Bagi para pengelola, maupun penyelenggara bisnis jasa pembelajaran, khususnya yang
memiliki pasar para orang dewasa seperti para pegawai / karyawan suatu institusi atau
organisasi resmi, tentunya para pengelola maupun para penyelenggara bisnis jasa
pembelajaran tersebut seyogyanya mengetahui dan memahami apa sesungguhnya yang
diinginkan dan dibutuhkan oleh mereka para pembelajar dewasa didalam proses
pembelajarannya.
Dengan mengetahui dan memahami ikhwal apa saja yang diinginkan dan dibutuhkan oleh
mereka (pembelajar dewasa), hal ini diharapkan akan memberikan sedikit masukkan dan
dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para pengelola dan penyelenggara jasa
pembelajaran dalam upayanya menghasilkan jasa pembelajaran terbaik dan menjadi
pusat pembelajaran terbaik melalui perbaikan proses dan perbaikan mutu secara
berkelanjutan. Semoga!
Pada uraian berikut, akan dibahas beberapa hal mendasar yang berlaku pada
pembelajaran orang dewasa, serta hal-hal lainnya sebagai pelengkap dalam pembelajaran
orang dewasa. Semoga bermanfaat!
Pembelajaran Orang Dewasa biasa disebut dengan istilah Andragogy. Kata Andragogy
berasal dari bahasa Junani aner atau andr yang berarti orang (bukan anak-anak)
dan agogus berarti mengarahkan diri. Dengan demikian, Pembelajaran Orang Dewasa
adalah suatu bentuk pembelajaran yang melahirkan lulusan (orang dewasa) sebagai
sasaran pembelajaran yang dapat mengarahkan diri sendiri dan menjadi guru untuk
dirinya sendiri.
1 Perbedaan antara Pembelajaran Orang Dewasa dengan Anak-anak
Dalam pembelajaran anak-anak (Paedagogy), penekanannya terletak pada bentuk asimilasi,
identifikasi dan peniruan, dimana pada implementasi proses pembelajarannya, diberikan
dasar-dasar pengetahuan, pembentukan sikap mental dan moral. Sedangkan pada
pembelajaran orang dewasa (Andragogy), lebihmenekankan pada peningkatan kehidupan
mereka, pemberian keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan
yang mereka alami dalam hidup mereka dan dalam masyarakat.
Dengan melihat bentuk penekanan pada proses pembelajarannya, maka dengan mudah dapat
dibedakan antara pembelajaran yang berlaku bagi anak-anak dan yang berlaku pada orang
dewasa.
2 Beberapa Hal Penting pada Pembelajaran Orang dewasa
Seperti telah diuraikan di atas, bahwa pembelajaran orang dewasa berbeda dengan
pembelajaran pada anak-anak, hal tersebut memberikan implikasi yang penting pada proses
belajar mengajar pada orang dewasa (Andragogy) yang membedakannya dengan
pembelajaran pada anak-anak. Berikut, beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada
pembelajaran orang dewasa:
a. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Pembelajaran Orang Dewasa:
Faktor Kebebasan
Kebebasan, adalah merupakan salah satu ciri pada orang dewasa. Dalam melakukan
aktivitas belajarnya, orang dewasa cenderung menentukan apa yang ingin
dipelajarinya serta membandingkan informasi yang baru diterimanya dengan
pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya. Selain itu, orang dewasa lebih
menyukai hal-hal yang praktis dan yang mengarah pada pemecahan masalah, orang
dewasa tidak terlalu menyukai hal-hal yang bersifat terlalu teoritis yang
bersifat Tacit Knowledge semata (pengetahuan yang berada di kepala masingmasing individu), namun yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana caranya
mengimpementasikan pengetahuan yang baru mereka terima, pada kehidupan nyata
merekasehari-hari. Untuk hal tersebut, pendekatan pembelajarannya harus
diarahkan pada studi kasus dan pemecahan masalah, serta mereka diberi
kebebasan untuk membuat Opinion Paper atas pemecahan masalah dari suatu
kasus.
Faktor Tanggung Jawab
Faktor tanggung jawab, adalah yang membedakan sifat antara orang dewasa dengan
sifat anak-anak. Orang dewasa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.
Dengan sifat tanggung jawabnya itu, orang dewasa dalam proses pembelajarannya
menganggap dirinya sejajar dengan gurunya, karena mereka menganggap bahwa
antara dirinya dengan gurunya sama-sama merupakan orang dewasa, yang
membedakannya hanyalah bahwa guru telah memiliki pengetahuan / keterampilan
tertentu yang belum dimiliki oleh dirinya (pembelajar dewasa). Karena
kesejajarannya itu, pembelajar dewasa cenderung ingin diperlakukan sebagai
seseorang yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya, mereka lebih senang
dianggap sebagai sahabat yang mengerti terhadap atas apa yang mereka lakukan.
Sebagai sahabat, pembelajar dewasa membutuhkan guru sebagai tempat bertanya
dikala mereka mengalami masalah dalam melakukan kegiatannya. Dengan
demikian, tukar pendapat, diskusi, tanya jawab serta tugas-tugas penelitian kecil
dari apa yang mereka pelajari dalam proses pembelajarannya, adalah suatu bentuk
pendekatan yang cukup baik bagi mereka.
Faktor Pengambilan Keputusan sendiri
Pembelajar dewasa mampu mengambil keputusan sendiri. Sebagai orang dewasa,
mereka tidak mau digurui, dipaksa untuk menerima kebenaran-kebenaran dari luar,
karena mereka menganggap dapat memutuskan tentang apa yang akan mereka
pelajari, tentang apa yang akan mereka ambil manfaatnya dari apa yang mereka
dapatkan dalam proses pembelajaran, serta mereka menganggap dirinya mampu
menilai baik buruknya sesuatu yang akan dan sedang mereka pelajari Mengapa
demikian?Karena mereka menganggap bahwa hanya dirinyalah yang lebih
mengetahui hal-hal yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya dalam kehidupannya
sehari-hari. Dalam hal ini, seorang guru harus melengkapi (bukan mengganti)
kemampuan dirinya sebagai seseorang yang berperan sebagai fasilitatordan
harus memainkan peran dimaksud pada pembelajaran orang dewasa. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan cara lebih mengutamakan pada pemberian informasi
yang relevan dan netral, membantu para pembelajar dalam mengambil keputusan
dan menyeleksi informasi yang diterima, terutama dalam hal-hal baru.
Faktor Pengarahan Diri sendiri
Pembelajar dewasa, sebagai orang dewasa, mereka menganggap dirinya dapat
mengarahkan diri sendiri, mereka juga memiliki pandangan hidup sendiri (way of
life) dalam berinisiatif dan dalam berkreasi pada proses pembelajarannya yang
disesuaikan dengan pandangan yang dimilikinya, serta mereka memiliki tingkat
interaktivitas yang tinggi antar sesama pembelajar. Namun demikin, bukan berarti
mereka harus dilepas begitu saja, peran seorang guru dalam hal ini, setelah
memahami latar belakang pendidikan / kerja, usia serta keinginan-keinginan
mereka, seorang guru dituntut untuk mampu menyesuaikan program
pembelajarannya dan harus jeli dalam memilih metode atau model pembelajaran
yang cocok bagi mereka (pembelajar), dalam hal ini, seorang guru misalnya dapat
menerapkan model diskusi kelompok atau studi kasus untuk dapat mengakomodasi
tingkat interaktivitas antar sesama pembelajar serta faktor pengarahan diri dalam
kelompok dimaksud.
Faktor Psikologis
Tidak jarang, faktor psikologis para pembelajar kurang terperhatikan. Hal tersebut
dimungkinkan oleh karena ada anggapan bahwa seorang guru, tetaplah seorang
guru yang bertugas menyampaikan ilmu, bukan psikolog ataupun psikiater yang
harus bersusah payah untuk mengurusi masalah kejiwaan para pembelajar.
Tentunya, bukan itu yang dimaksud. Yang harus diperhatikan oleh seorang guru
adalah, guru harus dapat meyakinkan para pembelajar bahwa mereka diterima dan
diperlakukan sebagai orang dewasa yang memiliki kebebasan untuk berekspresi dan
berkreasi dan dihargai sebagai seorang sahabat, selain itu, empati seorang guru
sangat diperlukan oleh pembelajar, karena walau bagaimanapun, mereka
mengharapkan seorang guru untuk memahami tentang apa yang diinginkan,
dibutuhkan, diharapkan serta apa yang dirasakan oleh mereka. Asas humanistik
sangat penting dalam hal ini.
Faktor Fisik
Dibandingkan dengan anak-anak, para pembelajar dewasa memerlukan situasi
belajar yang lebih bebas. Perhatian pada detail fisik ruang kelas, penataan kelas
serta media yang digunakan adalah mutlak, untuk hal tersebut, tempat dan semua
perlengkapan harus diatur agar:
Dapat memberikan kenyamanan baik untuk guru maupun bagi para pembelajar.
Bersifat menyenangkan
Bersuasana santai (tidak terlalu formal), bentuk penataan kelas klasikal adalah
kurang tepat, gunakanlah formasi bentuk U misalnya, hal tersebut untuk
membuat suasana lebih santai.
Memiliki sirkulasi udara yang baik, pengaturan perputaran udara yang tidak baik,
selain akan mengganggu konsentrasi belajar, kenyamanan, juga akan berakibat
kepada terganggunya kesehatan guru maupun para pembelajar.
Memiliki tata letak alat dan media pembelajaran yang tepat.
Selain beberapa hal di atas, yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah
kondisi fisik dari para pembelajar. Jumlah ideal pembelajar di dalam suatu kelas
oleh seorang guru dan pembelajar dalam proses pembelajaran. Bahan ajar mempunyai
struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional yang akan
dicapai, memotivasi pembelajar untuk belajar, berisi latihan-latihan, menyediakan
rangkuman, serta secara umum, berorientasi pada pembelajar secara individual (Learner
Oriented). Bahan ajar harus bersifat mandiri, artinya dapat dipelajari oleh pembelajar
secara mandiri.
Menurut Lewis, R. & Paine, N., dalam How to Communicate with the Learner, 1985.,
bahwa buku teks dan bahan ajar dapat dibedakan sebagai berikut:
Buku Teks
1 Mengasumsikan minat dari pembaca
2 Ditulis terutama untuk dipergunakan oleh
guru
3 Dirancang untuk dipasarkan secara luas
4 Belum
tentu
menjelaskan
tujuan
instruksional
5 Disusun secara linier
6 Strukturnya berdasarkan logika bidang
ilmu (content)
7 Belum tentu memberikan latihan
8 Tidak mengantisipasi kesukaran belajar
pembelajar
9 Belum tentu memberikan rangkuman
10 Gaya penulisan (bahasanya) naratif
tetapi tidak komunikatif
11 Sangat padat
12 Dikemas untuk dijual secara umum
13 Tidak mempunyai mekanisme untuk
mengumpulkan umpan balik dari
pemakai
14 Tidak memberikan saran-saran cara
mempelajari buku tersebut.
Bahan Ajar
1 Menimbulkan minat dari pembaca
2 Ditulis
dan
dirancang
untuk
dipergunakan oleh pembelajar
3 Menjelaskan tujuan instruksional
4 Disusun berdasarkan pola belajar yang
fleksibel
5 Strukturnya
berdasarkan kebutuhan
pembelajar dan kompetensi akhir yang
akan dicapai
6 Berfokus pada pemberian kesempatan
bagi pembelajar untuk berlatih
7 Mengakomodasi
kesukaran
belajar
pembelajar
8 Selalu memberikan rangkuman
9 Gaya penulisan (bahasanya) komunikatif
dan semi formal
10 Kepadatan, berdasarkan kebutuhan
pembelajar
11 Dikemas untuk dipergunakan dalam
proses instruksional
12 Mempunyai
mekanisme
untuk
mengumpulkan umpan balik dari
pembelajar
13 Menjelaskan cara mempelajari bahan
ajar
Dengan melihat perbedaan antara buku teks dan bahan ajar di atas, para guru, pengelola
maupun penyelenggara jasa pembelajaran, seyogyanya melakukan kajian ulang pada apa
yang telah diupayakannya selama ini, apakah materi bahan ajar yang diberikan pada para
pembelajar sudah memenuhi kriteria bahan ajar yang merupakan pegangan para
pembelajar atau belum. Seandainya kriteriatersebut belum terpenuhi, adalah bijaksana
untuk kembali mempertimbangkannya, hal tersebut sangat perlu, karena bahan ajar yang
baik yang sesuai dengan kriteria bahan ajar sebagaimana mestinya, sangat berpengaruh
terhadap berhasil / tidaknya proses pembelajaran orang dewasa, sebab kita sudah mafhum
bahwa pembelajar orang dewasa adalah jenis pembelajar yang memiliki kemampuan
untuk belajar mandiri yang akan melakukan eksplorasi / penggalian bahan pelajaran dari
apa yang menjadi pegangannya (bahan ajar yang baik yang sesuai dengan kriteria bahan
ajar).
1 Bagaimanakah Menjadi Seorang Guru?
a. Peran Seorang Guru
Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran, banyak tergantung pada bagaimana
proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan proses pembelajaran tersebut adalah guru. Dalam proses
pembelajaran, seorang guru memiliki 3 (tiga) fungsi dasar utama, yaitu:
Fungsi Mendidik;
Adalah melakukan penanaman dan pembinaan nilai-nilai moral, ahlak dan etika
yang baik sesuai dengan standar yang berlaku umum di masyarakat.
Fungsi Mengajar;
Adalah fungsi pentransferan ilmu pengetahuan.
Fungsi Melatih;
Adalah fungsi pentransferan keterampilan.
Dalam perkembangan berikutnya, ketiga fungsi dasar yang dimiliki oleh seorang guru
di atas, semakin diperluas lagi, dimana seorang guru selain sebagai seorang pendidik,
pengajar maupun trainer, seorang guru juga memiliki fungsi dan tugas sebagai seorang
perencana, pelaksana, penilai keberhasilan si pembelajar, organisator kegiatan
pembelajaran dan yang terkini, seorang guru berfungsi sebagai seorang fasilitator.
Dalam kaitannya dalam pembelajaran orang dewasa, peran seorang guru memiliki
fungsi sebagai fasilitator, hal ini dikarenakan bahwa dalam proses pembelajaran orang
dewasa, seorang guru berhubungan dengan pembelajar yang sudah memiliki
kemampuan untuk belajar mandiri. Sebagai seorang fasilitator, seorang guru dalam
proses pembelajaran dituntut untuk membantu para pembelajar dengan cara:
Membangkitkan minat belajar si pembelajar
Menjelaskan tujuan instruksional
Menyajikan materi dengan struktur yang baik
Memberikan kesempatan kepada si pembelajar untuk berlatih dan memberikan umpan
balik
Memperhatikan dan menjelaskan hal-hal yang sukar atau yang tidak dimengerti si
pembelajar
Menciptakan komunikasi dua arah (tidak Cuma guru saja yang berperan menyajikan
materi pembelajaran)
b. Keterampilan Dasar Mengajar
Keterampilan dasar mengajar, mutlak dimiliki oleh seorang guru dalam melakukan
proses belajar-mengajarnya. Keterampilan dasar mengajar merupakan bentuk integrasi
utuh dari berbagai keterampilan yang jumlahnya sangat banyak. Diantara keterampilan
yang sangat banyak tersebut, menurutTurney, C. dkk. dalam Sydney Micro Skills
Handbook Series., 1973.,berdasarkan hasil penelitiannya, mengemukakan terdapat 8
(delapan) keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat berperan dalam
keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kedelapan keterampilan tersebut adalah
keterampilan:
Bertanya
Keterampilan bertanya, sangat perlu dikuasai oleh guru, karena hampir pada
setiap kegiatan belajar-mengajar, guru mengajukan pertanyaan, dan kualitas
pertanyaan guru menentukan kualitas jawaban si pembelajar.
Memberi penguatan
Penguatan, adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Seorang guru perlu
menguasai keterampilan memberikan penguatan, karena penguatan merupakan
dorongan bagi si pembelajar untuk meningkatkan penampilannya, serta dapat
meningkatkan perhatian.
Mengadakan Variasi
Suatu kehidupan akan lebih menarik jika dijalani dengan penuh variasi. Variasi
dalam kegiatan belajar-mengajar adalah perubahan dalam proses kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan motivasi para pembelajar, serta mengurangi
kejenuhan dan kebosanan.
Menjelaskan
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar, menjelaskan berarti
mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana secara
sistematis, sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh pembelajar.
Membuka dan menutup pelajaran
Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan
suasana siap mental dan penuh perhatian pada diri pembelajar. Sedangkan
menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri
kegiatan inti pelajaran.
Tujuan kegiatan membuka dan menutup pelajaran adalah:
o Membangkitkan motivasi dan perhatian
o Membuat pembelajar mengetahui batas tugasnya
o Membantu pembelajar memahami hubungan berbagai materi yang disajikan
o Membantu pembelajar mengetahui tingkat keberhasilannya
Membimbing diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar-mengajar
yang penggunaannya cukup sering diperlukan. Ciri-ciri diskusi kelompok kecil
adalah:
Melibatkan 3 9 orang peserta
Berlangsung dalam interaksi tatap muka yang informal, artinya setiap anggota
dapat berkomunikasi langsung dengan anggota lainnya
Mempunyai tujuan yang akan dicapai dengan kerja sama antar anggota lainnya
Berlangsung menurut proses yang sistematis
Mengelola kelas
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses belajarmengajar yang serasi dan efektif
Mengajar kelompok kecil dan individual
Mengajar kelompok kecil dan individual, terjadi dalam konteks pengajaran
klasikal. Di dalam kelas, seorang guru mungkin menghadapi banyak kelompok
iv) Pelajar dewasa yang mempunyai konsep kendiri yang positif lebih responsive terhadap
pembelajaran.
v) Pelajar dewasa lebih bermotivasi untuk belajar apabila kandungan pembelajaran sesuai
untuk tugas-tugas harian, peranan sosial, krisis hidup dan untuk masa transisi.
vi) Persepsi yang jelas terhadap tingkah laku yang diharapkan.
vii)Kesihatan yang baik mempengaruhi proses pembelajaran.
Syarat-syarat pembelajaran dewasa
Mengikut Hamdan Abd Kadir et. al (2004), terdapat 12 syarat yang perlu dipenuhi sebelum
proses pembelajaran dewasa berlaku.
Syarat 1: Pengajar perlu tahu peranan mereka
Proses pembelajaran adalah lebih efektif apabila pengajar atau ketua kumpulan kurang
bercakap dan tidak menunjukkan autoriti mereka. Pengajar sepatutnya memberi lebih peluang
kepada pelajar menyuarakan pendapat mereka sendiri. Proses ini dapat diperkembang dengan
memberi kepercayaan yang lebih dan memberi pilihan kepada pelajar serta jalan penyelesaian
sendiri yang dapat memuaskan hati mereka.
Syarat 2 : Pengajar perlu tahu matlamat pembelajaran
Pengajar perlu mencipta satu situasi yang membolehkan pelajar bebas menyatakan keperluan
mereka. Pembelajaran berlaku apabila pengajar mempunyai matlamat dalam sesuatu sesi
pembelajaran dan menggalakkan pelajar mengkaji matlamat diri sendiri dan makna di
sebaliknya.
Syarat 3: Pengajar perlu menghargai diri pelajar
Pembangunan adalah suatu perkara yang menitikberatkan keunikan peribadi dan persekitaran
pembangunan yang subjektif. Dalam keadaan lain, setiap individu ada pendapat, perasaan,
perspektif, nilai dan kesemua ini penuh bererti bagi mereka. Mereka hanya membangunkan
kesedaran dalam diri mereka apabila mereka rasa sumbangan dan nilai mereka sebagai
individu berharga di sisi kumpulan masyarakat.
Syarat 4: Pengajar perlu menerima pendapat pelajar
Pembelajaran adalah tidak efektif sekiranya pengajar menitikberatkan satu jawapan yang
benar, keputusan yang menakjubkan atau satu jalan yang baik untuk sesuatu masalah.
Pelajar dewasa perlu diberi peluang untuk menyuarakan pendapat dan perasaan sendiri.
Syarat 5: Pengajar perlu menerima kesalahan pelajar
Proses pembelajaran memerlukan cabaran baru dan pengalaman yang berlainan. Percubaan
yang tidak diketahui asal-usulnya semestinya akan membuat kesilapan. Perkembangan dan
perubahan membantu apabila kesalahan itu diterima sebagai sebahagian daripada proses
pembelajaran.
TEGASNYA....
1.
Trainer yang benar-benar faham pembelajaran orang dewasa akan
mempersembahkan modul yang selaras dengan keperluan pembelajarn mereka.
2.
Modul yang sesuai membantu secara positif pencapaian objektif satu-satu
kursus.
3.
Setiap trainer tidak hanya "syok sendiri" dengan modul yang dijalankan, tetapi
perlu sering membuat penilaian dan koreksi setiap kelemahan modul. Rajinlah membuat
kajian tindakan.
4.
Setiap trainer perlulah rajin membaca dan mendalami sesuatu konsep andragogi
serta mengikuti latihan-latihan untuk memahirkan diri sebagai trainer yang baik.
5.
6.
33
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran
kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah
yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai
beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi
pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam
pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang
berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
2. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih
untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam
pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang
menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne &
Briggs. 1979: 251).
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi
dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah.
Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding
penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas
pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
3. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk
menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara
mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya.
Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang
demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada
seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat
kue, dan sebagainya.
Kelebihan Metode Demonstrasi :
a.
Perhatian
siswa
dapat
lebih
dipusatkan.
b.
Proses belajar siswa
lebih
terarah
pada
materi
yang
sedang
dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
Kelemahan metode Demonstrasi :
a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
b.
Tidak
semua
benda
dapat
didemonstrasikan.
c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan.
Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih
dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya.
Ada tiga
macam
metode
ceramah
plus,
diantaranya
yaitu:
a.
Metode
ceramah
plus
tanya
jawab
dan
tugas
b.
Metode
ceramah
plus
diskusi
dan
tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
5. Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan
siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan
Metode
Resitasi adalah
:
a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih
lama.
b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung jawab
dan
mandiri.
Kelemahan
Metode
Resitasi adalah
:
a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil
pekerjaan
orang
lain
tanpa
mau
bersusah
payah
mengerjakan
sendiri.
b.
Kadang
kala
tugas
dikerjakan
oleh
orang
lain
tanpa
pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
6. Metode Eksperimental
Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana
siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang
dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya.
7. Metode Study Tour (Karya wisata)
Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak peserta
didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik
membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan
didampingi oleh pendidik.
8. Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan
memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya
langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan
manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini bertujuan
membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.
9. Metode Pengajaran Beregu
Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari
satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk
sebagai kordinator. Cara pengujiannya,setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika
ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik
tersebut
10. Peer Theaching Method
Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu metode
mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.
11. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanyasekadar metode
mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebabdalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada menarik
kesimpulan.
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir danmenggunakan
wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan olehsiswa. Seorang guru harus
pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencobamengeluarkan pendapatnya.
12. Project Method
Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta
peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
13. Taileren Method
Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagiansebagian,misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentusaja
berkaitan dengan masalahnya
14. Metode Global (ganze method)
Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan
materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisaridari materi
tersebut.
Oleh :
Rasidi (11703254005)
Titik Handayani (11703254015)
MANAJEMEN PENDIDIKAN
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok manusia, karena dengan
pendidikanlah manusia bisa tercerahkan untuk mengambil
BAB II
ISI
A. KLASIFIKASI ORANG DEWASA
Dalam pendidikan orang dewasa (andragogi) terdapat hubungan
timbal balik. Dimana hubungan pengajar dan pelajar adalah
hubungan yang saling membantu. Pengalaman guru dinilai sebagai
sumber utama dalam belajar. Secara fisik usia, rangka tubuh, tinggi
dan lebarnya tubuh seseorang dapat menunjukkan sifat kedewasaan
pada diri seseorang. Faktor-faktor ini memang biasa digunakan
sebagai ukuran kedewasaan. Akan tetapi segi fisik saja belum dapat
menjamin ketepatan bagi seseorang untuk dapat dikatakan telah
dewasa.
Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah
mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk
menerapkan keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan
demikian, individu akan mampu memecahkan masalah secara
sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif-kreatimya
sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin
mematangkan kualitas mentalnya. Pada umumnya orang dewasa
dikategorikan menjadi 3 macam yaitu: dewasa awal, dewasa madya,
dan dewasa akhir karena itu disesuaikan dengan usia dan
kemampuan
Perbedaan pendidikan oarang dewasa dengan anak anak adalah,
kalau andragogi pelajar mengelompokkan diri berdasarkan minat,
sedangkan pedagogi pengelompokannya berdasarkan tingkatan.
Pada andragogi belajar berorientasi pada masalah, dimana pada
persoalan sekarang untuk dipergunakan sekarang juga. Sedangkan
pada pedagogi orientasi belajarnya adalah pada mata pelajaran
yang dipelajari oleh siswa sekarang untuk bekal hidup dimasa
pada awal masa dewasa. Karena masa ini sering dianggap sebagai
periode yang ditakuti, pada dasarnya secara manusiawi setiap orang
takut kehilangan vitalitas, status dan kemampuan hidup. Sehingga
pada masa awal ini sering muncul masa puber kedua, sebagai
ekspresi kecemasan terhadap penurunan vitalitas yang dialami. Dan
rasa ketakutan dirinya menjadi tua.
3. Dewasa Akhir (61 keatas)
Dewasa akhir adalah tahap akhir dari perkembangan manusia.
Banyak para ahli mengungkapkan pendapat masing masing
seperti halnya Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa dewasa
akhir dibatasi usia 60 tahun.sedangkan di indonesia dewasa akhir
ditandai dengan usia 55 tahun ( Utami, 1993 ) WHO memberi
batasan yang lebih berani yaitu 65 tahun. Masa ini juga ditandai
dengan kemunduran fungsi tubuh. Sedang Pada dewasa akhir
perkembangan emosionalnya cenderung lebih stabil.
B. KEMAMPUAN KOGNITIF ORANG DEWASA
1. Kognitif manusia
Kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang
didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu.
Proses yang dilakukan kognitif adalah memperoleh pengetahuan
dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat,
menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan
berbahasa.
Perkembangan kognitif merupakan kemampuan manusia untuk
berpikir, memberi alasan, memahami dan mengingat apa yang ada
di sekitar kita. Hal ini melibatkan proses mental untuk membuat
informasi yang mencakup mengamati, memperhatikan, memahami
dan mengingat informasi.
2. Faktor yang mempengaruhi kognitif
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kemampuan kognitif,
antara lain:
a. Faktor Bawaan atau Biologis
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir.
Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan
masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan.
b. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
c. Faktor Pembentukan atau Lingkungan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang
yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.
d. Faktor Kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan
dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan seseorang
berbeda -beda sesuai dengan keadaan fisik dan sosialnya.
e. Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan
memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai
dengan kebutuhannya.
3. Tahapan kognitif manusia
a. Perkembangan kognitif dari blooms
Perkembangan kognitif, meliputi fungsi memproses informasi,
pengetahuan dan keahlian mentalitas. Anderson mengklasifikasi
proses kognitif menjadi enam kategori, yaitu ingatan (remember),
pemahaman (comprhension), aplikasi (application), analisis
(analysis), evaluasi (evaluation), dan kreatifitas (create). Dimensi
pengetahuan diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu
pengetahuan faktual (factual knowledge), pengetahuan konseptual
(conceptual knowledge) pengetahuan procedural (procedural
knowledge) dan pengetahuan metakognisi (metanognitif
knowledge). Dalam revisi teori Taksonomi Bloom terdiri dari sub
kategori yang memiliki kata kunci berupa kata yang berasosiasi
dengan kategori tersebut diantaranya adalah :
1) mengingat (remember): mengurutkan, menjelaskan,
mengidentifikasi, menempatkan, mengulangi, menemukan kembali
dan sebagainya;
2) memahami (comprehension): menafsirkan, meringkas,
mengklasifikasi dan membandingkan;
3) menerapkan (application): melaksanakan, menggunakan,
menjalankan, melakukan, mempraktekkan dan memilih;
4) menganalisis (analysis): menguraikan, membandingkan,
mengorganisir, menyusun ulang dan mengubah struktur;
5) mengevaluasi (evaluation); menyusun hipotesis, mengkritik,
memprediksi, menilai
b. Struktur kognitif
Struktur kognitif terdiri dari :
1) Pengetahuan - untuk mengidentifikasi atau mengingat informasi.
Sebagian besar informasi yang ditemukan dalam buku teks yang
ditulis pada tingkat pengetahuan - memberikan fakta dan rincian
pendukung (termasuk contoh dan beberapa aplikasi). Matching,
benar-salah dan pertanyaan pilihan ganda banyak tes tertulis pada
tingkat ini.
2) Pemahaman - untuk mengatur dan memilih fakta-fakta dan ide.
Bila Anda meringkas informasi, atau mampu membuat kesimpulan
dari apa yang Anda telah membaca atau mendengar, Anda
berfungsi pada tingkat pemahaman. Isi-in, jawaban singkat, dan
pertanyaan-pertanyaan pilihan yang paling banyak ditulis pada
tingkat ini.
3) Aplikasi - untuk menggunakan fakta-fakta, aturan, prinsip-prinsip.
Lab dan berorientasi masalah kursus seperti matematika, ilmu
pengetahuan, teknik, atau psikologi serta pekerjaan-program terkait
seperti ilmu komputer atau membantu medis, sering memanfaatkan
tingkat berpikir baik dalam kelas dan selama tes.
4) Analisis - untuk memisahkan keseluruhan menjadi bagian-bagian
komponen.
5) Sintesis - untuk menggabungkan ide-ide untuk membentuk
keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi - untuk mengembangkan pendapat, penilaian, atau
keputusan.
pengetahuan.
2) Dewasa Madya
Kita telah melihat bahwa penurunan pada beberapa ciri fisik dewasa
tengah. Orang dewasa tengah mungkin tidak melihat dengan baik,
tidak berlari denga cepat. Tapi bagaimana dengan ciri-ciri kognitif
dewasa tengah. Kita melihat bahwa kemampuan kognitif semakin
meningkat pada dewasa awal. Tetapi kita menemukan penurunan
pada dewasa tengah dan kemungkinan terjadi ketika memori jangka
panjang terlibat daripada memori jangka pendek. Daya ingatpun
juga lebih mungkin turun ketika organisasi dan pembayangan tidak
di gunakan. Daya ingat juga cenderung menurun ketika informasi
yang di coba untuk di ingat adalah informasi yang di simpan barubaru ini atau tidak sering digunakan (Riege & Inman, 1980). Dan
daya ingat juga cenderung menurun jika diharappkan untuk
mengingat (recall) daripada untuk mengenali (recognize) (Mandler,
1980)
.
3) Dewasa Akhir
David Wechsler (1972), yang mengembangkan skala inteligensi,
menyimpulkan bahwa masa dewasa dicirikan dengan penurunan
intelektual, karena adanya proses penuaan yang dialami setiap
orang. Sementara, John Horn (1980) berpendapat bahwa beberapa
kemampuan memang menurun, sementara kemampuan lainnya
tidak. Horn menyatakan bahwa kecerdasan yang mengkristal
(crystallized intelligence) yaitu sekumpulan informasi dan
kemampuan-kemampuan verbal yang dimiliki individu meningkat,
seiring dengan peningkatan usia. Sedangkan kecerdasan yang
mengalir (fluid intelligence) yaitu kemampuan seseorang untuk
berpikir abstrak menurun secara pasti sejak masa dewasa madya.
Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan memang akan
mengalami penurunan pada masa dewasa akhir, namun faktor
individual differences juga berperan dalam hal ini. Nancy Denney
(1986) menyatakan bahwa kebanyakan tes kemampuan mengingat
dan memecahkan masalah mengukur bagaimana orang-orang
dewasa lanjut melakukan aktivitas-aktivitas yang abstrak atau
a. Minat
Minat dapat diartikan sebagai keinginan yang kuat untuk memenuhi
kepuasan, baik berupa keinginan memiliki atau melakukan sesuatu.
Belajar dapat berlangsung dengan baik, jika didorong oleh minat
yang kuat. Minat ini besar pengaruhnya terhadap belajar, karena
minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat
keaktifan siswa, bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Oleh karena itu, untuk
mengatasi siswa yang kurang berminat dalam belajar, guru
hendaknya berusaha bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar
siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar. Dalam artian
menciptakan siswa yang mempunyai minat belajar yang besar,
mungkin dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik, salah
satunya adalah mengembangkan variasi dalam gaya mengajar.
Dengan variasi ini siswa bisa merasa senang dan memperoleh
kepuasan terhadap belajar.
Minat mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emesi
(perasaan), dan konasi (kehendak). Oleh sebab itu, minat dapat
dianggap sebagai respon yang sadar, sebab kalau tidak demikian,
minat tidak akan mempunyai arti apa-apa. Unsur kognisi maksudnya
adalah minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi
mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut unsur emosi,
karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai oleh perasaan
tertentu, seperti rasa senang, sedangkan unsur konasi merupakan
kelanjutan dari unsur kognisi.
Menurut Mahfudz Shalahuddin dalam bukunya pengantar psikologi
pendidikan, ada empat aspek yang bisa menumbuhkan minat yaitu :
1) Fungsi/Adanya kebutuhan-kebutuhan
Minat dapat muncul atau digerakkan, jika ada kebutuhan seperti
minat terhadap ekonomi, minat ini dapat muncul karena ada
kebutuhan sandang, pangan dan papan.
2) Keinginan dan cita-cita
Keinginan dan cita-cita dapat mendorong munculnya minat terhadap
sesuatu, seperti keinginan atau cita-cita menjadi dokter. Secara
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pendidikan orang dewasa (andragogi) terdapat hubungan
timbal balik. Dimana hubungan pengajar dan pelajar adalah
hubungan yang saling membantu. Perbedaan pendidikan oarang
dewasa dengan anak anak adalah, kalau andragogi pelajar
mengelompokkan diri berdasarkan minat, sedangkan pedagogi
pengelompokannya berdasarkan tingkatan. Pada andragogi belajar
berorientasi pada masalah, dimana pada persoalan sekarang untuk
dipergunakan sekarang juga. Sedangkan pada pedagogi orientasi
belajarnya adalah pada mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa
sekarang untuk bekal hidup dimasa mendatang. Dimana klasifikasi
orang dewasa dibagi menjadi 3 yaitu : Dewasa Awal (20 39),
Dewasa awal adalah usia yang produktif dan banyak penyesuaian
yang harus dilakukan menyebabkan masa ini juga disebut masa
bermasalah. Dewasa Madya (40 - 59), Usia madya merupakan masa
peralihan dari masa dewasa yang penuh vitalitas ke masa tua
dengan berbagai penurunan fungsi fisik dan psikis. Dewasa Akhir
(60 keatas), Dewasa akhir adalah tahap akhir dari perkembangan
manusia.
Kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang
didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu.
Faktor yang mempengaruhi kognitif adalah Faktor Bawaan atau
Biologis, Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas, Faktor
Pembentukan atau Lingkungan, Faktor Kematangan, Faktor
Kebebasan. Tahapan kognitif dari blooms yaitu mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan juga
struktur kognitfnya. Kemampuan kognitif orang dewasa, Dewasa
Awal Pada masa dewasa awal individu mulai bisa mengatur pikiran
operasional formal mereka. Dewasa Madya Kita telah melihat bahwa
penurunan pada beberapa ciri fisik dewasa tengah. Orang dewasa
DAFTAR PUSTAKA
Suprijanto. 2009. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta : Bumi aksara
Asmin. 2009. Jurnal. kosep dan metode pembxelajran untuk orang
dewasa. Jakarta: UNJ
http://kadri-blog.blogspot.com/2011/01/kognitif-adalah.html
file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195707041981031
-MUHDAR_MAHMUD/Power_Point/KOGNITIF.pdf
http://belajarpsikologi.com/perkembangan-kognitif-masa-dewasaakhir/#ixzz1fr5LQQYp
http://www.bucks.edu/~specpop/question.htm
http://intanpsikologi.wordpress.com/2010/04/18/kriteria-pemikiranpostformal/
http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/01/4/man01.ht
ml)
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUA
pengalaman; (5) pada umumnya tidak ada perbedaan pada tingkat kecerdasan dan
kemampuan belajara antara orang dewasa dan anak-anak, bila ada perbedaan mungkin hanya
terjadi antara individu yang satu dengan individu lainnya; (6) orang akan lebih cepat dan lebih
mudah menerima dan memahami isi pelajaran atau pendidikan apabila ia telah dapat
menyadari dan menginsafi manfaat dan pentingnya pelajaran dan pendidikan itu bagi
kehidupan; dan (7) orang akan lebih mudah memahami suatu hal apabila dapat diterapkannya
melalui berbagai jenis panca indera(penglihatan, perasaan, perasaan, dll), lebih-lebih apakbila
dihayati dengan jalan melakukannya sendir, seperti pepatah I hear and I forget I see and I
remember, I do and I understand (saya dengar maka saya lupa, saya lihat maka saya ingat,
saya lakukan maka saya mengerti. Jadi agar seseorang mengerti, kepadanya tidak hanya
mendengarkan dan memperlihatkan tapi juga di demonstrasikan dan di beri kesempatan untuk
melakukannya sendiri.
Prinsip-prinsip Belajar Orang Dewasa
Data empiris menunjukkan bahwa mayoritas warga belajar program eaksaraan fungsional
berusia 15 tahun. Menurut ukuran usia, seseorang disebut dewasa jika ia telah memasuki usia
remaja atau sekitar 15 tahun keatas. Memang hal ini bukan merupakan ketentuan buku, namun
berdasarkan teori psikologi, rentang usia ini sudah dimasukkan kedalam kelompok dewasa.
Paradigma pembelajaran yang digunakan adalah teori psikologi humanistik.
Paradigma humanistik dalam teori belajar orang dewasadikembangkan oleh rogers(1961),
maslow(1970), allport(1985) dan banyak ditemukan pada tulisan knowles(1984) seperti telah
diuraikan diatas. Paradigma humanistik memandang bahwa orang dewasa dalam belajar
memiliki kebutuhan yang spesifik serta kaya pengalaman yang dapat dijadikan sebagai sumber
belajarnya.
Prinsip-prinsip belajar orang dewasa menurut Gibb yang dikutip oleh Brookfield adalah bahwa :
(1) pembelajaran harus berorientasi pada masalah atau problem oriented; (2) pemeblajaran
harus berorientasi pada pengalamn sendiri warga belajar (experiences oriented); (3) pengalamn
harus penuh dengan makna (meaningfull) bagi warga belajr; (4) warga belajr bebas untuk
belajar sesuai dengan pengalamannya; (5) tujuan belajar harus ditentukan dan disetujui oleh
warga belajar atau melalui kontrak belajar (learning contract); dan (6) warga belajar harus
memperoleh umpan balik tentang pencapaian tujuan.
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa, orang dewasa belajar sepanjang hidupnya atau
life long education, meskipin jenis yang dipelajari dan cara belajarnya selalu berubah seiring
dengan bertambahnya usia. Orang dewasa senang belajr bila aktifitas belajarnya dapat
memecahkan masalahnya, menjadi bermakna bagi situasi kehidupannya. Mereka juga
menginginkan hasil belajar segera dapat diterapkan. Hasil penelitian Lindeman tentang proses
belajar orang dewasa yang dikutip oleg Knowles (1990 ; 31) menyatakan bahwa dalam proses
pembelajaran keaksaraan fungsional ada lima hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1.
warga belajar akan termotivasi untuk belajar jika sesuai dengan pengalaman, minat dan
kebuuhan merupakan titik awal dalam pengorganisasian akativitas pembelajaran di
kelompok belajar.
2.
orientasi belajar berhubungan dengan erat dengan kehidupannya, oleh karena itu unit
yang tepat untuk pembelaaran program keaksaraan fungsional adalah situasi kehidupan
bukan mata pelajaran.
3.
pengalaman adalah sumber yang paling kaya yang harus diakui keberadaanya bagi
pembelajaran program keaksaraan fungsional. Oleh karena itu, metode utama dalam
pembelajaran adalah menganalisis pengalaman warga belajar.
4.
setiap warga belajar memiliki kebutuhan untuk mengarahkan diri, oleh karena itu, peran
tutor adalah meningkatkan proses saling memberi dan menerima bukannya mentransfer
atau memindahkan pengetahuan kepada mereka dan kemudian mengevaluasi seberapa
jauh mereka menguasai pengetahuan yang diberikan.
5.
perbedaan individual diantara warga belajr, meningkat seiring bertambahnya usia. Atas
dasar itu, pola pemeblajaran harus menghargai secara penuh adanya perbedaan gaya,
waktu, tempat dan bentuk penyampaian materi belajar.
Pendapat Lindeman tersebut pada intinya adalah menekankan bahwa warga belajar akan lebih
tertarik dalam belajar bila materi yang diberikan sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
Sifat Dasar Belajar Orang Dewasa
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan sifat dasar belajar orang dewasa
yang meliputi :
1.
Pada usia dewasa kemampuan dan keterampilan dasar yang telah diperoleh, selain
dimantapkan juga harus dikembangkan. Makin banyak pengetahuan dan keterampilan baru
yang diperoleh, maka pada gilirannya akan lebih mantap dalam belajar lebih lanjut.
1.
Orang yang sudah dewasa dihadapkan pada kewajiban-kewajiban untu membentuk dan
membina suatu keluarga(suami, istri, dan anak-anak). Dalam kewajiban tersebut termasuk :
usaha mencari nafkah, membina rumah tangga, mengasuh dan mendidik anak-anak, dll. Orang
dewasa lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk memasukkan dirinya kedalam
dorongan-dorongan tertentu, yang saling berbeda yaitu berdasarkan jenis pekerjaan,
kepercayaan, ideologi, dan pandangan hidupnya. Sehubungan dengan karekteristik orang
Dalam pertumbuhan menuju orang dewasa, seseorang banyak memilki pengalaman dalam
hidupnya, dan akan belajar dari pengalaman yang mereka dapatkan. Apabila sikap hidup,
pikiran, ide, gagasan, pengalaman, informasi, dan sebagainya yang terdapat pada diri warga
belajar dipupuk dan dikembangkan, maka akan membantu perkembanngan atau kemajuan
belajarnya, ataupun sebaliknya.
1.
Pengelola program keaksaraan fungsional senantiasa harus berusaha untuk dapat mengenal
dan memahami berbagai segi kehidupan orang dewasa. Dengan mengenal dan memahami
unsur-unsur kehidupan orang dewasa itu yang benar-benar membawa kegunaan bagi tiap-yiap
individu, atau masyarakat secara keseluruhannya. Unsur-unsur yang mengandung kegunaan
inilahyang harus dijadikan bahan dalam menyusun materi pembelajaran.
Contoh unsur-unsur kehidupan misalnya : (1) bagaimana cara-cara praktis untuk menaikkan
penghasilan bagi tiap warga masyarakat; (2) bagaiman cara menanggulanagi segala macam
bahaya yang mengancam kesejahteraan manusia; (3) bagaimana cara memanfaatkan
kekayaan; (4) bagaimanan cara memelihara gotong ronyong; (5) bagaimana cara berswadaya
dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mencari penyelesaian administratif bagi
dirinya; dll.
1.
Dalam pembelajaran keaksaraan fungsional memiliki pedoman atau konsepsi sebagai berikut :
Meningkatkan motivasi belajar orang dewasa dengan identifikasi masalah yang dihadapi.
1.
Pendekatan proyektif
Pendekatan proyektif adalah pendekatan yang digunakan secara proyektif dalam memprediksi
sesuatu, yang diharapkan dapat dilaksanakan oleh warga belajar secara menyeluruh namun
bukan merupakan tekanan dari luar, karena sudah terkondisi dengan persoalan hidup seharihari.
1.
Pendekatan ini didasarkan atas kepercayaan yang kuat akan kemampuan individuuntuk
mengatur kehidupannya sendiri.
Aspek Yang Mempengaruhi Pembelajaran Orang Dewasa Dalam Program Pendidikan
Keaksaraan Fungsional
Menurut Oemar Hamalik (1999), menyatakan bahwa : aspek-aspek yang terkait dalam proses
belajar terdiri atas : (1) Motivasi warga belajar; (2) Bahan belajar; (3) Alat bantu belajar; (4)
Suasana belajar; (Kondisi Subyek belajar.
About these ads