Anda di halaman 1dari 2

101.

Membangun Brand Dunia


December 01 2012 | By
Anda sudah ke Gili Trawangan? Ini adalah satu dari the Gilis yang terdiri dari tiga pulau Gili
dekat Lombok. Ada juga Gili Meno dan Gili Ayer didekatnya. Tap, pusat keramaian turis
mancanegara ada di Trawangan. Lima belas menit dengan boat kecil dari Lombok. Tapi, dua
jam dengan fast boat dari Padang Bai, Bali.
Buat saya, Gili Trawangan adalah sebuah model Creative Tourism 3.0. Disebut kampung bule
karena situasinya kayak di luar negeri tapi masih di dalam negeri. Kalau tinggal di Villa Ombak
yang masih merupakan yang paling bagus di sana, deretan kafe di sepanjang pantai ada di
dekatnya.
Orang bilang bahwa hanya orang Bali yang bisa open-minded pada turis. Di Gili Trawangan,
orang lokal yang muslim membuktikan bahwa mereka bisa membuat turis yang sangat berbeda
itu kerasan. Kunci suksesnya, semua lapisan masyarakat sudah sepakat bahwa pariwisata adalah
sektor terpenting.
Pariwisata adalah kehidupan semua orang. Karena itu, turis asing harus merasa nyaman dan
aman di pulau kecil itu. Konon kabarnya, ada orang yang mencuri dan ketangkap masyarakat.
Langsung asja dikeroyok ramai-ramai. Dipotong tangan dan diusir dari sana.
Sejak itu, sudah tidak ada lagi seperti itu. Saya pun ketinggalan iPhone selama tiga jam dan
menemukan kembali di tempat yang sama. Uniknya lagi, di situ tidak ada polisi. Yang ada hanya
island security atau satpam pulau. Mereka diangkat oleh kepala desa.
Juga tidak ada polusi karena tidak ada mobil dan motor boleh beroperasi di situ. Transportasi
umum disebut Cidomo atau Cikar Dokar Motor. Disebut begitu supaya keren, padahal dokar
biasa. Sudah ada tarif baku dari satu titik ke titik lain. Tidak perlu ditawar karena sama pada
semua Cidomo.
Pertama saya naik Cidomo kaget karena lagu yang diputar lagu-lagu party. Hampir setiap
Cidomo di dilengkapi sound system kecil supaya bisa menghibur penumpang. Karena itu, nama
lain dari Cidomo adalah Ferari Gili Trawangan. Kalau tidak mau naik Cidomo,
alternatifnya sewa sepeda atau jalan kaki.
Di sepanjang jalan mengelilingi pulau, ada banyak kafe dan resor karena penduduk lokal banyak
tinggal di kawasan tengah. Juga ada beberapa toko buku dan butik yang dimiliki beberapa bule
yang sudah kerasan tinggal di sana. Sebagian malah sudah menikahi orang lokal. Buku banyak
dibeli karena merupakan teman rileks dan pakaian yang dijual adalah pakaian pantai.
Hampir tiap malam ada party sampai subuh. Tapi supaya tertib, diselenggarakan secara
bergantian oleh berbagai tempat clubbing. Setiap bulan purnama, perkumpulan remaja lokal di
sana malah menyelanggarakan full moon party di tepi pantai. Waktu itu, turis dari Gili Meno dan
Gili Ayer datang untuk ikut party karena di dua pulau itu memang tidak ada party.

Gili Meno lebih alamiah dan tenang. Di sana, ada sebuah taman burung yang dibangun oleh
orang bule juga. Sedang Gili Ayer lebih indah pantainya. Ikan pun bisa mendekat ke pantai
sehingga bisa dinikmati dengan mudah dengan ber-snorkeling di pinggir pantai.
Saya merencanakan untuk memberikan award atas nama Badan Promosi Pariwisata Indonesia
atau BPPI untuk Kepala Desa Gili. Pertama, dari aspek nature and culture, Gili is nothing
compared to Bali.
Kedua, dari aspek akses, Gili tidak punya penerbangan langsung dari luar negeri. Ketiga, dari
aspek masyarakat, dulunya mereka bukan masyarakat yang tourism-oriented.
Tapi, tiga hal yang biasanya sangat krusial untuk industri pariwisata itu tidak menghalangi
untuk membuat Gili Trawangan jadi sebuah Brand Dunia. Horizontal, Inklusif, dan Sosial.

Anda mungkin juga menyukai