa kegunaan bagi tiap-yiap
individu, atau masyarakat secara keseluruhannya. Unsur-unsur yang mengandung kegunaan
inilahyang harus dijadikan bahan dalam menyusun materi pembelajaran.
Contoh unsur-unsur kehidupan misalnya : (1) bagaimana cara-cara praktis untuk menaikkan
penghasilan bagi tiap warga masyarakat; (2) bagaiman cara menanggulanagi segala macam
bahaya yang mengancam kesejahteraan manusia; (3) bagaimana cara memanfaatkan
kekayaan; (4) bagaimanan cara memelihara gotong ronyong; (5) bagaimana cara berswadaya
dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mencari penyelesaian administratif bagi
dirinya; dll.
1.

Tingkat Kecerdasan dan kemampuan belajar orang dewasa

Yang dimaksud dengan kemepuan belajar orang dewasa adalah

Kemampuan untuk memahami materi pembelajaran yang diberikan


Kemampuan untuk mengambil kesimpulan dari contoh yang dikemukakan dalam
kegiatan belajar mengajar (KBM)
Kemampuan untuk membuat contoh terhadap hal yang diajarkan
Kemampuan dalam melihat korelasi materi dengan pengalaman
Kemampuan dalam mengolah petunjuk dan informasi yang diterimanya

Dalam pembelajaran keaksaraan fungsional memiliki pedoman atau konsepsi sebagai berikut :

Berikan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti


Jelaskan materi dengan contoh yang sering ditemui dalam kahidupan warga belajar
Mengajak warga belajar untuk mencari contoh yang diajarkan
Mengajak warga belajar dengan sedapat mungkin mempraktekan contoh tersebut
Jangan memberikan paksaan
Memberi rangsangan dengan cara mengajukan pertanyaan yang mreka pahami.

Pendekatan Orang Dewasa Terhadap Belajar (Pada Pendidikan Keaksaraan Fungsional)


Adapun pendekatan tersebut antara lain :
1.

Pendekatan Berpusat pada masalah

Meningkatkan motivasi belajar orang dewasa dengan identifikasi masalah yang dihadapi.
1.

Pendekatan proyektif

Pendekatan proyektif adalah pendekatan yang digunakan secara proyektif dalam memprediksi
sesuatu, yang diharapkan dapat dilaksanakan oleh warga belajar secara menyeluruh namun
bukan merupakan tekanan dari luar, karena sudah terkondisi dengan persoalan hidup seharihari.
1.

Pendekatan Aktualisasi Diri

Pendekatan ini didasarkan atas kepercayaan yang kuat akan kemampuan individuuntuk
mengatur kehidupannya sendiri.
Aspek Yang Mempengaruhi Pembelajaran Orang Dewasa Dalam Program Pendidikan
Keaksaraan Fungsional
Menurut Oemar Hamalik (1999), menyatakan bahwa : aspek-aspek yang terkait dalam proses
belajar terdiri atas : (1) Motivasi warga belajar; (2) Bahan belajar; (3) Alat bantu belajar; (4)
Suasana belajar; (Kondisi Subyek belajar.
About these ads

Anda mungkin juga menyukai