Anda di halaman 1dari 4

Intepretasi Gejala :

HB pada wanita hamil sudah termasuk anemia, namun masih anemia fisiologis,
karena pada saat hamil, seorang wanita membutuhkan cairan amnion (plasenta) untuk
kebutuhan nutrisi bayinya, nah, cairan amnion tersebut didapatkan dengan cara
menaikkan cairan plasma untuk mengencerkan darah, sebagai kompensasinya Hb akan
turun (hydremia), terutama pada trimester II kehamilan, kecuali jika saat hamil kadar Hb
dibawah 11,5 g/dL berarti bukan anemia fisiologis lagi, tapi ada kelainan lain, bisa karena
adanya ulkus gastritis, ambeien (hemoroid), perdarahan karena cacing tambang.

Muka pucat, lemah. Karena pada anemia, tubuh tidak bisa memproduksi sel darah
merah yang cukup sehingga menyebabkan tekanan darah menjadi rendah atau menurun.
Dalam tubuh kan ada dua proses pembentukan energi, yaitu proses aerob (ada oksigen)
dan proses anaerob, karena kekurangan darah menyebabkan oksigen berkurang, dua
proses tadi jadi lebih dominan di proses anaerob, sementara proses anaerob tidak banyak
menghasilkan oksigen, sehingga oksigen yang harusnya dialirkan ke otak dan area
sensitive (seperti muka (area mata dan bibir) dan ekstremitas (tangan (pada kuku dan
telapak) dan kaki) dengan sempurna jadi berkurang, menyebabkan rasa pusing serta
berkunang-kunang dan muka pucat dan konjungtiva anemis, hal tersebut juga kadang
menyebabkan jantung sering berdebar-debar (biasanya berhubungan dengan tekanan nadi
yang meningkat). Selain itu pada proses anaerob akan menghasilkan asam laktat sehingga
kadang penderita anemia juga terasa lelah, letih, lesu, lunglai, lemah.

Konjungtiva. Karena pada anemia kekurangan eritrosit sehingga darah yang harusnya
dialirkan ke seluruh tubuh dengan cukup jadi tidak merata sementara itu konjungtiva
merupakan salah satu area sensitive yang apabila tidak teraliri darah dengan sempurna
akan tampak pucat sama seperti halnya dengan sklera, bibir dan area kuku, sehingga
selain konjungtiva, bibir dan kuku juga tampak pucat;

Keadaan umumnya kompos mentis. Artinya pasien masih sadar namun tampak lemah
dan pucat, itulah alasan kenapa dokter menyuruh pasien segera berbaring dan memilih
melakukan alloanamnesis. Pada beberapa kasus anemia pasien datang dalam keadaan
tidak sadarkan diri, dalam keadaan tersebut pasien bisa dipulihkan dulu (misal sudah

sampai syok, pasien bisa langsung di beri infus (misal) terlebih dahulu), lalu kemudian
lakukan anamnesis, tetapi bisa juga dilakukan alloanamnesis seperti pada skenario;
Vital Sign :

Tekanan darah : 100/60 mmHg (normalnya : 120 (sistolik)/80 (diastolik) mmHg). Orang
dikatakan mengalami tekanan darah (hipotensi) rendah jika tekanan sistolik (angka atas
dalam pembacaan tekanan darah) kurang dari 90 mmHg atau nilai tekanan diastolik
(angka bawah dalam pembacaan tekanan darah) kurang dari 60 mmHg.
Penyebab tekanan darah rendah bisa akibat dehidrasi hingga gangguan pada
sinyal otak yang mengatur tentang pemompaan darah. Tekanan darah rendah bisa
menyebabkan gejala pusing hingga pingsan yang memicu kerusakan jantung, endokrin
atau gangguan saraf.
Gejala yang timbul dari hipotensi adalah tubuh merasa pusing bahkan hingga
terasa ingin pingsan, kurangnya konsentrasi, penglihatan kabur, mual, tubuh merasa
dingin, kulit pucat, napas pendek dan cepat, kelelahan, depresi dan timbulnya rasa haus.
Jika terjadi anemia maka tubuh tidak bisa memproduksi sel darah merah yang
cukup sehingga menyebabkan tekanan darah menjadi rendah atau menurun;

Nadi 100x/menit (normalnya 80x/menit). Tekanan nadi rata-rata merupakan tenaga utama
yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan tersebut harus dijaga karena jika terlalu
lemah, aliran darah tidak akan adekuat ke organ dan jaringan. Sementara jika berlebih,
jantung akan bekerja terlalu keras serta terjadi peningkatan resiko kerusakan vaskular
maupun rupturnya pembuluh darah kecil. Tekanan ini ditentukan oleh dua faktor
yaitu cardiac output danresistensi perifer total (TPR).
Karena tergantung dengan cardiac output dan derajat vasokonstriksi arteriol, jika
arteriol dalam suatu organ berdilatasi, arteriol di organ lain harus berkonstriksi untuk
tetap menjaga tekanan darah yang adekuat. Tekanan yang adekuat tersebut tidak hanya
membantu darah untuk terbawa ke organ yang bervasodilatasi, tapi juga ke otak yang
tergantung pada volume darah yang konstan. Oleh karena itu, walaupun organ-organ

membutuhkan darah secara bervariasi, sistem kardiovaskular selalu menjaga supaya


tekanan darah tetap konstan.
Tekanan nadi rata-rata secara konstan dimonitor oleh baroreseptor di dalam
sistem sirkulasi. Saat deviasi terdeteksi, respon refleks multiple akan terinisiasi untuk
mengembalikan ke nilai normal. Penentuan jangka pendek yang terjadi dalam hitungan
detik terjadi karena perubahan cardiac output dan resistensi perifer total yang dimediasi
oleh sistem saraf otonom yang mempengaruhi jantung, vena dan arteriol. Jangka panjang,
yang terjadi dalam hitungan menit sampai hari, melibatkan penentuan total volume darah
dengan memulihkan garam normal dan keseimbangan air melalui mekanisme yang
mengatur output urin dan rasa haus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan nadi meliputi pengembalian
darah melalui vena atau jumlah darah yang kembali ke jantung melalui vena, frekuensi
dan kekuatan kontraksi jantung, resistensi perifer, elastisitas arteri besar, viskositas darah,
kehilangan darah dan pengaruh hormon.
Etiologi Abortus
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan abortus antara lain :

Faktor janin
Faktor kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan
zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada
trimester pertama, yaitu :
1. Kelainan telur, telur kosong (blinghted ovum), kerusakan embrio atau
kelainan kromoson
2. Embrio dengan kelainan lokal
3. Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoiplast trofoblas)

Faktor ibu
1. Faktor kekebalan (imunologi) misalnya pada penyakit lupus.
2. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma, herpes dan klamidia

3. Kelemahan otot leher rahim


4. Kelainan bentuk rahim

Faktor bapak
Kelainan kromoson dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan abortus

Faktor genetic

Kelainan kromoson
1. Kelainan kromoson yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah
trisomi, monosomi, triploid / tetraploid
2. Abortus dua kali karena kelainan kromoson terjadi 80 %
3. Sindrom ehlers-danlos
Suatu keadaan membran endometrium sangat rapuh sehingga mudah rupture atau
pecah ( ruptur membran abortus spontan )
1.

Faktor endokrin berpotensi menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20%


kasus

2.

Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal dengan


tidak cukupnya produksi progesteron )

Faktor infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang disebabkan oleh TORCH (toksoplasma, rubella,
cytomegalovirus) dan malaria

Faktor anatomi uterus


1.

Submukosa mioma uteri

2.

Kelainan congenital uterus seperti, septum, uterus arkuatus yang berat,


terdapat prolip uteri

3.

Serviks inkompeten

Anda mungkin juga menyukai