Anda di halaman 1dari 202

Tirto Jiwo, Sekolah

Pemulihan
Gangguan Jiwa
Oleh: Gunawan Setiadi

Buku ini mengisahkan kegiatan pemulihan gangguan jiwa yang ditulis dalam bentuk cerita
fiktif agar lebih menarik dan mudah dipahami. Layak dibaca oleh siapa saja yang tertarik
dengan pemulihan gangguan jiwa, khususnya bagi mereka yang tidak mempunyai latar
belakang pendidikan di bidang psikologi maupun kesehatan jiwa.

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

eBook ini diterbitkan pada th 2014 oleh Tirto jiwo.

Hak cipta ada pada penulis dan dilindungi undang undang. Siapa saja diperbolehkan
memperbanyak maupun menyebar luaskan tulisan ini, asalkan bukan untuk tujuan
komersial serta tidak mengubah isinya.
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun
cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Buku ini tidak menggambarkan keadaan sesungguhnya dari Tirto Jiwo, Pusat pemulihan
dan Pelatihan Gangguan Jiwa. Ketika buku ini diterbitkan pada 15 Januari 2014,
pembangunan gedung Tirto Jiwo masih dalam tahap penyelesaian. Gambaran sekolah
pemulihan jiwa dalam tulisan ini merupakan visi atau gambaran kedepan yang ingin kami
realisasikan.
Meskipun uraian dan pernyataan di dalam tulisan ini didasarkan pada rujukan ilmiah yang
dapat dipercaya, namun tulisan ini tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat dokter
ataupun tenaga professional lainnya.

Tirto Jiwo
www.tirtojiwo.org

Gunawan Setiadi

Page 1

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Untuk penderita gangguan jiwa diseluruh Indonesia

Gunawan Setiadi

Page 2

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Daftar isi

1.

Prolog

2.

Saat untuk mengembalikan

11

3.

Mereka bisa pulih

22

4.

Sekolah pemulihan jiwa

36

5.

Guru menjemput murid

52

6.

Kebutuhan belajar

63

7.

Mengapa anakku

73

8.

Suara suara yang membuat cemas

81

9.

Nasi bercampur butiran kaca

101

10.

Gadis manis berkumis

114

11.

Rencana kerja studi

124

12.

Terapi keluarga

153

13.

Rumah kost pemulihan jiwa

160

14.

Life skills

168

15.

Gerakan pemulihan gangguan jiwa

188

16.

Epilog

195

Gunawan Setiadi

Page 3

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Prolog

aat itu, empat tahun sebelum memasuki pensiun, dalam waktu kurang dari
seminggu, kuterima 5 berita buruk. Pak Samsul Bahri, seniorku yang dua
tahun lalu pensiun, usahanya bangkrut , terlilit hutang dan kini sedang

mencari pekerjaan agar bisa membayar hutangnya. Pak Zainal Abidin, juga seniorku
di Kemenkes yang baru setahun lalu pensiun, meninggal karena stroke. Sebelum
meninggal, dia sering gelisah dan gampang marah. Sejak tidak lagi memegang
jabatan, hampir tidak ada orang yang menyapa dan menghormatinya lagi. Pak Surya
Alam, saudaraku yang sudah 3 tahun pensiun sebagai pegawai negeri sipil di daerah,
terpaksa mendatangi saudara saudara dan teman temannya yang masih aktif bekerja
untuk meminta bantuan bagi biaya anaknya yang akan masuk perguruan tinggi. Dr.
Agus Suryanto, MPH, ditangkap KPK karena didakwa korupsi alat kesehatan senilai
Rp 25 miliar ketika masih menjabat sebagai kepala Direktorat Pelayanan Kesehatan
Dasar, Kemenkes. Rumah mewah yang dibanggakannya ikut disita. Pak Zakaria,
pensiunan PNS di kemenkeu, Jakarta, gagal menjadi bupati di daerahnya. Rumah
dan mobilnya telah dijual untuk menutup biaya kampanye. Kudengar, dia masih
mempunyai hutang kepada beberapa rentenir sebesar Rp 1 milyar lebih.
Lima berita buruk, datang hampir bersamaan, semuanya tentang nasib
kenalanku yang telah pensiun, pastilah bukan suatu kebetulan semata. Ini sesuatu
yang jarang terjadi dan pasti ada hikmahnya. Kuyakini ini merupakan suatu
peringatan dini. Tanda akan datangnya bahaya bila seorang pegawai seperti diriku
tidak mau mempersiapkan pensiunnya dengan baik. Nasibku akan serupa dengan
salah satu dari mereka.
Peringatan

dini

itu

menumbuhkan

kesadaranku

akan

perlunya

mempersiapkan diri menghadapi masa pensiun. Hingga saat itu, aku belum punya
rencana dan persiapan kearah pensiun. Belum ada sedikitpun gambaran tentang
rencana kegiatan diusia pensiun nanti.
Kulemparkan kerisauanku tersebut melalui Face Book. Tanggapan teman
temanku tidak terlalu menggembirakan..
Gunawan Setiadi

Page 4

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Pak Bambang, mengapa harus memikirkan pensiun dari sekarang? Bikin


pusing saja. Jalani dan nikmati hidup ini. Jangan terlalu banyak dipikir. Hidup hanya
sekali, jangan dirusak dengan pikiran yang tidak tidak,tanggapan salah satu
temanku.
Gaji saya jauh lebih kecil dari gaji anda. Bisa bertahan hidup tanpa hutang
saja sudah hebat. Ibarat orang kebanjiran, airnya sudah setinggi leher. Kesalahan
kecilpun sudah akan membuat tenggelam. Saya tidak ingin tambah pusing dengan
memikirkan pensiun.
Meski dipikir sampai botakpun, tidak akan ada gunanya. Apa yang bisa
dilakukan untuk persiapan pensiun? Menabung? Makan sehari-hari saja susah, boro
boro bisa menabung. Bikin usaha? Selama ini , saya hanya jadi pegawai, mana bisa
tiba tiba bikin usaha? Kemungkinan bangkrut besar sekali. Dari pada pusing, lebih
baik tidak usah diambil pusing, jalani saja hidup ini,
Sebagian besar teman temanku tidak siap ketika tiba masanya untuk pensiun.
Mereka gamang, tidak tahu harus berbuat apa. Sebagian tidak siap karena alasan
keuangan. Mereka tidak punya cukup tabungan atau penghasilan tambahan untuk
menunjang uang pensiun pegawai negeri sipil yang sangat kecil dan tidak cukup
untuk hidup sederhana sekalipun. Sebagian lainnya tidak siap karena tidak tahu
bagaimana mengisi hari harinya. Selama ini mereka hanya tahu bahwa setiap pagi
harus berangkat ke kantor dan pulang sore hari. Ketika tiba waktu pensiun, mereka
tidak tahu cara mengisi waktu antara jam 8 pagi hingga jam 5 sore.
Kebanyakan teman-temanku tidak mau mempersiapkan masa pensiunnya.
Mereka tidak mau pusing memikirkan sesuatu yang besar, sulit, dan penuh ketidak
pastian. Mereka merasa tidak berdaya karena permasalahan di masa pensiun diluar
kemampuan mereka untuk mengatasinya. Akhirnya, mereka hanya pasrah.
Prinsipnya, apa yang akan terjadi, terjadilah. Sebagian yang lain tidak
mempersiapkan pensiun karena terlalu sibuk bekerja. Tidak ada lagi waktu dan
tenaga tersisa untuk merencanakan dan mempersiapkan pensiun.

Gunawan Setiadi

Page 5

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Pak Totok, tetanggaku di Purworejo, mempunyai pendapat berbeda.


Menurutnya masa pensiun yang bisa berlangsung hingga 20 -25 tahun, tidak akan
bisa dipersiapkan hanya dalam waktu 1-2 bulan saja. Uang tabungan untuk masa tua
, tidak bisa dikumpulkan hanya dalam waktu 1-2 tahun menjelang pensiun. Usaha
bisnis untuk mengisi masa pensiun, juga tidak bisa dibuat dalam waktu singkat.
Mendirikan usaha tanpa persiapan matang sama saja dengan membuang uang sia sia.
Menurutnya, masa pensiun harus dipersiapkan jauh jauh hari. Namun dengan hati
yang tetap jernih, tidak perlu sampai membuat gelisah. Sejak muda dia sudah
membeli tanah pertanian. Sejak pensiun dua tahun lalu, dia menikmati hidupnya
dengan menjadi petani, membuka kolam pemancingan dan membagikan bibit
tanaman buah dalam pot dengan gratis. Aku setuju dengan pendapatnya.
Aku beruntung, bila hanya untuk hidup sederhana, uang pensiunku yang
berasal dari 2 sumber cukup untuk membiayai hidupku dan istriku. Sumber pertama
dari hasil kerjaku selama 25 tahun di Kementrian Kesehatan dan yang kedua dari
hasil kerjaku selama 10 tahun di Badan Kesehatan Dunia atau WHO.

Aku

mengambil pensiun dini dari Kemenkes dan melamar kerja di WHO. Dengan 2 uang
pensiun tersebut, kegiatan yang semata-mata hanya untuk mengejar uang, bisa
kucoret dari daftar calon kegiatan selama pensiun. Kegiatan pasca pensiun yang
kuperlukan adalah kegiatan yang akan bisa membuatku tetap bersemangat, bisa
menghindarkan diriku dari kepikunan, depresi, namun tidak menyebabkan stress.
Lebih baik lagi bila kegiatan tersebut bisa membuat hidupku lebih sehat, lebih
berarti dan panjang umur. Tentunya, semua kegiatan tersebut harus tetap terjangkau
dari segi biaya.
Hingga saat itu, aku belum punya gambaran sama sekali tentang jenis
kegiatan yang memenuhi kriteria itu. Tidak ada hobi atau kegiatan sosial yang
selama ini kukerjakan yang bisa dikembangkan lebih lanjut. Hal ini terjadi mungkin
karena sejak usia muda hari hariku selalu penuh kesibukan. Di SMA aku sibuk
belajar agar bisa diterima di Fakultas Kedokteran. Orang tuaku sangat ingin agar aku
menjadi dokter. Itu bisa kumaklumi karena ayahku adalah seorang perawat. Perawat
dengan pendidikan setingkat SMA, bukan perawat bergelar sarjana. Seingatku,
banyak perawat seangkatan ayahku yang berangan-angan agar salah satu anaknya
Gunawan Setiadi

Page 6

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

bisa menjadi dokter. Di Fakultas Kedokteran aku sibuk belajar. Otakku yang paspasan mengharuskanku belajar lebih rajin dari teman teman yang lain. Aku sangat
takut kalau sampai dikeluarkan dan gagal menjadi dokter. Setelah bekerja keadaan
tetap tidak berubah. Setiap hari berangkat sebelum matahari terbit dan sampai
dirumah ketika matahari sudah lama terbenam. Tidak ada waktu dan tenaga yang
tersisa yang bisa kupakai mempersiapkan pensiunku.
Sejak munculnya peringatan dini tersebut, sedikit demi sedikit, persiapan
menghadapi masa pensiun mulai kulakukan. Aku mulai dengan menanyakan
rencana teman-temanku mengisi masa pensiunnya. Sebagian temanku punya
rencana untuk masa pensiunnya.
Mas Johan, apa kabarnya ? sibuk sekali kelihatannya ?, tanyaku pada Mas
Johan yang usianya sudah mendekati 60 tahun.
Ya harus begitu Dik Bambang, saya ini punya usaha sendiri, walau kecilkecilan. Saya harus rajin bekerja dan tidak akan pensiun sampai benar benar tidak
bisa kerjajawab Mas Johan.
Aku hanya seorang pegawai. Bila memasuki usia pensiun, harus berhenti
kerja. Meskipun ada gelar dokter didepan namaku, hanya selama 3 tahun kupakai
untuk buka praktek pribadi. Itupun sudah 30 tahun lalu, ketika bekerja sebagai
dokter Inpres di sebuah puskesmas di Kalimantan Barat. Sepertinya hampir mustahil
untuk bisa buka praktek dokter lagi. Ilmu

kedokteran klinis sudah banyak

kulupakan. Aku memang lebih cocok sebagai dokter ahli kesehatan masyarakat.
Dokter kantoran, kata anakku. Bukan dokter yang bekerja di rumah sakit. Selama 3
tahun di Puskesmas, aku juga buka praktek pribadi diluar jam kerja. Jumlah pasien
yang datang ke praktek pribadiku selalu bisa dihitung dengan jari tangan.
Ketika ketemu dengan Pak Wisnu, aku juga menanyakan rencananya di masa
pensiun.
Pak Wisnu, apa rencananya setelah memasuki usia pensiun ? tanyaku
pada seniorku di Kementrian Kesehatan. Aku tahu, sebentar lagi dia akan memasuki
usia pensiun.
Gunawan Setiadi

Page 7

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Tetap kerja Pak, hanya belum tahu dimana. Saya masih pikir pikir, mau
pilih jadi dosen di Universitas Swasta atau sebagai konsultan jawab Pak Wisnu
mantap. Rupanya temanku tersebut akan memanfaatkan gelar doktornya untuk tetap
kerja. Aku tidak punya gelar S3. Aku juga tidak punya bakat jadi dosen. Beberapa
temanku yang sudah memasuki pensiun bekerja sebagai konsultan. Jumlahnya hanya
beberapa orang saja, karena memang lowongan pekerjaan sebagai konsultan sangat
terbatas. Beberapa temanku meloncat ke Politeknik Kesehatan milik Kementrian
Kesehatan. Sebagai dosen mereka bisa pensiun di usia 65 tahun. Lumayan, ada
bonus tambahan 5 tahun.
Kutanyakan hal yang sama ke Bu Lista. Aku perlu mendapat gambaran
kegiatan para ibu dimasa pensiun.
Bu Lista, apa kesibukannya setelah pensiun? tanyaku pada Bu Lista,
temanku SMA yang sudah lama tidak ketemu. Bu Lista mantan pegawai negeri di
daerah dan pensiun diumur 56 tahun.
Biasa Mas Bambang, jalan jalan dan momong cucu jawab Bu Lista.
Aku ingin usia pensiunku nanti bisa kuisi dengan kegiatan yang lebih berarti
dibanding hanya momong cucu atau jalan jalan ke berbagai daerah tujuan wisata.
Momong cucu memang kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat, namun tidak
perlu sampai menyita seluruh waktuku nanti. Semua benua, mulai dari Australia
hingga Amerika, sudah pernah kukunjungi tanpa keluar biaya. Semuanya dalam
rangka perjalanan dinas, dibiayai kantor, plus ada uang sakunya juga. Kupikir, itu
sudah lebih dari cukup.
Selain Mas Johan, Pak Wisnu dan Bu Lista, banyak teman lain yang
kutanyai. Namun, belum kudapatkan jawaban yang cocok dengan jiwaku. Hingga
pada suatu malam, tanpa sengaja, kutemukan ceramah Ustadz Yusuf Mansur di You
Tube. Iseng iseng kusimak ceramahnya. Ceramah Ustadz muda yang mengupas
makna Hari Raya Kurban itu benar benar merasuk kedalam hatiku.
Haruskah kutiru langkah Nabi Ibrahim a.s.? tanyaku dalam hati.

Gunawan Setiadi

Page 8

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Nabi Ibrahim berdoa kepada Tuhannya agar dikarunia anak. Aku berdoa
kepada Tuhan agar bisa menjadi dokter, punya rumah dan mobil. Setelah melalui
penantian yang panjang, Nabi Ibrahim dikarunia anak bernama Ismail. Setelah
melalui masa panjang, Tuhan mengabulkan permintaanku. Aku menjadi dokter,
mendapat bea siswa kuliah S2 di di Amerika, bekerja di badan internasional di luar
negeri, punya rumah dan mobil, serta menginjakkan kaki di lima benua.
Tuhan meminta Nabi Ibrahim agar menyembelih anaknya yang sangat
dicintainya, yang kehadirannya dulu sangat dinantikannya. Tuhan meminta Nabi
Ibrahim untuk mengembalikan sebagian karunia-Nya, yang paling dicintai Nabi
Ibrahim, yaitu anaknya yang bernama Ismail. Nabi Ibrahim menuruti perintah
Tuhannya. Namun kemudian Tuhan mengganti Ismail dengan seekor domba,
menganugerahkan seorang anak, bernama Ishak, dan menjadikan Nabi Ibrahim
sebagai buah tutur yang baik bagi orang orang sesudahnya.
Hingga saat itu, sebagian besar penghasilanku terpakai untuk kebutuhan
duniawi. Tidak lebih dari 5 % penghasilanku yang kupakai di jalan Tuhan. Dalam
sehari, paling paling hanya 1-2 jam waktuku yang terpakai untuk beribadah.
Akhirnya, 3 tahun sebelum usia pensiun, kuputusakan untuk meniru langkah
Nabi Ibrahim. Bukan dengan menyembelih atau mengorbankan anak anakku, namun
dengan mengembalikan semua karunia-Nya.

Karunia yang kudapatkan setelah

melalui perjuangan dan penantian yang panjang. Aku ungkapkan niat tersebut dalam
bentuk doa.
Ya Allah, akan kutiru langkah Nabi Ibrahim, meskipun dalam skala yang
jauh lebih kecil. Akan kukembalikan karuniaMu yang aku cintai. Akan
kusedekahkan semua yang telah Engkau anugerahkan kepadaku untuk menolong
orang orang yang kesulitan. Akan kumanfaatkan rumahku, mobilku, keahlianku,
tabunganku dan sisa hidupku untuk mencari ridloMu. Ya Allah, jadikanlah aku
sebutan yang baik bagi orang orang sesudahku.
Aku ingin masa pensiunku tidak berlalu begitu saja. Masa pensiun adalah
saat yang tepat untuk mengembalikan Karunia-Nya, sebelumnya diminta kembali.
Gunawan Setiadi

Page 9

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Bukankah ketika mati, aku tidak bisa membawa apa apa ? Setelah mati, semua harta
kekayaanku akan jadi milik ahli waris, tidak ada gunanya lagi bagiku. Bila sepertiga
kekayaan kusedekahkan, sisa hidupku selama pensiun kupakai untuk kerja sosial,
kesemua itu akan jadi bekalku diakhirat. Masa pensiun juga saat untuk belajar
mengurangi kecintaan kepada dunia, agar tidak takut mati.

Gunawan Setiadi

Page 10

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Saat untuk mengembalikan

iga tahun menjelang pensiun dari WHO, sudah kuambil keputusan untuk
menjadikan masa pensiunku menjadi lebih hidup. Rumahku, tabunganku,
keahlianku, tenagaku dan waktuku akan kumanfaatkan untuk kegiatan

sosial. Akan kuhidupkan usia pensiunku dengan kegiatan yang penuh arti, jelas
manfaatnya, dan menantang. Resiko yang dulu tidak pernah berani kuambil akan
bisa kuhadapi. Akan kuhilangkan gengsi, cinta dunia, takut miskin dan takut mati.
Ketakutan ketakutan tersebut selama ini telah menghalangiku dari melakukan hal hal
besar. Dimasa pensiun nanti, akan kutiru langkah orang orang besar yang kukagumi,
yaitu para pejuang kemanusiaan.
Di usia pensiun, keputusan keputusan besar yang beresiko, bisa kuputuskan
dengan lebih mudah. Saat itu, kedua anakku sudah akan selesai kuliahnya. Uang
pensiunku cukup untuk membiayai kehidupan sederhana di Purworejo, kota
kelahiranku. Kota dimana aku akan tinggal setelah pensiun. Kegelisahanku kini
jauh berkurang. Aku mulai bersemangat menyongsong masa pensiunku.
Kerja sosial tidak bisa dilakukan sendiri. Aku perlu beberapa teman dengan
ide yang sama. Kucoba menjual ide tentang kerja sosial dimasa pensiun kepada
teman temanku.
Pak Prianto, kita ini termasuk lapisan menengah yang diuntungkan oleh
kemerdekaan dan pembangunan ekonomi. Meskipun tidak kaya, kehidupan kita jauh
diatas rata rata penduduk Indonesia. Kita ini lebih kaya dibandingkan dengan 150
juta orang Indonesia lainnya. Saya kira, tidak pada tempatnya hidup bersenangsenang, padahal sebagian besar masyarakat masih sulit hidupnya.
Pak Prianto berteman denganku sejak sekolah menengah atas. Setelah
menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Hukum, Universitas Satya Wacana di Salatiga,
dia bekerja di Purworejo hingga pensiun di usia 56 tahun. Sebelum pensiun jabatan
terakhirnya kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten
Purworejo. Di usia pensiun, Pak Prianto menyibukkan diri dengan kegiatan politik

Gunawan Setiadi

Page 11

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

sebagai ketua cabang sebuah partai politik dan berbisnis mini market

untuk

menambah uang pensiunnya.


Saya sangat bersyukur, kehidupan saya sekarang jauh lebih baik
dibandingkan keadaan orang tua maupun kehidupan masyarakat Purworejo lainnya.
Saya setuju dengan pendapat Pak Bambang. Kita perlu ungkapkan rasa syukur
tersebut dengan menolong mereka yang masih tertinggal. Tapi, apa yang bisa
dilakukan? Saya sudah pensiun, tidak ada lagi kekuasaan. Malu kalau harus datang
ke bekas anak buah dan mengemis proyek. Meskipun ini untuk kegiatan sosial,
bukan untuk kepentingan sendiri, saya tetap merasa tidak enak
Saya juga tidak ingin melakukan hal itu. Maksud saya, kebutuhan setelah
pensiun kan tidak besar. Kita bisa hidup sederhana, ambil uang tabungan dan
sisihkan separuh pendapatan dari hasil kerja untuk kegiatan sosial
Terus, untuk hidup sehari-hari bagaimana?
Kita tetap kerja dan cari uang, hanya separuh hasilnya untuk membiayai
kerja sosial. Bukan untuk diri sendiri lagi. Bila perlu, hidup sederhana saja. Terlalu
banyak makan enak, hanya membuat kita gemuk dan penyakitan
Ini ide menarik, lain dari yang lain. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Tapi maaf Pak Bambang, bukankah masalah sosial itu tanggung jawab
pemerintah?
Menurut saya sih, itu tanggung jawab bersama. Memang penanggung jawab
utamanya pemerintah. Namun kita yang mempunyai kelebihan sudah sewajarnya
bila membantu yang kekurangan. Selain itu, kemampuan pemerintah sangat terbatas.
Terlalu banyak hutangnya. Tidak mungkin pemerintah mampu menyelesaikan
semua permasalahan sosial
Iya ya, selama ini masyarakat hanya menjadi penonton dan komentator.
Mereka pintar mengkritik dan mengeluh, tapi tidak mau turun tangan. Waktu masih
menjabat dulu, saya sering mengeluhkan kurangnya partisipasi masyarakat. Kini,
setelah pensiun dan menjadi anggota masyarakat biasa, ternyata saya melakukan hal
Gunawan Setiadi

Page 12

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

yang sama. Payah juga saya ini gerutu Pak Prianto sambil tersenyum. Setelah
terdiam sejenak, dia mengajukan pendapatnya lagi kepadaku.
Sebenarnya, para pensiunan terdiri dari 2 kategori juga, kategori perlu
ditolong dan kategori mampu menolong. Sebagian dari kelompok yang mampu
menolong, mereka hanya mau jadi penonton atau komentator. Dengan berbagai
alasan, mereka tidak mau turun tangan. Kita ini masuk dalam kategori kedua,
pensiunan yang mampu menolong, mampu melakukan kerja sosial.
Pak Bambang, badan kita kan tidak sekuat dulu lagi. Kerja sosial apa yang
bisa dilakukan? Jadi relawan bencana pasti kita tidak bisa lagi. Bisa bisa kita malah
merepotkan, bukan menolong, tanya Pak Prianto.
Pastinya saya juga belum tahu. Kita bisa pikirkan bersama. Tentunya kerja
sosial yang cocok untuk para pensiunan adalah yang pakai otak, bukan otot. Ini
sekalian untuk mencegah kita dari kepikunan. Kita juga punya beberapa kelebihan
lain, seperti banyak pengalaman, kematangan jiwa, tidak perlu bayaran
Saya lihat kerja sosial dimasa pensiun itu bukan suatu pengorbanan, tapi
suatu kehormatan. Tidak semua orang mampu kerja sosial tanpa pamrih.
Kerja sosial dan hidup sederhana juga akan mengurangi kecintaan pada
dunia, membuat kita tidak takut mati.
Pak Prianto menyambut baik ajakanku untuk melakukan kerja sosial diusia
pensiun. Aku masih perlu mencarai 2-3 teman lagi. Kupikir, 5 orang sudah cukup
untuk memulai sebuah kerja sosial. Cukup kecil kecilan saja, asalkan sudah bisa
memberi dampak yang nyata. Cukup sebagai bahan buah tutur yang baik bagi
generasi berikutnya.
----0000---Niat baikku melakukan kerja sosial untuk mengurangi kecintaan pada dunia,
ternyata harus melewati berbagai godaan. Di Bandara Soekarno Hata, Cengkareng,
Jakarta aku ketemu Pak Joko Iswanto, temanku di Kemenkes yang sebentar lagi juga

Gunawan Setiadi

Page 13

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

akan pensiun. Sambil menunggu keberangkat pesawat, kami berdua mengobrol


santai.
Pak Bambang, biasanya pensiunan dari WHO mobil apa yang mereka
kendarai? Tanya Pak Joko Iswanto kepadaku.
Setahu saya kebanyakan mereka memakai mobil sedan Mercedes, BMW
atau Audi. Ya, mobil mobil sekelas itulah jawabku.
Wow keren, kalau begitu nanti mobil Pak Bambang setelah pensiun juga
akan memakai mobil sekelas itu ya?
Ah tidak lah, saya akan tinggal di Purworejo, kota kecil. Cukup pakai
sepeda motor saja. Kalau takut masuk angin, paling nanti beli mobil setingkat
Toyota Kijang. Yang penting tidak kehujanan dan kepanasan jawabku.
Ha ha jangan begitu, gengsi Pak. Sudah jauh jauh kerja di WHO, mobilnya
cuman sekelas itu. Toyota Kijang itu kelasnya pegawai negeri. Tunjukkan kalau
selama ini Pak Bambang sudah sukses. Pakai BMW atau Mercedes keluaran terbaru.
Mobil itu kini dipakai untuk menunjukkan bahwa pemiliknya adalah orang yang
sukses. Kata Pak Joko memberi saran.
Ha ha bisa saja Pak Joko ini. Bagi saya mobil itu saya lihat dari fungsinya
saja. Saya tidak perlu gengsi-gengsian. Gengsi tidak bisa bikin saya kenyang
Pak Bambang, kalau cuman pakai Kijang buat apa jauh jauh kerja ke India.
Saya saja yang pegawai negeri punya mobil Toyota Altis. Cuman kalau ke kantor
saya pakai mobil dinas. Tidak enak, nanti dikira hasil korupsi lanjut Pak Joko.
Terus duitnya mau dipakai untuk apa? Buat bangun istana? Satu di
Purworejo, satu di Jakarta dan 2 rumah untuk anak anak ya? Tanya Pak Joko lagi.
Ah tidak lah, anak sudah saya sekolahkan sampai S1. Saya kira itu cukup.
Biar saja mereka berusaha sendiri jawabku. Aku memang tidak punya niat, dan
juga uang, untuk membuat rumah mewah bagi kedua anakku.

Gunawan Setiadi

Page 14

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Oh saya tahu sekarang, pasti duit Pak Bambang mau dipakai untuk kegiatan
sosial ya? Saya salut dengan Pak Bambang yang sudah mewakafkan rumah untuk
mendirikan Panti Asuhan. Saya juga dengar kalau Pak Bambang sudah mendirikan
klinik untuk orang miskin. Saya kira itu sudah lebih dari cukup. Jangan terlalu
memaksa diri dalam beramal. Kasihanlah diri sendiri. Kasihanilah istri dan anak
anak. Saya kira mereka berhak menikmati hidup dan sedikit bersenang-senang.
Selama ini kan Pak Bambang sudah kerja keras. Pensiun adalah waktu untuk santai
dan bersenang-senang. Hidup ini tidak lama Pak. Setidaknya kita perlu jalan jalan ke
Eropa atau Amerika setahun sekali atau dua kali. Semua itu perlu uang Pak. Kalau
mengandalkan uang pensiun tidak akan cukup. Selain itu, Pak Bambang tidak akan
buka praktek lagi. Mau cari duit dari mana kalau bukan dari tabungan selama kerja.
Jangan semuanya dihabiskan untuk kegiatan sosial Pak Joko mencoba memberi
nasihat padaku.
Aku diam saja. Omongannya tidak lagi kutanggapi.

Kurasa tidak ada

gunanya berdebat dengan dia soal penggunaan uangku setelah pensiun nanti. Itu
bukan urusan dia. Hanya saja pembicaraan tersebut mengingatkanku kembali bahwa
saat ini segala sesuatunya memang diukur dari materi. Kesuksesan seseorang juga
diukur dari materi yang dipunyainya. Sebagian besar teman temanku sesama dokter
juga mengukur keberhasilan temannya dari rumah dan mobil yang dipunyainya, dan
dari berapa kali setahun berlibur ke luar negeri. Bukan dari berapa banyak karya
ilmiah yang dipublikasikan atau pasien miskin yang berhasil ditolongnya.
Di saat pensiun nanti, rumahku hanya akan berupa sebuah rumah kecil dan
sederhana. Mobilku juga paling hanya sebuah kijang bekas, bukan mobil kijang
keluaran terbaru. Sebagian besar teman temanku dan orang orang di Purworejo akan
memandang sebelah mata kepadaku. Mereka akan berkata bahwa diriku adalah salah
satu contoh perantau dari kotaku yang gagal. Ketika pensiun harus hidup sederhana
dan kembali ke kampung halamannya.
Masyarakat Indonesia memang bisa menghargai orang yang hidup
sederhana, tapi hanya jika mereka benar benar berprestasi tinggi, seperti Pak
Hugeng, mantan Kapolri. Sedangkan aku akan hidup sederhana, tapi tanpa prestasi
Gunawan Setiadi

Page 15

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

yang bisa dibanggakan. Gambaran kehidupan sederhana dan tanpa prestasi, sempat
membuatku gelisah.
Namun segera kutepis pikiran negatif dan mematahkan semangat tersebut
dengan pikiran yang lebih positif. Di masa pensiun, memang hidupku sederhana,
bukan karena aku melarat dan tidak punya tabungan, tapi karena uangku akan
kupakai untuk membiayai kegiatan sosial. Tabunganku akan kupakai untuk
membiayai sesuatu yang berarti. Sesuatu yang bernilai. Hidup sederhana bagiku
adalah sebuah pilihan, bukan keterpaksaan. Aku memang belum berprestasi, tapi
akan kuciptakan sebuah prestasi diusia pensiun. Di usia ketika kebanyakan orang
lain beristirahat dan menikmati hidup.
Terpaksa hidup sederhana karena tidak punya uang, berbeda rasanya dengan
hidup sederhana dengan sengaja sebagai suatu pilihan yang diambil secara sadar
karena ada keinginan luhur dibalik pilihan itu. Banyak orang terpaksa hidup
sederhana. Bagi mereka hidup sederhana adalah suatu beban dan aib yang harus
ditutupi, bila perlu dengan berhutang. Penampilan harus dipoles dan gengsi harus
tetap tinggi, meski uang dikantong hampir kosong.
Meskipun demikian, juga tidak boleh riya, mengharapkan penghargaan atau
pujian dari masyarakat. Tidak boleh berangan-angan bahwa kegiatan sosialku nanti
akan diliput media masa atau membuatku dipanggil sebagai nara sumber di acara
Kick Andy. Publikasi memang perlu, untuk menyebarkan inspirasi, bukan untuk
alasan popularitas atau pujian.
----0000---Hampir semua teman temanku selalu mengadakan pesta perkawinan secara
besar besaran, penuh kemegahan. Mereka rela mengeluarkan uang miliaran rupiah
untuk pesta pernikahan anak anaknya. Bila aku terjun sebagai pekerja sosia dan
memakai tabungan untuk membiayai kegiatan itu, pasti tidak akan ada lagi uang
tersisa untuk mengadakan pesta pernikahan secara besar besaran. Aku hanya bisa
mengadakan pesta pernikahan secara sederhana. Pesta pernikahan anak anakku
mungkin akan lebih sederhana dibandingkan dengan pesta pernikahan ayahnya.
Gunawan Setiadi

Page 16

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Bapak seperti apa aku ini? Bagaimana perasaan anak anakku bila mereka
tahu bahwa pesta pernikahan orang tuanya lebih mewah dibandingkan pesta
pernikahannya? Kataku dalam hati.
Agar semuanya jadi jelas, kusempatkan bicara dengan anak anakku lewat
telpon internet. Anakku yang pertama sedang mengambil S2 diYokohama, Jepang
dan anakku yang kedua sedang mengambil S1 di York, Inggris.
Setelah sedikit menanyakan kabar dan kemajuan kuliahnya, aku sampaikan
keinginanku untuk bergerak di kegiatan sosial setelah pensiun nanti.
Mbak Anisa, bapak akan kerja sosial setelah pensiun, tabungan bapak akan
bapak pakai untuk kegiatan sosial. Bagaimana menurut kamu?
Aku tidak apa apa. Bapak sudah menyekolahkan aku sampai S2, itu cukup
bagiku. Insya Allah aku bisa hidup mandiri
Syukurlah kalau begitu. Satu lagi, kalau kamu nikah, pestanya tidak bisa
besar-besaran. Bapak sudah tidak punya tabungan lagi
Ya tidak apa apa. Aku kan disini kuliah sambil kerja. Uangnya aku tabung,
buat sangu nikah nantinya. Kalau nikah, nanti pestanya di Purworejo, biayanya kan
tidak terlalu mahal
Alhamdulillah, bapak akan semakin rajin mendoakan kamu dan adikmu.
Jangan lupa sholat dan sedekah ya kataku menutup pembicaraan dengan anakku
yang pertama.
Aku telpon anakku yang kedua, Alika. Aku biasa memanggilnya adik.
Setelah ngobrol sejenak, kusampaikan niatku kepada anakku.
Adik, bapak akan kerja sosial setelah pensiun, tabungannya akan bapak
pakai untuk kegiatan sosial. Bagaimana menurut kamu?
Bapak kan masih tiga tahun lagi pensiunnya. Aku masih bisa kuliah S2
disini, bapak yang bayar, kecuali kalau aku bisa dapat bea siswa.

Gunawan Setiadi

Page 17

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Ya insya Allah, bapak akan biayai kuliahmu sampai S2. Nanti kalau kamu
nikah pestanya sederhana saja. Bapak juga tidak akan bisa memberi bekal uang
kepadamu
Ya tidak apa apa, insya Allah aku bisa cari duit sendiri nanti. Kalau perlu,
aku nanti support bapak dan ibu kalau bapak sudah pensiun. Jangan takut Pak kata
anakku.
Jawaban kedua anakku benar benar membuatku tenang. Aku sangat
bersyukur punya anak anak yang sholeh dan berbakti kepada kedua orang tuanya.
Tidak terasa air mataku meleleh. Ternyata tidak percuma aku bangun setiap malam
untuk sholat malam dan mendoakan kebaikan buat kedua anakku.
Mulai saat itu, aku juga harus semakin rajin mendoakan anak anakku agar
mereka jadi anak sholehah, punya rezeki yang berlimpah, sehat jasmani dan rohani,
serta mempunyai kedudukan yang terhormat di masyarakat. Sholat sunatku perlu
kutambah dengan sholat hajat. Doa harus semakin banyak kupanjatkan agar anak
anakku bisa mandiri secara moril dan materiil. Tidak tergantung kepada orang
tuanya. Bila sampai mereka masih tergantung kepadaku di masa pensiunku nanti,
akan lebih sulit bagiku menerapkan ide ide itu. Anak anakku juga harus kudidik
dengan lebih baik. Itu artinya, aku harus terlebih dahulu mendidik diriku sendiri agar
jadi ayah yang baik.
----0000---Ketika pulang ke Purworejo, sekitar 2 tahun sebelum pensiun, aku kebetulan
bertemu dengan Pak Sarwono, adik kelasku semasa di SMA. Setamat SMA dia
melanjutkan kuliah di Fakultas Teknik Sipil UGM dan bekerja di Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Purworejo sambil menjalankan bisnis sebagai pengembang
rumah bersubsidi yang dikelola istrinya.
Pak Bambang, kebetulan sekali kita ketemu. Sudah lama sebenarnya saya
kepingin ketemu anda kata Pak Sarwono memulai pembicaraan.

Gunawan Setiadi

Page 18

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Bagaimana kabar Pak Sarwono? Saya denga bisnisnya semakin maju


kataku
Ya Alhamdulillah Pak Bambang, saya ini hanya pegawai negeri sipil, gaji
kecil. Dari pada korupsi yang sudah jelas dosanya, lebih baik saya bikin bisnis kecilkecilan. Buat tambahan uang dapur jawab Pak Sarwono.
Bisnis dibidang apa sekarang? tanyaku pura pura tidak tahu jenis
usahanya.
Bisnis bikin rumah kecil bersubsidi. Saya ingin berbisnis sambil menolong
orang. Saya amati, saat ini cukup banyak keluarga muda di Purworejo yang belum
punya rumah. Untuk menolong mereka, saya coba bikin rumah tipe kecil. Mereka
bisa mencicilnya lewat kredit pemilikan rumah bank BTN. Bunganya disubsidi
pemerintah. Ternyata untungnya lumayan Pak, bisa ditabung buat bekal pensiun
nanti. Jawab Pak Sarwono.
Wah bagus sekali Pak, berbisnis sambil menolong
Nah kebetulan Pak Bambang bertanya soal bisnis saya. Bagaimana kalau
Pak Bambang investasi di perusahaan saya. Kebetulan saya lagi perlu duit untuk
membebaskan tanah. Selama bekerja di WHO, pasti banyak duitnya. Jangan
disimpan saja Pak. Bunganya kecil. Kalau mau kerja sama dengan saya, saya bisa
berikan bagi hasil yang bagus. Pokoknya, jauh lebih gede dari pada bunga bank
kata Pak Sarwono
Aku hanya senyum saja, tidak mengiyakan atau menolak. Tawaran iming
iming keuntungan dari suatu bisnis memang selalu menarik. Apalagi sebagai orang
Islam, bunga bank itu haram hukumnya. Pembagian keuntungan dari suatu bisnis
merupakan tawaran yang menarik dan halal. Namun aku juga tahu Pak Sarwono
hanya menyampaikan sisi manis dari suatu bisnis. Dia tidak menyampaikan bahwa
suatu bisnis bisa rugi, uang hilang dan bahkan meninggalkan hutang.
Suatu bisnis paling hanya akan bisa memberikan keuntungan 20-30% saja.
Padahal, bila diinvestasikan di jalan Tuhan, keuntungannya bisa 10 kali lipat,
Gunawan Setiadi

Page 19

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

bahkan bisa sampai 700 kali lipat. Kuingat selalu ilmu tersebut. Guru agamaku di
sekolah sering mengulang-ulang pesan tersebut kepada murid-muridnya. Aku harus
tetap pada keyakinanku dan menginvestaikan tabunganku untuk kegiatan sosial.
Insya Allah, hasilnya akan lebih besar dibandingkan bila ditanam di bisnis Pak
Sarwono.
----0000---Dalam suatu pertemuan yang diselenggarakan WHO, aku bertemu Dr
Sutopo, kepala Badan Litbang, Kemenkes Indonesia. Secara tidak sengaja, aku
mendapat tambahan bukti nyata yang mendukung kebenaran gagasanku.
Pak Bambang, saya baru saja membaca sebuah artikel tentang manfaat kerja
sosial di usia pensiun. Judulnya The Health Benefits of Volunteering: A Review of
Recent Research yang ditulis oleh Robert Grimm dan kawan kawannya dari
Corporation for National and Community Services, Amerika terbitan tahun 2007
kata Dr Sutopo.
Oh ya, kedengarannya menarik. Selama ini, kalau orang bicara tentang
kerja sosial, maka yang terlintas di pikirannya adalah suatu kerja keras yang hanya
menguntungkan satu pihak saja. Pak Topo, apa manfaatnya?
Ternyata banyak juga manfaat kerja sosial

terhadap kesehatan pekerja

sosial itu sendiri. Di penelitian itu yang dimaksud pekerja sosial adalah relawan
sosial atau voluntir, bukan pegawai dinas sosial kata Dr Sutopo.
Ketika melihatku tetap diam dan hanya memperhatikan kata katanya, Dr
Sutopo kemudian melanjutkan penjelasannya.
Ada beberapa yang menarik, contohnya: para pensiunan yang mengisi
waktunya dengan bekerja sosial cenderung lebih panjang umurnya, lebih jarang
mengeluh sakit, lebih bahagia dan terhindar dari depresi. Mereka merasa hidupnya
lebih bermanfaat, lebih berarti, merasa ada pencapaian pribadi, dan hidupnya terasa
memuaskan. Kalau Pak Bambang berminat ketik saja di google helath benefits of
volunteering. artikelnya gratis kok Dr Sutopo melanjutkan.
Gunawan Setiadi

Page 20

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Ha ha ha gratis itu penting Pak Topo, terima kasih atas informasinya. Saya
akan sampaikan ke teman teman yang sudah atau mau pensiun, biar mereka semua
jadi pekerja sosial
Pak Bambang, sebagian besar orang Indonesia pensiun di usia 56 tahun.
Kebanyakan mereka masih sehat dan produktif. Sayang kalau waktunya hanya
dilewatkan begitu saja
Benar Pak Topo, sekarang ini banyak pensiunan bisa tetap sehat hingga usia
diatas 80 tahun. Artinya, mereka setidaknya bisa bekerja sosial selama 20 tahun.
Banyak hal bisa dikerjakan selama 20 tahun. Kalau hanya diisi dengan momong
cucu, sang cucu pasti sudah bosan jawabku sambil setengah bergurau.
Kelihatannya bukan gurauan yang tepat karena Dr Sutopo tidak tersenyum oleh
gurauanku tadi.
Pertemuanku dengan Pak Sutopo semakin memantapkan niatku untuk
mengisi waktu pensiunku dengan kerja sosial. Banyak masalah sosial di Indonesia
yang tidak akan bisa diselesaikan bila hanya diserahkan sepenuhnya kepada
pemerintah. Kurasa bila digarap bersama oleh para pensiunan, banyak permasalahan
sosial di Indonesia akan bisa terselesaikan. Bukan dengan pendekatan proyek yang
hanya

mendorong

tumbuhnya

korupsi,

tapi

digarap

dengan

pendekatan

kesukarelaan, tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan. Pendekatan model baru


yang, insya Allah, akan dapat mendatangkan keberkahan dari langit.

Gunawan Setiadi

Page 21

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Mereka Bisa Pulih

iga puluh bulan menjelang pensiun, sudah tumbuh tekad didadaku untuk
mengisi masa pensiunku dengan kerja sosial. Namun, hingga saat itu,
belum ada gambaran yang jelas tentang jenis masalah sosial yang bisa

kugarap. Gambaran masa depan tersebut mulai terkuak ketika aku bertemu dr.
Tantri, dokter spesialis kesehatan jiwa, teman seangkatanku di FK UGM. Kami
bertemu ketika sama sama menghadiri dies natalis Fakultas Kedokteran UGM di
Yogyakarta. Kami sempat diskusi tentang beberapa isu penting di bidang kesehatan
jiwa di Indonesia. Pada kesempatan tersebut sempat kusampaikan keinginanku
untuk mengembangkan kegiatan sosial di masa pensiunku nanti.
Pak Bambang, kenapa tidak menolong penderita gangguan jiwa saja usul
dr. Tantri.
Bukan bikin klinik jiwa seperti Puri Nirmala, tapi bikin pusat rehabilitasi
gangguan jiwa berbasis masyarakat. Bangunannya didalam kampung, kegiatannya
berbaur dengan masyarakat kata dr Tantri melanjutkan.
Rupanya, dr. Tantri tertarik dengan psikiatri sosial. Sejak mahasiswa dia
memang terkenal pintar, berhati mulia dan tidak mata duitan.
Terima kasih dr Tantri atas sarannya. Akan saya pelajari dan renungkan
dulu Kala itu, di otakku belum ada gambaran sedikitpun tentang pemulihan
gangguan jiwa berbasis masyarakat.
Sejak saat itu, aku mulai memanfaatkan waktu luangku dengan mempelajari
permasalahan gangguan jiwa. Internet sangat membantuku mendapatkan ilmu dan
informasi yang diperlukan. Banyak ilmu pengetahuan bisa kudapat secara gratis.
WHO memperkirakan, setiap saat jumlah penderita gangguan jiwa berat sekitar 3%
dari penduduk dewasa. Dengan kata lain, ada sekitar 4 juta penduduk Indonesia
yang menderita gangguan jiwa berat. Dilain pihak, jumlah psikiater yang ada di
Indonesia masih sangat terbatas, jauh dari mencukupi untuk bisa menangani semua

Gunawan Setiadi

Page 22

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

penderita gangguan jiwa, khususnya yang berasal dari kalangan bawah dan yang
tinggal jauh di desa desa.
Semakin kudalami, semakin aku tertantang. Ada beberapa hal baru yang
sangat menarik perhatianku. Menurut National Empowerment Center, sebuah
lembaga advokasi pemulihan gangguan jiwa di Amerika Serikat, seberat apapun
penderita gangguan jiwa, asalkan mendapat pengobatan dan dukungan sosial yang
dibutuhkannya, mereka akan bisa pulih dan hidup produktif secara sosial dan
ekonomis di masyarakat. Ini benar benar hal baru bagiku. Sepengetahuanku dulu,
sebagian besar penderita gangguan jiwa akan jadi kronis, cacat, dan hanya jadi
beban masyarakat.

Ternyata, penderita gangguan jiwa bisa pulih. Berbagai

penelitian telah membuktikannya. Beberapa organisasi sosial yang bergerak dalam


pemulihan gangguan jiwa di negara negara barat telah melaporkannya. Bahkan
mereka telah memanfaatkan penderita gangguan jiwa yang sudah pulih untuk
membantu pemulihan penderita gangguan jiwa lainnya.
Sebagian besar masyarakat Indonesia belum memahami hal ini. Masyarakat
Indonesia menganggap bahwa penderita harus dirawat di rumah sakit jiwa. Bila
membaik, mereka harus kontrol ke dokter dan minum obat secara teratur. Mereka
tidak mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk membantu
aggota keluarganya yang sakit agar bisa pulih dari gangguan jiwanya. Peran
penderita dan keluarganya hanya pasif. Tidak ada pemberdayaan masyarakat di
bidang pemulihan gangguan jiwa. Mereka hanya perlu mengikuti perintah dokter
dengan mengontrol penderita minum obat secara teratur. Penanganan penderita
model begini terbukti kurang efektif. Sebagian besar penderita menjadi kronis, cacat
dan tidak bisa hidup secara normal di masyarakat. Akibatnya, keluarga menganggap
gangguan jiwa adalah suatu beban dan aib yang harus ditutup rapat rapat. Bila perlu
mereka dipasung saja agar tidak menganggu masyarakat sekitar.
Pengalaman Bagaswoto, temanku semasa SMA, menunjukkan bahwa
pemahaman masyarakat tentang gangguan jiwa masih sangat terbatas. Setelah 8
tahun, Bagaswoto baru menyadari bahwa adiknya, Bima, menderita skizofrenia,
salah satu jenis gangguan jiwa berat. Tahun 1989, Bima mulai memperlihatkan
Gunawan Setiadi

Page 23

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

perilaku aneh. Bima yang ketika itu berusia 22 tahun mulai tidak mau bergaul,
seharian inginnya menyendiri di kamar, sulit tidur, dan gelisah. Beberapa bulan
kemudian, Bima mulai menunjukkan gejala gangguan jiwa seperti bicara dan
tertawa.
Kami membawanya berobat dan dokter hanya memberikan obat tanpa
pernah

menjelaskan

apa

yang

harus

kami

lakukan

untuk

membantu

penyembuhannya, ujar Bagaswoto.


Setelah minum obat, keadaan Bima membaik. Namun, perilaku anehnya
kadang kambuh. Dia mulai curiga dengan semua orang, merasa ada orang yang akan
berbuat jahat padanya. Kadang Bima tidak tidur, berteriak dan menangis sepanjang
malam. Perilaku itu berulang selama 8 tahun.
Selama itu pula kami tidak bisa hidup dengan tenang. Kami tidak tahu apa
yang harus dilakukan terhadap dik Bima., cerita Bagaswoto.
Pemahaman masyarakat yang rendah terhadap gangguan jiwa itu merupakan
suatu masalah. Namun di Indonesia, ada masalah lain yang tidak kalah besarnya.
Sebagian besar tenaga kesehatan, selain yang bekerja di rumah sakit jiwa, sedikit
atau tidak tahu sama sekali cara penanganan penderita gangguan jiwa. Dokter umum
tidak diberi kewenangan meresepkan obat anti gangguan jiwa, namun mereka juga
tidak diberi kemampuan menerapkan terapi psikososial seperti cognitive behavior
therapy yang relatif sederhana dan mudah dipelajari. Akibatnya, dokter umum malas
menangani penderita gangguan jiwa berat. Semua kasus gangguan jiwa langsung
mereka rujuk ke psikiater atau langsung ke rumah sakit jiwa (RSJ).
Departemen Kesehatan telah mengeluarkan pedoman pengobatan dasar di
puskesmas yang mencakup pengobatan skizofrenia dan gangguan psikotik kronik
lain. Dokter puskesmas bisa memberikan chlorpromazine, untuk mengobati mereka.
Meskipun demikian, tidak banyak pemakaian obat tersebut di puskesmas. Terapi
psikososial juga hampir tidak pernah mereka lakukan. Tidak ada pedoman dan
pelatihan terapi psikososial bagi petugas puskesmas.

Gunawan Setiadi

Page 24

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Ketika masih aktif kerja di WHO, aku pernah ditugaskan di Negara Nepal
selama 3 tahun. Sebuah Negara kecil yang dikenal karena pegunungan
Himalayanya. Salah satu tugasku disana adalah memgang program kesehatan jiwa.
Di Nepal, WHO memberi dukungan kepada Matrika Devkota yang 3 tahun
sebelumnya mendirikan sebuah organisasi non-pemerintah bernama Koshish. Dalam
bahasa Nepal, koshish berarti perjuangan. Koshish bergerak dalam bidang advokasi
dan kampanye untuk menghilangkan stigma bagi penderita gangguan jiwa.
Matrika Devkota sendiri pernah menderita depresi selama 19 tahun. Dia
harus berhenti kuliah karena penyakitnya. Hari hari dilaluinya dengan mengurung
diri di kamar, hingga akhirnya seorang misionaris membawanya berobat. Matrika
Devkota akhirnya bisa pulih, kembali ke bangku kuliah dan meraih gelar sarjana di
bidang keejahteraan sosial. Ketika sudah bekerja dan mengunjungi berbagai wilayah
di Nepal, dia melihat banyak penderita gangguan jiwa yang dipasung atau dikurung
di dalam ruangan sempit. Hal tersebut mendorongnya untuk keluar dari
pekerjaannya dan mendirikan LSM di bidang kesehatan jiwa. Pencapaian Matrika
bersama Koshish diakui dunia. Dia mendapat penghargaan Dr Guslan Award
dari Belgia dan hadiah uang sebesar Rp 550 juta yang harus digunakannya untuk
meningkatkan kegiatan memulihkan penderita gangguan jiwa di Nepal.
Matrika Devkota berani melepaskan pekerjaannya untuk mendirikan dan
bekerja secara penuh di Koshish. Keterlaluan sekali kalau sampai diriku tidak berani
melakukan kerja sosial secara penuh di usia pensiunku nanti. Aku tidak boleh terus
menerus mencari uang hanya agar bisa hidup bermegah-megahan. Harta itu
layaknya air laut. Semakin banyak minum air laut semakin haus jadinya. Keinginan
akan harta tidak akan pernah terpuaskan. Harta juga ibarat darah, harus selalu
mengalir. Bila darah atau harta mengumpul disuatu tempat, hanya akan
menimbulkan penyakit. Serangan jantung maupun stroke terjadi karena aliran darah
tersumbat. Harta tidak boleh hanya disimpan saja di tabungan atau dibawah bantal,
harta harus ditanamkan atau disedekahkan.
Hal menarik lainnya, permasalahan gangguan jiwa berat tidak bisa
diselesaikan hanya dengan menyuruh mereka minum obat. Diperlukan dukungan
Gunawan Setiadi

Page 25

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

psikososial dari keluarga, teman dan masyarakat agar penderita gangguan jiwa bisa
pulih kembali dan bisa hidup produktif secara sosial dan ekonomi di masyarakat.
Memberikan dukungan psikososial untuk memulihkan gangguan jiwa adalah sebuah
tugas yang menantang, tidak mudah, rumit, dan perlu kesabaran serta kematangan
jiwa. Aku rasa melakukan kerja sosial di bidang pemulihan kesehatan akan bisa
membuat hidupku bergairah, terasa benar benar hidup.
Dari pengkajian terhadap permasalah pemulihan gangguan jiwa, kusadari
adanya sebuah ladang amal yang terbuka luas yang menunggu diriku dan temantemanku untuk menggarapnya. Ladang amal yang tidak hanya bisa digarap oleh
tenaga kesehatan, tapi sebuah ladang yang harus dikerjakan bersama dari berbagai
disiplin ilmu. Aku pikir, dengan kematangan jiwa yang dipunyai oleh para
pensiunan, pemulihan gangguan jiwa merupakan lahan ideal bagi pengabdian
mereka.

Ilmu psikologi klinis yang praktis tidak terlalu sulit dipelajari dan

bahannya tersedia secara gratis di internet. Tidak hanya berupa tulisan, tapi juga
dalam bentuk audio visual. Berbagai kursus on-line maupun workshop jangka
pendek juga ada. Aku percaya, bila dipakai untuk menolong penderita gangguan
jiwa tanpa motif komersial, meskipun tidak dilakukan oleh psikolog atau dokter,
tidak akan ada yang protes. Bukankah selama ini, jarang ada yang peduli dan mau
berkorban untuk menolong penderita gangguan jiwa? Aku akan melakukan hal itu
tanpa motif komersial. .
Aku percaya, pemulihan gangguan jiwa merupakan ladang amal luas yang
hasilnya, insya Allah, bisa dipanen di dunia dan di akhirat.
----0000---Saat itu, sekitar dua tahun sebelum mencapai usia pensiun, aku berhasil
mengajak 4 temanku: Prianto, Wibowo, Hardi dan Amir, seuntuk mendirikan sebuah
sekolah pemulihan jiwa yang kami beri nama Sekolah Pemulihan Jiwa Tirto Jiwo.
Ibuku yang punya gagasan nama Tirto Jiwo. Ibuku mengharapkan agar sekolah itu
nantinya bisa berfungsi seperti air, tirto dalam bahasa Jawa, yang membawa
kesegaran dan kejernihan jiwa.

Gunawan Setiadi

Page 26

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Pak Wibowo teman seangkatan adikku ketika di SMA. Dia dulu kuliah di
UGM mengambil jurusan ekonomi. Setelah lulus dari UGM, Pak Wibowo menjadi
pengusaha yang bergerak dibidang otomotif. Sejak itu toko onderdil dan bengkel
kendaraan bermotornya terus berkembang dan tersebar di beberapa kota di Jawa
Tengah selatan.
Pak Hardi 2 tahun lebih tua dari aku. Pak Hardi sarjana pertanian dari UGM
dan mendapat gelar S2 di bidang pertanian dari Keio University, Jepang. Istri Pak
Hardi adalah temanku sekelas sewaktu SMA. Pak Hardi juga berkarir di Pemda
Purworejo. Jabatan terakhir sebelum pensiun adalah Sekretaris Daerah, jabatan karir
tertinggi di pemda. Sejak pensiun Pak Hardi menghabiskan waktu luangnya dengan
mendalami ilmu agama. Dia berjanji akan mengisi sebagian waktu luangnya di Tirto
Jiwo. Dia sangat tekun mempelajari seluk beluk gangguan jiwa. Dengan kecerdasan
otaknya dan kematangan jiwanya, Pak Hardi kini menjadi andalan Tirto Jiwo dalam
memberikan bimbingan kejiwaan.
Pak Amir juga temanku semasa di SMA. Setelah lulus dari SMA di
Purworejo, Dia melanjutkan kuliahnya di Akademi Metereologi Klimatologi dan
Geofisika (AMKG) di Jakarta. Dia sebenarnya ingin menjadi psikolog, namun
karena orang tuanya tidak punya uang untuk membiayai kuliahnya, Pak Amir
memilih kuliah di AMKG yang menyediakan bea siswa. Ia pindah ke Purworejo
setelah pensiun.
Kami berlima sepakat untuk ikut mensukseskan Indonesia Bebas Pasung.
Kami menilai memasung penderita gangguan jiwa adalah suatu perbuatan yang
sangat tidak manusiawi. Ada cara yang jauh lebih baik dalam menangani gangguan
jiwa, yaitu dengan mengirimkannya bersekolah di Sekolah Pemulihan Jiwa Tirto
Jiwo.
----0000---Di suatu hari sekitar setahun sebelum pensiun, aku ngobrol dengan istriku.
Seperti biasa, dia melaporkan semua kegiatannya pagi itu

Gunawan Setiadi

Page 27

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Pak tadi ibu telpon ke Bu Hardi. Sudah lama tidak ngobrolkata istriku. Dia
membahasakan dirinya sebagai ibu dan memanggilku dengan sebutan bapak.
Oh ya, bagaimana kabar Pak Hardi sekeluarga?
Kabar baik, sehat sehat saja. Cuman tadi Bu Hardi cerita kalau dia marah
sama suaminya
Lho kenapa mesti marah? Suaminya kawin lagi?
Bukan !, kok ngomongnya soal kawin lagi sih. Suaminya tidak jadi
membelikan istrinya mobil Honda CRV model terbaru karena uangnya mau
disumbangkan untuk pembangunan gedung Tirto Jiwo. Aku tahu pasti bapak yang
mengajak Pak Hardi untuk ikut bergabung bikin Tirto Jiwo kata istriku.
Terus apa tanggapan ibu terhadap curhat Bu Hardi?
Ya ibu diam saja. Aku tidak mau campur tangan urusan internal mereka
jelas istriku.
Sejenak istriku diam saja. Rupanya dia sedang menyusun kalimat agar bisa
efektif, tepat mengenai sasaran.
Tapi, rumah kita yang di Purworejo tetap jadi direnovasi kan Pak? Rumah
kita itu kecil sekali. Semua kamarnya kecil, dapur sempit dan jelek. Apalagi kamar
mandinya. Menurut ibu, sebaiknya kita bikin rumah baru dibelakang bangunan yang
ada sekarang. Ibu ingin rumah model kuno yang fotonya pernah ibu tunjukkan ke
bapak kata istriku melanjutkan.
Aku diam saja, tidak bereaksi. Aku kalah pintar berdebat dengan istriku. Jadi
lebih baik diam saja.
Rumah lama bisa kita pakai untuk kegiatan sosial. Kita bisa manfaatkan
untuk tempat pengajian dan tempat memasak nasi bungkus untuk sedekah setiap
Jumat seperti yang kita rencanakan kata istriku melanjutkan.

Gunawan Setiadi

Page 28

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Ya nanti lihat kondisi keuangan kita. Bapak sudah berniat untuk mendirikan
Tirto Jiwo. Orang tua Pak Wibowo sudah bersedia mewakafkan tanahnya seluas
2500 meter persegi di desa Kalinongko. Lokasinya bagus. Terasa adem kalau tinggal
disana. Cocok untuk penderita gangguan jiwa. Pak Drajad juga sudah berjanji untuk
mewakafkan tanah sawah di Kalinongko yang baru saja dibelinya. Katanya luasnya
hampir 900 m persegi kataku menjelaskan.
Bapak kok begitu, jangan lupa kita sudah sepakat untuk membangun rumah
buat pensiun di Purworejo. Ingat Pak, anak kita dua-duanya perempuan. Kalau
waktu mantu rumah kita sempit dan jelek, terus bagaimana? jawab istriku.
Aku diam saja. Aku pura pura sibuk membaca Koran.
Yang malu itu bapak juga. Aku sih nggak apa apa punya rumah seperti itu
kata istriku lagi.
Saat itu aku terus ingat nasehat ustadz Daud Yusuf. Tidak ada gunanya
berdebat soal seperti itu. Lebih baik nanti malam bangun untuk sholat tahajud.
Berdoa saja kepada Tuhan agar memberi hidayah kepada istriku dan juga istri semua
teman temanku. Aku sudah lebih dari 25 tahun hidup bersama istriku. Setelah tenang
dan berpikir jernih, istriku pasti akan mendukung ideku. Buktinya, istriku rela
mewakafkan 2 rumah BTN di Pamulang untuk panti asuhan. Istriku juga rajin
memotong 10% pendapatan keluarga untuk sedekah.
----0000---Sore menjelang Maghrib, 18 bulan sebelum pensiun, aku dan Pak Hardi
berkunjung ke rumah Bu Diana. Dia teman istri Pak Hardi. Dia seorang psikolog
yang menyibukkan dirinya dengan kegiatan dakwah.

Kuingin

menjajagi

kemungkinan mengajak Bu Diana bergabung dengan Sekolah Gangguan Jiwa.


Meskipun bukan keharusan, adanya dukungan psikolog yang punya visi dan misi
sejalan akan sangat membantu.
Kami mengobrol soal pemulihan gangguan jiwa.

Gunawan Setiadi

Page 29

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Di Indonesia, psikologi klinis sulit berkembang. Para psikolog klinis sulit


buka klinik sendiri, paling mereka bekerja di klinik atau rumah sakit jiwa. Tentu saja
lowongan kerjanya dan perananannya jadi terbatas. kata Bu Diana.
Bagaimana bisa berkembang. Asuransi kesehatan, seperti askes, jamkesmas
dan jamkesda tidak mau membayar terapi psikososial. Mereka hanya mau
membayar biaya konsultasi dokter, biaya obat dan biaya rawat inap. Tidak ada
komponen terapi psikososialnya. Biaya terapi psikososial, bila ada, harus dibayar
langsung oleh pasien atau keluarganya. Orang miskin mana sanggup bayar
konsultasi psikososial kataku menimpali.
Padahal sebenarnya, kebutuhan psikologi klinis di Indonesia sangat besar.
Paling tidak diperlukan setidaknya 28.500 psikolog klinis di Indonesia. Itu belum
termasuk kebutuhan psikolog klinis

untuk melayani gangguan kepribadian,

psikosomatis dan gangguan psikologi klinis ringan dan sedang lainnya. Kata Bu
Diana melanjutkan.
Bagaimana pendapat Bu Diana, bila kita ajari masyarakat awam atau
keluarga penderita gangguan jiwa berat dengan terapi kognisi perilaku, maksud saya
cognitive behavioral therapy atau CBT? Saya lihat di negara negara maju, CBT
banyak diajarkan lewat kursus, program D1, bahkan beberapa universitas
menawarkan program D1 secara on-linetanyaku meminta pendapat Bu Diana.
Pak Bambang, untuk program D1 berarti harus ada lapangan kerja
formalnya, baru mahasiswa mau mendaftar. Tanpa ada lapangan kerja yang jelas,
tidak akan ada mahasiswa yang mau mendaftar. Buang buang uang dan waktu saja.
Paling paling kita bisa bikin kursus beberapa hari untuk keluarga penderita
gangguan jiwa berat, tapi dengan keterbatasan jumlah psikolog klinis di Indonesia,
berapa banyak keluarga yang bisa kita kursus? Belum lagi bicara soal keterbatasan
dana, ruwet pokoknya, banyak sekali hambatannya jawab Bu Diana.
Sepertinya, kalau mau mengembangkan pelayanan psikologi klinis di
Indonesia, kita juga harus menggarap sisi kebijakannya juga. Kita harus bisa

Gunawan Setiadi

Page 30

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

meyakinkan pejabat di Kemenkes dan asuransi kesehatan kataku setengah


menggumam.
Bagaimana pendapat Bu Diana kalau kita mulai dengan upaya rintisan
kecil-kecilan, tentunya sifatnya juga kegiatan amal, karena duitnya juga tidak ada
kataku menjajagi kemungkinan Bu Diana mau membantu melaksanakan ideku
Wah maaf Pak Bambang, saya sudah sangat sibuk. Selain kegiatan dakwah,
saya juga harus merawat ibu yang sudah sepuh dan perlu pendampingan. Coba cari
psikolog lain yang masih baru lulus, siapa tahu mereka mau dan ada waktu jawab
Bu Diana.
Aku tidak terkejut dengan jawabannya. Hari gini, siapa yang mau kerja tanpa
imbalan yang jelas. Semuanya ingin cash and carry, ada uang ada barang. Tanpa
motivasi kemanusiaan yang kuat, tidak akan ada yang mau mengikuti ideku. Ideku
adalah ide yang tidak masuk akal. Bila hanya untuk mengadakan bakti sosial
setahun sekali atau dua kali, itu masih bisa diterima. Mengisi semua hari hari di
masa pensiun dengan membantu pemulihan gangguan jiwa tanpa bayaran adalah ide
orang yang kurang kerjaan. Mungkin mereka pikir aku sudah ikut ikutan terkena
gangguan jiwa, hanya mereka sungkan mengatakannya secara terus terang di
depanku.
----0000---Masyarakat Indonesia sangat bervariasi, baik dari segi fisik maupun
kebudayaannya. Ternyata, begitu juga dengan dokter spesialis jiwa. Pendapat
mereka tentang pemulihan gangguan jiwa juga berbeda-beda. Dokter Purwoko,
spesialis jiwa yang bekerja di salah satu Klinik Psikiatri swasta di Jakarta sangat
percaya bahwa gangguan jiwa seperti skizofrenia disebabkan oleh kelainan di otak
dan tidak ada tempat bagi terapi psikososial. Dia termasuk pengagum berat
neuroscience, ilmu yang mendalami anatomi dan kerja otak.
Suatu siang, ketika kebetulan sama sama pulang kampung ke Purworejo,
kutemui dia dirumah orang tuanya di kampung Ngupasan.

Gunawan Setiadi

Page 31

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Dokter Purwoko, menurut saya, setiap orang itu juga punya daya tahan
menghadapi penyakit. Di kalangan ahli kesehatan masyarakat, kita tahu bahwa
jumlah penderita penyakit menular seperti TBC sudah berkurang sebelum
ditemukan antibitotika. Penurunan jumlah penderita TBC tersebut terjadi karena
perbaikan kesehatan lingkungan dan juga perbaikan gizi. Dilain pihak, karena terlalu
mengandalkan obat, saat ini TBC jadi masalah besar karena kuman TBC banyak
yang mulai kebal terhadap obat anti TBC yang ada. Contoh lain, pada anak anak
cacat yang lahir tanpa tangan, kaki mereka bisa dilatih untuk menggantikan sebagian
fungsi tangan. Mereka bisa makan dan minum pakai kaki. Ini artinya, selain otot
kaki, otak mereka juga bisa diubah melalui latihan kataku pada dr Purwoko.
dr. Bambang, situ kan dokter ahli kesehatan masyarakat, saya ini asli dokter
spesialis jiwa, percayalah dengan saya. Gangguan jiwa seperti skizofrenia itu
penyakit otak. Dr. Jonathan R. Kinsel, Direktur National Institute of Mental Health,
Amerika saja sudah tegas tegas bilang begitu. Sebagai penyakit otak, jelas
penanganannya pakai obat. Mereka harus minum obat seumur hidupnya. Terapi
psikososial itu sangat sedikit manfaatnya. Coba tanya saja ke seluruh psikiater di
Indonesia. Berapa banyak pasiennya yang bisa pulih.
Aku tidak ingin menanggapi pernyataan dr Purwoko tentang manfaat terapi
psikososial karena bagiku hal tersebut sudah jelas. National Institute for Health and
Care Excellence, NICE, Inggris, sebuah badan yang dihormati dan diakui
integritasnya

dalam

penentuan

standard

pengobatan

penyakit,

sudah

merekomendasikan penggunaan terapi psikososial seperti terapi perilaku kognisi


(cognitive behavior therapy) dan terapi keluarga bagi penderita skizofrenia. Selain
itu, hingga sekarang, bagaimana sebuah gangguan keseimbangan kimia diotak bisa
menghasilkan gejala yang berbeda, juga belum bisa dijelaskan.
Bagaimana dengan efek samping obat? Kita semua tahu bahwa obat
gangguan jiwa itu sangat kuat dan punya efek samping juga. Walau ini masih
kontroversial, pasti dr. Purwoko pernah dengar bahwa dalam jangka panjang, obat
gangguan jiwa bisa menyebabkan volume otak mengecil, kegemukan dan efek
samping lainnya
Gunawan Setiadi

Page 32

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

dr. Bambang, jangan bicara begitu. Apa dr. Bambang berani bertanggung
jawab kalau semua penderita gangguan jiwa tidak mau minum obat dan kemudian
membuat kerusakan di masyarakat
Bukan begitu, bukannya saya tidak percaya dengan obat. Maksud saya, kita
juga harus memperkuat otak, jiwa dan memperbaiki lingkungan penderita gangguan
jiwa. Tidak hanya dengan memberi obat. Nah masalahnya, selama penderita
gangguan jiwa mendapat obat gangguan jiwa dosis tinggi, mereka akan sulit diberi
motivasi. Menurut makalah ilmiah yang saya baca, penderita gangguan jiwa harus
didukung agar mereka bisa dan mau secara aktif mengupayakan kesembuhan
dirinya. Tidak hanya pasif dengan minum obat sesuai resep dokter. Padahal, kita
tahu, kewenangan menentukan dosis dan jenis obat kan ditangan dokter ahli jiwa.
Psikolog tidak bisa berbuat banyak selama penderita diberi obat dosis tinggi
Apa Pak Bambang menyuarakan kebijakan WHO?
Bukan, ini pendapat pribadi. Semua pemikiran yang saya sampaikan tidak
mewakili pendapat WHO
Saya kira psikiater tahu apa yang harus dilakukannya. Mereka kuliah
selama 4 tahun hanya untuk memperdalam ilmu kesehatan jiwa. Saya takut kalau
pendekatan seperti itu yang akan dr. Bambang lakukan, banyak psikiater yang akan
memboikot upaya dr Bambang. Paling paling nanti dr Bambang hanya bisa
menangani pasien pasien yang memang tidak mau minum obat dan pasien miskin
yang tidak punya uang untuk berobat ke dokter kata dr Purwoko mengakhiri
disuksinya.
Aku percaya pemikiran dr Purwoko tidak mewakili arus utama pemikiran
masalah kesehatan jiwa di Indonesia. Banyak psikiater yang kukenal sangat
mendukung pentingnya terapi psikososial, hanya mereka tidak punya waktu untuk
menerapkannya.
----0000----

Gunawan Setiadi

Page 33

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Hambatan ketika berusaha mewujudkan ide membantu pemulihan gangguan


jiwa muncul dari berbagai arah. Mulai dari sulitnya mencari tanah untuk bangunan
pusat pemulihan, terbatasnya dana, pengusaha traktor yang main kayu, hingga
sistem pembiayaan kesehatan yang kurang mendukung.
Sebagian masyarakat desa Kalinongko memandang orang yang mau berbuat
sosial, seperti diriku yang mau bikin sekolah pemulihan jiwa, sebagai orang yang
sudah

kelebihan

uang.

Mereka

bukannya

terus

mendukung

dan

ikut

menyumbangkan tenaganya secara sukarela, mereka malahan tanpa segan segan


memanfaatkan proyek kemanusiaan tersebut sebagai sumber penghasilan tambahan
yang empuk.
Akankah aku harus mundur dan membuang ideku yang kurang kerjaan ,
atau hanya cari cari kerjaan tersebut? tanyaku dalam hati
Di sisi yang lain, aku juga melihat bahwa kebanyakan masyarakat sekarang
baru pada tingkat sedekah baju bekas atau uang receh. Mereka akan dengan mudah
dan senang hati menyumbangkan baju atau barang bekas, juga uang recehan. Namun
hanya segelintir orang yang tergerak bila diminta menyumbangkan materi dalam
jumlah yang lebih besar. Mereka mau bersedekah selama tanpa pengorbanan, atau
pengorbanannya hanya minimal. Mereka belum bisa berkorban, misalnya: tidak beli
baju baru, tidak makan di restaurant, tidak jalan jalan ke luar negeri, selama 6 bulan,
agar ada uang lebih untuk bersedekah.
Masyarakat Indonesia jarang bersedia memotong sebagian penghasilannya di
awal bulan untuk sedekah. Mereka hanya mau bersedekah bila diambil dari sisa
uang belanja bulanan. Maka ketika penghasilan mereka pas-pasan, tidak ada lagi
uang yang tersisa di akhir bulan, mereka jadi punya alasan kuat untuk tidak
bersedekah. Kondisi seperti itu jelas bukan lingkungan yang bisa menyuburkan
kegiatan sosial.
Padahal, bila mereka mau memotong uang sedekah di depan, menyisihkan
sebagian pendapatan untuk sedekah, bukan dari sisa di akhir bulan, insya Allah,
mereka akan mendapat keberkahan. Penghasilan yang terbatas akan menjadi cukup.
Gunawan Setiadi

Page 34

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Bahkan sering kali, akan ada penghasilan tambahan dari arah yang tidak terduga. Ini
bukanlah pendapatku pribadi. Ini adalah ilmu hikmah yang kudapatkan dari
beberapa orang yang sukses hidupnya. Ilmu hikmah ini tidak hanya monopoli
agama Islam. Ilmu ini juga sudah diterapkan oleh para penganut agama lain yang
taat beribadah.
Sebagian besar orang setuju bila kukatakan bahwa saat ini lingkungan sosial
yang berkembang di Indonesia bukanlah lingkungan yang subur bagi tumbuhnya
kegiatan kemanusiaan.
Haruskah aku menunda kegiatan sosialku menunggu kondisi lingkungan
yang cocok? tanyaku dalam hati.
Kemungkinan besar, sampai matipun, kondisi masyarakat Indonesia akan
tetap masih seperti ini. Artinya, menunda hingga kondisinya cocok bukan pilihan
yang baik. Aku harus melakukannya sekarang, tidak bisa ditunda-nunda lagi.
Waktuku tinggal terbatas, aku akan segera memasuki usia pensiun.
Tiba tiba pikiran positif melintas di otakku.
Siapa tahu, kegiatan kemanusiaanku ini akan bisa menginspirasi orang
lain?
Bila ada 10 orang saja ikut terinspirasi, itu sudah sangat bagus. Dari 10 orang
yang terinspirasi olehku, nantinya mereka akan bisa menginspirasi 100 orang lain.
Begitu seterusnya hingga semua penderita gangguan jiwa di Indonesia akan bisa
mendapat dukungan psikososial yang dibutuhkannya. Bila ini terjadi, ini benar benar
suatu kemenangan yang nyata.

Gunawan Setiadi

Page 35

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Sekolah Tirto Jiwo

antor Dinas Sosial Transmigrasi dan Tenaga Kerja (Dinsostranaker)


Kabupaten Purworejo terletak di jalan ke arah Magelang. Bangunannya
terlihat asri, bersih dan tertata rapi. Pagi itu, sekitar setahun sebelum

pensiun, aku berkunjung ke kantor Dinsostransnaker. Di halaman depan kantor


kulihat 3 mobil dinas terpakir berjajar di samping tempat parkir sepeda motor yang
memenuhi tempat parkir. Sebagian besar pegawai negeri sipil di Purworejo memang
hanya mampu membeli sepeda motor. Jarang yang mampu membeli kendaraan roda
empat.
Pagi itu aku menghadap Ibu Tari, seorang pejabat yang menangani masalah
kesejahteraan sosial. Ketika ketemu dengannya pagi itu, beliau memakai baju
seragam dengan jilbab menutup rambutnya. Kutaksir, Ibu Tari masih berusia 40an
tahun, jauh dibawah umurku. Kami berdiskusi tentang pemulihan gangguan jiwa dan
konsep sekolah pemulihan jiwa.
Pak Bambang, tolong dijelaskan secara sederhana, apa arti pemulihan dari
gangguan jiwa itu? Menurut pengamatan saya, sangat sedikit penderita gangguan
jiwa yang bisa kembali ke masyarakat. Setelah keluar dari RSJ, kebanyakan mereka
tidak bisa bekerja dan menjadi tanggungan Dinas Sosial Kata Bu Tari,
Pulih dari gangguan jiwa artinya seseorang bisa kembali hidup produktif di
masyarakat secara sosial ekonomi. Yang bersangkutan bisa lepas dari obat, atau
mungkin juga masih harus minum obat. Bisa juga masih mempunyai gejala, seperti
kadang kadang mendengar suara suara, namun yang bersangkutan bisa
mengendalikannya. Gejala gangguan jiwa yang masih dipunyai tidak menganggunya
untuk bekerja dan hidup di masyarakat jawabku.
Bu Tari terlihat diam. Kelihatannya dia sedang mencerna penjelasanku.
Kucoba memberinya penjelasan tambahan.

Gunawan Setiadi

Page 36

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Bu Tari, pulihnya seorang penderita gangguan jiwa itu seperti orang punya
penyakit gula darah atau diabetes. Mereka tetap harus minum obat seumur hidupnya,
kadang juga bisa kambuh sakitnya. Penderita tekanan darah tinggi juga kebanyakan
harus minum obat seumur hidupnya. Begitu pula dengan penderita gangguan jiwa.
Mereka bisa hidup produktif di masyarakat meskipun tetap minum obat setiap
harinya.
OK, saya baru mengerti sekarang. Pak Bambang, sekarang ini ada banyak
panti rehabilitasi jiwa, apa mereka juga bisa dikatakan memberikan pelayanan
pemulihan gangguan jiwa? Saya amati, kebanyakan penghuni panti menjadi kronis
dan tinggal disana seumur hidupnya rupanya Bu Tari mulai tertarik dengan konsep
pemulihan gangguan jiwa.
Contoh kongkritnya seperti apa? biar jelas begitu lho Pak. Saya tidak suka
kalau hanya permainan kata kata Bu Tari melanjutkan.
Pertanyaan yang tajam dan mendasar. Aku mencoba menjelaskan
semampuku. Aku sering merasa kesulitan ketika harus menjelaskan suatu konsep
canggih dengan memakai bahasa sederhana.
Kalau kita bawa seorang pasien ke dokter spesialis jiwa, terus ditanya
apakah masih suka mendengar suara suara, kemudian diberi obat untuk
menghilangkan atau menekan halusinasinya tersebut. Itu artinya, pendekatannya
masih berorientasi pada menghilangkan gejala. Kegiatannya masih bersifat
rehabilitasi. Di panti rehabilitasi pasien bersifat pasif, hanya menerima obat, dan
fokusnya pada gejala penyakitnya. Pada pelayanan berorientasi pemulihan jiwa,
maka pelayanan yang diberikan dititik beratkan pada menggali potensi penderita
tersebut dan mengenalkannya dengan berbagai teknik untuk mengendalikan
halusinasi. Disini sikap penderita tidak lagi pasif. Mereka harus bersikap aktif, yaitu
mengupayakan agar dirinya bisa mengendalikan halusinasi, dengan memakai teknik
yang telah dipelajari. Hanya saja, pada beberapa penderita, kadang kadang obat
masih tetap diperlukan jelasku.

Gunawan Setiadi

Page 37

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Perbedaan prinsip kedua, pada pelayanan berorientasi pada pemulihan,


pemberi pelayanan tidak hanya para professional, namun juga bekas penderita
gangguan jiwa yang telah pulih dan dilatih untuk jadi pembimbing. Sebagai bekas
penderita gangguan jiwa, mereka mempunyai empati yang tinggi karena mereka
pernah merasakannya sendiri. Selain itu, mereka juga bisa menjadi contoh nyata
bahwa penderita gangguan jiwa bisa pulih. Mereka bisa menjadi motivator yang
efektif. Di Pusat pemulihan gangguan jiwa, semua komunikasi yang disampaikan
harus mendorong tumbuhnya harapan bahwa hari depan para penderita akan lebih
baik dibanding keadaan mereka sekarang. Tanpa adanya harapan yang tertanam
dihati penderita, tidak akan ada pemulihan gangguan jiwa
Di sebagian masyarakat Indonesia, penderita gangguan jiwa masih sering
jadi bahan olok olok. Mereka diperlakukan sebagai setengah manusia setengah
hewan. Perlakuan yang diterima penderita gangguan jiwa dari masyarakatnya sering
membuat sakitnya semakin parah. Perlakuan masyarakat sering berlawanan dengan
prinsip pemulihan gangguan jiwa. Di Tirto Jiwo, bekas penderita gangguan jiwa
yang sudah lulus, akan ditarik jadi guru juga. Di Indonesia, hal ini benar benar suatu
lompatan. Padahal, di Amerika dan Inggris, ide memanfaatkan bekas penderita
sebagai motivator tersebut sudah diterapkan setidaknya sejak 5 tahun yang lalu.
Terima kasih Pak Bambang, cukup jelas. Saya kira nanti setelah melihat
sendiri bentuk pelayanannya, pemahaman saya akan semakin baik. Pertanyaan
terakhir Pak Bambang, apa maksudnya Sekolah Pemulihan Jiwa itu, apa bedanya
dengan pusat pemulihan jiwa
Waduh, Bu Tari kok tanyanya yang sulit sulit. Begini Bu, pusat pemulihan
jiwa fungsi utamanya adalah memberikan terapi pemulihan, sedangkan sekolah
pemulihan jiwa fungsi utamanya adalah sekolah, tempat belajar. Di pusat pemulihan
semua aktivitas diarahkan agar berfungsi penyembuhan, seperti terapi berkebun,
terapi

kerja.

Di

sekolah

pemulihan

jiwa

aktivitasnya

diarahkan

untuk

mengembangkan kemampuan, menjajaki kemungkinan dan mendukung murid


mencapai tujuan hidupnya. Di Sekolah Pemulihan Jiwa muridnya tidak hanya para
penderita gangguan jiwa, tapi juga anggota keluarga yang merawat dan siapa saja
Gunawan Setiadi

Page 38

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

yang tertarik dengan pemulihan gangguan jiwa. Hanya saja, di Tirto Jiwo, bagi
murid yang menderita gangguan jiwa, akan ada bimbingan selama proses
pemulihannya juga. Murid dibimbing agar bisa memahami pengalaman mereka
ketika sedang mengalami gangguan jiwa. Mereka dididik agar mampu menerapkan
berbagai ilmu dan ketrampilan yang didapatnya. Singkatnya, Sekolah Pemulihan
Jiwa Tirto Jiwo adalah pusat pemulihan plus sekolah pemulihan Kataku
menjelaskan secara panjang lebar.
Bu Tari, silahkan ketik recovery college di google. Kita bisa dapatkan
informasi tentang sekolah pemulihan. Di Inggris, recovery college baru mulai ada
setelah tahun 2011 kataku menambahkan..
Wah, jadi sekolah pemulihan ini masih barang baru ya Pak? Moga moga
tidak hanya musiman siftanya kata Bu Tari
Ha ha ha Bu Tari, jangan terlalu skeptis. Pemulihan gangguan jiwa itu
bukan barang baru. Sebenarnya di Inggris, pada tahun 1883, John Thomas Perceval
sudah menuliskan pengalamannya pulih dari gangguan jiwa. Hanya saja, konsep
tentang sekolah pemulihan memang masih baru. Kita lihat saja apa konsep tersebut
bisa diterapkan di Indonesia atau tidak. Saya mohon dukungan Bu Tari dan
jajarannya lho kataku sambil mengakhiri diskusi tersebut.
Bila hanya memusatkan diri pada proses pemulihan individu penderita
gangguan jiwa, Tirto Jiwo hanya akan bisa menjangkau sedikit orang. Tirto Jiwo
hanya bisa menampung 10 penderita gangguan jiwa dalam suatu saat. Dengan
mengadakan berbagai pelatihan bagi para anggota keluarga yang merawat anggota
keluarganya yang terkena gangguan jiwa, jangkauan pelayanan Tirto Jiwo
diharapkan bisa semakin luas.
----0000---Setahun sebelum pensiun, pagi itu aku menengok pembangunan gedung
Tirto Jiwo. Bangunan gedung Tirto Jiwo, yang masih dalam tahap penyelesaian,
terlihat sederhana, namun asri, bersih dan nyaman. Bangunan tersebut berdiri
dilereng bukit Menoreh, di desa Kalinongko, Purworejo. Bangunan utamanya
Gunawan Setiadi

Page 39

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

menghadap ke hamparan sawah yang terhampar luas. Di halaman depan bangunan


utama akan dibangun kandang rusa untuk menambah ke asriannya.
Tirto Jiwo akan menjadi markas bagi gerakan pemulihan gangguan jiwa
yang digerakkan oleh lima laki laki yang telah beruban: aku, Wibowo, Hardi,
Prianto dan Amir. Tirto Jiwo juga berfungsi sebagai sekolah pemulihan jiwa
sebuah istilah yang sangat kusukai, yang kucontek dari Inggris, Recovery College.
Kepada teman teman dan siapa saja yang mau mendengarkan, aku selalu
mencoba menjual konsep sekolah pemulihan jiwa itu. Dalam konsep yang kami
susun, para penderita gangguan jiwa akan kami sebut sebagai murid. Mereka akan
mendapat tambahan ilmu praktis tentang gangguan jiwa, bimbingan dan pelatihan
ketrampilan agar bisa mengatasi permasalahan akibat penyakit yang dideritanya.
Proses belajar mengajarnya tidak hanya didalam gedung, tapi juga di halaman, di
kebun, di pasar dan juga di rumah penderita gangguan jiwa. Tidak hanya murid yang
mendatangi guru, guru juga kadang datang ke rumah murid. Sebagai murid, mereka
tidak dirujuk oleh RSJ atau dokter spesialis jiwa, tapi mereka mendaftar untuk
menjadi murid.
Dalam pemulihan gangguan jiwa, keterlibatan dan dukungan keluarga sangat
penting. Prinsip tersebut juga kami terapkan di Tirto Jiwo. Kami berlima sadar
bahwa tanpa keterlibatan dan dukungan keluarga, atau dukungan dari jaringan
kekerabatan sosial lainnya, proses pembelajaran menuju pemulihan gangguan jiwa
akan berlangsung lebih lama karena mata pelajaran yang dicakup menjadi lebih
banyak dan lebih rumit. Selama bersekolah di Tirto Jiwo, diharapkan secara berkala,
orang tua murid atau keluarganya bisa datang berkunjung. Tujuan kunjungan
tersebut tidak hanya untuk menengok saja. Kunjungan tadi akan dimanfaatkan untuk
terapi keluarga. Selain secara berkala menengok, di rumah masing masing, setiap
keluarga juga harus mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh pihak
sekolah, yaitu sholat malam, dzikir dan sedekah. Bagi yang bukan beragama Islam,
mereka diminta mengerjakan kebajikan kebajikan yang setara. Diharapkan dengan
mendapat keberkahan dari amal kebajikan tadi, proses pemulihan gangguan jiwa
para murid menjadi lebih cepat dan lancar.
Gunawan Setiadi

Page 40

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Kami memahami bahwa penderita gangguan jiwa yang masih akut, gelisah
dan gaduh, tidak akan bisa menerima pelajaran. Dalam konsep kami, bila calon
murid datang pada kondisi seperti itu, mereka akan dirujuk ke rumah sakit jiwa atau
psikiater terlebih dahulu hingga mereka mempunyai cukup kesadaran untuk bisa
menerima pelajaran.
Para calon murid yang sudah terlanjur mengidap gangguan jiwa dalam waktu
lama, telah menjadi kronis dan menarik diri kedalam dunianya sendiri, biasanya
proses pemulihannya akan memerlukan waktu yang lebih panjang, bisa sampai 3-4
tahun. Dalam konsep sekolah Tirto Jiwo, mereka perlu kost di rumah pemulihan,
dalam arti mereka akan tinggal bersama dengan sebuah keluarga yang bersedia
menampung dan mendukung proses pemulihan. Di rumah pemulihan, pelajaran
diberikan oleh guru dari Tirto Jiwo, sedangkan bapak dan ibu kost akan
membimbing anak kost mengerjakan tugas tugas pekerjaan rumah yang diberikan
oleh sekolah Tirto Jiwo. Melalui pendekatan ini, fungsi Tirto Jiwo tidak akan
berubah menjadi sebuah panti rehabilitasi. Di lain pihak, murid juga akan lebih
kerasan karena mereka tetap tinggal di sebuah keluarga biasa, bukan di rumah sakit
jiwa atau di panti rehabilitasi.
Dalam kosep kami, guru di Sekolah Pemulihan Jiwa Tirto Jiwo tidak dibayar
oleh yayasan. Guru dibayar langsung oleh Tuhan lewat jalan yang tidak terduga.
Sebagian honor, insya Allah, akan dibayar Tuhan melalui keuntungan bisnis yang
mereka kelola, atau akan dibayarkan dalam bentuk anak keturunan yang sehat,
sholeh dan hidup berkecukupan. Sebagian besarnya, insya Allah, honor mengajar
akan dibayarkan di akherat kelak berupa kehidupan yang abadi di surga.
Kami juga sadar bahwa tidak semua orang yang bekerja di Tirto Jiwo
percaya bahwa Tuhan bisa memberi gaji dari arah yang tidak terduga. Bagi mereka
yang hanya percaya kepada sesuatu yang nyata, kongkrit dan kasat mata. Mereka
akan digaji oleh yayasan sepenuhnya. Gaji mereka hanya pas-pasan, sesuai dengan
Upah Minimum Kabupaten yang berlaku. Kami juga tahu bahwa sebagian karyawan
akan berada ditengah, dalam arti mereka minta gaji dari dua sumber, dari Tuhan dan
dari yayasan.
Gunawan Setiadi

Page 41

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Dalam hal pembiayaan Sekolah Pemulihan Tirto Jiwo , aku terinspirasi oleh
rumah sakit Mata Aravind, India. Disana, sejak awal pendiriannya, rumus yang
dipakai adalah 6 tempat tidur untuk pasien gratis, termasuk gratis biaya operasi,
rawat inap dan biaya kacamatanya. Sedangkan, 5 tempat tidur untuk pasien yang
membayar. Tarif rumah sakit mata Aravind tetap bersaing dibandingkan tarif rumah
sakit mata lain di India. RS Mata Aravind berkembang pesat. Dimulai dari sebuah
klinik mata dengan 11 tempat tidur, kini menjadi 6 rumah sakit mata modern dengan
kapasitas total sekitar 3500 tempat tidur. Menurut Dr Dr. G. Venkataswamy atau
lebih dikenal sebagai Dr V, pendiri RS Mata Aravind, ada campur tangan Tuhan
disana. Hingga kini, RS Mata Aravind sering jadi bahan studi kasus oleh berbagai
sekolah bisnis terkemuka, seperti Harvard Business School, Amerika.Aku juga
mengharapkan ada campur tangan Tuhan dalam pengelolaan Tirto Jiwo nantinya.
Dalam kosep kami, biaya operasional dan biaya investasi di Tirto Jiwo
diharapkan berasal dari sumbangan para dermawan, pengurus yayasan, royalty buku
buku yang kutulis dan dari para orang tua murid yang bersekolah. Orang tua murid
membayar biaya sekolah dan akomodasi sesuai kemampuan masing masing.Tidak
akan ada murid yang ditolak hanya karena masalah biaya.
----0000---Hingga beberapa bulan sebelum mulai operasional, konsep Sekolah
Pemulihan Jiwa Tirto Jiwo masih terus didiskusikan.
Mas Bambang, apa konsep seperti itu bisa jalan? tanya Pak Amir.
Ketika itu, pembangunan gedung Tirto Jiwo masih berjalan. Kami berlima
tengah berdiskusi mematangkan konsep Sekolah Pemulihan Tirto Jiwo.
Dari sisi apanya Pak Amir, dari sisi ekonomi bisnis atau dari sisi
teknisnya?, tanyaku meminta penjelasan.
Dua-duanya
Untuk sisi bisnisnya saya yakin bisa Pak Amir, Pak Wibowo tiba tiba
menyahut.
Gunawan Setiadi

Page 42

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Pak Amir pasti sudah mendengar tentang Klinik Umiyah, itu lho klinik
rawat inap khusus untuk masyarakat tidak mampu yang ada di desa Lugosobo.
Klinik itu

saya dan Pak Bambang pendirinya. Pasien yang berobat ke Klinik

Umiyah, baik rawat inap maupun rawat jalan, cukup memasukkan uang ke kotak
infaq yang tersedia di dekat ruang pendaftaran. Memang uang dari pasien tidak
cukup untuk biaya operasional. Kekurangan biaya operasionalnya selama ini ditutup
dari sedekah para dermawan. Klinik Umiyah kini sudah berjalan lebih dari 3 tahun
Pak Wibowo menjelaskan.
Kuncinya ada di keterbukaan kataku menambahkan, Setiap bulan,
pengurus Yayasan membuat laporan keuangan dan mempublikasikan laporan
tersebut di website Klinik Umiyah dan juga dipasang di papan pengumuman.
Silahkan Pak Amir kunjungi websitenya di www.klinik-umiyah.com
Kunci kedua Pak Amir, pengurus Yayasan juga ikut menyumbang.
Logikanya sederhana. Kita tidak bisa mengharapkan orang lain menyumbang ke
Klinik Umiyah kalau kita sendiri sebagai pengelola tidak mau menyumbang. Selain
itu, sesuai dengan ketentuan pemerintah, pengurus Yayasan memang tidak boleh
mengambil untung dari Klinik Umiyah. Pengurus Yayasan benar benar hanya
mengharapkan berkah dari kegiatan tersebut. Alhamdulillah, karena berkah dari
Klinik Umiyah, hingga bisnis otomotif saya tetap lancar. Saya kira itu karena saya
dapat berkah dari mendirikan Klinik Umiyah Pak Wibowo

melanjutkan

penjelasannya.
Selain masalah sumber dana, soal gaji karyawan juga masih kami diskusikan.
Topik utamanya adalah seberapa besar gaji untuk karyawan nantinya mengingat
sumber utama pemasukan Tirto Jiwo berasal dari sedekah para dermawan.
Soal gaji karyawan ini yang mungkin akan jadi ganjalan. Kebanyakan
karyawan di Indonesia inginnya mendapat gaji tinggi tapi tidak tidak mau bekerja
keras. Padahal, bila mereka mau bekerja keras dan pintar, kita berani menggaji dua
kali lipat dari rata rata gaji di Purworejo kata Pak Amir

Gunawan Setiadi

Page 43

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Betul sekali pernyataan Pak Amir. Dalam kaitannya dengan gaji, saya ingin
cerita tentang pengamatan terhadap 2 teman saya. Prof. Sintawati dan Prof. Dodi
Rahardian namanya. Meskipun gajinya sebagai dosen hanya pas-pasan, mereka tetap
bekerja keras dan sepenuh hati. Kini mereka sering diminta jadi konsultan di
lembaga internasional. Penghasilan tambahan mereka tidak kurang dari Rp 300 juta
setiap tahunnya kataku
Saya amati hal yang sebaliknya juga terjadi. Banyak pegawai negeri yang
karena gajinya pas-pasan, terus kerjanya juga seenaknya. Akhirnya, sampai tua
mereka hanya berpenghasilan pas-pasan kata Pak Hardi menimpali.
Saya percaya kalau hukum kekekalan energi yang kita pelajari dalam mata
pelajaran ilmu alam, juga berlaku di masalah gaji atau penghasilan. Bila kita kerja
keras dan profesional, dimana hasil kerja kita tersebut lebih besar dibanding dengan
gaji yang kita terima saat itu, maka selisih itu akan ditabung oleh Yang Maha
Kuasa dan suatu saat akan diberikan kepada kita, plus bonusnya, bila saatnya tiba
kata Pak Prianto menambahkan.
Dengan kata lain, nanti para karyawan harus diberi motivasi dengan
sungguh sungguh sehingga mereka betul betul paham dengan visi dan misi Tirto
Jiwo lanjut Pak Prianto.
OK kalau begitu, saya percaya seratus persen sekarang kalau Sekolah Tirto
Jiwo tidak akan bangkrut kata Pak Amir setelah mendengar penjelasanku dan
penjelasan Pak Wibowo.
Bagaimana dari sisi teknisnya? Kita kan tidak bisa berbuat sesuatu tanpa
didasari ilmu dan ketrampilan yang memadai?
Ini penjelasan sisi teknisnya, Pak Amir, maaf agak panjang. Pertama,
penderita gangguan jiwa seberat apapun akan bisa pulih bila mendapat perawatan
medis dan dukungan psikososial yang tepat sesuai kebutuhannya. Mereka sulit pulih
bila hanya disuruh minum obat. Mereka perlu dukungan psikososial dari keluarga
dan masyarakat. Itu yang selama ini kurang atau bahkan tidak mereka dapatkan
sama sekali jelasku
Gunawan Setiadi

Page 44

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Ketika semuanya terdiam, kulanjutkan penjelasanku.


Kedua, ilmu dan ketrampilan untuk membantu pemulihan gangguan jiwa
bisa dipelajari dan tersedia gratis di internet. Kita juga bisa pelajari dengan
mengikuti kursus atau lokakarya yang banyak ditawarkan di luar negeri. Saya
percaya, dengan kematangan jiwa dan kemampuan yang kita miliki, kita akan bisa
menguasai ilmu dan ketrampilan dasar untuk membantu penderita gangguan jiwa.
Ketiga, kita tidak akan menginjak wilayah medis, kita akan fokus di dukungan
psikososial kataku menjelaskan
Bagaimana dengan perijinannya ?
Ijin akan kita dapatkan dari Dinas Sosial, saya sudah menghubungi pejabat
di Dinas Sosial. Katanya, mereka tidak hanya mengijinkan, mereka bahkan bersedia
mendukung. Selama ini mereka kesulitan mengatasi masalah kesejahteraan sosial
para penderita gangguan jiwa kataku. Dengan konsep serta visi seperti itu, insya
Allah, Tuhan tidak akan membiarkan Tirto Jiwo berjalan sendiri. Tuhan akan selalu
setia ikut campur tangan, membimbing dan memberikan pertolongan serta
kemudahan
----0000---Sekitar setahun sebelum aku pensiun, ketika aku pulang kampung, kami
berlima beberapa kali mengadakan rapat untuk mengoperasionalkan konsep proses
belajar mengajar kedalam kegiatan sehari-hari di sekolah pemulihan jiwa.
Komunikasi juga terus dijalin melalui email dan telpon. Untung sekarang ini sudah
ada telpon internet yang bisa gratis.
Dasar utama yang harus kita yakini dan kita pegang teguh adalah bahwa
penderita gangguan jiwa, asalkan mendapat pengobatan dan dukungan psikososial
yang dibutuhkan, akan bisa pulih dan hidup produktif di masyarakat kataku
Beberapa minggu yang lalu saya nonton film berjudul Beautiful Mind yang
menceritakan kisah kehidupan Dr John Forbes Nash yang meskipun menderita
skizofrenia, bisa pulih kembali bekerja dan bahkan menerima hadiah Nobel. Kalau
Gunawan Setiadi

Page 45

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

ada yang mau nonton, saya bisa pinjamkan CD-nya. Bagus sekali filmnya kata Pak
Hardi.
Saya juga baca sebuah artikel Recovery and the conspiracy of Hope yang
ditulis oleh Dr. Patricia Deegan. Bisa diakses di website Mind Australia. Tulisannya
sangat bagus. Patricia bisa menulis artikel sebagus itu karena dia sendiri pernah
dirawat di RSJ karena skizofrenia ketika remaja. Setelah pulih, Patricia kembali ke
sekolah dan akhirnya bisa menyelesaikan S3-nya di bidang psikologi klinis.Tulisan
tersebut harus jadi salah satu referensi kita dalam menyusun konsep sekolah
pemulihan kata Pak Wibowo.
Aku sangat senang mendengar kata kata kedua temanku tersebut. Ternyata
teman temanku sudah aktif mencari referensi, tidak hanya pasif menerima apa yang
kukatakan.
Sambil ngobrol yang diselingi dengan gurauan dan makan tempe goreng
serta minum teh manis hangat itu, diskusi berjalan produktif. Aku sampaikan
beberapa prinsip dasar proses pemulihan gangguuan jiwa.
Maaf, sebelumnya, bukannya mau menggurui, tapi yang akan saya
sampaikan ini penting, yaitu prinsip prinsip dasar pemulihan gangguan jiwa. Prinsip
pertama, pemulihan adalah suatu proses membangun suatu kehidupan yang berarti
dan memuaskan. Kata kuncinya disini adalah proses, bukan hasil. Pemulihan adalah
suatu proses yang berlansung seumur hidup. Beda dengan sakit malaria, setelah
minum obat langsung sembuh Kataku memulai penjelasan prinsip pemulihan
gangguan jiwa.
Dari sorot matanya, mereka terlihat bisa memahami penjelasanku.
Prinsip kedua, pemulihan merupakan suatu proses menjauh dari kelainan,
penyakit dan gejala menuju kearah sehat, kuat dan sejahtera. Disini, bila hanya
berkurang halusinasinya namun penderita tidak bisa bekerja dan diam saja seperti
robot, itu bukan pemulihan namanya

Gunawan Setiadi

Page 46

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Maaf Pak Bambang, ada dua pertanyaan. Apa itu halusinasi dan mengapa
mereka jadi seperti robot tanya Pak Amir
Penderita gangguan jiwa sering mendengar suara atau melihat sesuatu yang
sebenarnya tidak ada. Suara atau penglihatan itu bersumber dari pikirannya sendiri.
Itu yang disebut halusinasi. Mereka sering terlibat seperti robot karena fungsi
otaknya ditekan oleh obat penghilang halusinasi tersebut. Obat tersebut mempunyai
efek samping menekan fungsi otak lainnya. Bila mereka minum obat dosis tinggi,
halusinasinya memang hilang atau berkurang, tapi mereka tidak bisa bekerja dan
bergaul. Itu bukan pemulihan namanya. Dalam pemulihan, dosis obat dibuat
minimal, namun penderita dilatih agar bisa mengendalikan halusinasinya
OK, prinsip yang kedua jelas bagi saya kata Pak Amir.
Ketika teman yang lain diam saja, kulanjutkan penjelasanku.
Prinsip ketiga, harapan adalah titik pusat dari proses pemulihan. Tanpa
adanya harapan didalam hatinya bahwa hari esok akan lebih baik dari sekarang,
maka penderita gangguan jiwa tidak akan punya cukup motivasi untuk beraktivitas
dan berinteraksi dengan orang lain. Bagi mereka yang merasa dirinya tidak punya
harapan, setiap hari akan duduk dikursi, merokok dan melamun sepanjang hari.
Sebuah kegiatan sekecil apapun akan terasa berat. Kunjungan atau tegur sapa dari
kawan tidak akan mereka tanggapi
Seperti orang yang akan dihukum mati, hidup tanpa harapan. Mereka jadi
apatis kata Pak Hardi yang pernah menyaksikan seseorang yang dihukum pancung
dimuka umum di Arab Saudi. Penjahat tersebut berjalan tanpa semangat. Pak Hardi
tidak bisa melihat wajahnya karena ditutupi dengan kain hitam.
Prinsip keempat, dalam membantu proses pemulihan, yang penting bukan
kualifikasi pendidikan dari para tenaga profesional yang memberikan pelayanan,
tetapi yang diperlukan adalah orang orang yang mempunyai kemampuan memberi
semangat dan memperkuat harapan, penuh perhatian, kreatif, dan tidak mudah patah
semangat. Prinsip kelima, keluarga dan teman teman penderita berperanan penting

Gunawan Setiadi

Page 47

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

dalam proses pemulihan, mereka perlu dilibatkan dalam proses pemulihan. Kataku
mengakhiri penjelasanku.
Setelah menyampaikan kelima prinsip tadi, aku takut kalau teman temanku
tertidur. Kelima prinsip tadi terdengar sangat abstrak. Ternyata keliru, mereka tetap
antusias membahas konsep dasar sekolah pemulihan jiwa tersebut.
Menurut pengamatan saya, pada saat ini, sebagian besar penderita gangguan
jiwa di Indonesia tidak mendapat dukungan yang memadai. Mereka hanya minum
obat dan kontrol ke dokter ahli jiwa sekali atau dua kali dalam sebulannya. Selepas
itu, proses pemulihan hanya ditangan keluarganya, yang sering tidak mempunyai
pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk mendukung proses pemulihan
kata Pak Hardi.
Aku setuju dengan pengamatan Pak Hardi. Dalam obrolan yang berlangsung
hingga

larut

malam

itu,

kami

juga

berdiskusi

tentang

bagaimana

mengoperasionalkan 4 komponen dari proses pemulihan.


Saya kira mengoperasionalkan komponen pertama dari proses pemulihan
gangguan jiwa, yaitu menemukan dan memupuk harapan tidaklah terlalu sulit. Kita
latih dan biasakan agar semua staf di Tirto Jiwo berkata-kata dan berperilaku yang
mendorong tumbuhnya harapan. Jangan sampai kita mengucapkan kata kata yang
mematikan harapan. Untuk itu, semua staf harus yakin bahwa memang pemulihan
gangguan jiwa itu bisa tercapai. Tindakan dan kata kata yang diskriminatif,
memandang rendah dan tidak menghargai penderita gangguan jiwa tidak boleh
etrjadi sekolah pemulihan jiwa kata Pak Prianto.
Bagaimana contohnya Pak Pri? kata Pak Amir.
Saya berikan beberapa contoh perilaku yang merendahkan penderita
gangguan jiwa. Misalnya: kita tidak mau mendengarkan kata kata mereka. Bila
mereka bicara, kita potong ucapan mereka. Bila mereka minta sesuatu, kita selalu
abaikan permintaannya. Dilain pihak, kita selalu meminta mereka agar menuruti
semua permintaan kita jawab Pak Prianto.

Gunawan Setiadi

Page 48

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Betul sekali Pak Prianto, saya amati banyak sekali kata kata dan perbuatan
para perawat dan karyawan RSJ yang tidak memanusiakan para penderita gangguan
jiwa. Para karyawan tersebut memandang para penderita bukan sebagai manusia
yang mempunyai kedudukan setingkat dengan mereka. Tidak ada RSJ di Indonesia
yang karyawannya mau memakai WC dan kamar mandi bersama antara karyawan
dan pasien kata Pak Amir.
Diskusi semakin hangat. Aku senang sekali bahwa teman temanku semakin
memahami permasalahan dan solusi gangguan jiwa. Maklum, diantara kami berlima,
hanya aku yang mempunyai latar belakang pendidikan kesehatan.
Mengenai komponen kedua, yaitu membentuk kembali identitas positif,
menurut saya, kita bisa lakukan dengan menekankan bahwa selain murid di Sekolah
Pemulihan Jiwa, mereka juga mempunyai identitas positif lainnya, seperti: pelajar,
mahasiswa, pegawai, pengusaha,sebagai ayah atau sebagai ibu. Kita harus
mengupayakan agar mereka tidak selamanya hidup sepanjang hari didalam rumah
sakit atau panti rehabilitasi gangguan jiwa. Bila mereka tinggal dirumah, mereka
perlu dibantu agar bisa melakukan kegiatan positif yang membuat mereka
mempunyai identitas diri positif usul Pak Wibowo.
Yang agak sulit adalah menerapkan komponen ketiga, yaitu membangun
kehidupan yang berarti. Ini artinya kita harus membantu penderita gangguan jiwa
agar bisa mempunyai pekerjaan dan penghasilan. Di budaya kita, khususnya bagi
laki laki, mempunyai pekerjaan dan penghasilan merupakan sesuatu yang penting
yang ternyata sangat penting juga peranannya dalam mendukung proses pemulihan.
Di saat sekarang ini, dimana banyak pengangguran, mencari atau menciptakan
lapangan kerja bukan pekerjaan gampang kata Pak Hardi.
Kita tidak boleh lupa bahwa ada Tuhan Yang Maha Pengasih, Tuhan yang
mengatur rezeki. Kita harus selalu menyandarkan semuanya kepada Yang Maha
Kuasa. Kalau hanya mengandalkan kemampuan sendiri, pastilah sangat sulit
menciptakan lapangan kerja bagi penderita gangguan jiwa. Di Amerika atau Inggris
saja, sekitar 80% penderita gangguan jiwa itu menganggur dan hidup dengan
mendapat jaminan sosial dari pemerintah kataku.
Gunawan Setiadi

Page 49

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Kita harus latih mereka untuk sholat, banyak berdoa dan berbuat kebaikan,
insya Allah, rezeki akan lancar kata Pak Wibowo menimpali.
Operasionalisasi komponen keempat dari proses pemulihan, yaitu
mengambil tanggung jawab dan kendali bisa kita laksanakan dengan mengajak
penderita gangguan jiwa agar tidak hanya menggantungkan diri pada dokter dan
orang lain, tapi secara aktif dan bertanggung jawab mengusahakan pemulihan
dirinya.Kasarnya, jangan hanya minum obat terus sudah, selesai, mereka harus
didukung agar aktif mengupayakan pemulihan kesehatan jiwanya Kata Pak Hardi
Jam telah menunjukkan pukul 1 malam ketika pertemuan tersebut berakhir.
Aku bergegas pulang. Udara Purworejo terasa sejuk ditengah malam itu. Udara yang
bisa membuat kita tidur pulas tanpa harus menyalakan AC.
----0000---Sejak munculnya keinginan untuk mendirikan Sekolah Pemulihan, kira kira
2 tahun sebelum pensiun dari WHO, aku mulai belajar dan mengumpulkan artikel
artikel ilmiah, ilmiah popular dan berbagai tulisan lain yang terkait dengan
pemulihan gangguan jiwa. Untungnya sebagian besar artikel bisa diakses gratis.
Hanya beberapa buku referensi yang sangat penting saja, seperti buku tentang
Cognitive Behavior Therapy karangan Dr Aron Beck yang harus dibeli. Berbagai
artikel tersebut, hampir semuanya dalam bahasa Inggris, aku terjemahkan dan
kuringkas. Agar bisa dibaca oleh banyak orang, tulisan tulisan tersebut kuupload di
website Tirto Jiwo.
Ternyata sambutan masyarakat cukup menggemberikan. Setiap hari, lebih
dari 200 orang mengunjungi website Tirto Jiwo. Kelihatannya masyarakat haus akan
informasi tentang pemulihan gangguan jiwa. Boleh dibilang, tidak ada informasi
tentang pemulihan gangguan jiwa dalam bahasa Indonesia. Beberapa artikel yang
kutulis, telah dicopy dan beredar di dunia maya.
Pak Wibowo sering menerima pesan pendek lewat hp dari para penderita
gangguan jiwa yang berkosultasi. Aku juga cukup banyak menerima email,
kebanyakan menanyakan cara membantu penderita gangguan jiwa yang tinggal
Gunawan Setiadi

Page 50

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

serumah agar bisa pulih. Sebagian menanyakan biaya sekolah di Tirto Jiwo. Aku
selalu mencoba menjawab secepatnya dan semampuku. Ini semua merupakan ladang
amal. Tdak ada niat komersialisasi sedikitpun.
Alhamdulillah, Sekolah Pemulihan Tirto Jiwo sebentar lagi akan terwujud.
Murid yang sudah pesan untuk tinggal di asrama tidak hanya datang dari Purworejo.
Beberapa calon murid yang sudah mendaftar berasal dari Aceh, Lampung, Jakarta,
Bali, dan Jawa Timur. Beberapa calon murid yang bukan penderita gangguan jiwa,
kebanyakan mereka adalah para orang tua yang salah satu anaknya menderita
gangguan jiwa. Mereka ingin menimba ilmu agar bisa membantu anggota
keluarganya untuk bisa segera pulih dari gangguan jiwa. Mereka juga ingin agar
ilmu yang mereka dapatkan nantinya dapat untuk membantu teman atau tetangganya
yang menderita gangguan jiwa. Kepada mereka kami informasikan agar mereka
datang selama jam kerja Tirto Jiwo dan mengikuti kursus sesuai peminatan dan
kebutuhannya. Bila perlu perlu tinggal selama beberapa hari, mereka bisa menginap
di hotel yang ada di Purworejo.

Gunawan Setiadi

Page 51

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Guru menjemput murid

enin pagi, 6 September 2010. Kuingat terus sampai sekarang, karena hari itu
adalah hari Senin pertama sejak pensiun dari WHO, Badan Kesehatan
Dunia. Enam hari sejak pensiun, aku sudah mempunyai rencana untuk

mengunjungi Choirul, seorang penderita gangguan jiwa yang dipasung. Dia tinggal
bersama ibunya, mbok Hasanah yang sudah janda. Aku mendapat berita bahwa dia
dipasung, sejak 3 tahun lalu, karena sering mengganggu tetangga, khususnya
tetangganya yang perempuan. Aku ingin melepaskan dia dari pasungnya dan
membantunya memulihkan jiwanya.
Pagi itu cuaca di Purworejo agak mendung. Di bulan September, hujan sudah
jarang

mengguyur kotaku. Menurut ramalan cuaca dari Balai Meterologi dan

Geofisika,

musim kemarau sudah datang. Dengan berboncengan sepeda motor

Honda 100 cc, aku dan Pak Prianto pergi ke rumah Choirul.

Dia merupakan

penderita gangguan jiwa pertama yang kami tangani. Dia tinggal bersama ibunya,
yang menopang hidupnya dari mencari kayu bakar di hutan. Merawat anaknya yang
menderita gangguan jiwa, sambil mencari makan dengan mencari kayu bakar di
hutan, pastilah sebuah kehidupan yang sangat keras. Kami membayangkan
kehidupan mereka sangat sederhana. Karena itu, kami sengaja membawa sebuah
kardus kecil berisi mie instant, telor, beras dan sedikit uang.
Ketika kami sampai, rumah mbok Hasanah terlihat sangat sederhana,
berdinding papan yang sudah mulai keropos dan berlantai tanah.
Assalamualaikum, ucapku sambil mengetuk pintu.
Walaikum salam, jawab mbok Hasanah dari dalam rumah sambil
membukakan pintu. Mbok Hasanah terlihat kurus, wajahnya penuh keriput. Pakaian
yang dikenakannya sudah terlihat lusuh. Meskipun demikian, air mukanya terlihat
tenang. Menurut cerita yang kudengar, keimanannya yang tinggi kepada Allah
membuatnya tahan menghadapi cobaan dan penderitaan yang menderanya. Mbok
Hasanah tidak henti-hentinya berdoa bagi kesehatan anaknya. Hampir setiap malam,

Gunawan Setiadi

Page 52

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

ketika tetangganya tertidur lelap, dia bangun untuk sholat malam. Puasa Senin dan
Kamis selalu dilakukannya.
Mbok Hasanah, saya Bambang. Ini Pak Prianto. Kami berkunjung karena
ingin menengok Choirul
Kami dipersilahkan masuk. Di ruang tamunya, terlihat seorang laki laki
separuh baya tidur di tempat tidur kayu tanpa kasur. Kuduga, pasti dialah Choirul
yang kini sudah tidak lagi dipasung. Tubuhnya tergolek lemah di tempat tidur.
Rambutnya panjang acak acakan. Kumis dan jenggot juga panjang tidak terawat.
Bajunya lusuh dan dekil. Tubuhnya agak bengkak. Aku menduga Choirul menderita
kekurangan kalori protein akibat kurang makan.
Sejak kapan Choirul begini mbok?
Sudah seminggu lebih Pak, anak saya diam saja tiduran
Mbok Hasanah bercerita bahwa sejak sebulan yang lalu, rantai besi yang
mengikat Choirul ketiang di ruangan tamu telah dilepas. Choirul sudah tidak pernah
mengamuk lagi. Aku duga gejala depresi mulai menyerang Choirul. Depresi
membuatnya sedih, lemah dan tidak bertenaga. Salah satu gejala penderita depresi
adalah inginnya tiduran di kamar sepanjang hari. Bisa juga tubuhnya menjadi lemah
akibat kekurangan makan. Tubuh yang lemah membuatnya tidak lagi bisa marah
marah. Mungkin juga bisa dua duanya, Choirul terkena depresi dan sekaligus
terkena kekurangan kalori protein akibat kurang makan. Dengan kondisi demikian,
rantai pasung tidak lagi diperlukan.
Aku dekati Choirul. Dia tetap saja tiduran tidak bergerak dan tidak peduli
dengan apa yang terjadi disekitarnya. Kulihat tangan dan kakinya sedikit bengkak.
Ketika aku pencet, bekas lekukan yang terjadi tidak segera kembali. Tangan dan
kakinya dingin. Kata mbok Hasanah, sebelum selemah keadaan sekarang, anaknya
sering mengeluh kesemutan, badannya lemah dan sering terjatuh bila mencoba
berjalan. Aku semakin percaya bahwa Choirul menderita kekurangan kalori protein.

Gunawan Setiadi

Page 53

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Sambil berlinang air mata, mbok Hasanah bercerita tentang keadaan anaknya
tersebut. Sebelum sakit, Choirul bekerja di Jakarta. Dia sukses bekerja di perusahaan
mie instant sebagai kepala gudang. Di Jakarta anak pertamanya tersebut menikah
dengan gadis desa dari Wonosobo. Mereka dikarunia satu anak laki laki. Dia juga
mampu membeli sebuah sepeda motor, membangun sebuah rumah di desa asal
istrinya. Choirul jarang menengok orang tuanya dan tidak pernah memberi bantuan
keuangan kepada kedua orang tuanya. Orang tuanya yang telah membesarkannya
yang kini hidup sederhana. Kisah kehidupannya adalah tipikal kisah anak durhaka
jaman modern. Meskipun tidak ada kaitan antara gangguan jiwa dengan durhaka
kepada orang tuanya, namun masyarakat sekitar mengatakan bahwa Choirul telah
durhaka kepada orang tuanya hingga dia terkena gangguan jiwa.
Mbok Hasanah tidak bercerita tentang pemicu gangguan jiwa anaknya. Dia
hanya tahu bahwa setelah terkena gangguan jiwa, anaknya dibawa pulang ke
rumahnya. Istrinya mengembalikan suaminya seperti membuang barang yang sudah
rongsok. Istrinya minta cerai dan membawa anak laki satu satunya dalam
asuhannya. Kini, kondisi Choirul serupa

dengan kondisi sepeda motor yang

dipunyainya. Mogok, tidak bisa dihidupkan dengan STNK kadaluarsa.


Bila sedang kambuh, Choirul terlihat gelisah, tidak bisa diam. Kadang dia
mengejar-ngejar perempuan di desanya. Kondisi tersebut membuat masyarakat
sekitar sepakat untuk merantai Choirul agar tidak mengganggu perempuan di
desanya lagi.
Tak lama setelah kedatangan Choirul, suami mbok Hasanah meninggal
dunia. Sepertinya, suaminya tidak kuat menanggung beban derita. Tinggalah janda
tua itu seorang diri merawat anaknya yang menderita gangguan jiwa. Untuk
menyambung hidupnya, mbok Hasanah mencari kayu bakar untuk dijual. Kadang
dia pergi ke pasar menjual beberapa buah kelapa dari kebunnya yang tidak seberapa
luas itu. Untuk pergi ke pasar di kecamatan, dia harus berjalan kaki sekitar 2 jam.
Sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh, hanya saja jalannya naik turun karena
kondisi tanah yang berbukit bukit telah menguras tenaganya yang mulai berkurang
dimakan usia.
Gunawan Setiadi

Page 54

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Melihat kondisi Choirul saat itu, kami sepakat untuk membawanya ke rumah
sakit umum daerah Purworejo. Pak RT yang tinggal tidak jauh dari rumah Choirul,
kebetulan juga masih bersaudara, bersedia mengantar mereka ke RSUD. Pak Prianto
menyerahkan bingkisan dan uang untuk biaya transportasi membawa Choirul ke
rumah sakit. Besok pagi aku akan menunggu mereka di rumah sakit.
Terima kasih sekali Pak Bambang dan Pak Prianto, atas segala bantuannya.
Kami orang tidak punya, tidak bisa membalas kebaikan Bapak. Semoga Gusti Allah
yang membalasnya
Amin amin ya Robbal alamin. Sama sama mbok Hasanah, sudah kewajiban
kita semua untuk saling tolong menolong
Aku lihat mata mbok Hasanah berkaca-kaca. Tapi dari raut wajah dan
tatapan matanya, terlihat bahwa didalam dadanya telah tumbuh sebuah harapan. Dia
yakin tidak lama lagi Choirul akan bisa pulih seperti sedia kala. Sorot mata dan
tatapan wajahnya menyiratkan bahwa dia tidak ingin mati sebelum anaknya yang
sakit bisa sembuh dan mampu hidup mandiri tanpa perlindungan darinya. Harapan
itu tumbuh karena kedatangan dan kesediaan kami untuk menolong mereka. Tatapan
wajahnya membuatku terharu sekaligus juga menebalkan tekadku untuk menolong
sebanyak mungkin penderita gangguan jiwa. Tanpa kusadari sebuah doa telah
kupanjatakan.
Ya Allah berilah hamba-Mu ini kekuatan dan kemudahan untuk bisa
menolong mereka. Jadikanlah ini sebagai amal ibadah kepada Mu. Aku lakukan ini
semua untuk mencari ridlo dan karunia-Mu semata. Amin.
Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, doa itu berkali kali terucap dalam
hatiku. Seingatku, sangat jarang sebuah doa bisa kupanjatkan sekhusyuk itu.
--------0000-------Keluarga Mukti Raharjo tidak bisa digolongkan miskin, meskipun juga tidak
bisa dibilang kaya. Bangunan rumahnya terbuat dari tembok dengan lantai keramik.
Halamannya bersih dan rapi. Di pinggir halaman sebelah kanan terlihat sebuah
Gunawan Setiadi

Page 55

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

gudang dari papan yang berukuran 3x3 meter, berlantai tanah. Ada sebuah jendela
kecil disampingnya. Gudang itu dulu dipakai oleh Pak Mukti Raharjo untuk
memasung adiknya, Ahmad, yang menderita gangguan jiwa.
Ahmad anak bungsu dari 3 bersaudara: Mukti Raharjo, Sri Rahayu dan
Ahmad Dhani. Kedua orang tua mereka sudah meninggal. Ahmad mulai terlihat
menderita gangguan jiwa setelah lulus STM. Dia ingin melanjutkan kuliah ke
Yogyakarta, namun kakak-kaknya tidak mampu membiayainya. Sejak saat itu
Ahmad sering gelisah, marah marah dan mengamuk. Akhirnya dia dipasung.
Tetangga Pak Mukti yang membuka warung kebutuhan sehari-hari juga mendukung
pemasungan tersebut karena Ahmad kadang mengambil barang barang jualan di
warung tersebut tanpa mau membayar.
Setahun yang lalu petugas Dinas Sosial membawa Ahmad ke rumah sakit
jiwa (RSJ) di Magelang. Dia dirawat selama 2 bulan. Sepulangnya dari RSJ, dia
kembali tinggal dengan keluarga Pak Mukti Raharjo. Beberapa hari yang lalu
kudengar kabar Ahmad dipasung lagi.
Sehabis sholat ashar aku bersama Pak Wibowo mengunjungi rumah Pak
Mukti Raharjo untuk mengetahui keadaan Ahmad.
Pak Mukti, bagaimana ceritanya sampai Ahmad kembali dipasung?
Begini Pak Bambang dan Pak Wibowo, ketika kembali dari RSJ, keadaan
Ahmad sudah baik. Namun karena tidak mau minum obat, beberapa bulan kemudian
dia kambuh kembali. Ahmad kembali mengamuk dan mengganggu tetangga.
Akhirnya, kita sepakat memasungnya lagi
Apa tidak ada yang mengingatkannya untk minum obat?
Sudah Pak, setiap minum obat, kami awasi dia. Ternyata Ahmad
mengelabuhi kami. Dia sisipkan obat tadi disela sela lidahnya dan dia buang ketika
kami tidak melihatnya.
Kenapa tidak dibawa ke RSUD, biar disuntik?

Gunawan Setiadi

Page 56

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Susah Pak, kami semua sibuk disini. Tidak ada yang bisa mengantarnya
berobat
Bagaimana kalau Ahmad kami bawa berobat ke RSJ lagi? Kami akan
kontak Dinas Sosial agar dapat keringan biaya kataku
Bagaimana ya? Bukannya kita tidak kasihan dengan Ahmad, tapi kalau
pulang dari RSJ, dia pasti akan kambuh lagi. Jadi percuma saja. Biar sajalah Ahmad
seperti sekarang
Aku sudah bernadzar akan mengabdikan sisa hidupku setelah pensiun untuk
membantu para penderita gangguan jiwa agar bisa pulih kembali. Aku sadar sejak
awal bahwa ini bukan pekerjaan yang mudah. Ibarat jalan, ini adalah jalan yang
mendaki lagi sulit. Hanya bisa dilalui oleh orang orang yang kuat, teguh dan pantang
menyerah. Jalan untuk orang orang yang bersedia berkorban untuk orang lain,
bukan jalan yang mudah dan menyenangkan, jauh dari tepuk tangan dan taburan
bunga. Jalan yang sepi, tidak diminati banyak orang. Menolong penderita gangguan
jiwa adalah ibarat jalan mendaki lagi sulit. Aku tidak boleh menyerah dan harus
berani berkorban untuk Ahmad.
Pak Mukti!, Ahmad akan kami bawa ke RSJ, setelah keluar dari RSJ, akan
kami rawat sampai benar benar pulih. Bagaimana kalau begitu?
Kalau Pak Bambang berkenan, ya silahkan saja. Kalau tetap tinggal disini
sehabis keluar dari RSJ, pasti Ahmad akan kambuh kembali. Jadi percuma saja.
Aku meminta ijin untuk menegok Ahmad.
Di gudang itu, aku lihat Ahmad sangat kurus, rambutnya gondrong dan
acak-acakan. Kedua tangannya dirantai ke tiang yang ada disebelah kiri dan
kanannya.

Kedua rantainya tidak cukup panjang sehingga Ahmad tidak bisa

menggaruk tubuhnya bila terasa gatal. Ahmad hanya mengenakan sarung. Aroma
tak sedap diruangan itu menunjukkan bahwa Ahmad kencing dan buang air besar
disitu.

Gunawan Setiadi

Page 57

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Waktu kecil, karena nakal, aku pernah diikat ke pohon oleh ayah selama
beberapa jam. Rasanya sangat menyakitkan. Aku tidak bisa membayangkan
bagaimana rasanya dirantai seperti itu sampai berbulan-bulan lamanya. Mungkin
dirantai seminggu saja banyak orang sudah tidak akan kuat. Seorang yang punya
jiwa sehatpun pasti akan jadi sakit bila diperlakukan seperti itu.
Dr Patricia Deegan, seorang psikolog klinis yang diwaktu mudanya pernah
dirawat di RSJ karena skizofrenia, mengatakan kalau seseorang diperlakukan seperti
itu maka hatinya akan membatu. Mereka tidak akan lagi peduli kepada lingkungan
sekitarnya. Bahkan juga tidak peduli lagi kepada dirinya sendiri. Hati mereka
mengeras sehingga mampu berak dan kencing di celana.
Apa yang akan dilakukan bila seseorang tidak bisa menggaruk badan yang
gatal, terpaksa kencing dan berak di celana karena kedua tangannya
dirantai?tanyaku dalam hati
Bila orang tersebut tidak mengeras hatinya dan menjadi tidak peduli, tidak
lebih dari seminggu orang tersebut akan mati. Bersikap tidak peduli dan hidup
dalam alamnya sendiri merupakan mekanisme pertahanan diri agar bisa tetap hidup.
Ahmad memilih mekanisme pertahanan diri seperti itu. Menarik diri dari
lingkungannya dan hidup dalam alamnya sendiri.
Kini kedua kakak Ahmad sudah angkat tangan. Mereka sudah menyerah.
Mereka hanya bisa merawat Ahmad dengan memasungnya. Tidak lebih dari itu.
Mereka sudah lelah dan bosan merawat Ahmad.
Aku sangat kasihan kepada Ahmad. Dalam hati aku berdoa
Ya Allah, anugerahkan kepadaku segala yang telah Engkau berikan kepada
orang orang yang shaleh agar aku bisa membantu Ahmad pulih dari sakitnya.
Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pengabul doa
Ketika aku menemui Ahmad, kondisi kejiwaannya sedang dalam keadaan
baik.

Gunawan Setiadi

Page 58

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Halo Mas Ahmad, bagaimana kabarnya? masih suka dengar suara suara
atau melihat sesuatu?
Iya Pak, saya sering lihat Pak Presiden Soekarno bersama seorang anak
kecil
Dimana lihatnya?, sekarang ada?
Itu, sedang berdiri di dekat bapak
Mas Ahmad, kalau rantainya dilepas dan tinggal sama saya mau ?
Mau sekali Pak
Tapi Mas Ahmad harus berobat dulu ke RSJ. Setelah dari RSJ, tinggal
dirumah saya dulu sampai benar benar sehat. Bisa kerja dan punya uang. Baru balik
kesini lagi
Ahmad perlu pertolongan segera. Semakin lama dipasung, semakin sakit
jiwanya. Hatinya bisa penuh kemarahan, dendam dan kebencian. Namun bisa juga
hatinya menjadi hancur, merasa tidak ada harga lagi, hidup tanpa harapan. Ketika
kuamati, tidak terlihat dendam dan kemarahan dimatanya. Namun, jelas hatinya
telah hancur. Dia hidup tanpa harapan. Hari hari dibiarkannya mengalir begitu saja.
Baginya tidak ada lagi perbedaan antara hari Minggu dengan Senin, antara bulan
Januari dengan Februari, bahkan antara bulan puasa dengan bulan Syawal.
Semuanya sama.
Aku tidak bisa membayangkan betapa beratnya menjalani hidup seperti itu,
pasti tidak akan kuat. Meskipun demikian, Aku juga tidak bisa menyalahkan sikap
Pak Mukti Raharjo dan tetangganya. Mereka sudah lelah dan kehabisan akal dalam
menangani Ahmad. Mereka sudah berusaha secara maksimal, namun tidak ada
hasilnya. Mereka tidak tahu jalan pikiran penderita gangguan jiwa. Pengetahuan
mereka tentang gangguan jiwa sangat sedikit, sebagiannya juga tidak benar. Oleh
karena itu, upaya mereka tidak berhasil.

Gunawan Setiadi

Page 59

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Aku ambil kejadian ini dari positifnya saja. Ini berarti ada ladang amal yang
bisa digarap. Ada kesempatan untuk menolong Ahmad yang teraniaya sekaligus
melepaskan beban keluarga Pak Mukti Raharjo dan tetangganya.
----0000---Pak Bambang, apakah kita akan begini terus?Tanya Pak Wibowo
kepadaku.
Apa maksud Pak Bowo?
Apakah kita akan mencari-cari murid dan membawanya ke Tirto Jiwo?
Ya tidak Pak Bowo. Sekarang ini Tirto Jiwo hanya dikenal oleh kalangan
terdidik yang membaca website Tirto jiwo. Banyak mmasyarakat Purworejo yang
tidak punya akses ke internet. Kita tahu, masih ada beberapa penderita gangguan
jiwa di Purworejo ini yang dibiarkan saja atau malah di pasung dirumahnya. Saya
merasa kasihan dengan mereka jawabku.
`Oh begitu, ya sudah. Saya pikir kita akan melakukan hal sama, pergi ke
rumah rumah penderita yang di pasung yang ada di kota kota lain juga
Pasti tidak. Pak Bowo kan tahu, di Kabupaten Purworejo saja paling tidak
ada 50 orang yang pernah dipasung. Target pertama kita adalah membebaskan
penderita gangguan jiwa dari pasungan. Kataku menjelaskan alasanku menjemput
para murid.
Pak Bambang, penderita gangguan jiwa kan banyak sekali. Dilain pihak
kemampuan kita terbatas. Apakah kita perlu menseleksi murid yang akan kita
terima?
Saya kira wajar kalau ada seleksi murid yang akan kita terima belajar di
Tirto Jiwo. Tapi kita tidak boleh memakai kriteria ekonomi, kalau miskin kita tolak
dan kalau mampu bayar kita terima.

Gunawan Setiadi

Page 60

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Saya kira sejak awal kita sudah bicarakan masalah ekonomi tersebut.
Maksud saya, dari sisi kondisi kesehatan jiwa calon murid, sebaiknya murid yang
seperti apa yang kita terima Pak Bambang?
Begini Pak Bowo, selama murid siap belajar, kita harus siap memberi
pelajaran. Artinya, penderita gangguan jiwa yang masih dalam fase akut, gelisah dan
gaduh, kita bawa ke RSJ dulu. Sepulangnya dari RSJ baru kita terima
Itu kan juga sudah pernah kita bicarakan dan sudah kita sepakati. Maksud
saya bagaimana dengan calon urid yang kondisinya sudah sangat parah. Calon murid
yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri, kencing dan buang air besar di celana
kata pak Wibowo.
Ini yang dilematis Pak Bowo. Di satu sisi, sebenarnya mereka yang sangat
membutuhkan pertolongan dari kita. Namun waktu untuk membantu pemulihannya
akan memakan waktu yang lama. Dilain pihak, dalam kurun waktu yang sama, kita
bisa membantu pemulihan lebih banyak murid. Nah kita mau pilih yang mana.
Kalau fasilitas yang tersedia, memang kita tbantu mereka semua. Dalam kondisi
seperti sekarang, jumlah tempat tidur hanya 10 buah, ini memang sebuah keputusan
yang tidak gampang.
Pak Bambang, kita serahkan saja kepada Tuhan. Caranya begini. Kalau ada
calon murid yang datang, selama ada tempat tidur, kita terima saja. Jangan sampai
ditolak. Tidak peduli apakah kasusnya gampang atau kasus sulit. Dengan begini kita
bisa terhindar dari dilema tadi. Kita serahkan kepada Tuhan. Pokoknya bila ada
murid mendaftar, selama ada tempat, kita terima usul Pak Wibowo.
Pak Bowo, saya kira itu usul yang bagus sekali. Kita terapkan saja hal
tersebut sebagai kriteria jawabku.
Pak Bambang, bagaimana dengan penderita gangguan jiwa dari kota kota
lain? Bagaimana kalau kita tangani mereka juga?
Ha ha jangan berpikir muluk muluk Pak Bowo. Orang bisa bilang kita
punya waham kebesaran. Kita lakukan apa yang bisa saja
Gunawan Setiadi

Page 61

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Lho kita harus berani berpikir besar. Menurut saya, itu bukan sesuatu yang
mustahil. Tentunya tidak bisa kita kerjakan sendiri. Kita perlu galang kerja sama
dengan semua pihak yang prihatin dengan masalah ini.
Baik, sekarang kita kerjakan apa yang bisa kita kerjakan saat ini. Sambil
jalan, setelah kita punya cukup pengalaman dan telah terbukti manfaatnya, baru kita
kembangkan agar bisa mencapai sasaran yang lebih besar kataku melanjutkan.

Gunawan Setiadi

Page 62

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Kebutuhan Belajar

agi itu di Tirto Jiwo suasana terlihat tenteram. Tidak ada kegaduhan atau
teriakan yang bisa membuat stress orang yang mendengarnya. Udara di
lereng bukit Menoreh pagi itu terasa sejuk. Pagi itu aku kedatangan seorang

ibu yang ingin berkonsultasi soal anaknya. Bu Sasmita, pensiunan guru Sekolah
Menengah Kejuruan. Suaminya sudah meninggal 4 tahun yang lalu. Dia sangat
prihatin karena seorang putrinya, Anita, terkena gangguan jiwa. Dia tidak bisa
membayangkan bagaimana nasib anak perempuannya tersebut bila ia sampai
meninggal nanti. Anita, kini 37 tahun sering bicara, menangis dan tertawa sendiri.
Pak Bambang, Anita tidak merasa kalau dirinya sakit. Dia tidak mau kalau
saya ajak ke dokter atau ke psikolog.
Bu Sasmita, cobalah dibujuk atau dipaksa sedikit
Sudah saya coba Pak, susah sekali. Kalau saya paksa nanti juga percumah
karena obatnya pasti tidak akan diminum
OK, kalau begitu. Bu Sasmita tahu mengapa Anita bicara dan tertawa
sendiri?
Pak Bambang, anak saya tertawa dan bicara sendiri karena terkena
gangguan jiwa
Iya, semua orang juga tahu itu. Kalau tertawa dan bicara sendiri berarti
orang tersebut terkena gangguan jiwa. Maksud saya begini. Bu Sasmita tahu apa
tidak kalau sebenarnya Anita berbicara dan tertawa sendiri karena menanggapi suara
suara yang dia dengar. Anak ibu mendengar suara suara yang sebenarnya tidak ada.
Ia mengalami halusinasi.
Saya tidak tahu kalau soal itu. Apa itu halusinasi Pak Bambang ?

Gunawan Setiadi

Page 63

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Halusinasi itu mendengar suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak
ada atau tidak bisa dilihat atau didengar orang lain. Dia mendengar suara yang
berasal dari otaknya sendiri.
Oh jadi Anita itu merasa dirinya berbicara dengan seseorang. Dia memang
pernah cerita kalau ada seseorang yang berbicara kepadanya. Waktu itu saya tidak
menanggapinya karena tidak maksudnya. Pak Bambang, kalau tanpa obat, apakah
halusinasi tidak bisa dihilangkan atau dikurangi ?
Ya tergantung pada berbagai faktor. Untuk sementara, coba nanti ibu pelan
pelan bertanya kepada Anita: apakah dia mendengar suara satu orang atau banyak
orang, suara laki laki atau perempuan, apa yang dikatakan suara tersebut, apakah
Anita percaya dan menuruti apa yang dikatakannya, kapan suara itu muncul,
bagaimana selama ini dia menghadapi suara suara tadi, apakah suara itu muncul
ketika dia sibuk beraktivitas atau ketika sendiri, apakah suara berkurang ketika dia
mendengarkan musik atau menonton TV. Dengan menganalisa halusinasinya, nanti
kita tentukan apa yang bisa kita lakukan untuk membantu Anita mengatasi
halusinasinya
Baik Pak Bambang, selama ini Anita saya biarkan saja, kelihatannya dia
sibuk dengan dunianya sendiri
Bu Sasmita, kesadaran Anita kan tidak jelek seterusnya. Jangan Anita
dibiarkan seharian mengurung diri di kamar. Bila kesadaran sedang baik, coba
sekali-sekali diajak bicara. Bimbing Anita agar bisa mengendalikan halusinasinya.
Sebenarnya,

bila

Anita

mampu

mengacuhkan

atau

menganggap

enteng

halusinasinya, dalam arti tidak merspon ataupun menanggapi halusinasinya, pelan


pelan halusinasinya akan berkurang. Anita perlu diajari agar bisa mengalihkan
perhatiannya dari halusinasi, misalnya: beri dia tugas untuk mengerjakan pekerjaan
rumah yang gampang, misalnya menata tempat tidurnya sendiri, menyapu kamar.
Oh begitu ya Pak, saya tidak tahu harus bagaimana menghadapi anak
seperti itu

Gunawan Setiadi

Page 64

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Coba ingat ingat apa yang dulu disenanginya sebelum mulai sakit, misalnya
bermain dengan kucing, menggambar atau memelihara tanaman. Bila dia dulu
senang dengan kucing, coba pelihara kucing, atau beli alat menggambar bila dia
senang menggambar. Penting juga ciptakan suasana yang tenang dirumah. Suara TV
jangan terlalu keras. Sedapat mungkin jangan terlalu banyak tamu datang kerumah.
Sebenarnya, Anita kan sudah sangat terganggu dengan suara suara yang
didengarnya. Gangguan kecil saja sudah akan membuat dia semakin terganggu.
Coba ibu pelajari seluk beluk gangguan jiwa dari website Tirto Jiwo di
www.tirtojiow.org. Minggu depan saya akan ke rumah ibu. Kita lihat apa yang bisa
lakukan untuk membantu pemulihan Anita. Sementara itu, ibu perlu banyak sholat
malam dan bersedekah agar doa kita lebih mudah dikabulkannya
Baik Pak Bambang, terima kasih atas nasihatnya. Saya benar benar buta
tentang cara membimbing anak yang menderita gangguan jiwa. Saya yakin, hampir
semua keluarga yang mempunyai anggota keluarga terkena gangguan jiwa, mereka
tidak tahu harus bagaimana bersikap dan bertindak. Saya rasa, anggota keluarga
perlu tahu dan paham seluk beluk gangguan jiwa
Betul sekali Bu Sasmita. Nanti kalau ibu sudah punya ilmu dan pengalaman
dalam menangani penderita seperti Anita, Ibu perlu menularkan ilmu tersebut
kepada orang lain yang membutuhkan
Insya Allah Pak Bambang.Saya tunggu kedatangannya dirumah sayakata
Bu Sasmita.
----0000---Tadi malam aku terima sebuah email dari Ibu Sukmawati Eva.
Yth dr Bambang
Mohon maaf sebelumnya kami mengenal alamat ini dari web Tirto Jiwo.
Kemudian kami sudah menghubungi Pak Wibowo dan disarankan untuk
berkonsultasi ke dokter langsung.

Gunawan Setiadi

Page 65

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Langsung saja dok. Kami ingin berkonsultasi terkait permasalahan


gangguan jiwa yang sedang dialami salah satu keluarga kami.
Ceritanya begini
Adik saya ini laki laki berumur 21 tahun, dok baru saja lulus kuliah bulan
juli kemarin. Dia begitu terobsesi untuk secepatnya mendapatkan pekerjaan,
ditambah lagi dari cerita dia, di kampusnya dia menyukai adik kelasnya akan tetapi
sayangnya tidak mendapatkan respon balik seperti yang dia harapkan.
Selama ini, menurut kami, dia sosok yang baik, penurut sama orang tua dan
ibadahnya juga lumayan baik, tetapi memang dia agak kurang mandiri, dokkarena
dia anak pertama yang dinantikan kelahirannya oleh orang tuanya sehingga mungkin
agak sedikit manja.
Pertengahan bulan kemarin dia menunjukkan tanda tanda yang tidak seperti
biasanya, doktidurnya selalu gelisah, terus ngomongnya juga terkadang tidak
biasa. Puncaknya, dia membanting barang barang disekitarnya, teriak teriak tidak
jelas.
Upaya pertama yang kami lakukan saat itu meminta pertolongan kepada
salah sorang ustadz. Alhamdulillah dia bisa tenang
Akan tetapi sikapnya masih tidak biasa, sehingga karena takut terlambat
penanganannya kami membawanya ke RSJ. Sekarang ini sudah kembali ke rumah.
Beberapa hari setelah dari RSJ dia sudah baik menurut kami tetapi belum stabil
sepenuhnya, gampang terganggu bahkan oleh hal hal sepele, misalnya keadaan
rumah yang kurang rapi.
Yang ingin kami tanyakan dok, bagaimana langkah kami sebaiknya? Apakah
kami perlu membawanya ke rumah rehabilitasi untuk beberapa waktu ini ya dok?
Karena kita dirumah takutnya kondisinya tidak semakin baik, terutama dengan hp
selalu ditangannya ikut memberikan kontribusi yang negative.
Mungkin ini dulu dok yang dapat kami sampaikan. Disela-sela kesibukan dokter,
semoga tersedia waktu luang untuk dapat menanggapi email kami ini.
Gunawan Setiadi

Page 66

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Atas perhatian dokter kami sampaikan terima kasih.


Salam hormat, Sukmawati Evi
----0000---Pagi itu klinik rawat jalan kesehatan jiwa RSUD Saras Husada, Purworejo
terlihat tidak terlalu ramai. Aku menemani Choirul berobat ke dokter spesialis jiwa.
Rambutnya sudah dicukur dan tersisir rapi. Dia juga memakai pakaian terbaik yang
dipunyainya. Choirul datang bersama ibunya dan Pak RT.
Sejak lulus dokter dari UGM aku tidak pernah menetap di Purworejo. Pulang
kampung paling lama juga hanya seminggu, sehingga tidak banyak silaturahmi yang
bisa dilakukan. Apalagi sejak bekerja di India, aku sangat jarang pulang ke
Purworejo. Paling-paling setahun hanya sekali atau dua kali. Kini kurasakan
kerugiannya, tidak banyak pejabat dan dokter di Purworejo yang kukenal.
Secara pribadi aku juga belum mengenal dr Yoseph Samekto, dokter
spesialis jiwa yang berpraktek di RSUD Saras Husada, Purworejo. Semestinya,
sesuai dengan tekadku untuk melakukan kegiatan sosial di bidang pemulihan
penderita gangguan jiwa, aku perlu bekerja sama dengan dokter spesialis jiwa.
Hanya saja, sepertinya pagi itu bukan waktu yang tepat untuk memperkenalkan diri.
Ketika nama Choirul dipanggil, kami ikut menemaninya masuk ke ruang
pemeriksaan.
Selamat pagi Dok. Ini Choirul, bekas dipasung,
Selamat pagi

Pak. Coba ceritakan kenapa sampai Mas Choirul perlu

dipasung
Pak RT menjelaskan secara singkat keadaan Choirul sejak pulang dari
Jakarta hingga dipasung. Apa yang disampaikan oleh Pak RT tidak berbeda dengan
yang kudengar ketika berkunjung ke rumah Choirul beberapa hari yang lalu. Kulihat
dr. Yoseph Samekto mengisi kartu rekam medis pasien. Beberapa kali dia
memotong pembicaraan Pak RT dan minta penjelasan tentang awal mula timbulnya
Gunawan Setiadi

Page 67

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

penyakit dan proses perkembangannya. Dokter Yoseph juga menggali riwayat


penyakit terdahulu, penyakit yang dapat memicu terjadinya gangguan kejiwaan
seperti demam tinggi, riwayat trauma kepala, mengkonsumsi narkotika dan obat
terlarang.
Dokter Yoseph kemudian mengalihkan pertanyaannya ke Choirul.
Mas Choirul, sekarang ini ada dimana ?
Di rumah sakit dok
Apa yang mas Choirul rasakan saat ini ?
badan saya lemas, tidak bertenaga, kepala pusing
Apa Mas Choirul suka mendengar suara suara atau melihat sesuatu?
Tidak Pak Dokter
Dokter Yoseph Samekto kemudian menuliskan resep. Obat tersebut harus
diambil di apotik. Proses konsultasi berlangsung tidak sampai 15 menit. Kuamati
proses konsultasi pada pasien lama hanya menghabiskan waktu 5 menit saja. Dia
tidak merasa perlu memeriksa fisiknya dan juga tidak melihat perlunya Choirul
dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam. Aku tidak tahu apa yang ada didalam
pikiran dr Yoseph.
Apakah karena Choirul pasien gangguan jiwa yang miskin sehingga tidak
perlu diperiksa fisiknya dan dirujuk ke dokter lain? tanyaku dalam hati.
Akhirnya Choirul kubawa ke Klinik Umiyah untuk mengobati penyakit
fisiknya. Klinik Umiyah merupakan klinik rawat inap khusus untuk masyarakat
miskin. Pasien yang berobat kesana cukup memasukkan sumbangan ke kotak amal
yang tersedia. Tidak ada tarif. Biaya operasionalnya ditutup oleh para donator yang
menyumbang. Sebagian dermawan memberikan sumbangan dalam bentuk materiil
untuk pembangunan gedung dan pengadaan alat kesehatan. Aku percaya bahwa
Klinik Umiyah akan bisa menangani masalah kekurangan kalori protein yang

Gunawan Setiadi

Page 68

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

diderita Choirul. Mereka sudah berpengalaman menangani masalah kesehatan orang


orang miskin.
---- 0000--Malam harinya aku merenung dan mencoba mencari hikmah atas segala
kejadian tadi pagi di RSUD Saras Husada ketika aku mengantar Choirul. Meskipun
saat itu tidak terlalu banyak pasien yang mengantri, dr Yoseph tidak memberikan
penjelasan kepada kami tentang apa itu gangguan jiwa, bagaimana seharusnya
menangani anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa, dan hal hal penting
lainnya yang sebenarnya wajib diketahui oleh keluarga yang salah satu anggotanya
terkena gangguan jiwa. Mungkin dia pikir, hal tersebut bukan pekerjaan dokter
spesialis jiwa. Itu adalah pekerjaan perawat, psikolog atau pekerja sosial.
Bu Sasmita dan Bu Sukmawati Evi tidak mempunyai pengetahuan dan
ketrampilan yang diperlukan untuk bisa membimbing anngota keluarganya yang
terkena gangguan jiwa. Pengetahuan mereka hanya sebatas bahwa seorang penderita
gangguan jiwa perlu dibawa ke dokter dan disuruh minum obat. Bila ada penderita
gangguan jiwa yang tidak mau minum obat, atau tidak mau dibawa ke dokter, maka
semua jalan penyembuhan baginya seperti tertutup rapat.
Aku ingat bahwa di negara maju seperti Inggris dan Amerika, keluarga
penderita gangguan jiwa mendapat informasi lengkap tentang gangguan jiwa, mulai
dari penyebabnya, cara mengatasi gejala seperti halusinasi dan waham, dan cara
mencegah agar tidak kambuh. Keluarga penderita juga mendapat bimbingan dalam
memecahkan berbagai masalah yang terkait dengan pemulihan gangguan jiwa,
seperti mengatasi masalah kecemasan, sulit tidur, mencari pekerjaan, ketrampilan
berinteraksi sosial.
Aku sangat percaya bahwa penderita gangguan jiwa tidak hanya cukup
minum obat. Mereka dan keluarganya perlu diajari berbagai informasi terkait
dengan gangguan jiwanya, dilatih cara mencegah agar tidak kambuh, dibantu
membuat kegiatan yang akan membawanya ke pemulihan jiwa, hidup produktif

Gunawan Setiadi

Page 69

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

secara sosial dan ekonomi di masyarakat. Penderita gangguan jiwa juga perlu
mempunyai lingkungan fisik dan sosial yang mendukung pemulihannya.
Dasar dasar ilmu tentang terapi keluarga dan terapi psikososial bagi
penderita gangguan jiwa bisa dipelajari dan diterapkan oleh siapa saja yang mau
mempelajarinya. Menurut pengamatanku, pendidikan dasar setingkat SMA sudah
cukup memadai untuk bisa memahami kedua ilmu tersebut. Tentunya, bila hal
tersebut dilakukan oleh para professional dalam bidang kesehatan jiwa akan bisa
lebih berhasil guna. Sayangnya, jumlah dan waktu mereka terbatas.
Aku melihat keterbatasan yang dipunyai oleh dr Yoseph Samekto dari sisi
positifnya. Keterbatasan dr Yoseph bisa menjadi salah satu ladang amal bagiku dan
bagi teman-temanku yang tertarik untuk membantu para penderita gangguan jiwa
agar bisa pulih kembali.
----0000---Kegiatan sosial untuk membantu penderita gangguan jiwa agar bisa pulih
telah dimulai. Meskipun demikian, harus diakui bahwa belum semuanya tertata rapi.
Bentuk bentuk pelayanan masih perlu terus dikembangkan. Berbagai kursus masih
harus dikemas dan dikembangkan agar bisa benar benar sesuai dengan kebutuhan
para murid.
Sore itu aku berdiskusi dengan Pak Amir tentang berbagai kursus yang perlu
dikembangkan di Tirto Jiwo.
Pak Amir, dulu kan anda pernah bekerja di bidang diklat, kalau menurut
Pak Amir bagaimana kebutuhan belajar bagi para penderita gangguan jiwa dan
keluarganya tanyaku.
Ah Pak Bambang bisa saja, anda sendiri kan juga pernah kerja di
pusdiklat kemenkes jawab Pak Amir. Meski berkata begitu, Pak Amir kemudian
melanjutkan jawabannya.
Menurut saya, baik penderita maupun keluarga yang merawat perlu
pengetahuan yang sama, hanya cara belajar dan menerapkan ilmunya saja yang
Gunawan Setiadi

Page 70

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

berbeda. Bagi penderita, ilmu itu untuk diterapkan bagi dirinya sendiri. Proses
penerapan itu akan memerlukan waktu panjang. Mengubah pola pikir, kemampuan
mengendalikan emosi hingga mengubah perilaku tidak bisa diselesaikan dalam
waktu seminggu dua minggu. Sedangkan bagi keluarga yang merawat, mereka tidak
perlu menerapkannya bagi dirinya sendiri. Mereka memerlukan ilmu dan
ketrampilan tersebut untuk membantu seseorang yang menderita gangguan jiwa.
Waktu yang diperlukan untuk menguasainya akan jauh lebih singkat.
Maksud Pak Amir bagaimana? Maaf, tolong saya diberi contoh biar tidak
salah tangkap
Misalnya ilmu tentang halusinasi dan teknik mengatasinya. Keluarga bisa
mempelajari dan menguasainya hanya dalam waktu beberapa hari saja. Dilain pihak,
penderita gangguan jiwa perlu waktu beberapa minggu hingga berbulan-bulan untuk
bisa menerapkan ilmu tersebut pada dirinya sendiri. Terapi kognisi yang mengubah
pola pikir tidak bisa dikuasai hanya dalam hitungan hari Pak Amir menjelaskan.
OK, saya setuju sekali dengan pendapat Pak Amir. Saya rasa, semua
murid, baik penderita, maupun keluarganya, perlu memahami apa itu gangguan jiwa
dan penyebabnya. Pemahaman tentang jenis jenis gangguan jiwa, seperti:
skizofrenia, depresi atau gangguan bipolar, cukup dipelajari oleh murid sesuai
dengan kebutuhannya. Begitu pula dengan teknik teknik mengatasi gejala gangguan
jiwa, penderita depresi cukup belajar teori dan teknik mengatasi depresi, mereka
tidak perlu belajar cara mengatasi waham ataupun halusinasi.
Pak Bambang, kelihatannya berbagai mata pelajaran tersebut bisa
dikelompok-kelompokkan. Misalnya, kelompok pemahaman tentang gangguan jiwa
yang mencakup apa itu gangguan jiwa, penyebabnya, jenis jenis gangguan jiwa dan
berbagai terapinya. Kelompok kedua tentang mencegah kambuh yang mencakup
mata ajaran tentang: mengenal tanda awal bila akan kambuh, alat bantu untuk
mencegah kambuh, teknik mengendalikan halusinasi, dan manajemen kemarahan.
Kelompok ketiga tentang membangun kehidupan yang sehat dan sejahtera, yang
antara lain meliputi mata ajaran tentang: pekerjaan, mengelola keuangan, pemecahan
masalah
Gunawan Setiadi

Page 71

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Saya kira begitu, kita susun program pembelajaran sesuai dengan


pengelompokan tersebut. Kita ubah nanti bila ilmu dan pengalaman kita semakin
banyak
Setuju, kita sesuaikan juga dengan kondisi dan kebutuhan murid kataku
menutup diskusi informal tersebut.

Gunawan Setiadi

Page 72

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Mengapa anakku ?

i sebuah bangku dibawah pohon nangka yang rindang, kulihat Pak Hardi
sedang mengobrol dengan Hanafi dan ayahnya, Pak Basuki. Kemarin
sore Hanafi diantar ayahnya datang ke Tirto Jiwo. Mereka ingin agar dia

bisa belajar di Sekolah Pemulihan.


Hanafi sering mendengar suara suara yang mencaci maki dan mengejek
dirinya serta kadang menyuruhnya bunuh diri. Suara suara tersebut mulai muncul
sejak dia masih di SMA. Mula mula hanya berupa bisikan bisikan yang kurang jelas
dan tidak mengganggu. Ketika Hanafi harus kuliah di Jakarta dan kos di dekat
kampus, makin lama suara suara tersebut makin keras dan makin sering. Di semester
pertama, dia masih bisa mengatasi halusinasi suara tersebut sehingga masih bisa
lulus ujian semester dengan nilai baik. Namun sejak semester kedua, dia semakin
sulit berkonsentrasi, sering gelisah dan sulit tidur. Nilai akademisnya mulai
menurun, meskipun masih bisa menyelesaikan semester keduanya. Ketika
menginjak semester ketiga, dia mengalami krisis dan tidak bisa mengendalikan diri
lagi. Hanafi dirawat di rumah sakit jiwa Grogol selama 2 bulan. Keluar dari Grogol,
dia mengambil cuti dari kuliahnya. Kedua orang tuanya kemudian mendaftarkannya
bersekolah di Tirto Jiwo.
Mengapa Mas Hanafi dikirim kesini ?, aku dengar Pak Hardi bertanya
kepada Hanafi.
Saya pengin sembuh dan kembali kuliah PakHardi. Apakah saya bisa
kembali kuliah Pak?
Mengapa tidak!, aku dengar Pak Hardi menjawab tanpa raguragu,Penderita gangguan jiwa bisa pulih, bisa kembali kuliah. Di Amerika, bahkan
ada yang bisa jadi dokter spesialis jiwa, juga ada yang bisa mencapai gelar S3 di
bidang psikologi klinis.
Hanafi belum lama keluar dari rumah sakit jiwa. Untuk menekan
kegelisahannya, dokter masih memberikan obat dalam dosis tinggi. Obat yang dia
Gunawan Setiadi

Page 73

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

minum telah mengurangi kemampuannya mencerna informasi. Pak Hardi menyadari


hal tersebut. Oleh karena itu, dia sengaja memakai kalimat kalimat pendek.
Bicaranya juga lebih pelan dibanding biasanya.
Pak Hardi mencoba menjelaskan soal penyebab gangguan jiwa kepada Pak
Basuki dan Hanafi.
Gangguan jiwa itu seperti penyakit hipertensi atau diabetes. Sebagian besar
penderita hipertensi atau diabetes perlu terus minum obat selama hidupnya.
Sebagian penderita gangguan jiwa juga perlu minum obat dan kadang mempunyai
gejala, namun mereka tetap bisa hidup seperti anggota masyarakat lainnya
Mengapa Mas Hanafi bertanya seperti itu ? Tanya Pak Hardi
Ketika saya dirawat di rumah sakit jiwa, dokter dan perawat bilang
penderita gangguan jiwa seperti saya tidak bisa pulih. Saya akan cacat seumur
hidup, tidak bisa kuliah, bekerja maupun berkeluarga. Informasi tersebut membuat
saya sedih dan putus asa. Rasanya hidup ini tidak ada lagi gunanya
Mas Hanafi, percaya sama saya. Gangguan jiwa bisa pulih. Mas Hanafi
pernah dengar tentang Prof. John F. Nash? Beliau penerima hadiah nobel, padahal
beliau juga menderita skizofrenia paranoid. Prof Nash merasa ada agen Rusia yang
selalu mengikutinya. Contoh lain, Prof Patricia Deegan, ketika remaja didiagnosa
skizofrenia dan dirawat di rumah sakit jiwa. Kni beliau menjadi psikolog klinis
terkenal dan ahli dalam pemulihan gangguan jiwa. Banyak alumni Tirto Jiwo yang
sudah pulih. Mereka sering main kesini dan meberi motivasi kepada teman-teman
yang masih sekolah di Tirto Jiwo. Di Indonesia juga banyak penderita gangguan
jiwa yang telah pulih, tapi karena adanya diskriminasi dari masyarakat terhadap
penderita gangguan jiwa, kebanyakan mereka tidak mau mengakui kalau pernah
menderita gangguan jiwa.
Pak Hardi, saya ingin tahu, mengapa anak saya bisa terkena gangguan jiwa?
Di keluarga saya tidak ada seorangpun yang menderita gangguan jiwa. Keluarga dari
pihak istri, bapak maupun ibu saya tidak ada yang menderita gangguan jiwa. Ketika

Gunawan Setiadi

Page 74

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

di rumah sakit, dokter bilang bahwa ada ketidak seimbangan kimia di otak anak
sayaTanya Pak Basuki..
Begini Pak Basuki, hingga saat ini, penyebab gangguan jiwa belum
diketahui secara pasti. World Health Organization, WHO atau Badan Kesehatan
Dunia menyatakan bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh interaksi dari 3 faktor,
yaitu faktor biologis, faktor psikologis dan faktor sosial. Dr Lewis dan Dr
Lieberman pada tahun 2000 melaporkan bahwa gangguan dalam memproses
informasi pada penderita skizofrenia disebabkan oleh adanya kelainan pada jaringan
sel sel syaraf otak tertentu. Namun Dr Berke dan Dr Hyman berpendapat gangguan
jiwa bukan disebabkan pada kelainan anatomi sel sel syaraf otak, tapi lebih pada
perbedaan dalam kemampuan jaringan sel sel syaraf tersebut menanggapi
rangsangan.

Faktor keturunan juga diduga berpengaruh terhadap munculnya

gangguan jiwa. Anak yang orang tuanya menderita gangguan jiwa lebih besar
kemungkinannya untuk terkena gangguan jiwa. Faktor psikologis berpenanan dalam
pembentukan perilaku seseorang. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengalaman
hidupnya sejak kecil. Ada kaitan yang erat antara pengalaman hidup yang traumatis
dimasa kecil, seperti pelecehan seksual dengan munculnya gangguan jiwa ketika
dewasa. Faktor sosial seperti kemiskinan, hidup yang sulit dan terisolasi cenderung
meningkatkan kemungkinan terkena gangguan jiwa. Pak Hardi

mencoba

menjelaskan.
Melihat Pak Basuki diam saja, Pak Hardi kemudian melanjutkan
penjelasannya. Pak Hardi ternyata mencoba menjelaskan dengan kata kata yang
lebih sederhana.
Menurut saya begini, ketahanan jiwa seseorang, seperti juga ketahanan
fisiknya,

berbeda-beda antara satu orang dengan lainnya. Ada orang yang

kedinginan sudah terkena flu, orang lain kehujanan seharian tetap sehat sehat saja.
Berbagai faktor seperti keturunan, kondisi waktu di dalam kandungan, kondisi
ketika dalam proses kelahiran, waktu kanak kanak hingga berbagai pengalaman
hidup yang dialami seseorang hingga dewasa, semuanya berinteraksi dan
menentukan apakah seseorang itu rentan terhadap gangguan jiwa atau tidak
Gunawan Setiadi

Page 75

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Pak Hardi, apakah seorang yang rentan terhadap gangguan jiwa pasti
terkena gangguan jiwa? Tanya Pak Basuki
Seseorang terkena gangguan jiwa itu bila dirinya rentan terhadap gangguan
jiwa dan adanya stress atau tekanan hidup. Seseorang yang sangat rentan, hanya
dengan diejek atau diputuskan cintanya, sudah akan menderita gangguan jiwa.
Dilain pihak, bila seseorang tidak punya kerentanan terhadap gangguan jiwa,
meskipun ada tekanan hidup yang berat, seperti misalnya menjadi yatim piatu diusia
remaja, tetap saja orang tersebut tidak menderita gangguan jiwa. Jadi harus ada duaduanya, yaitu ada kerentanan terhadap gangguan jiwa dan ada stress atau tekanan
hidup
Bagaimana caranya agar orang yang rentan tidak terkena gangguan jiwa?
Apakah selama di Tirto Jiwo kami bisa belajar cara mengatasi gangguan jiwa seperti
yang dialami anak saya?
Pak Basuki, prinsipnya ada tiga hal agar seseorang yang rentan tidak
terkena gangguan jiwa. Saya akan memakai ilustrasi seorang petinju. Agar dia tidak
jatuh knock out atau kalah ketika bertinju, maka pertama, petinju tersebut harus kuat
menerima pukulan. Kedua, belajar menghindari pukulan lawan. Ketiga, jangan
bertanding bila kondisi sedang tidak prima. Hal yang sama berlaku pada penderita
gangguan jiwa. Pertama kita perlu memperkuat ketahanan jiwanya sehingga
berkurang kerentananannya terhadap gangguan jiwa dalam arti lebih tahan
menghadapi stress. Caranya, misalnya: memperbaiki pola berpikirnya, menerapkan
pola hidup sehat secara fisik dan sosial seperti jangan suka begadang, jangan suka
mabuk, rutin olah raga, dan banyak bergaul serta banyak berkawan. Kedua, belajar
mengatasi atau menghindari stress, caranya antara lain dengan berlatih teknik
relaksasi, mengelola stress, dan memecahkan masalah.

Ketiga, mengubah

lingkungan agar menjadi lingkungan yang ramah dan tidak menimbulkan stress atau
pindah ke lingkungan lain yang kurang menimbulkan stress
Terima kasih sekali Pak Hardi, sekarang semuanya menjadi lebih jelas.
Saya akan sepenuh hati membantu anak saya untuk bisa kembali pulih. Selama saya

Gunawan Setiadi

Page 76

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

di Tirto Jiwo, program pembelajaran apa yang bisa saya dapatkan untuk saya dan
anak saya?
Di sekolah Pemulihan Tirto Jiwo, rincian program belajar masing masing
orang berbeda-beda karena kebutuhan belajarnya juga berbeda-beda. Modul pertama
tentang apa itu gangguan jiwa dan cara mengatasi gejala gangguan jiwa seperti
halusinasi, waham,dan gelisah. Modul kedua tentang mencegah agar tidak kambuh.
Modul ketiga tentang pengembangan kemampuan diri. Modul keempat tentang
kembali ke masyarakat, utamanya tentang pekerjaan dan hidup bermasyarakat.
Cocok sekali untuk kami Pak Hardi, semoga anak saya bisa lulus dengan
baik. Yang paling penting, anak saya bisa segera pulih dan kembali ke bangku
kuliah.
Ha ha ha., tapi jangan membayangkan prosesnya akan seperti di sekolah
atau di universitas. OK, saya kira sekian dulu. Kita akan masih sering ketemu
Iya Pak Hardi, terima kasih sekali
----0000---Sore itu, di Tirto Jiwo, aku ngobrol santai dengan Pak Amir. Topiknya mulai
dari harga cabai yang melangit, namun kemudian membelok ke permasalahan
pemulihan gangguan jiwa.
Pak Bambang masih ingat dengan Dr John Nash, pemenang hadiah nobel di
bidang matematika yang pernah menderita skizofrenia, ternyata anaknya juga
menderita skizofrenia. Meskipun begitu, anaknya masih bisa kuliah hingga meraih
gelar doktor
Iya, saya juga pernah melihat bapak dan anaknya ketika diwawancarai di
suatu acara TV. Kebetulan wawancara tersebut ada yang merekam dan di unggah di
you tube. Orang tua Dr Patricia Deegan dan Dr Mary Ellen Copeland, juga
menderita gangguan bipolar. Penyakit itu diturunkan ke anaknya Kataku

Gunawan Setiadi

Page 77

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Namun selama di Tirto Jiwo saya belum ketemu penderita gangguan jiwa
karena faktor keturunan. Kebanyakan terkena gangguan jiwa karena trauma, yaitu
tekanan hidup atau pengalaman hidup yang menekan.
Di Indonesia, selain faktor stress, faktor lingkungan juga penting.
Kebanyakan penderita gangguan jiwa di Indonesia berasal dari masyarakat
menengah bawah
Menurut pengamatan saya, sebenarnya, tidak mudah bagi seseorang terkena
gangguan jiwa. Harus ada faktor biologis, psikologis dan faktor lingkungan yang
saling berinteraksi. Bila seseorang punya kerentanan, karena orang tuanya atau
saudaranya ada yang menderita gangguan jiwa, tapi tidak punya riwayat trauma atau
tekanan hidup, maka yang bersangkutan kecil kemungkinannya menderita gangguan
jiwa Kata Pak Amir.
Betul sekali Pak Amir. Lebih banyak penderita gangguan jiwa yang tidak
punya faktor genetis atau keturunan, dalam arti tidak punya riwayat saudara yang
menderita gangguan jiwa, dibanding penderita yang punya faktor genetis. Anak
kembar, bila salah satu kena gangguan jiwa, tidak otomatis saudara kembarnya juga
terkena gangguan jiwa, Ujarku
Tapi ada implikasinya juga Pak Bambang, bila tidak mudah terkena
gangguan jiwa, biasanya juga tidak mudah untuk pulihnya. Tidak mudah memang
bukan berarti tidak mungkin. Saya hanya ingin bilang bahwa memulihkan penderita
gangguan jiwa sering tidak mudah
Kalau penyebabnya hanya faktor biologis, seharusnya dengan minum obat,
penyakitnya akan sembuh. Tapi kenyataannya kan tidak. Faktor psikologis dan
lingkungan sangat penting sebagai penyebab timbulnya gangguan jiwa
Seperti yang dialami Tono, tetangga saya. Ketika masih di SD, ibunya
meninggal dunia dan ayahnya menikah lagi dengan bekas pembantunya. Tono dan
kakak perempuannya diasuh oleh tantenya. Ternyata kakak perempuan Tono
mendapat pelecehan seksual dari pamannya. Kejadian itu sangat memukul jiwanya.
Setamat SMA dia menderita skizofrenia hingga sekarang. Karena dia tidak pernah
Gunawan Setiadi

Page 78

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

mendapat terapi bicara yang mengupas pemicu gangguan jiwanya, maka sangat sulit
bagi Tono untuk pulih. Rajin minum obat tidak cukup membuatnya bisa pulih dari
sakitnya.
Sama dengan masalah yang menimpa Choirul dan Ahmad. Choirul hanya
hidup dengan ibunya yang sudah janda tanpa penghasilan yang memadai. Kedua
kakak Ahmad sudah tidak sanggup merawatnya. Kondisi seperti itu membuat proses
pemulihan mereka menjadi lebih sulit.
Lebih sulit lagi memulihkan penderita gangguan jiwa yang hidup
menggelandang, tidak punya sanak saudara dan penghasilan.
Di kota San Diego, Amerika, ada program yang khusus ditujukan kepada
para gelandangan yang mengalami gangguan jiwa. Mereka secara bertahap dibantu,
pertama ditampung di pusat penampungan, kemudian meningkat dengan disewakan
apartment. Terrnyata banyak yang berhasil dan bisa pulih
Pak Bambang, program di San Diego dibiayai pemerintah. Di India, ada
Yayasan Shraddha yang menggarap masalah gelandangan dengan gangguan jiwa
dan dibiayai dari sedekah masyarakat.
Saya baca di internet, di kota Bangalore saja ada 35 rumah pemulihan.
Hebat juga ya kesadaran masyarakat India terhadap masalah kesehatan jiwa
Penduduk India berjumlah 1 milyar lebih, tidak mungkin semua masalah
sosial ditangani pemerintah
Pak Amir pernah mendengar tentang Soteria Project di Amerika ?
Tanyaku
Belum Pak Bambang, apa itu Soteria Project ?
Soteria Project merupakan sebuah proyek yang kontroversial. Waktu itu,
ada ide untuk mencari alternatif pengobatan gangguan jiwa, selain model
pengobatan di rumah sakit yang ada selama ini. Dalam proyek yang dimulai di tahun
1971 dan dikomandani oleh Dr Loren Mosher, seorang psikiater, dibuat sebuah
Gunawan Setiadi

Page 79

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

pusat pemulihan di kota San Jose, California, Amerika, yang menerima penderita
gangguan jiwa yang baru pertama kali menderita gangguan jiwa dan dirawat di RSJ,
belum menikah dan berumur antara 18-30 tahun.

Ada beberapa kekhususan

penanganan penderita di rumah Soteria. Seperti tidak ada penderita yang diikat dan
dipaksa minum obat, serta penderita hanya didampingi tenaga pendamping yang
bukan dokter atau tenaga kesehatan. Ternyata, hasilnya, baik jangka pendek maupun
jangka, yaitu 6 minggu maupun jangka menengah, 2 tahun, hasilnya sama atau lebih
baik dibandingkan hasil pengobatan di rumah sakit. Sekitar 40% penderita tidak
minum obat dan tingkat kekambuhan sama atau lebih baik dibandingkan penderita
yang minum obat
Hasilnya sama atau lebih baik, padahal mereka tidak minum obat ?
Iya, ini penting karena dalam jangka panjang, efek samping obat anti
gangguan jiwa bisa menyebabkan kegemukan, diabetes, dan pengecilan volume
otak
Kalau proyek Soteria itu bagus, kenapa Depkes Amerika menghentikan
proyek tersebut ?
Saya tidak tahu secara pasti. Menurut Dr Loren Mosher karena psikiater
Amerika tidak siap dengan hasil studi itu. Mereka tidak bisa membayangkan
psikiatri tanpa obat.
Lho, kan tetap banyak penderita yang memerlukan obat, terutama kalau
faktor biologisnya yang menonjol
Sekarang beberapa lembaga non-profit kemudian meneruskan prinsip
Soteria Project itu dengan mendirikan Rumah Soteria
Kita belum cukup ilmu untuk bisa menilai mana yang lebih tepat,
khususnya untuk Indonesia kataku sambil pamit pulang.
Topik obrolan tentang permasalahan gangguan jiwa ternyata sangat luas.
Tidak akan habis meskipun dibicarakan selama seminggu. Sore itu, diskusi santai
harus dihentikan karena waktu sudah mendekati maghrib.
Gunawan Setiadi

Page 80

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Suara suara yang membuat cemas

agi itu suasana di Tirto Jiwo terlihat tenang. Murid yang tinggal di Tirto
yang saat itu berjumlah 10 orang, sesuai kapasitas yang tersedia. Semuanya
laki laki karena memang belum ada bangunan khusus untuk perempuan.

Mereka sedang sibuk dengan kegiatan masing masing. Aku lihat Pak Hardi sedang
ngobrol dengan Hanafi, murid yang bersekolah di Tirto Jiwo karena ingin agar bisa
segera kembali ke bangku kuliahnya.
Mas Hanafi, sekarang ini apa yang sangat mengganggu? tanya Pak Hardi
Saya masih sering cemas, takut dan sulit tidur. Saya belum bisa konsentrasi.
Baca tulisan baru setengah halaman saja sudah sulit sekali.
Menurut Mas Hanafi, apa penyebabnya?
Ada iblis dan orang jahat mengatakan saya anak goblok, malas dan tidak
berguna. Kadang kadang juga menyuruh saya bunuh diri
Coba Mas Hanafi ceritakan secara lebih rinci
Saya sudah 4 tahun mendengar suara suara. Awal mulanya, ada rasa was
was karena

ada orang

yang selalu mengawasi saya. Orang tersebut ingin

menangkap dan membunuh saya. Saya tidak tahu alasannya. Kemudian saya mulai
mendengar suara suara. Mula mula seperti suara orang berbisik. Lama lama makin
keras dan akhirnya mereka kadang berteriak jawab Hanafi.
Hanafi berbicara pelan.

Kata katanya kadang terputus ditengah

jalan.Meskipun demikian aku masih bisa menangkap apa maksudnya. Pak Hardi
perlu menunjukkan kepada Hanafi kalau dia tahu apa yang dirasakannya dengan
menyampaikan hal yang biasa dijumpai pada penderita gangguan jiwa.
Mas Hanafi, biasanya ada 2 jenis suara, yang ada didalam kepala dan yang
berasal dari luar kepala. Suara yang berada didalam kepala seperti suara orang lain
yang berbicara kepada yang bersangkutan. Suara tersebut berbeda dari suaranya

Gunawan Setiadi

Page 81

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

sendiri, juga beda dengan apa yang ada dipikirannya. Suara yang berasal dari luar
kepala seperti ketika seseorang mendengar suara radio yang ada dipojok ruangan.
Suara yang ada didalam kepala biasanya yang lebih mengganggu kata Pak Hardi
menanggapi pernyataan Hanfi.
Kapan biasanya suara suara itu muncul? Tanya Pak Hardi
Mula mula suara suara itu muncul ketika saya capai, mengantuk, juga
ketika pagi hari baru bangun tidur dan malam hari ketika akan tidur. Lama lama
makin sering muncul dan makin keras suaranya. Saya mendengar suara suara itu rata
rata sepuluh kali sehari, masing masing selama sekitar 10 menit
Berapa orang yang suka bicara sama mas Hanafi? Apa yang mereka
katakan?
Semuanya ada 7 suara, 1 suara iblis, 1 suara malaikat, 3 suara laki laki dan
2 suara perempuan. Ada yang berkata-kata jahat, mencaci maki saya mengatakan
saya goblok, tidak berguna dan menyuruh saya bunuh diri. Ada yang suara yang
baik, mengajak saya bicara, menasehati saya, mengajak saya bergurau
Bagaimana perasaan Mas Hanafi ketika mendengar suara suara tersebut?
Suara iblis dan suara orang jahat membuat saya takut
Apakah Mas Hanafi tidak berusaha melawan, menyuruh mereka berhenti
bicara? Tanya Pak Hardi
Kalau saya menyuruh berhenti bicara, mereka marah dan semakin keras
teriaknya. Kalau saya tidak mau menuruti perintahnya, mereka akan membunuh
saya.
Bagaimana dengan suara orang baik? Siapa saja mereka itu?
Suara yang baik itu suaranya malaikat, juga suara dua orang laki laki dan
seorang perempuan yang tidak saya kenal
Apakah Mas Hanafi juga takut terhadap mereka?

Gunawan Setiadi

Page 82

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Tidak, saya senang. Mereka menasehati saya, mengajak saya menyanyi,


menari dan bergurau. Biasanya saya ikuti nasehat mereka. Saya berkawan dengan
mereka
Pak Basuki menyampaikan bahwa sebelum dibawa ke rumah sakit anaknya
sering menyendiri dikamar, terlihat ketakutan. Dilain waktu menyanyi , tertawa dan
berkata-kat sendiri. Saat itu Pak Basuki belum tahu bahwa Hanafi berperilaku
seperti itu karena dia menanggapi suara suara akibat halusinasi yang dideritanya.
Apa yang sudah dilakukan Mas Hanafi untuk mengatasi suara suara
tersebut?
Suara yang berasal dari luar kepala, seperti suara dari radio, bisa saya atasi
dengan melakukan kegiatan, seperti main gitar atau mendengarkan musik. Suara
orang berbisik juga hilang setelah minum obat jelas Hanafi
Suara dari dalam kepala, baik yang jahat maupun yang baik, tidak hilang
dengan minum obat? Tanya Pak Hardi
Tidak Pak, hanya berkurang. Tapi kadang kadang masih muncul
Menurut keterangan dokter yang merawatnya, halusinasi suara yang diderita
Hanafi memang termasuk jenis yang bandel. Tidak mau hilang hanya dengan minum
obat.
Apa mereka benar benar akan membunuh Mas Hanafi bila sampai tidak
menuruti perintahnya? Tanya Pak Hardi
Betul sekali Pak, dulu saya pernah coba menolak perintah mereka, tiba tiba
muncul seekor ular besar siap menggigit saya.Saya takut sekali sama mereka.
Mereka bisa melakukan apa saja terhadap saya.
Mas Hanafi, dari berbicara dengan banyak orang yang sering mendengar
suara suara, mereka juga bilang bahwa Iblis atau malaikat itu sepertinya juga tahu
segalanya. Kata Pak Hardi

Gunawan Setiadi

Page 83

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Betul Pak, malaikat dan iblis itu tahu semuanya,. Mereka tahu apa yang
saya pikirkan, tahu apa yang akan saya lakukan. Mereka juga tahu apa yang dulu
pernah saya lakukan. jelas Hanafi.
Apa Mas Hanafi tidak bisa menyuruh mereka untuk berhenti bicara ketika
Mas Hanafi sudah merasa capai, atau menyuruh mereka jangan bicara kalau lagi
makan? Tanya Pak Hardi
Tidak bisa Pak, mereka melakukan apa yang mereka maui, tidak mau
diatur jawab Mas Hanafi.
Apakah suara suara itu sering muncul dan menjadi sangat mengganggu
ketika mas Hanafi kurang tidur atau lagi banyak pikiran? Tanya Pak Hardi
Betul Pak
Kenapa kok sampai ada iblis datang ke Mas Hanafi, apa ada yang
menyuruh?
Guru olah raga di SMA yang menyuruh iblis itu datang untuk menghukum.
Saya tidak pandai berolah raga. Guru tersebut mengira saya malas berolah raga
kata Hanafi.
Setelah diam agak lama Hanafi melanjutkan.
Untung ada malaikat baik hati yang melindungi saya dari iblis tadi.
Malaikat itu baik sekali sama saya, menasehati saya dan mengingatkan saya agar
selalu berdoa tambah Hanafi.
OK, Mas Hanaafi kelihatannya sudah capai. Kita berhenti dulu disini, kapan
kapan kita sambung lagi. Oh iya, katanya Mas Hanafi suka sekali makan bakmi
goreng. Ini saya bawakan bakmi goring Bagelen. Enak sekali. Anak saya senang
sekali. Setiap kali datang ke Purworejo, dia selalu minta dibelikan bakmi Bagelen
kata Pak Hardi.
Baik Pak, terima kasih sekali. Saya memang senang sekali makan bakmi
goreng jawab Hanafi sambil kembali ke ruang tengah untuk menonton TV.
Gunawan Setiadi

Page 84

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Pak Hardi sengaja memberikan buah tangan kepada Hanafi. Dia ingin Hanafi
percaya dan hormat kepadanya. Kepercayaan tersebut sangat penting dalam proses
pemulihannya. Tanpa ada kepercayaan dari Hanafi, maka dia tidak akan mau
menuruti nasehat Pak Hardi. Hanafi tidak akan mau atau berani melawan iblis dan
malaikat yang bersemayam di kepalanya.
Pak Hardi datang menemuiku dan mengajakku berdiskusi tentang cara
membantu Hanafi mengatasi halusinasinya.
Menurut Pak Bambang, strategi apa yang perlu kita lakukan? Sepertinya
Hanafi sangat percaya dengan halusinasinya. Dia sangat takut kalau iblis di
kepalanya benar benar membunuhnya. Tanya Pak Hardi meminta pendapatku
Kalau diberi skore atau nilai antara 0-100, kira kira berapa nilai
kepercayaan hanafi terhadap halusinasinya?
Kalau menurut saya sih sekitar 95. Dia sangat percaya, tapi dia juga ada
keinginan untuk bisa kembali kuliah. Artinya, kmasih ada ruang untuk
menggoyahkan kepercayaannya terhadap halusinasinya
Kebetulan kemarin saya baru baca artikel lama berjudul The Omnipotence
of voice, A Coginitive Approache to Auditory Hallucinations karangan Dr Paul
Chadwick dan Dr Max Birchwood yang dimuat di British Journal of Psychiatry
terbitan tahun 199. Mereka melakukan studi terhadap penderita halusinasi yang
tidak mempan dengan obat dengan menerapkan pendekatan terapi kognisi terhadap
23 orang yang mengalami halusinasi. Mereka mencoba agar penderita gangguan
jiwa mempertanyakan kepercayaan mereka terhadap halusinasinya dengan
memberikan bukti bukti nyata, baik secara verbal maupun dengan mencoba
mempertanyakan

kebenaran

suara

suara

tersebut.

Hasilnya

ternyata

menggemberikan. Semua yang mendapat terapi kognisi berkurang halusinasinya,


bahkan lebih separuh hilang halusinasinya
Pak Bambang, mungkin ada baiknya kita datangkan Pak Sugeng, bos bakso
yang dulu juga menderita halusinasi. Biar dia cerita sama Hanafi bagaimana bisa
mengatasi halusinasinya kata Pak Hardi.
Gunawan Setiadi

Page 85

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Wah saya kira itu ide yang bagus sekali Pak Hardi. Saya akan segera kontak
Pak Waluyo agar bisa segera main ke Tirto Jiwo. Kebetulan di Tirto Jiwo lagi ada
beberapa murid dengan gejala halusinasi
Kita juga akan ajak Hanafi untuk berinteraksi sosial, ikut kerja bakti
membersihkan rumah nenek Tukiyah agar kepercayaan dirinya mulai tumbuh.
Bagus lah Pak Hardi, jangan lupa diperkuat juga sisi keagamaannya, biar
daya tahan jiwanya semakin meningkat. Kataku mengakhiri diskusi dengan Pak
Hardi.
----0000---Di ruang pertemuan kantor Dinas Transmigrasi, Sosial dan Tenaga Kerja
(Dintransosnaker) Kabupaten Purworejo, siang itu aku diminta memberi ceramah
tentang cara mengatasi halusinasi. Ada sekitar 20 orang peserta yang hadir.
Sebagian dari mereka adalah para pensiunan, yang ingin ikut kerja sosial bersama
Tirto Jiwo, membantu penderita gangguan jiwa. Sebagian lainnya adalah para orang
tua yang mempunyai anak terkena gangguan jiwa. Kursus tersebut sudah
berlangsung sejak kemarin pagi. Siang itu aku dapat bagian untuk menyampaikan
materi yang aku sukai, cara mengatasi halusinasi.
Selamat sore bapak dan ibu semua. Kita mulai saja sesi kita siang hari ini.
Topiknya adalah cara mengatasi halusinasi. Saya kira bapak ibu semua sudah
mengenal istilah halusinasi, yaitu adanya rangsangan indra yang tidak bisa dilihat
atau dirasakan oleh orang lain. Dengan kata lain, penderita gangguan jiwa sering
mendengar suara, atau melihat sesuatu, atau merasa seperti ada yang menyentuhnya,
atau merasakan sesuatu dilidah atau mulut yang susah dijelaskan, yang sebenarnya
rangsangan itu berasal dari dalam dirinya sendiri. Mereka mendengar suara yang
didengar oleh dirinya sendiri, melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh orang lain, atau
merasa dirambati oleh semut yang tidak kelihatan semutnya. kataku memulai
pelajaran.
Agar kita bisa ikut merasakan bagaimana rasanya mengalami halusinasi,
saya minta 3 orang untuk maju kedepan
Gunawan Setiadi

Page 86

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Aku sudah menyiapkan 3 laptop lengkap dengan headphone-nya yang berisi


rekaman suara meniru suara suara yang sering didengar oleh penderita gangguan
jiwa. Masing masing laptop berisi rekaman suara yang berbeda.
OK, Pak Santosa berdiri disebelah kanan, ibu Urip berdiri ditengah dan Pak
Kuncoro dipinggir kiri. Saya minta bapak dan ibu mendengarkan dengan seksama
dan menuruti saja perintah yang disampaikan oleh suara suara tersebut. Sudah siap?
Silahkan pasang headphone-nya dan kemudian mulai dengarkan dengan seksama
suara suara tersebut. Yak, mulai! kataku.
Wajah Pak Santosa terlihat tegang. Tidak lama kemudian, dia terlihat
bergerak kekiri 2 langkah dan kemudian mundur 2 langkah. Maju dua langkah dan
kekiri dua langkah. Gerakan seperti itu dilakukan Pak Santosa berkali-kali. Setelah
itu Pak Santosa terlihat berdiri, diam saja tidak bergerak. Namun badannya terlihat
tegang.
Ibu Urip terlihat santai, senyum senyum dan tertawa. Tak berapa lama, Bu
Urip mulai bicara sendiri. Tak lama kemudian Bu Urip juga mulai kelihatan gelisah.
Pak Kuncoro terlihat tegang, cemas, seperti seorang murid yang sedang kesulitan
mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. Pak Kuncoro terlihat mencoba
berkata-kata sesuatu dalam bahasa Inggris. Aku lihat para peserta kursus hanya
senyum senyum saja melihat kelakuan tiga temannya didepan kelas. Tak lama
kemudian simulasi suara halusinasi tersebut berhenti dan mereka bertiga diminta
menceritakan apa yang mereka dengar dan apa reaksi mereka terhadap suara suara
tersebut.
OK, silahkan dimulai dari Pak Kuncoro terlebih dahulu kataku
mempersilahkan Pak Kuncoro untuk mulai menceritakan pengalamannya.
Terima kasih, bapak dan ibu sekalian. Perkenankan saya menceritakan apa
yang saya dengar. Mula mula saya dengar suara radio dari kejauhan, makin lama
suara radio itu makin keras dan makin dekat ketelinga saya. Suara dari radio
terdengar seperti suara seorang laki laki sedang membacakan berita daerah.
Kemudian, bersamaan dengan suara radio, muncul suara orang berbisik-bisik, yang
Gunawan Setiadi

Page 87

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

makin lama juga makin keras. Suara itu adalah suara seorang ibu guru Bahasa
Inggris ketika saya masih SMA. Guru tersebut mengajukan beberapa pertanyaan
dalam bahasa Inggris. Bersamaan dengan saat guru mulai mengajukan pertanyaan,
saya mendengar suara siaran berita nasional dari TV RI. Ketika saya sedang
kesulita menjawab pertanyaan tiba tiba muncul suara laki laki membentak-bentak
saya mengatakan saya goblok, malas, dan manusia tidak berguna kata Pak
Kuncoro.
Mengapa Pak Kuncoro kesulitan menjawab pertanyaan guru bahasa Inggris
tersebut? Apa pertanyaannya sulit? Tanyaku kepada pak Kuncoro.
Pertanyaannya tidak sulit, tapi suara orang membaca berita dari radio dan
TV itu sangat mengganggu. Suara orang yang membentak-bentak saya membuat
saya tersinggung dan marah Jawab Pak Kuncoro.
Mengapa Pak Kuncoro mengikuti perintah bu guru? Mengapa perintahnya
tidak didiamkan saja? tanyaku.
Laki laki yang mengatakan saya goblok itu bilang kalau saya tidak mau
menjawab pertanyaan bu guru, saya akan disambar petir. Saya memang mendengar
suara petir disitu, meskipun tidak sedang ada hujan. Jawab Pak Kuncoro.
Para peserta kursus tersenyum mendengar jawaban Pak Kuncoro.
Terima kasih Pak Kuncoro, silahkan tepuk tangan untuk Pak Kuncoro
kataku. Peserta kursus kemudian bertepuk tangan dengan meriah. Mereka mulai bisa
menangkap pelajaran apa yang bisa ditarik dari simulasi tadi.
Sekarang silahkan Ibu Urip menceritakan apa yang didengarnya kataku
sambil mempersilahkan ibu Urip.
Terima kasih, bapak ibu sekalian. Saya mendengar suara laki laki yang
mengaku sebagai malaikat Jibril. Dia mula mula memberikan nasehat tentang
bagaimana menjadi istri yang baik. Kemudian menceritakan hal hal lucu yang
membuat saya tertawa. Setelah itu malaikat Jibril mengajukan beberapa pertanyaan,
yang saya jawab dengan baik. Malaikat tersebut kemudian berkata bahwa saya telah
Gunawan Setiadi

Page 88

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

dipilih untuk memperbaiki masyarakat Purworejo yang sudah mulai rusak. Saya
besok diminta mendatangi kelurahan dan diminta menyuruh Pak Lurah mundur dari
jabatannya. Ketika saya diam saja, tidak mau dia mengerjakan perintahnya, dia
mulai mengancam. Malaikat itu bilang kalau saya akan dimasukkan ke neraka.
Malaikat itu sepertinya tahu semuanya. Dia tahu alamat rumah saya, nama anak
anak saya dan tanggal lahirnya, juga tahu persis seluk beluk rumah saya. Saya jadi
takut. Kata Bu Urip.
Peserta terlihat terkesima dengan jawaban Bu Urip. Mereka bisa merasakan
apa yang dirasakan oleh Bu Urip. Mereka juga heran, mengapa suara yang mengaku
malaikat itu bisa tahu segalanya tentang Bu Urip.
Terima kasih Bu Urip. Mari kita tepuk tangan untuk Bu Urip. Kataku.
Setelah peserta bertepuk tangan dengan meriah, aku kemudian meminta Pak Santosa
untuk menceritakan apa yang dia dengar.
Bapak ibu sekalian, saya benar benar baru saja mengalami peristiwa yang
tidak mengenakan. Rekaman yang diberikan ke saya adalah suara laki laki yang
mengaku sebagai Genderuwo pohon beringin dari makam Kyai Bagelen yang
angker. Genderuwo itu tahu kalau kemarin anak saya terserempet sepeda motor
sampai lecet lecet. Memang kenyataannya anak saya kemarin baru saja terserempet
sepeda motor. Dia bilang kalau saya tidak mau mengikuti perintahnya maka anak
saya akan tertabrak mobil. Saya kemudian ikuti perintahnya melangkah maju
mundur kanan kiri seperti yang bapak ibu lihat. Setan Genderuwo itu kemudian
menyuruh saya memukul Pak Bambang cerita Pak Santosa.
Para peserta kursus tertawa terpingkal-pingkal mendengar cerita itu. Mereka
bertanya kenapa Pak Santosa tidak melakukan saja perintah tersebut. Pak Santosa
diam saja, tidak menanggapi gurauan teman temannya.
Bapak ibu sekalian, rekaman tadi serupa dengan yang didengar oleh
penderita gangguan jiwa yang mengalami halusinasi. Pelajaran apa yang bisa dipetik
dari simulasi tadi? Tanyaku kepada para peserta.
Para peserta kemudian mulai menyampaikan berbagai pendapatnya.
Gunawan Setiadi

Page 89

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Suara suara tadi dari mahluk yang bisa mencelakakan kita kata Pak Broto.
Mereka tahu segalanya. Saya sampai sekarang masih heran, bagaimana
suara tadi bisa sampai tahu kalau anak Pak Santosa baru saja mengalami
kecelakaan? Tanya Bu Hamzah.
Ha ha bapak ibu jangan heran atau bingung, sebelum membuat rekaman,
kita sudah cari informasi dulu. Biar simulasinya lebih meyakinkan. Nah suara suara
halusinasi yang didengar penderita gangguan jiwa, apalagi halusinasi yang
membandel, selalu meyakinkan. Suara itu tahu segalanya dan sangat berkuasa. Bisa
melakukan apa saja. jelasku
Perintahnya sepertinya sulit ditolak Kata Pak Poniman menambahkan.
Beberapa peserta lain juga ikut menyampaikan kesimpulan yang bisa diambil
dari simulasi tadi. Setelah semua peserta menyampaikan pemikirannya, kuminta Pak
Santosa untuk merangkum dan menyimpulkannya.
Baik, bapak ibu sekalian. Saya akan meminta Pak Santosa untuk
menyimpulkan simulasi tadi? kataku. Selama ini Pak santosa kulihat sebagai
peserta yang paling pintar dan sangat antusias dengan pelajaran yang aku
sampaikan. Jadi aku berani meminta dia untuk menyimpulkan pelajaran yang bisa
dipetik dari simulasi tadi.
Sebagian suara itu berasal dari mahluk berkuasa. Mereka bukan orang atau
mahluk sembarangan. Mereka tahu seluk beluk kita dan mengancam kita kalau kita
tidak mau menuruti perintahnya kata Pak Santosa.
Terima kasih Pak Santosa. Tepat sekali kesimpulan bapak tadi. Kataku
Bapak ibu sekalian, apa yang akan terjadi dengan Bu Urip, Pak Kuncoro
dan Pak Santosa bila mereka tidak mau mengikuti perintah perintah yang mereka
dengar tadi? tanyaku kepada para peserta
Tidak akan terjadi apa apa. Itukan hanya rekaman suara saja Jawab para
peserta serentak.
Gunawan Setiadi

Page 90

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Nah begitu pula dengan para penderita gangguan jiwa. Bila penderita
gangguan jiwa tidak mendengarkan, menanggapi dan mengikuti apa yang mereka
dengar, mereka tidak akan mengalami apa apa. Tidak ada konsekuensi apa apa.
Bahkan, karena mereka mengikuti dan menanggapi halusinasi, mereka jadi
dikatakan terganggu jiwanya. Sebenarnya, suara suara yang didengar penderita
gangguan jiwa adalah suara yang berasal dari dirinya sendiri. kataku.
Pak Bambang, mengapa suara suara itu bisa muncul? Tanya salah seorang
peserta.
Hingga sekarang, dunia kedokteran belum tahu secara pasti penyebab dan
proses kenapa suara suara itu muncul. Banyak ahli yang bilang itu terjadi karena
adanya ketidak seimbangan kimia di otak. Hanya saja sampai sekarang secara rinci
belum bisa dijelaskan. Bagaimana mengukur ketidak seimbangan kimia tersebut,
mengapa pada seseorang ketidak seimbangan kimia menyebabkan munculnya suara
malaikat. Pada penderita lain, keseimbangan kimia di otak menyebabkan munculnya
suara setan atau suara setan dan malaikat. Semua itu belum bisa dijelaskan oleh para
ahli kedokteran secara memuaskan kataku
Para peserta kursus terlihat diam. Mereka mencoba mencerna pemahaman
baru tersebut. Mereka sekarang tahu apa yang terjadi dengan penderita gangguan
jiwa. Mereka bersimpati dengan para penderita gangguan jiwa. Mereka menyadari
betapa menderitanya para penderita gangguan jiwa karena harus mendengarkan
suara suara seperti tadi hingga 10 kali per hari, masing masing bisa sampai
seperempat jam.
Pak Bambang, kalau begitu, kalau penderita gangguan jiwa tidak menuruti
suara suara tadi, maka perlahan-lahan suara tersebut akan hilang? Tanya salah
seorang peserta.
Betul sekali jawabku.
Masalahnya, penderita gangguan jiwa sangat percaya dan menuruti atau
menanggapi suara suara tersebut. Mereka takut akan akibatnya bila sampai tidak
menuruti mereka. Suara suara yang mereka dengar kan suara yang berwibawa, yang
Gunawan Setiadi

Page 91

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

memaksa pendengarnya untuk mengikuti perintahnya. Suara suara itu juga berasal
dari mahluk yang tahu segalanya. Penderita gangguan jiwa sangat percaya dan takut
kepada mereka. Kataku melanjutkan.
Apakah mereka tidak bisa diyakinkan? Tanya salah seorang peserta
Bisa saja. Tergantung apakah penderita lebih percaya dan takut terhadap
suara yang mereka dengar atau lebih percaya kepada orang lain yang ingin
mengubah keyakinan mereka tersebut. Biasanya kalau dengan berdebat, bicara kasar
dan mengejek, tidak akan bisa meyakinkan penderita gangguan jiwa jawabku.
Pak Bambang, apa yang bisa kita lakukan untuk membantu penderita
gangguan jiwa tersebut? Tanya salah seorang peserta. Rupanya peserta tersebu
ingin segera punya teknik yang bisa dipakai untuk membantu anaknya yang terkena
gangguan jiwa dan terlihat sering bicara sendiri.
OK, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, kita latih agar
penderita bisa mengendalikan suara yang asalnya dari luar kepala, seperti suara
radio, dengan mengalihkan perhatian mereka dari suara suara tersebut. Misalnya:
dengan melakukan kegiatan yang disukai, seperti main gitar, menyapu kamar. Bisa
juga dicoba dengan nonton TV atau kegiatan lainnya. Suara yang tidak jelas asalnya
dan suara orang berbisik biasanya juga bisa diatasi dengan teknik tersebut diatas.
Teknik lain adalah mengajari penderita gangguan jiwa untuk berinteraksi
dengan orang lain bila suara suara itu muncul. Dengan berbicara kepada orang lain,
penderita terpaksa konsentrasi kepada lawan bicaranya sehingga perhatiannya
teralihkan dari halusinasinya. Teknik lainnya adalah dengan mengubah suasana,
bila halusinasi muncul ketika sendirian dikamar, segera keluar kamar dan
mendengarkan TV, misalnya. Ada juga penderita yang bisa mengatasi halusinasi
suara dengan menyumpal telinganya. Jadi ada berbagai teknik yang bisa diterapkan
yang sesuai untuk masing masing. Kataku mencoba menjawab pertanyaan peserta
dengan panjang lebar.
Setelah berhenti sejenak, aku lanjutkan penjelasanku.

Gunawan Setiadi

Page 92

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Bila halusinasi tetap membandel, kita perlu melakukan upaya untuk


mengubah keyakinan penderita terhadap halusinasi yang dideritanya. Bila penderita
tidak lagi percaya terhadap halusinasinya, maka secara bertahap halusinasi tersebut
akan berkurang, kemudian hilang
Selain itu, kita perlu perkuat juga daya tahan kejiwaannya. Penderita
gangguan jiwa tidak selama 24 jam sehari dicekam halusinasi. Bila kesadaran
sedang baik, kita bisa lakukan kegiatan untuk memperkuat jiwanya. Misalnya
dengan kita ajak untuk banyak berdoa, berserah diri kepada Tuhan. Bergaul dengan
orang yang berasal dari strata sosial yang lebih rendah atau menolong orang yang
sedang kesusahan, kegiatan kegiatan tersebut bisa meningkatkan percaya diri dan
ketahanan jiwanya. Penderita dengan halusinasi yang membandel itu biasanya
kurang percaya diri, merasa dirinya kecil atau kurang berharga, sehingga cenderung
akan menuruti perintah orang yang lebih berkuasa darinya. Mereka cenderung
percaya terhadap suara suara yang didengarnya. Kataku melanjutkan.
Keyakinan terhadap halusinasi bisa diubah dengan meminta penderita untuk
tidak menuruti perintah suara suara tersebut dan menerima konsekuensinya. Seperti
pengalaman Pak Suryo, pedagang beras. Dia sering mendengar suara setan yang
mengancam Pak Suryo bila tidak menuruti perintahnya, dia akan ditelan ular. Pak
Suryo nekad tidak mau menuruti perintah setan tersebut. Seketika itu juga muncul
ular besar datang dan mencoba memakannya. Pak Suryo takut sekali. Dia
menguatkan tekadnya dan memasrahkan hidupnya kepada Tuhan. Ternyata, ular itu
hanya bisa menakut-nakuti. Ular itu tidak bisa memakannya. Sejak saat itu,
halusinasi yang diidap Pak Suryo menghilang secara perlahan. Hingga kini, Pak
Suryo tetap sehat.
Pak Bambang, apakah cara meyakinkan itu harus sama seperti yang
dilakukan Pak Suryo? Tanya seorang peserta.
Tidak harus sama persis seperti yang dilakukan oleh Pak Suryo. Menurut
pengalaman kami di Tirto Jiwo, tidak ada metode baku. Prinsipnya, secara perlahan
dicoba menggoyahkan keyakinan penderita terhadap halusinasinya. Semakin

Gunawan Setiadi

Page 93

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

penderita tidak percaya, semakin lemah halusinasi tersebut kataku mencoba


menjelaskan masalah halusinasi kepada para peserta.
Aku lihat para peserta menyimak dan memahami penjelasanku. Aku
bersyukur. Semoga ceramahku bisa menyebarkan ilmu yang bermanfaat. Ilmu
praktis yang bisa diterapkan oleh para sukarelawan dan keluarga yang anggotanya
menderita gangguan jiwa.Aku sengaja tidak menjelaskan soal obat. Masalah obat
sebaiknya diserahkan keahlinya, para psikiater.
----0000---Minggu lalu aku dan Pak Wibowo mengunjungi tiga murid yang mengalami
halusinasi. Ketiga murid tersebut, Mukimin, Karman dan Sutiyah,

mempunyai

halusinasi yang berbeda.


Mukimin, umur 43 tahun, yang mengalami halusinasi sejak lebih dari 20
tahun yang lalu, berkata kepadaku bahwa dia sering mendengar suara suara dari
dukun sakti yang dulu pernah menjadi tetangganya. Dia yakin suara suara itu adalah
suara tetangganya. Dia sangat percaya dengan sang dukun sakti karena ternyata bisa
membaca pikirannya dan tahu masa lalunya. Dukun itu sering berteriak
mengingatkan agar dia lebih berhati-hati dan berusaha lebih keras. Mukimin
terpaksa harus mendengarkan perintah sang dukun dan terpaksa menuruti
perintahnya. Kadang dia sampai berteriak balik membalas teriakan sang dukun. Dia
juga berjanji akan mengubah hidupnya karena bila tidak sang dukun akan terus
berteriak-teriak kepadanya. Mukimin yakin bahwa halusinasi yang dideritanya
merupakan hukuman baginya karena ketika remaja sering berbuat onar dan malas
belajar. Suara suara tersebut membuat Mukimin capai, takut dan teraniaya.
Sutiyah, gadis berumur 34 tahun dan telah mempunyai halusinasi selama 10
tahun. Dia sering mendengar 3 suara laki laki. Suara pertama adalah suara pacarnya.
Sang pacar sering memberi perintah seperti buat teh manis atau bikin nasi
goreng. Sang pacar juga sering mengatakan bahwa dia adalah calon pengantin
pilihan Tuhan. Dia yakin bahwa dia diperintah oleh Tuhan untuk menikah dengan
pacarnya. Sutiyah selalu mendengarkan suara pacarnya dengan penuh perhatian dan
Gunawan Setiadi

Page 94

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

melakukan semua perintahnya. Suara kedua adalah suara seorang China dan suara
ketiga adalah suara orang India. Orang China bilang bahwa dia telah kemasukan
setan. Orang India memerintahnya untuk membunuh setan tersebut dan juga
menyuruhnya untuk memakan tanah. Suara pacarnya membuatnya tenteram, tapi
suara orang China dan India membuatnya takut.
Karman, yang kini berusia 24 tahun mengalami halusinasi sejak 3 tahun yang
lalu. Dia sering mendengar suara bekas pacarnya. Karman yakin bahwa pacarnya
adalah malaikat perempuan. Pacarnya sering memerintahnya untuk berhenti
merokok, jangan pergi ke masjid, dan kadang menyuruhnya untuk bunuh diri.
Karman tidak selalu menuruti perintah sang pacar karena dia yakin mempunyai
kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan kekuatan malaikat. Meskipun
Karman tidak selalu mendengarkan, dia sering merasa terganggu dengan adanya
suara suara tersebut.
Aku dan Pak Wibowo masih memutar otak dan mencoba mengatur strategi
agar bisa membantu mereka mengatasi halusinasinya. Strategi pertama tentunya
adalah mengajari mereka mengalihkan perhatian mereka dari halusinasinya. Bila
strategi tersebut belum bisa menuntaskan masalah halusinasi, kami akan berusaha
menggoyahkan keyakinan ketiga murid tersebut terhadap suara suara yang
didengarnya. Jelas, ini bukan pekerjaan mudah.
Minggu depan, kami berdua akan kembali mengunjungi rumah Mukimin,
Sutiyah dan Karman. Kami akan berdiskusi dengan keluarga mereka masing masing.
Keluarga biasanya lebih tahu keadaan anggota keluarga yang sakit sehingga dengan
bekerja sama akan bisa disusun cara yang tepat dalam mengatasi halusinasi tersebut.
Kami juga telah meminta mereka untuk banyak berdoa, sholat hajad, dan
sholat malam

agar Tuhan berkenan memberi petunjuk dan kemudahan bagi

kesembuhan Mukimin, Sutiyah dan Karman. Bila Tuhan yang Maha Kuasa
menghendaki, segala hal bisa terjadi. Tuhan yang bisa meninggikan langit tanpa
tiang, bisa membelah laut sehingga Nabi Musa bisal melintasinya, bisa menciptakan
lalat dan unta, pasti juga bisa menyembuhkan seseorang yang terkena gangguan
jiwa.
Gunawan Setiadi

Page 95

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa penderita gangguan jiwa akan


lebih mudah pulih bila mereka tinggal bersama keluarganya. Dukungan keluarga
serta suasana lingkungan yang aman dan tenang akan memudahkan pemulihan dari
sakitnya. Hanya masalahnya, di Indonesia, pengetahuan keluarga tentang seluk
beluk gangguan jiwa dan cara menanganinya masih sangat terbatas. Pengetahuan
mereka tentang halusinasi dan waham sangat sedikit, boleh dibilang tidak ada.
Pemberian informasi dan ketrampilan tentang cara membantu pemulihan gangguan
jiwa akan membuat mereka mampu menolong saudaranya untuk bisa pulih dari
sakitnya.
Aku tahu pasti semua keluarga semua ingin agar anggota keluarganya yang
terkena gangguan bisa segera pulih. Mereka ingin melakukan sesuatu untuk
menolong. Hanya mereka tidak punya pengetahuan untuk itu. Akibatnya, mereka
sering keliru atau dimanfaatkan oleh orang yang hanya mencari untung. Akhirnya,
mereka kehabisan uang, tenaga dan kesabaran. Jalan terakhir yang mereka pilih
adalah memasung atau mengisolasi penderita gangguan jiwa.
Disisi lain, banyak psikoterapi yang dilakukan dokter atau psikolog kurang
berhasil karena mereka hanya ketemu pasien selama 1 jam sebulan sekali atau dua
kali. Selama dirumah, pasien dan keluarganya tidak mengerjakan pekerjaan rumah
yang diberikan oleh psikolog atau dokternya. Akibatnya, pemulihan berjalan sangat
lambat. Penderita dan keluarga menjadi bosan dan akhirnya proses pemulihan
menjadi gagal. Padahal, bila keluarga dan penderita mengerjakan pekerjaan rumah
yang diberikan, efektivitas terapi psikososial tersebut cukup tinggi.
Di Indonesia, jangankan keluarga, penderita sendiripun tidak mendapat
pelajaran atau pengetahuan praktis yang berkaitan dengan penyakitnya. Tadi pagi
adikku cerita kalau kemarin malam Mas Gunadi, tetangga yang baru keluar dari
rumah sakit jiwa bertamu kerumah. Adikku bilang kalau kondisi Mas Gunadi kurang
baik, masih terlihat adanya kegelisahan di raut wajah maupun tingkah lakunya. Mas
Gunadi masih sering mengalami halusinasi yang membuatnya cemas dan gelisah.
Kelihatannya dia tidak mendapat pelajaran tentang cara mengatasi halusinasi,
khususnya halusinasi yang membandel. Mungkin juga, Mas Gunadi sudah diajari,
Gunawan Setiadi

Page 96

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

tapi dia belum bisa menerapkan ilmunya tersebut. Keluarganya juga tidak tahu apa
apa soal cara membantu mengatasi halusinasi dan waham yang dipunyai anaknya.
----0000---Pagi itu Pak Waluyo, bos pedagang bakso yang pernah mengalami
halusinasi, menyempatkan diri datang ke Tirto Jiwo. Wajahnya terlihat cerah, tidak
lagi terlihat tanda tanda kecemasan di wajahnya. Pak Waluyo sengaja diundang
untuk bisa berbagi pengalaman deng Hanafi dan murid murid lain yang juga
mengalami halusinasi. Sebelum bertemu dengan para murid, sengaja dia datang
menemui Pak Hardi.
Selamat pagi Pak Hardi
Selamat pagi Pak Waluyo. Bagaimana kabarnya? Baksonya saya dengar
semakin laris saja
Alhamdulillah Pak, saya sekeluarga dalam keadaan sehat, tidak kurang
suatu apa. Bisnis juga lancar. Tentunya ini karena berkat doa bapak juga. Saya tahu
Pak Hardi setiap selesai sholat tahajud selalu mendoakan para bekas muridnya
Ah, soal tahajud jangan disebut-sebut, nanti bisa membuat saya jadi riya,
suka dipuji. Doa saya jadi kurang mustajab. Bagaimana dengan halusinasinya, sudah
hilang sekarang?
Alhamdulillah Pak, saya sudah setahun lebih suara suara itu tidak muncul
lagi. Saya sangat bersyukur.
Tentunya Pak Waluyo sudah tahu kenapa kita minta mampir kesini. Nanti
tolong disampaikan ke murid murid yang ada disini pengalamannya dalam
mengatasi halusinasi. Ada 4 murid yang akan belajar cara mengatasi halusinasi dari
Pak Waluyo. Tolong nanti disampaikan secara santai saja. Seperti ngobrol dengan
teman, bukan seperti ceramah atau memberi pelajaran di kelas.

Gunawan Setiadi

Page 97

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Baik, siap Pak. Saya juga akan sampaikan nanti teknik yang dipakai teman
teman seangkatan saya juga. Beberapa teman dulu juga mengalami halusinasi dan
teknik yang mereka pakai berbeda dengan teknik yang saya pakai
Bagus kalau begitu. Oh, ya saya pengin tahu juga teknik yang dipakai Pak
Waluyo dan teman teman yang lain waktu itu
Pak Hardi, ada beberapa teknik yang saya pakai, sering saya kombinasikan
agar lebih efektif. Pertama, biasanya halusinasi suara yang saya alami tidak muncul
tiba tiba. Sering kali didahului dengan jantung yang berdetak lebih cepat atau suara
suara seperti orang berbisik. Bila saya mengalami hal tersebut, saya segera bersiap
menghadapi munculnya suara suara. Saya coba menenangkan diri dengan bernapas
panjang seperti latihan pernapasan yang biasa dialkukan di Tirto jiwo atau
melakukan teknik relaksasi lainnya. Bila lagi mau mendengarkan, saya akan
mendengarkan. Bila tidak ingin mendengarkan, saya coba alihkan perhatian dengan
melakukan kegiatan kegiatan yang saya sukai.
Apakah teknik itu berhasil?
Iya Pak, hampir selalu berhasil. Teman memberi tahu agar mengingat-ingat
tanda tanda kalau suara tersebut akan muncul. Pengalaman saya, paling sering
tandanya berupa jantung berdegup lebih kencang. Setiap jantung berdegup lebih
kencang, segera saya terapkan teknik relaksasi
Syukurlah, ini ilmu baru yang perlu disebar luaskan.
Kita juga tidak boleh percaya dan mengikuti saja apa yang dikatakan suara
suara tadi. Ini memang tidak gampang, perlu kekuatan mental. Biasanya suara suara
tadi tidak suka dan marah kalau kita menolak atau tidak mau menuruti perintahnya.
Kemarahan itu sebenarnya suatu pertanda kalau mereka akan mulai berkurang atau
hilang.
Tadi Pak Waluyo bilang kalau sering mengalihkan perhatian dari suara
suara yang muncul, apa yang dikerjakan?

Gunawan Setiadi

Page 98

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Ya apa saja, yang penting sibuk dan aktif, tidak diam saja nonton TV.
Kadang saya langsung ambil sapu dan menyapu ruangan atau halaman, kadang saya
sirami tanaman, memberi makan ayam, atau mengajak ngobrol teman.
Dulu ada Mas Nugroho, murid disini yang sudah pulang, bila mendengar
suara suara, dia segera menyanyi bersama Mas Iman. Kebetulan dua-duanya sukan
menyanyi lagu ndangdut. Menyanyi bersama memerlukan konsentrasi, jadi lebih
efektif dalam mengalihkan perhatian dari halusinasi. Kata Pak Hardi
Iya Pak, kalau saya tekniknya dengan mengajak ngobrol teman. Memang
sebaiknya penderita gangguan jiwa tidak hanya mengisolasi diri di kamar sendirian.
Bisa tambah parah.
Bagaimana dengan teknik menuliskan suara suara tersebut, seperti suara
siapa, laki laki atau perempuan, apa yang dikatakannya, kapan munculnya, apa yang
jadi pemicunya. Apa Pak Waluyo memakai teknik tadi juga?
Saya tidak memakai teknik itu, kurang cocok, sekolah saya kan cuman
sampai SMP. Sulit kalau disuruh nulis. Tapi teknik itu diterapkan Mas Kuwat
Oh Mas Kuwat, iya saya masih ingat. Badannya agak gemuk dan berotot.
Bagaimana kabarnya sekarang? Pak Waluyo masih suka kontak Mas Kuwat?
Masih Pak, lewat sms. Mas Kuwat baik baik saja, sudah melanjutkan
kuliah. Kalau tidak keliru ambil jurusan psikolgi di Universitas Islam di Yogyakarta.
Kata Mas Kuwat, teknik menuliskan halusinasi itu sangat bermanfaat. Dia bisa
mengenali dan menganalisa dirinya.
Betul sekali. Cuman kita tidak bisa mengartikan setiap kata seperti apa
adanya. Kata kata yang menyuruh bunuh diri tidak bisa diartikan begitu saja, dilihat
konteksnya. Saya belum bisa menganalisanya, masih harus banyak belajar. Saya
tahu Mas Kuwat pasti bisa memahaminya dan mengambil pelajaran dari suara suara
tadi.
Saya kira begitu, Pak Hardi, mohon ijin, saya mau menemui Mas Hanafi
dan teman teman. Masih ada beberapa teknik lain yang belum saya sampaikan
Gunawan Setiadi

Page 99

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

kepada bapak. Nanti saya sampaikan semuanya kepada mereka. Maaf saya mohon
ijin, takut kesiangan. Nanti bisa tidak jualan bakso. Kata Pak Waluyo.
Oh ya, silahkan. Maaf, keasyikan ngobrol sampai lupa kalau sudah
ditunggu jawab Pak Hardi.
Kulihat Pak Waluyo berjalan mendekati Mas Hanafi dan teman yang lain.
Mereka duduk santai dibawah pohon cemara di halaman belakang. Dalam
pertemuan itu, sengaja tidak ada guru yang terlibat agar pembelajaran sesame
mereka bisa berjalan santai dan lancar.

Gunawan Setiadi

Page 100

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Butiran kaca di piring nasi

ku lihat Wibowo sedang asyik duduk di depan desktop komputer.


Matanya terfokus ke layar monitor. Ketika kudekati, ternyata dia sedang
membaca sebuah artikel di internet tentang cara membantu mengatasi

penderita dengan kecurigaan yang berlebihan. Internet memang sangat berguna,


banyak ilmu bisa diambil dari internet.
Pak Bowo, kok asyik banget. Lagi baca apa?
Oh Pak Bambang, maaf tadi sampai tidak melihat, saya lagi baca artikel
tentang cara membantu penderita gangguan jiwa yang curiga berlebihan
Oh tentang paranoid! memangnya ada yang menderita paranoid?
Iya Pak Bambang, tetangga satu kampung. Dia curiga dengan hampir
semua orang. Anak tersebut sampai kesulitan makan. Setiap kali duduk di meja
makan, dia yakin kalau ada pecahan kaca bercampur dengan nasi di piringnya.
Aku duga Iwan mempunyai waham, suatu keyakinan yang tidak berdasar
kenyataan. Penderita gangguan jiwa yang mempunyai waham biasanya sangat yakin
dengan wahamnya.
Coba ceritakan secara lebih detil
Anak itu namanya Iwan. Keluarga mereka miskin. Dia dan adik-adiknya
hanya bisa sekolah sampai lulus SMP, kemudian menganggur. Sebenarnya Iwan
anak baik, penurut dan tidak nakal. Dia tidak pernah mabuk atau minum obat
terlarang. Setelah keluar sekolah karena tidak ada biaya, dia kemudian belajar
menyopir. Dia pengin jadi sopir. Sekarang Iwan tidak bisa kerja karena sakitnya.
Kapan gejala gejala seperti itu mulai muncul?
Kata ibunya sudah sekitar 6 bulan ini. Menurut ceritanya, dia jatuh cinta
dengan seorang gadis. Sayangnya si gadis tidak membalas cintanya. Sejak saat itu
dia mulai menarik diri, selalu kelihatan cemas, dan takut. Dia mulai curiga dan
Gunawan Setiadi

Page 101

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

selalu menyalahkan orang lain. Mula mula sulit makan karena katanya di nasi ada
pecahan kaca. Akhir akhir ini kalau tidur, Iwan selalu sedia pisau dan pemukul besi
ditempat tidurnya. Keluarganya jadi sangat takut
Hmmm, paranoid yang diderita oleh Iwan ada di tingkat 5, tingkat paling
tinggi, karena dia sudah merasa jiwanya terancam oleh seseorang yang akan berbuat
jahat kepadanya. Tingkat paling ringan adalah bila dia hanya merasa khawatir kalau
ditolak oleh masyarakat atau merasa bahwa dunia diluar rumah tidak aman baginya.
Tingkat kedua, bila seseorang merasa dirinya selalu diawasi atau orang tak dikenal
membicarakan dirinya. Tingkat ketiga bila ada orang lain yang menyebabkan
dirinya merasa terganggu. Tingkat ke-empat bila dia merasa ada yang menyadap
telpon atau emailnya.
Ternyata paranoid yang diderita Iwan sudah cukup parah juga. Apa yang
harus saya lakukan Pak Bambang?
Coba tanyakan siapa yang membuat dia merasa takut? Biasanya penderita
gangguan jiwa mengkelompokkan orang lain sebagai teman atau lawan. Bila
paranoidnya parah, dia bisa melihat orang lain sebagai setan. Ini penting karena bisa
terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Masalahnya, bila yang dia takuti itu salah satu
anggota keluarganya, mungkin dia tidak mau berterus terang menyebutkannya.
Kalau sama mas Bowo , Iwan tidak takut?
Alhamdulillah, kalau sama saya Iwan tidak takut. Dia percaya sekali.
Ketika saya tanyakan siapa yang membuat Iwan merasa takut, dia tidak bisa
mengidentifikasi orangnya. Dia merasa bahwa ada orang yang akan berbuat jahat
padanya
Syukur alhamdulillah kalau Iwan tidak takut kepada Pak Bowo. Berarti Pak
Bowo sudah benar dalam cara membawakan diri dan mendekati Iwan. Banyak
psikoterapi tidak berhasil, penderita mengundurkan diri, karena antara penderita dan
psikolog tidak bisa bekerja sama. Sekarang, coba kita tangani satu persatu dulu.
Pertama soal makan. Apa keluarganya, tetangga atau teman tidak ada yang
menyuruhnya makan?
Gunawan Setiadi

Page 102

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Iwan tetap tidak mau makan, meskipun sudah dinasehati dan disuruh oleh
orang tua, tetangga ataupun teman. Kalau dipaksa, dia semakin tidak mau makan
dan terlihat ketakutan. Ketika dipaksa makan, Iwan merasa dirinya dihukum mati
dengan memakan kaca yang tercampur dalam nasinya
Pak Bowo, Kalau dia masak sendiri, apa Iwan juga tidak mau makan ?
Iya Pak Bambang. Waktu saya ke rumahnya, kita minta dia menggoreng
telor sendiri. Tetap saja dia tidak mau makan. Akhirnya, telornya kita bagi dua, saya
makan separuh, Iwan mau makan sisanya meskipun masih pelan pelan dan sangat
hati hati
Syukurlah, saya kira itu sudah suatu langkah maju. Ini kan masalah
keyakinan yang melekat di otaknya, hanya bisa diubah secara pelan pelan
Iya benar Pak Bambang. Rencananya nanti malam saya akan ajak makan di
warung. Kasihan sekali dia. Tubuhnya sampai kurus sekali karena tidak makan.
Ternyata, untuk menolong Iwan, saya harus keluar biaya
Ha ha hakalau Iwan harus konsultasi ke psikiater atau psikolog pasti dia
yang harus keluar uang banyak. Oleh psikiater paling diajak ngomong selama 10
menit terus dikasih obat yang menekan fungsi otaknya agar hilang pikiran
paranoidnya. Cuman efek sampingnya juga tidak enak, Iwan akan sulit berpikir. Dia
bisa kelihatan seperti robot
Konsultasi dengan psikolog biasanya bisa lebih lama, tapi saya kira sulit
sekali cari psikolog yang mau makan bersama Iwan. Kalau hanya konsultasi saja,
tanpa ada tindakan bersama menghadapi ketakutan yang dihadapi oleh Iwan, saya
kira terapinya juga tidak akan efektif
Saya kira begitu, padahal kalau tidak segera ditangani, kondisi Iwan bisa
semakin parah. Semakin lama, dia akan semakin sulit membedakan antara kenyataan
dan khayalan. Insya Allah nanti Tuhan Yang Maha Kaya yang akan membalas amal
Pak Bowo di dunia dan akhirat.

Gunawan Setiadi

Page 103

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Amin, terima kasih atas doanya. Keluarga Iwan miskin, untuk makan saja
susah. Semoga Tuhan mau membalasnya dengan berlipat ganda Kata Pak Wibowo.
Saya kira Pak Bowo sudah dijalur yang benar. Iwan sudah mulai menapaki
perjalanan panjang pemulihan jiwa Kataku.
Beberapa hari kemudian, secara tidak sengaja aku ketemu Pak Wibowo di
sebuah warung makan sederhana di pinggir jalan dekat alun alun. Dia sedang makan
bersama seorang pemuda berumur 20an tahun, berbadan kurus, pendiam dan duduk
dipojokan. Wajahnya terlihat tegang dan gelisah. Aku menduga pasti anak tersebut
adalah Iwan yang menderita paranoid seperti yang diceritakannya kepadaku
beberapa waktu yang lalu.
Pak Bowo, asyik benar makannya, sampai tidak menoleh kanan kiri
Oh selamat malam Pak Bambang. Saya lagi makan sama Iwan. Pak
Bambang mau makan disini juga?
Ah tidak, lagi jalan jalan saja, ketika lihat Pak Bowo di warung, saya
berhenti sebentar, mau ngobrol kalau Pak Bowo ada waktu
Pak Bowo memperkenalkan Iwan kepadaku. Dia hanya tersenyum tanpa
mengeluarkan satu katapun. Selesai mereka makan, aku mencoba mengajak ngobrol
Iwan.
Mas Iwan, saya temannya Pak Bowo. Sama saya takut apa tidak?
Ah tidak, saya tidak takut. Semua teman Pak Bowo orang baik
Ha ha haiya benar, Pak Bowo orang baik. Dia paling suka mentraktir
orang.
Iya Pak Bambang, saya sering ditraktir makan Pak Bowo kata Iwan pelan.
Saya dengar Iwan kalau tidur suka ketakutan ya?tanyaku
iya Pak Bambang, ada orang jahat mau mencelakai saya

Gunawan Setiadi

Page 104

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Siapa orang jahat tersebut? Coba saya diberi tahu!


Iwan hanya diam saja tidak mau menjawab pertanyaanku. Mungkin dia
memang tidak bisa mengidentifikasi orang yang ingin mencelakakannya. Namun,
bisa juga dia tidak mau menyebutkan karena orang tersebut ada dilingkungan
keluarganya sendiri. Orang tersebut biasanya ditakuti atau berpengaruh, seperti ayah
atau ibunya.
Mas Iwan, kalau tidur di rumah Pak Bowo, tapi tidak boleh bawa pisau
atau senjata lainnya, mau apa tidak?
Iwan diam saja, dia kelihatan berpikir keras. Akhirnya Pak Wibowo yang
dari tadi hanya diam, mulai ikut menyambung pembicaraan.
Ya Wan, dirumah saya kan tidak ada orang jahatnya. Kamu tidak perlu
tidur sambil bawa pisau
Iwan hanya mengangguk.
Aku tiba tiba merasakan kebahagiaan dan rasa syukur yang sangat dalam.
Mungkin ini yang disebut sebagai helpers high didalam ilmu psikologi.
Ternyata, menolong orang tidak hanya membuat bahagia orang yang ditolong, yang
menolong juga tidak kalah rasa bahagianya.
Perjalanan pemulihan Iwan masih akan cukup panjang. Bila Iwan sudah bisa
mengatasi waham curiganya, langkah selanjutnya adalah mencarikan kegiatan yang
berarti baginya. Kegiatan yang bisa meningkatkan percaya dirinya. Kegiatan yang
akan membuat dirinya diterima oleh masyarakatnya. Lebih baik lagi bila kegiatan
tersebut bisa menghasilkan uang. Aku tahu Iwan perlu uang.
Menurut keterangan Pak Wibowo, pemicu timbulnya gangguan jiwa pada
Iwan adalah tekanan dari ibunya. Bapak dan ibunya belum lama bercerai. Dia ikut
ibunya yang tidak mempunyai pekerjaan tetap. Ibunya sangat mengharapkan Iwan
bisa segera bekerja dan mendapat penghasilan tetap. Ibunya ingin agar dia bisa
segera menjadi tulang punggung keluarga.

Gunawan Setiadi

Page 105

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Masalahnya, tidak gampang mencari pekerjaan yang bisa memberikan


penghasilan yang memadai. Sebelum sakit, Iwan bekerja sebagai sopir tembak
sebuah angkutan kota milik tetangganya. Dia hanya membawa mobil bila sopir
tetapnya berhalangan. Sebenarnya, kepribadian Iwan yang pendiam dan pemalu,
lebih cocok bila bekerja sebagai sopir pribadi pada sebuah keluarga, bukan sopir
angkutan kota. Hanya, kebutuhan sopir pribadi di Purworejo sangat terbatas.
Kesulitan keuangan keluarga membuat ibunya sering marah marah. Iwan
sering dicaci-maki. Dia didesak agar segera cari pekerjaan yang bisa menghasilkan
uang untuk menutup kebutuhan keluarga. Tekanan dari ibunya dirasa sangat berat.
Hatinya sangat perasa. Sejak saat itu, Iwan mulai sering memiliki pikiran negatif.
Dia mulai sering melamun. Semakin sering dan lama melamun merupakan ladang
subur bagi tumbuhnya halusinasi dan waham. Dia mulai kesulitan membedakan
Antara khayalan dengan kenyataan.
Beberapa hari kemudian, ketika bertemu lagi, Pak Wibowo melaporkan
kalau kondisi Iwan sekarang sudah jauh lebih baik. Dia sudah bisa makan dan tidur
tanpa membawa pisau lagi. Dia juga sudah bekerja sebagai tukang cat dan kerja
serabutan lainya.
----0000---Teknik yang dilakukan Pak Bowo dalam membantu Iwan mengatasi waham
yang dideritanya memang efektif. Bila penderita berani menabrak wahamnya,
maka tak lama kemudian, sedikit demi sedikit, waham tersebut akan menghilang.
Keberanian nya memakan nasi membuat wahamnya melemah. Teknik tersebut
sudah diterapkan sejak lama. Paling tidak hal tersebut sudah disampaikan oleh John
Thomas Perceval yang hidup antara 1803-1876. John Thomas Perceval adalah anak
kelima dari Perdana Menteri Inggris yang dibunuh pada 11 Mei 1812. John Perceval
masih berusia 9 tahun ketika ayahnya dibunuh.
John Thomas Perceval, dalam bukunya Percevals Narrative: A Patients
Account of His Psychosis 1830-1832 yang diedit oleh John Bateson dan diterbitkan
ulang di tahun 1961 menceritakan pengalamannya mengatasi waham yang
Gunawan Setiadi

Page 106

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

dideritanya. John Perceval merasa ada iblis didalam dirinya. Untuk mengusir iblis
tersebut dia sampai pernah membenturkan kepalanya ke dinding. Iblis tersebut juga
menyuruhnya melakukan gerakan yang aneh aneh dan menakut-nakuti bahwa bila
perintahnya tidak dituruti, maka John akan disambar petir. Akhirnya, pada suatu
hari, dia tidak mau menuruti perintah iblis tersebut. Dia beranikan diri untuk
menerima konsekuensi disambar petir. Memang pada saat itu, Joh Perceval merasa
ada petir yang menyambar didekat dirinya. Namun dirinya tetap hidup, tidak kurang
suatu apa. Sejak saat itu, iblis dan suara suara tersebut mulai berkurang dan akhirnya
hilang.
Hal serupa terjadi pada Barbara. Dia merasa ada iblis atau setan didalam
dirinya. Barbara merasa sangat takut dan selalu menuruti perintah iblis tersebut.
Suatu saat, ketika kesadarannya membaik, dia mulai merasa bosan menuruti
permintaan sang iblis. Akhirnya, dia nekat ganti memerintah sang iblis dengan
menyuruhnya untuk memecah piring piring yang ada dimeja makan. Ketika sang
iblis tidak bisa memecah piring piring tersebut, kepercayaan Barbara terhadap
kekuatan sang iblis menjadi berkurang. Dampaknya, sedikit demi sedikit iblis dan
suara suara yang memerintahnya mulai berkurang dan akhirnya menghilang.
Barbara kembali hidup normal seperti sedia kala.
----0000---Siang hari itu di Tirto Jiwo aku lihat Pak Amir sedang memberikan kursus
kepada 5 keluarga penderita gangguan jiwa. Peserta kursus ada 12 orang,
kebanyakan perempuan. Kulihat mereka tekun mendengarkan penjelasannya. Dia
memang guru yang baik, bisa membawakan topik dengan sangat menarik dan
interaktif. Topik yang dibahas saat itu adalah tentang waham atau delusi.
Waham atau delusi adalah adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan
tidak sesuai dengan fakta. Keyakinan tersebut dipegang dengan kokoh. Waham
tersebut mungkin aneh , bisa juga tidak aneh. Contoh waham yang aneh, misalnya:
merasa dirinya bisa membunuh 100.000 orang dengan kekuatan pikirannya, atau
yakin bahwa cermin, TV, dan komputer mengawasi dan memata-matainya, bisa juga
mempunyai keyakinan bahwa ada iblis ditubuhnya yang mengontrol otaknya dan
Gunawan Setiadi

Page 107

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

menyuruhnya mengontrol dunia. Contoh waham yang tidak aneh, misalnya:


pemerintah Amerika sedang mencari-cari dirinya. Waham ini tidak aneh, karena bisa
saja ada teroris internasional yang dikejar oleh pihak Amerika. Dari segi tema
waham, maka ada beberapa jenis waham yang sering ditemui, misalnya: waham
kebesaran, waham curiga, waham bahwa ada pikiran orang lain yang dimasukkan
kedalam otaknya, waham bahwa banyak orang jatuh cinta padanya, waham bahwa
radio atau TV sedang membicarakan dirinya kata Pak Amir menjelaskan pengertian
waham.
Pak Amir, anak saya merasa dirinya nabi yang diperintah Allah untuk
memperbaiki Indonesia yang sudah rusak akibat kebanyakan korupsi kata Bu
Marliana menimpali penjelasan Pak Amir.
Anak saya yang laki laki punya keyakinan bahwa bekas pacarnya adalah
seorang malaikat yang selalu melindunginya. Dia tahu hal itu karena anak saya
sekarang yakin sekali bahwa dirinya punya kekuatan dahsyat. Dia yakin bahwa
dirinya merupakan manusia super. jelas Pak Sukirman.
Ruangan menjadi hidup karena hampir semua peserta kursus ingin berbagi
pengalaman tentang

waham yang dipunyai oleh anggota keluarganya yang

menderita gangguan jiwa.


OK, kita lanjutkan. Biasanya waham muncul pelan pelan dan tersembunyi.
Tidak muncul tiba tiba. Sebelum muncul waham, biasanya mereka mendengar suara
suara atau halusinasi suara. Semakin lama waham tersebut semakin dipercaya,
semakin memenuhi pemikirannya dan semakin aneh. Sejak itu, Kebanyakan
penderita mulai merasa aneh, ketakutan, atau merasa berada dalam bahaya.
Kebanyakan mereka bisa mengidentifikasi hal hal yang memulai timbulnya waham
tersebut, namun sebagian penderita tidak bisa mengetahui kejadian apa yang
menyebabkan

mulai

timbulnya

waham

tersebut.

Ada

seorang

penderita

menceritakan kronologi munculnya waham kepada saya. Dia bercerita bahwa


pekerjaannya di kantor adalah mengolah data kependudukan. Dia mulai percaya
bahwa ada intel dari Amerika yang ingin membunuhnya agar dia tidak bisa

Gunawan Setiadi

Page 108

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

melaporkan data kependudukan tersebut. Pak Amir menjelaskan proses tumbuhnya


waham.
Meskipun waham tersebut tumbuh pelan pelan, hampir semua penderita
tidak ada yang curiga atau mempertanyakan wahamnya tersebut. Mereka sangat
percaya sejak awal dan tidak menaruh kecurigaan. Sepertinya waham tersebut
masuk akal. Bahkan mereka sering mengaitkan fakta yang ada dengan wahamnya
tersebut. Misalnya, ketika badannya terasa lelah, seorang penderita mengaitkan
kelelahan tersebut terjadi skarena ada polisi yang ingin menangkapnya. Mereka
tidak menemukan fakta yang menolak atau bertentangan dengan waham yang
dipunyainya. Hal ini bisa terjadi karena mereka sering mempunyai pola pikir kurang
sehat, yaitu menyaring informasi dengan menolak informasi yang tidak mendukung
waham tersebut. Mereka hanya menerima dan memanfaatkan informasi yang
mendukung wahamnya dan mengabaikan informasi yang bertentangan Pak Amir
melanjutkan penjelasannya.
Waham tersebut bisa hilang atau berkurang. Seperti ketika tumbuh,
hilangnya waham juga pelan pelan atau bertahap. Pada masa transisi, penderita
kadang percaya kadang kurang percaya. Bisa juga dia merasa sebagian tubuhnya
percaya dan sebagian lagi mulai tidak percaya terhadap waham tersebut, atau bolakbalik antara percaya dengan tidak percaya. Ketika waham yang dulunya sangat
dipercayainya mulai berkurang, hal tersebut juga bisa menimbulkan kecemasan atau
ketakutan. Seseorang yang mulanya merasa dirinya jendral atau presiden, kemudian
mulai menyadari bahwa dirinya bukan siapa siapa, maka jelas hal tersebut
menimbulkan kesedihan, ketakutan atau kecemasan.
Beberapa fakta menarik dari penderita gangguan jiwa yang telah berhasil
mengatasi wahamnya. Pertama, hanya sebagian kecil penderita gangguan jiwa
melaporkan bahwa wahamnya hilang hanya dengan minum obat. Artinya, untuk
sebagian besar penderita, minum obat saja tidak cukup. Kedua, sebagian besar
penderita melaporkan bahwa waham mulai berkurang karena campuran dari minum
obat dan psikoterapi atau dukungan psikososial dari keluarga, teman, atau pasien
lain. Ketiga, sebagian penderita menyebutkan bahwa lingkungan yang nyaman,
Gunawan Setiadi

Page 109

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

aman dan bersahabat sangat membantu pemulihan. Itulah sebabnya sangat sulit bagi
gelandangan untuk bisa pulih, hidup mereka penuh ketidak pastian. Keempat,
sebagian besar penderita melaporkan bahwa faktor psikososial sangat penting dalam
proses pemulihan penderita. Kelima, sebagian kecil bisa mengendalikan wahamnya
dengan usahanya sendiri tanpa dukungan psikososial dari siapapun.
Hasil temuan riset tadi menjadi salah satu landasan pendirian Tirto Jiwo.
Kami ingin menyadarkan masyarakat akan perlunya dukungan psikososial bagi
penderita gangguan jiwa dan mengembangkan psikologi klinis di Indonesia. Kami
berangkat dari apa yang bisa kita lakukan, yaitu mendirikan Sekolah Pemulihan Jiwa
Tirto Jiwo
Maaf Pak Amir, apa yang bapak sampaikan itu bisa dipercaya? Apa
pernyataan tersebut hasil dari riset ilmiah? Tanya Bu Fathonah yang dari tadi diam
saja.
Saya hanya ingin penegasan saja Pak Amir kata Bu Fathonah
melanjutkan.
Lho, Bu Fathonah, saya tidak mengarang atau hanya cuap cuap saja. Ibu
bisa baca sendiri artikel yang saya rujuk, yaitu First-person accounts of delusions
oleh Biba Stanton dan Prof. Anthony J. David dari Institute of Psychiatry, London.
Artikel tersebut diterbitkan di Psychiatric Bulletin 2000, 24: 333-336 yang bisa
diakses secara gratis di DOI: 10.1192/pb.24.9.33 kata Pak Amir menjawab
keraguan Bu Fathonah dengan meyakinkan. Pak Amir tidak terlihat terganggu
dengan pertanyaan Bu Fathonah.
Terima kasih Pak Amir atas penjelasannya. Saya tahu sekarang kenapa
penderita gangguan jiwa di Indonesia sering kambuh dan jarang bisa pulih. Setelah
keluar dari RSJ, mereka hanya ketemu dokter sebulan sekali atau dua kali selama 510 menit. Padahal keluarga tidak diberi pelajaran bagaimana caranya membantu
pemulihan gangguan jiwa kata Bu Fathonah agak emosi.
Tenang Bu Fathonah, jangan emosi. Kita tidak boleh menyalahkan dokter
atau orang lain. Kemarahan atau kekecewaan kita terhadap situasi saat ini harus kita
Gunawan Setiadi

Page 110

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

ubah menjadi sebuah semangat untuk membantu penderita gangguan jiwa. Kita yang
sudah lebih dulu tahu, tidak boleh terus diam saja. Kita harus terapkan dan sebarkan
ilmu tentang pemulihan gangguan jiwa ini ke sebanyak mungkin orang kata Pak
Sukirman.
Suasana kelas menjadi gaduh. Semua saling berebut bicara mendukung ide
Pak Sukirman dan mengajukan berbagai usul langkah kedepan.
OK OK, semua tenang. Kita akhiri kursus kita tentang waham sampai disini
dulu. Pihak Tirto Jiwo akan sangat senang bila bapak dan ibu semua mau
menerapkan dan menyebar luaskan ilmu yang sudah didapat. Ingat, salah satu pahala
yang mengalir terus meskipun kita sudah mati adalah pahala dari ilmu yang
bermanfaat. Saya usulkan agar bapak dan ibu tetap tinggal disini sebentar. Silahkan
lanjutkan diskusi tentang langkah ke depan diruangan ini. Hasilnya agar
disampaikan agar kami tahu apa yang dilakukan untuk mendukung usaha mulia dari
bapak ibu sekalian. Bila selesai rapat, silahkan minum teh dan kue yang sudah
tersedia di ruang sebelah kata Pak Amir mengakhiri kursusnya hari itu.
----0000---Ketika bertemu dengan dr Bintari, adik kelasku yang menjadi dokter
spesialis jiwa, aku meminta pendapatnya tentang teknik membantu penderita
gangguan jiwa mengatasi halusinasi dan wahamnya.
Pak Bambang, menurut pengalaman saya, membantu penderita gangguan
jiwa yang mengalami waham tidak cukup hanya dilakukan dengan menggoyahkan
keyakinannya saja. Biasanya penderita yang mengalami gangguan jiwa mempunyai
rasa percaya diri rendah, cemas, gelisah, dan sulit tidur . Penderita juga cenderung
mempunyai pola pikir yang memandang negatif dirinya dan tidak mempercayai
orang lain. Oleh karena itu, terlebih dahulu perlu dilakukan tindakan untuk
meningkatkan harga diri atau self-esteem-nya, mengurangi kecemasan dan
kegelisahannya, mengatasi gangguan tidurnya dan secara bertahap memperbaiki
pola pikirnya. Bila hal hal mendasar ini tidak dilakukan, biasanya penderita tidak
mau atau menolak semua tindakan yang akan menggoyahkan kepercayaannya
Gunawan Setiadi

Page 111

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

terhadap waham yang dipunyainya. Kata dr Bintari, menjelaskan strategi yang


dilakukannya untuk mengatasi halusinasi.
Berbagai tulisan ilmiah yang saya baca menyatakan bahwa waham biasanya
muncul karena ada faktor pemicunya. Pada diri Iwan, apakah tekanan dari ibunya
untuk segera punya penghasilan tetap atau ditolak cintanya yang jadi pemicu
gangguan jiwanya. Faktor pemicu tersebut perlu dikenali sehingga bisa dipecahkan
akar permasalahannya. kata dr Bintari melanjutkan.
Sore itu, dr Bintari memberiku kuliah tentang pendekatan psikologis untuk
mengatasi halusinasi secara gratis. Mungkin ini terjadi karena aku juga sering
menggratiskan bantuanku kepada keluarga penderita gangguan jiwa.
Dalam perjalanan terbentuknya waham, ada berbagai fakta atau kejadian
yang dipakai penderita untuk mendukung kebenaran waham tersebut. Pengenalan
fakta dan kejadian pendukung tersebut perlu digali. Penderita waham curiga sering
memakai fakta ada orang tak dikenal yang lewat di depan rumahnya untuk
mendukung keyakinannya bahwa ada orang jahat yang akan menangkap dan
membunuhnya. Oleh karena itu, mereka perlu diajak dan dibimbing agar mau
mengembangkan penilaian atau interpretasi yang berbeda terhadap kejadian atau
fakta tersebut. Orang tak dikenal yang lewat tersebut, misalnya, karena bertempat
tinggal di jalan yang sama dan bukan karena mengawasi penderita. Berbagai fakta
untuk menggoyahkan keyakinan penderita perlu dikembangkan dan disampaikan
pelan pelanLanjut dr Bintari.
Menurut dr Bintari, sebuah waham juga sering tersusun dari beberapa
keyakinan. Aku setuju dengan pernyataannya.
Saya ingat ada 2 keyakinan pada waham yang dimiliki oleh anak Pak
Sukirman. Keyakinan pertama, bekas pacarnya merupakan malaikat yang selalu
melindunginya. Keyakinan kedua bahwa dirinya adalah manusia super yang
mempunyai kekuatan dahsyat Kataku
Agar halusinasinya hilang, keyakinan tersebut perlu dilemahkan satu
persatu, dimulai dari keyakinan yang paling lemah terlebih dahulu. Kata dr Bintari.
Gunawan Setiadi

Page 112

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Pak Bambang, selain melalui pendekatan kognitif, waham juga bisa


dikurangi dengan pendekatan perilaku, misalnya, dengan memberi kesibukan positif
kepada penderita sehingga perhatiannya terhadap waham berkurang. Penderita perlu
dibuat sibuk di siang hari, sehingga berangkat ke tempat tidur ketika benar benar
sudah mengantuk. Waham dan halusinasi sering muncul ketika penderita setengah
mengantuk
Seringkali, waham tidak akan hilang hanya dengan satu metode. Berbagai
teknik dan strategi untuk menghilangkan waham tersebut perlu diterapkan secara
sistematis lanjut dr Bintari.
Waktu sudah menjelang jam pulang kantor ketika aku minta pamit kepada dr
Bintari. Aku merasa bahwa membantu penderita gangguan jiwa mengatasi
wahamnya adalah suatu tugas yang menarik dan menantang. Aku percaya, selama
aku membantu penderita mengatasi wahamnya, aku tidak akan pikun. Otakku akan
selalu terpakai. Orang pikun kebanyakan karena otaknya dibiarkan menganggur.
Selain kemampuan analitis, kemampuan berkomunikasi yang baik juga sangat
penting. Semua tantangan itu, benar benar membuat hidupku dimasa

pensiun

menjadi lebih hidup.

Gunawan Setiadi

Page 113

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Gadis manis berkumis

iang hari itu, panas terik menyengat kota Purworejo. Di suasana tidak
nyaman tersebut, aku sengaja pergi menemui Pak Prianto di toko
swalayannya. Kuperkirakan, ditengah sengatan terik panas begini, tokonya

sepi dari pembeli sehingga akan ada waktu bagikut mengobrol denganya.
Ternyata dugaanku keliru. Ketika sampai, di tempat parkir di depan tokonya
kulihat beberapa buah sepeda motor. Aku bersyukur bahwa bisnis temanku bisa
berjalan dengan lancar. Ternyata rezekinya lapang. Mungkin ini salah satu berkah
karena Pak Prianto banyak menolong orang, khusunya para penderita gangguan
jiwa.
Di dalam ruangan tokonya, kulihat Pak Prianto sedang asyik melayani
pembeli dibantu oleh anak perempuannya. Ketika melihat kedatangan Prianto
menyerahkan pekerjaannya kepada anak perempuannya.
Selamat siang Pak Pri, mengganggu apa tidak nih ?
Selamat siang, tidak apa apa. Kita senang kedatangan tamu. Tamu kan
membawa rezeki. Mari kita ngobrol di halaman belakang saja
Tokonya maju juga rupanya ? saya pikir kalau datang siang siang begini
akan sepi
Alhamdulillah, Pak Bambang, ada saja pembeli datang. Syukur banget,
mungkin ini berkah saya menolong Farida
Farida siapa?
Farida anak Pak Hasan, Pak Bambang pasti tidak kenal karena dia tinggal
di Banyu Urip
Sambil menikmati pemandangan asri dari sawah yang hampir panen, kami
ngobrol soal Farida yang terkena depresi.

Gunawan Setiadi

Page 114

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Farida waktu itu duduk di kelas 1 SMA. Teman-temannya mengejek dia


karena mempunyai kumis. Sebenarnya tidak terlalu kelihatan, tapi namanya anak
anak, hal tersebut dijadikan ejekan. Sejak saat itu, Farida ngambek, tidak mau
sekolah. Kerjanya hanya tidur tiduran di kamarnya. Diam melamun di kamar.Tidak
mau makan. Badannya jadi kurus sekali. Mandi juga jarang
Pak Pri, waktu itu sempat bertanya bagaimana reaksi orang tuanya tahu
anaknya tidak masuk sekolah karena diejek temannya?
Awalnya ketika tidak mau masuk 1-2 hari dibiarkan saja. Mereka pikir
anaknya hanya mengambek biasa karena dari kecil memang suka ngambek. Setelah
tidak masuk selama 3 hari baru dimarah-marahi, tetapi tetap saja Farida tidak mau
ke sekolah
Apakah teman-temannya tidak ada

yang datang menengok

dan

mengajaknya pergi ke sekolah?


Itulah, Farida dari kecil memang tidak pandai bergaul. Dia tidak punya
sahabat di sekolah
Apa bapak atau ibunya tidak mengantarkannya ke sekolah selama beberapa
hari, atau meminta tolong gurunya agar Farida jangan diejek ?
Sekolahnya agak jauh, waktu itu bersamaan dengan masa panen sehingga
kedua orang tuanya sibuk. Ketika mereka ada waktu untuk mengantar anaknya,
Farida hampir sebulan tidak masuk sekolah. Dia tidak mau lagi sekolah
Setelah tidak mau sekolah, bagaimana reaksi orang tuanya?
Awalnya hampir tiap hari Farida dimarah, di caci maki. Dia dikatakan
sebagai anak tidak berguna, dan hal hal negatif lainnya. Lama lama orang tuanya
bosan, akhirnya didiamkan saja. Dia jarang ditegur
Apakah Farida mempunyai pikiran atau keinginan untuk bunuh diri?
Kadang kadang penderita gangguan jiwa mempunyai pikiran untuk mengakhiri
hidupnya saja
Gunawan Setiadi

Page 115

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Kelihatannya tidak Pak Bambang, tapi nanti kalau saya kesana lagi akan
saya tanyakan
Pak Pri, Bagaimana dengan buang airnya?
Farida buang air ke kamar mandi. Kesadarannya masih baik. Dia tidak
mengalami halusinasi, waham atau gangguan kesadaran. Hanya saja memang dia
jarang mau mandi. Ketika saya minta agar anaknya dibawa ke RS agar bisa dirawat
inap, kedua orang tua tidak mengijinkannya. Mereka beralasan kasihan kalau Farida
harus dirawat di rumah sakit. Padahal dalam kenyataannya, mungkin mereka tidak
mau bersusah payah
Pak Prianto, kita jangan terlalu menyalahkan orang tuanya dulu. Kita perlu
gali informasi lebih dalam terlebih dahulu sebelum menilai dan mengambil
tindakan. Kita bisa keliru kalau tidak hati hati
Ya Pak Bambang. Terima kasih atas kritikannya. Kesan saya memang
orang tuanya kurang peduli dengan kondisi anaknya
Pak Prianto, kelihatannya Farida orangnya sensitif, tidak tahan menghadapi
ejekan atau cacian dari lingkungannya. Masing masing orang kan berbeda-beda. Ada
orang yang gampang masuk angin, kehujanan sedikit saja sudah masuk angina. Ada
yang kehujanan seharian tetap sehat. Begitu pula dengan jiwa, ada yang kena stress
sedikit, karena diejek atau dicaci, sudah langsung jatuh sakit jiwanya.
Kelihatannya begitu Pak Bambang, Farida memang berbeda dengan kakak
atau adik-adiknya. Dia memang sangat sensitif. Dilain pihak, keluarganya
memperlakukannya semua anaknya dengan perlakuan yang sama. Kakak dan adikadiknya tahan menghadapi lingkungan seperti itu, tapi Farida tidak tahan
Keadaan Farida mengingatkanku akan sebuah artikel tentang depresi.
Menurut psikolog Albert Bandura, kepribadian penderita depresi memang
cenderung berbeda dengan orang kebanyakan. Mereka cenderung mempunyai
konsep diri yang salah, yaitu selalu melihat bahwa suatu kejadian buruk yang terjadi
diakibatkan oleh kesalahan dirinya sendiri. Sedangkan suatu keberhasilan selalu
Gunawan Setiadi

Page 116

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

disebabkan oleh faktor diluar dirinya. Pola pikir seperti ini tentu saja menyebabkan
mereka gampang terkena depresi. Mereka juga sering menetapkan sasaran terlalu
tinggi sehingga sering gagal. Seringnya gagal menyebabkan orang tersebut mudah
menderita depresi. Mereka juga sering secara otomatis mengabaikan informasi
positif dan melebih-lebihkan informasi yang negatif.
Pak Bambang, kalau begitu, apa yang harus kita lakukan untuk membantu
Farida?
Saya belum punya cuckup informasi untuk bisa menentukan langkah
selanjutnya. Saya tidak tahu apakah Farida merespon bila disuruh bangun oleh orang
tuanya? Bila dia diam saja ketika diminta bangun oleh orang tuanya, maka
strateginya adalah dengan mengubah lingkungannya. Orang tuanya perlu
menunjukkan kepada anaknya bahwa mereka sudah berubah. Mereka tidak akan
memperlakukannya seperti dulu lagi. Keluarganya perlu menciptakan lingkungan
dimana bila Farida bangun maka dia akan mendapat umpan balik positif. Kita
ajarkan kepada orang tuanya agar mulai menyapa dan berperilaku lembut dan
membesarkan hatinya.Kamarnya juga dibuat terang dan bersih. Adanya perubahan
fisik dan perilaku kedua orang tua terhadapnya diharapkan akan mampu membuat
Farida untuk mau bangun.kataku
Pak Prianto terlihat diam. Sepertinya dia mencoba mencerna omonganku.
Bila Farida merespon perintah atau ajakan dari orang tuanya, maka yang
perlu dilakukan adalah dengan sedikit demi sedikit mengajaknya untuk tidak tiduran
terus di kamar. Dia perlu keluar kamar dan mendapat udara segar. Ini akan
mengurangi depresinya kataku melanjutkan.
Seperti lingkaran setan, Pak Bambang. Orang yang depresi merasa malas
dan tidak mampu bangun dari tempat tidur. Dilain pihak, dengan tetap di tempat
tidur, depresinya menjadi semakin parah
Betul sekali Pak Pri. Selain itu, bila Farida bisa diajak komunikasi, coba
tanyakan apa yang dia pikirkan dan rasakan setiap bangun pagi. Apa pemicu

Gunawan Setiadi

Page 117

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

depresinya. Dari situ, nanti bisa kita analisa pola pikirnya dan lakukan kegiatan
untuk lebih menyehatkan pola pikirnya
Saya seratus persen setuju Pak Pri. Setelah Farida mulai merespon karena
telah ada perubahan lingkungannya, kemudian baru dia yang kita garap. Kita
perkuat jiwanya agar lebih tahan menghadapi stres
Bila perubahan pada lingkungan fisik dan interaksi sosial tersebut tidak
mampu membangkitkan respon darinya, mungkin kita perlu ajak Farida ke
puskesmas terdekat untuk memperbaiki fisiknya. Kalau dari cerita Pak Pri tadi, saya
punya kesan kalau anak tersebut kurang gizi. Kita perlu sehatkan juga tubuhnya.
Tubuh yang sehat dan kuat akan lebih memudahkan jiwanya untuk bangkit. Bila
intervensi tersebut tetap tidak membawa hasil, itu berarti dia memerlukan bantuan
obat anti depresi
Diskusi sore itu berlangsung cukup lama. Pak Prianto bertanya banyak hal
tentang aspek psikologis dari depresi. Aku juga sempat berdiskusi soal teori ABC
dan terapi perilaku kognisi kepada Pak Prianto. Kita sepakat untuk menerapkan
pendekatan perilaku dan terapi kognisi untuk membantu Farida agar bisa segera
bangkit dari depresinya.
Pak Prianto berjanji akan segera berkunjung kerumah orang tua Farida dan
menjelaskan hasil diskusi tersebut kepada mereka. Aku kemudian pamit pulang.
Aku merasa kini hari hariku mulai terasa lebih hidup. Ada gairah, harapan
dan perasaan bahwa hidup sebagai pensiunan tetap berguna bagi orang banyak.
Khususnya, bagi sekelompok masyarakat yang selama ini terlupakan, para penderita
gangguan jiwa.
Waktu sudah mendekati jam 3 sore ketika kami berhenti mengobrol. Toko
milik Pak Prianto masih terus didatangi pembeli. Sepertinya, kebaikan yang
dilakukan oleh Pak Prianto terhadap Farida dengan tanpa minta imbalan
serupiahpun, telah dibayar berlipat-ganda oleh Tuhan lewat jalan yang lain. Toko
Pak Prianto selalu ramai didatangi pembeli, meskipun letaknya kurang strategis,
barang-barng jualannya juga kalah lengkap dibandingkan dengan toko swalayan di
Gunawan Setiadi

Page 118

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

dekatnya. Mungkin Tuhan telah mengirim malaikat yang tidak kelihatan yang
menggiring para pembeli datang ke toko Pak Prianto tersebut.
----0000---Sore itu, Tirto Jiwo kedatangan Bu Mardiati dari Kebumen. Bu Mardiati
seorang ibu rumah tangga yang ketika remaja pernah menderita depresi. Dia datang
ke Tirto Jiwo untuk menjajaki kemungkinan bergabung secara paruh waktu di Tirto
Jiwo. Dia merasa bahwa pengalamannya sembuh dari depresi akan bisa membantu
penderita depresi untuk bangkit kembali dari sakitnya. Suami Bu Mardiati seorang
pengusaha yang sukses sehingga dia tidak memperdulikan soal imbalan dari Tirto
Jiwo. Dia ingin kerja sosial, tanpa mengharapkan imbalan dari Tirto Jiwo.
Selamat sore Bu Mardiati, wah senang sekali ibu bersedia maimpir ke Tirto
Jiwo kataku
Selamat sore Pak Bambang. Senang sekali bisa mampir ke Tirto Jiwo.
Sudah agak lama saya mendengar dan tertarik dengan Tirto Jiwo. Saya ingin
bergabung agar bisa membantu penderita depresi. Mungkin Pak Bambang sudah
pernah tahu kalau waktu remaja dulu saya juga pernah terkena depresi. Kata Bu
Mardiati.
Ya saya memang pernah dengar, cuman lupa siapa yang memberi tahu.
Maklum umur sudah kepala enam Bu Mar, mulai sering lupa
Ah, umur 60 tahun belum tua Pak
Bu Mar, apa yang dirasakan waktu itu? Sekarang di internet sudah ada
simulasi tentang halusinasi dan waham, jadi saya bisa merasakan bagaimana rasanya
kalau saya yang mempunyai halusinasi dan waham. Tapi, kalau depresi kan soal
rasa, jadi film susah mengambarkan, apa yang sebenarnya dirasakan oleh seorang
penderita depresi
Wah tidak karuan rasanya, Pak Bambang. Waktu itu ada perasaan sedih,
tidak berguna, dan tidak punya harapan. Badan terasa lemas, tidak ada tenaga,

Gunawan Setiadi

Page 119

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

maunya tidur saja tapi tidak bisa tidur benar benar. Saya tidak punya keinginan,
melakukan suatu kegiatan kecil saja sudah berat sekali rasanya
Apa yang ada dipikiran Bu Mar waktu itu?
Yang ada dipikiran waktu itu, saya ini anak yang gagal, tidak berguna, tidak
punya masa depan. Saya benci kepada diri sendiri. Kata Bu Mardiati
Ketika melihatku hanya diam, asyik mendengarkan ceritanya, Bu Mardiati
melanjutkan kata katanya.
Setahun sebelumnya bapak saya meninggal. Sedih sekali rasanya. Saya
termasuk anak yang sangat dekat dengan bapak. Meninggalnya bapak merupakan
pukulan bagi saya dan membuat saya tidak bisa mengkuti pelajaran disekolah.
Akhirnya tidak naik kelas. Hal itu membuat saya semakin depresi. Saya tidak mau
lagi pergi ke sekolah lanjut Bu Mardiati.
Bagaimana reaksi orang tua Bu Mardiati waktu itu? tanyaku
Ibu kan juga sedih karena baru saja kehilangan suaminya. Beliau kurang
memperhatikan saya waktu itu. Setelah saya tidak naik kelas, ibu marah marah. Hal
tersebut membuat saya makin depresi. Saya merasa sebagai anak yang gagal, tidak
berguna dan tidak punya masa depan. Pikiran saya dipenuhi dengan hal hal negatif.
Semua kejadian selalu saya pandang dari sisi negatifnya. Akhirnya, saya benar benar
terbenam dalam depresi Kata Bu Mardiati.
Bagaimana ceritanya sampai Bu Mardiati bisa sembuh dari depresi?
Kakak perempuan saya yang tinggal di Jakarta datang dan tinggal dirumah
ibu selama 3 bulan. Kakak saya tiap hari mengajak bicara, mengajak melakukan
kegiatan dan memberi semangat serta mendorong saya untuk bangkit
Dari pengalaman itu, apa yang bisa diambil pelajaran? tanyaku
Menurut pengalaman, depresi menyebabkan seseorang kehilangan tenaga,
harapan dan semangat, sehingga mereka biasanya tidak mampu menolong dirinya
sendiri. Mereka perlu pertolongan orang lain. Adanya dukungan dan pertolongan
Gunawan Setiadi

Page 120

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

dari orang orang dekatnya merupakan salah satu kunci dalam pemulihan penderita
depresi. Sebaliknya, perasaan terisolasi dan kesepian akan memperburuk depresi
tersebut. Oleh karena itu, penderita depresi perlu menyadari bahwa penyakit
depresinya tersebut yang menyebabkan dirinya malas, letih, tak bertenaga. Mereka
perlu memaksakan diri untuk bergerak mencari dukungan atau bantuan jawab Bu
Mardiati. Dia kembali diam sejenak, sebelum akhirnya melanjutkan kata katanya.
Selama berinteraksi dengan kakak, saya mulai menyadari bahwa
sebenarnya ada yang salah pada pola pikir saya. Saya cenderung melihat sesuatu
kejadian dari sisi negatifnya saja, juga sering takut kalau hal buruk akan terjadi,
gampang sedih dan putus asa. Pola pikir yang kurang sehat tersebut perlu juga
diluruskan agar dimasa mendatang tidak akan terkena depresi lagi jelas Bu
Mardiati.
Menurut Bu Mardiati, nasehat praktis apa yang perlu disampaikan kepada
penderita depresi ? tanyaku lagi
Saya kira, langkah pertama yang harus mereka lakukan adalah jangan
mengurung diri di kamar, cari teman atau pertolongan dari dokter. Kelihatannya
gampang tapi sebenarnya berat untuk penderita depresi karena pada dasarnya
penderita depresi merasa tidak punya tenaga dan kemauan untuk bangkit dari tempat
tidur kata Bu Mardiati.
Setelah berhenti sejenak, Bu Mardiati melanjutkan sarannya.
Langkah kedua adalah meminta mereka memperhatikan apa yang ada
dipkiran mereka masing masing. Minta mereka mengamati, bila perlu minta ditulis,
apa saja yang terlintas dipikiran mereka. Kumpulan catatan pikiran tersebut akan
dapat menunjukkan adanya pola pikir yang kurang sehat. Langkah ketiga, kita perlu
mengajari mereka untuk mengarahkan pikirannya ke hal hal yang positif Lanjut Bu
Mardiati
Saya setuju sekali dengan pendapat Bu Mardiati. Apa yang ada dipikiran
kita akan mempengaruhi perasaan dan tingkah laku kita. Pikiran negatif membuat
sedih dan tidak bertenaga. Pikiran positif akan mendorong kita untuk berani
Gunawan Setiadi

Page 121

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

bangkit. Kataku memberi tekanan terhadap apa yang disampaikan oleh Bu


Mardiati.
Ketika aku terdiam, Bu Mardiati kemudian melanjutkan kata katanya
Langkah keempat, kita perlu mengajak penderita agar merawat tubuh
mereka. Dalam tubuh yang sehat akan ada jiwa yang sehat. Bila mulai terasa
depresi, minta agar mereka segera bangun dan mandi dengan air hangat, melakukan
olah raga ringan, seperti jalan jalan ke taman, makan yang sehat yang banyak sayur
dan buah-buahan. Kita perlu juga menasehati mereka agar mau mengurangi minum
kopi, mengurangi tidur larut malam.
Langkah kelima kata Bu Mariati melanjutkan : Ajari mereka agar mau
bersahabat dengan diri sendiri. Artinya, jangan terlalu banyak menuntut kepada diri
sendiri. Terimalah keadaan diri kita apa adanya. Jangan terlalu suka mencela diri,
seperti bodoh, malas, atau tidak berguna. Langkah keenam, ajari penderita depresi
untuk berdoa dan memperdalam agama. Dengan menyadari bahwa ada Allah Yang
Maha Kuasa dan berdoa kepadanya, maka jiwa akan mempunyai daya tahan
terhadap segala goncangan atau stress. Dengan memperbanyak doa, sholat dan
menolong orang yang sedang kesusahan

akan bisa menjauhkan diri kita dari

depresi kata Bu Mardiati panjang lebar.


Bu Mar, ilmunya tentang depresi kelihatannya tidak kalah dengan psikolog.
Belajar dari mana ?
Pak Bambang, sejak saya mempunyai keinginan untuk bangkit dari depresi,
saya mulai belajar tentang depresi. Saya tahu bahwa kalau saya tidak merubah diri,
suatu saat penyakit depresi tersebut akan datang lagi. Sebagian besar saya pelajari
dari berbagai artikel ilmiah yang ada di internet. Kebetulan sejak SMP, saya senang
bahasa Inggris, sehingga artikel dalam bahasa Inggris bisa saya baca.
Wah bagus kalau begitu. Seharusnya setiap orang meniru Bu Mar. Bila
tahu penyakit yang dideritanya, segera mempelajari seluk beluk penyakitnya
tersebut. Jangan hanya pasrah saja pada dokternya. Teman saya di New Delhi sudah
lama menderita hipertensi, tapi dia tidak mau mempelajari soal hipertensi. Ketika
Gunawan Setiadi

Page 122

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

minum salah satu obat hipertensi, dia sering batuk di malam hari. Dia tidak tahu
kalau batuk tersebut adalah salah satu efek samping obat yang diminumnya
Iya Pak Bambang, orang Indonesia memang masih bersikap pasif. Tapi bisa
dimaklumi juga. Di indonesia, kalau pasien mengajak diskusi soal penyakitnya
kepada dokter yang merawatnya, dokter sering kurang berkenan. Jawab Bu
Mardiati
Baiklah, saya pastikan kalau dilaksanakan, nasehat Bu Mar tersebut akan
bisa efektif melawan depresi. Terima kasih sekali Bu Mardiati atas berbagi
pengalaman dan ilmunya. Kalau ada waktu, kita akan ajak Bu Mar menemui orang
tua Farida dan mengajarinya cara membantu pemulihan anaknya dari depresi
Dengan senang hati Pak Bambang. Saya ingin membantu anak anak yang
menderita depresi. Jangan sampai mereka tidak mendapat dukungan psikologis yang
dibutuhkannya kata Bu Mardiati.

Gunawan Setiadi

Page 123

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Rencana kerja studi

i halaman belakang gedung Tirto Jiwo, di dalam pondok kecil tanpa


dinding, kulihat Pak Prianto sedang berdiskusi dengan 7 orang murid.
Pak

Susanto dan anaknya Marsudi, Bu Jamilah dengan anaknya

Halimah, dan Pak Marwan, Bu Marwan dan anaknya, Kirana. Hari ini mereka
datang ke Tirto Jiwo untuk belajar membuat rencana kerja pemulihan agar anak
anak mereka terhindar dari kekambuhan. Marsudi

saat ini berusia 20 tahun,

mahasiswa sebuah perguruan tinggi negeri di Semarang. Baru sekitar 3 minggu dia
keluar dari rumah sakit jiwa karena menderita bipolar. Kirana, karyawati swasta
menderita depresi dan Halimah, juga karyawati swasta menderita skizofrenia.
Rencana Kerja Pemulihan (RKP) atau Wellness Recovery Action Plan
(WRAP) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan pertama kali oleh Dr
Mary Ellen Copeland beserta teman temannya sesama a penderita gangguan jiwa
yang ingin mengupayakan pemulihan dirinya dari gangguan jiwa.

Mereka

menerapkan kerangka kerja tersebut dan berhasil pulih. Berbagai penelitian telah
menunjukkan bahwa Rencana Kerja Pemulihan merupakan suatu pendekatan yang
efektif dalam mengatasi gejala gangguan jiwa yang mengganggu maupun pola
perilaku yang tidak sehat. RKP merupakan suatu alat atau metode dimana seorang
penderita gangguan jiwa akan bisa mengontrol penyakit yang dideritanya.
Menyusun Rencana Kerja Pemulihan (RKP) pemulihan biasanya memang
memerlukan waktu. RKP bisa dikerjakan seorang diri, tapi sebaiknya disusun
bersama dengan satu atau dua eorang yang mereka percayai. RKP akan menjadi
pedoman dan alat bantu penderita belajar mengenal diri sendiri, mengenal apa yang
bisa membantu dan yang mengganggu proses pemulihan, serta menjadi pemandu
sehingga seseorang bisa semakin berkembang kematangan jiwanya.
Bapak dan ibu sekalian, hari ini kita bersama-sama akan membuat rencana
kerja pemulihan untuk mas Marsudi, mbak Kirana dan mbak Halimah. Tujuan
utamanya ada dua. Pertama, untuk mencegah kekambuhan dan kedua untuk
mengembangkan lebih lanjut agar anak anak kita tersebut bisa kembali hidup
Gunawan Setiadi

Page 124

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

produktif di masyarakat. Sesi pertama ini kita batasi dulu pada program pencegahan
kekambuhan. Bagaimana, setuju? tanyaku kepada mereka.
Setuju sekali Pak Bambang jawab Pak Susanto. Aku lihat peserta lain juga
mengangguk setuju.
Kita sekarang buka halaman 3 buku program kerja pemulihan perorangan.
Langkah pertama adalah mengenali dan mencatat keadaan mas Marsudi, mbak
Halimah dan mbak Kirana ketika dalam keadaan baik atau nyaman. Kataku
Menurut Mas Marsudi, bagaimana keadaan Mas Marsudi ketika lagi sehat
dan nyaman rasanya? tanyaku pada Mas Marsudi.
Saya suka bergaul, banyak ngobrol dengan kawan. Saya bukan orang yang
pendiam jawab Marsudi.
Anak saya ini memang banyak temannya. Biasa sibuk, ikut banyak kegiatan
di kampus maupun di kampungnya tambah Pak Marsudi.
Bagaimana dengan keadaan mbak Kirana dan mbak Halimah ketika sedang
nyaman dan sehat? tanyaku.
Halimah agak pendiam. Dia memang tidak pintar bergaul, temannya di
rumah maupun ditempat kerja tidak banyak. Dia hobi berkebun, merawat tanaman.
Dia juga masak dan menjahit. Kegiatan keputrian begitu. Kata Bu Jamilah.
Anak saya Kirana juga pendiam, kesukaannya bermain musik dan
menyanyi. Kirana juga suka membaca novel. Kata Pak Marwan.
Halimah dan Kirana hanya diam saja.
Baik,silahkan mas Marsudi, mbak Halimah dan mbak Kirana, tuliskan
disitu ya!. Masing masing orang kan berbeda-beda, ada yang pendiam ada yang suka
gaul. Kondisi ketika sedang baik ini sebagai pegangan sasaran program pemulihan.
Kita semua perlu terus berupaya agar kondisi seperti itu tercapai dan dijaga. Artinya,
kalau sudah tercapai kondisi normal, jangan terus ngawur karena bisa saja akan
memburuk lagi kataku
Gunawan Setiadi

Page 125

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Pak Bambang, jadi walau sudah normal, Marsudi masih bisa kambuh lagi?
Tanya Pak Marsudi.
Iya, bisa!. Seperti orang sakit diabetes. Walau sekarang sudah terkontrol
gula darahnya, bila kemudian yang bersangkutan makan seenaknya sendiri dan tidak
mau minum obat, gula darahnya bisa naik lagi kataku menjelaskan.
Semuanya diam, sepertinya sedang mencerna. Kelihatannya, semua yang
kusampaikan merupakan hal baru bagi mereka.
Baik, kita lanjutkan. Langkah kedua adalah mengidentifikasi kegiatan apa
dan suasana seperti apa yang bisa membuat nyaman dan sehat tersebut
Mohon dijelaskan dan diberi contoh Pak Bambang, saya takut keliru kata
Pak Marwan.
Sebenarnya banyak sekali, saya akan beri contoh beberapa saja yang sering
disampaikan oleh para murid yang saya jumpai. Misalnya: berbicara atau curhat
kepada kawan yang dipercaya, saudara, atau konsultasi ke petugas pemulihan jiwa;
melakukan olah raga atau latihan; mengerjakan hobi seperti bermain musik,
menggambar, menyanyi atau menari, memasak masakan kesukaan; mengerjakan
pekerjaan rumah yang gampang hingga selesai, misalnya menata almari pakaian;
membuat daftar tentang sifat sifat baik yang dipunyai, membuat daftar prestasi atau
hal hal kecil yang pernah dicapai, seperti mendapat nilai 8 dalam ulangan
matematika ketika di sekolah; dan masih banyak lainnya. Beberapa contoh suasana
yang mendukung dan membuat jiwa sehat, misalnya: suasana yang tenang, tidak
gaduh, tidak banyak tamu aktaku mencoba memberi penjelasan.
Musik membuat saya nyaman, hati jadi tenteram, tidak gelisah. Saya juga
merasa enak ketika membaca novel. kata Kirana.
Saya inginnya bisa mengobrol dengan kawan. Bila diam saja dirumah, tidak
ada orang lain yang bisa diajak ngobrol, saya merasa bosan. Olah raga juga
membuat enak hati dan perasaan Kata Marsudi.

Gunawan Setiadi

Page 126

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Kalau mbak Halimah bagaimana? tanyaku pada Halimah yang masih


belum menjawab pertanyaanku tadi.
Saya suka memasak. Saya merasa senang kalau lagi memasak. Kalau lagi
merasa cemas, dengan memasak rasa cemas jadi hilang. Jawab Halimah.
Baik, tolong dicacat dan dimasukkan kedalam buku program pemulihan
perorangan ya! Di halaman 5 ada daftar cukup lengkap tentang suasana dan kegiatan
kegiatan yang membuat nyaman dan mendukung pemulihan. Nanti dibaca, apakah
masih ada kegiatan yang perlu dilakukan agar jiwa kita masing masing tetap sehat
dan bertambah sehat kataku melanjutkan.
Saya juga merasa nyaman kalau lagi mengaji atau membaca Al Quran.
Sudah agak lama tidak saya lakukan. Kata Kirana.
Baik, masing masing coba buat daftar kegiatan yang perlu dilakukan setiap
hari, seminggu sekali atau dua kali, sebulan sekali, dan setahun sekali. Kegiatan
setiap hari yang membuat kita nyaman, misalnya: membaca, mendengarkan musik,
menelpon kawan, berolah raga. Kegiatan seminggu sekali dua kali, misalnya:
mengunjungi saudara satu kota, memasak masakan kesukaan, berenang, mengikuti
pengajian. Kegiatan sebulan sekali, misalnya: mengunjungi saudara yang tinggal di
luar kota, mengunjungi bangsal perawatan kelas 3 di rumah sakit pemerintah.
Kegiatan setahun sekali, misalnya: berlibur selama beberapa hari ketempat saudara
yang agak jauh
Coba buat daftar sebisanya dulu. Nanti malam atau besok bisa dilengkapi
daftar tersebut. Nah, berdasar daftar kegiatan tadi, kemudian kita buat jadwalnya.
Misalnya: kita ingin setiap hari membaca Al Quran setiap pagi setelah sholat subuh,
mandi dengan air hangat, dan di sore hari mendengarkan musik. Begitu pula dengan
kegiatan mingguan, bulanan dan tahunan, kita buat jadwalnya. Saya kira sebaiknya
nanti bapak dan ibu bisa membantu anaknya masing masing untuk membuat jadwal
kegiatan tersebut

Gunawan Setiadi

Page 127

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Baik Pak Bambang, saya kira ini ide sederhana tapi bagus sekali. Tidak
pernah terpikirkan sebelumnya. Maaf Pak, apa Pak Bambang tahu siapa yang
menciptakan metode ini? Tanya Pak Susianto.
Saya juga kagum dengan metode sederhana tapi kelihatan jelas manfaatnya
ini. Metode ini diciptakan oleh Dr Mary Ellen Copeland. Beliau pernah menderita
gangguan jiwa bipolar. Ibunya juga pernah dirawat di institusi kesehatan jiwa
selama 8 tahun, antara umur 37 hingga 45 tahun karena gangguan jiwa bipolar yang
dideritanya. Kalau ada yang berminat, silahkan baca buku atau artikelnya di internet.
Ketik saja di google Wellness Recovery Action Plan (WRAP) nanti akan muncul
informasi yang diperlukan. Banyak artikel gratis yang mengupas metode inikataku
mencoba menjawab keingin tahuan Pak Susianto.
Ok, kita lanjutkan pada halaman berikutnya, yaitu membuat daftar kegiatan
yang kira kira akan membuat kita semakin sehat dan tenteram, namun selama ini
belum kita lakukan. Misalnya: mbak Halimah jarang olah raga, mungkin nanti ingin
setiap Minggu pagi jalan keliling alun alun Purworejo ditemani ibunya, atau ingin
menjahit setiap sore. kataku memberi contoh.
Pak Bambang, sudah jelas sekali. Apa tugas kita selanjutnya? Tanya Bu
Marwan.
Membuat daftar kegiatan harian, mingguan dan bulanan, serta tahunan
yang selama ini belum dilakukan dan kita perkirakan akan membuat anak anak kita
semakin sehat. Contohnya, kalau selama ini Halimah mengaji sebulan sekali, dan
mulai sekarang mau membaca Al Quran 15 menit setiap pagi. Coba bapak ibu dan
anak ankku bisa mengenali kegiatan yang seperti itu dan tuliskan dalam buku RKP
juga Kataku.
Aku merasa pertemuanku pagi itu sangat produktif. Mereka bisa mengikuti
apa yang aku sampaikan. Sebenarnya, bukan karena penjelasanku yang bagus, tapi
karena memang topiknya sendiri sederhana dan mudah dicerna. Padahal, menurut
pengamatanku, metode ini telah terbukti efektif mencegah kekambuhan diberbagai
belahan dunia, tidak hanya di Indonesia. Aku kagum pada Dr Mary Ellen Copeland,
Gunawan Setiadi

Page 128

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

meskipun ketika muda didiagnosa dengan gangguan jiwa bipolar, dia tetap bisa
kuliah S3 dan menjadi doktor dibidang psikologi klinis.
Baik kalau sudah selesai, sekarang kita lanjutkan dengan mengenali tanda
tanda awal bila akan kambuh. Ini sebagai peringatan dini. Bila muncul tanda tanda
akan kambuh, bapak dan ibu semuanya, khususnya Mas Marsudi, mbak Halimah
dan mbak Kirana, harus segera mengambil tindakan untuk memperbaiki keadaan
agar tidak menjadi semakin memburuk. Tanda atau gejala akan kambuh tersebut kita
manfaatkan sebagai peringatan dini sehingga kita sesegera mungkin bertindak untuk
mencegah jangan sampai keterusan
Pak Bambang, mohon dijelaskan lebih rinci agar kita tidak salah tangkap
kata Pak Susanto
Baik, bapak, ibu dan anak anakku sekalian. Ada beberapa peringatan dini
yang sering kita jumpai. Kita bisa kita kelompokkan gejala awal tersebut kedalam 3
kelompok. Kelompok pertama, terjadi perubahan perubahan perasaan, seperti
munculnya rasa: cemas, takut, mudah tersinggung dan menjadi agresif, merasa
sangat sedih atau tidak bahagia, merasa terancam atau tidak aman, dan merasa
curiga. Kelompok kedua berupa perubahan pikiran, seperti misalnya: kesulitan
konsentrasi atau kesulitan berfikir, sulit membuat keputusan, banyak pikiran atau
bingung, berpikiran negatif atau pesimis, mendengan suara suara dari dalam dirinya
sendiri atau halusinasi suara, berpikir untuk menyakiti diri sendiri, atau terlalu
banyak memikirkan kejadian masa lalu. Kelompok ketiga adalah perubahan
perilaku, seperti contohnya: menyendiri atau tidak ingin pergi keluar rumah, nafsu
makan naik atau turun, kebanyakan tidur atau susah tidur, minum alkohol atau
narkoba, gampang marah,menangis atau tertawa, diam saja karena tidak bertenaga,
malas mandi atau membersihkan lingkungan jawabku.
Peringatan dini adalah tanda awal yang menunjukkan kesehatan seorang
penderita gangguan jiwa mungkin akan mulai memburuk. Tanda-tanda tersebut
biasanya mulai muncul sebelum gejala utama mulai berdampak pada kehidupan.
Tujuan mengidentifikasi tanda-tanda peringatan dini

Gunawan Setiadi

adalah untuk membantu

Page 129

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

penderita dan keluarganya mengambil tindakan dini sehingga bisa terhindar dari
kambuhnya gangguan jiwa.
Tindakan mengidentifikasi tanda-tanda peringatan dini dapat membuat
beberapa orang menjadi gelisah. Selain itu, kadang seseorang penderita tidak mau
mengingat hal hal buruk atau tidak menyenangkan yang mereka alami ketika sedang
mengalami krisis gangguan jiwa. Padahal, mengenal tanda tanda sebelum benar
benar kambuh, dapat memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk
mengendalikan dan mencegah kambuhnya gangguan jiwa. Dengan mengidentifikasi
tanda-tanda peringatan dini, maka penderita mempunyai kesempatan dan
kemampuan untuk menghindari munculnya gangguan jiwa.
Untuk bisa mengidentifikasi tanda-tanda peringatan dini, penderita dan
keluarganya harus mengingat kembali ke saat penderita mulai mengalami gangguan
jiwa. Bagaimana mulainya? Bagaimana prosesnya atau gejalanya berkembang? Apa
yang mereka alami? Pikiran yang mereka miliki saat itu? Adakah perubahan
perilaku ? Apakah hal hal tersebut terjadi dalam urutan tertentu? Informasi tersebut
bisa juga didapatkan dari orang orang dekat disekitar penderita yang melihat
perubahan pada diri kita.
Coba Pak Susianto dan Mas Marsudi ingat ingat, sebelum sakit kemarin,
apa ada tanda tanda awal yang seperti saya sampaikan tadi
2-3 minggu sebelum sakit, saya mulai merasa banyak keinginan, banyak
ide, tidak merasa capai kata Marsudi
Saya amati, sebelum sakit, Marsudi kelihatan gelisah, tidak bisa diam, tidur
cuma sebentar tambah Pak Susianto.
Apakah Mas Marsudi saat itu tidak merasa jengkel bila teman teman tidak
bisa mengikuti atau mendukung ide Mas Marsudi? Tanyaku
Ya memang, saat itu saya sering jengkel. Teman teman saya sepertinya
malas dan tidak mau mendukung ide saya yang saya rasa sangat jenius

Gunawan Setiadi

Page 130

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Anak saya, yang biasanya hemat, sebelum sakit jadi boros, tidak bisa
pegang uang Pak Susianto menambahkan.
Baik, tolong semua dicatat ya mas Marsudi. Sambil jalan nanti kita lengkapi
kalau ada tanda tanda awal penting yang terlewat kataku
Bagaimana dengan mbak Halimah dan mbak Kirana ? tanyaku kepada
mereka berdua, meskipun mataku juga juga memandang orang tua mereka.
Saya merasa sedih, gelisah dan takut. Saya sulit tidur. Saya merasa ada
orang yang akan berbuat jahat kepada saya. Beberapa minggu kemudian saya mulai
mendengar suara suara di kepala saya jawab Kirana pelan.
Saya merasa lemas, tidak bertenaga, inginnya tiduran saja. Saya merasa
sedih sekali. Saya melihat masa depan saya gelap dan tidak ada harapan. Jawab
Halimah.
Orang tua Halimah dan Kirana terlihat diam. Mungkin mereka kurang
memperhatikan anaknya ketika itu. Mereka kelihatan merasa bersalah. Bila mereka
tahu bahwa itu gejala awal, pastilah mereka akan segera bertindak.
Kita lanjutkan ke topik berikutnya. Dulu, sebelum sakit, ketika gejala gejala
awal itu mulai muncul, apa yang telah dilakukan untuk mengurangi atau mengatasi
masalah tersebut? tanyaku.
Dulu saya selalu tidur teratur. Jam 10 saya sudah ditempat tidur dan pagi
sekitar jam 5 saya sudah bangun. Beberapa saat sebelum sakit, saya tidak merasa
ngantuk atau capai. Saya kurang tidur waktu itu. Saya punya banyak keinginan.
Semuanya ingin saya kerjakan kata Marsudi
Apa Mas Marsudi tidak berusaha tidur awal seperti biasa ? Atau
mengurangi kegiatan, misalnya?
Tidak, saya pikir, saya tidak apa apa. Saya merasa sangat bersemangat
waktu itu. Jadi saya memang tidak melakukan apa apa kata Marsudi

Gunawan Setiadi

Page 131

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Saya dan istri juga kebetulan lagi sibuk waktu itu, kami kurang
memperhatikan Marsudi. Saya pikir anak saya cuman lagi sangat bersemangat.
Marsudi selalu aktif dan banyak kegiatan. Saya tidak menyadari kalau waktu itu
lebih dari biasa, sampai tiba tiba semuanya tidak terkontrol Pak Susianto
menambahkan.
Ketika saya mulai merasa takut, saya coba mengajak bicara teman saya, tapi
teman saya tersebut tidak mau mendengarkan. Dia tidak percaya kalau ada orang
yang akan berbuat jahat kepada saya. Dulu, kalau saya punya perasaan cemas, saya
memang selalu curhat dengan seorang sahabat. Tapi kini, sehabat saya tersebut
sudah pindah ke kota lain jawab Kirana.
Biasanya, kalau kelihatan agak gelisah atau cemas, kami selalu mengajak
ngobrol Kartika, kemudian kita ajak olah raga jalan pagi. Kebetulan waktu itu,
sedang musim hujan. Sering hujan di pagi hari, kita tidak mengajaknya jalan pagi
tambah Bu Marwan.
Saya senang memasak. Bila pikiran dan perasaan tidak enak, saya biasanya
saya alihkan dengan memasak. Kata Halimah.
Berdasar pengalaman kami menyusun program pemulihan,bisa saya
sebutkan bahwa ada beberapa alat bantu atau tool box yang sering dipakai oleh
penderita gangguan jiwa untuk mengurangi gejala awal, misalnya : bicara dengan
seseorang yang mendukung ; tidur 8 jam sehari, jangan berangkat tidur lebih jam 10
malam ; mengurangi kegiatan; melakukan kegiatan ringan diluar rumah; menghadiri
pertemuan sesama penderita

atau support group ; menemui dokter atau

psikoterapist; melakukan hal hal yang menyenangkan atau kreatif; melakukan


kegiatan santai; olah raga ringan; menulis buku harian; berbicara dengan orang
dekat; mengurangi minum kopi, gula atau alkohol. Masing masing orang punya
beberapa alat bantu yang mereka laksanakan atau pakai bila gejala awal muncul.
Berbagai jenis alat bantu tersebut bisa dibaca di buku Progranm Pemulihan
Perorangan di halaman 8. Saya kira mas Marsudi, mbak Halimah dan mbak Kirana
bisa mengenali dan mempelajari berbagai alat bantu yang kira kira cocok. Sekarang

Gunawan Setiadi

Page 132

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

kotak tentang alat bantu kita isi sebisanya dulu. Nanti dilengkapi belakangan kalau
kalian sudah bisa menemukan alat bantu yang cocok untuk masing masing jelasku
Pada penderita gangguan jiwa awal, memang tidak banyak yang tahu soal
alat bantu dan gejala awal ini. Bagi mereka, pengenalan gejala awal dan identifikasi
tindakan untuk menekan gejala awal benar benar sesuatu yang baru buat mereka.
Baik, kalau begitu, sudah merasa capai atau masih mau dilanjutkan ?
tanyaku
Kita lanjutkan saja Pak kata Marsudi. Aku lihat Halimah dan Kirana juga
mengangguk.
Kita masuk ke bab tentang faktor pemicu kekambuhan. Saya beri gambaran
dulu tentang hal hal yang biasa memicu kekambuhan. Biasanya ada dua faktor
utama pemicu terjadinya kekambuhan. Faktor pertama adalah faktor kerentanan,
seperti : berhenti minum obat, meminum alkohol atau memakai narkoba, kurang
tidur, kurangnya dukungan sosial, kesehatan fisik yang rendah.kataku menjelaskan
faktor pemicu kekambuhan.
Maksud Pak Bambang dengan kurangnya dukungan sosial itu seperti apa?
Tanya pak Susianto. Rupanya, sebagai bapak dia ingin memberikan dukungan
secara optimal bagi pemulihan anaknya.
Kurangnya perhatian dari orang tua, saudara atau teman. Jangan sampai
setelah pulang dari rumah sakit jiwa terus dikucilkan, dibiarkan saja sendirian
dikamar tanpa kegiatan. Menurut berbagai penelitian, penderita gangguan jiwa yang
kesepian, tidak ada teman atau tidak punya jaringan pendukung, akan gampang
kambuh. Jelasku.
Aku diam sejenak. Setelah tidak ada pertanyaan lagi, kulanjutkan
penjelasanku.
Faktor kedua adalah faktor yang menimbulkan stress atau tekanan jiwa,
misalnya: mendengar berita atau kejadian yang menakutkan atau menyedihkan ;
pindah sekolah atau pindah pekerjaan ; merasa tertekan ; adanya konflik atau
Gunawan Setiadi

Page 133

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

ketegangan didalam keluarga ; terlalu lama menyendiri, menarik diri dari pergaulan
dan menyendiri di kamar dalam waktu lama ; diejek, disalah-salahkan, dihina atau
diganggu ; mengalami masalah keuangan ; dipermalukan dengan dimaki-maki,
dibentak bentak ; mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan ; sedang
mempunyai masalah yang tidak bisa diatasi sendiri ; hidup bersama dengan
seseorang yang memperlakukan dirinya dengan buruk ; bekerja terlalu keras atau
belajar terlalu berlebihan ; ulang tahun kejadian buruk, misalnya ulang tahun
kematian anak, istri atau suami, ulang tahun kecelakaan mobil. Kataku
Sebelum sakit kemarin, saya dimarahin atasan. Saya dikatakan sebagai
bodoh dan malas. Atasan saya bilang, dia sangat menyesal sudah memperkerjakan
saya. Kejadian itu benar benar membuat saya shock. Saya merasa sebagai orang
tidak berguna, masa depan saya gelap, tidak ada lagi harapan jelas Halimah.
Baik, nanti kita bahas bagaimana caranya kita mengatasi munculnya faktor
pemicu. Tapi sebelumnya, kita perlu mengidentifikasi faktor pemicu pada mbak
Kirana dan mas Marsudi agar kita bisa bahas bersama kataku.
Saya tidak tahu apa yang menjadi pemicu sakit saya. Saya sudah agak lama
sering mendengar suara suara. Saya pikir semua orang juga sering mendengar suara
suara yang seperti saya dengar, cuman mereka tidak mau cerita. Makin lama suara
suara itu makin keras. Saya juga mulai merasa tidak nyaman bila melihat cermin dan
layar monitor TV. Saya yakin cermin dan TV itu dipakai polisi untuk mengawasi
saya. Saya semakin lama semakin tidak bisa kerja dengan baik. Ketika menjelang
lebaran, pekerjaan di kantor banyak sekali. Saya tidak bisa mengendalikan diri
waktu itu kata Kirana.
Waktu itu mendekati ujian, saya dan teman teman belajar bersama. Teman
teman minum obat yang bisa membuat tidak mengantuk. Saya juga ikut-ikutan.
Setelah itu, saya mulai tidak bisa tidur. Pikiran saya seperti berpacu jawab Marsudi.
Baik, kita sudah bisa mengenali faktor pemicu gangguan jiwa. Masing
masing anak biasanya memang memiliki faktor pemicu yang berbeda. Tugas kita
bersama sekarang adalah bagaimana mengelola faktor pemicu tersebut kataku.
Gunawan Setiadi

Page 134

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Begini Pak Bambang, saya kebetulan kan konsultan manajemen. Saya tahu
bagaimana caranya mengelola faktor pencetus tersebut dilihat dari manajemen
resiko. Kata Pak Susianto.
Silahkan Pak Susianto jelaskan, nanti kita diskusikan bagaimana
penerapannya dalam program pemulihan gangguan jiwa ini kataku sambil
mempersilahkan Pak Susianto untuk menjelaskan metode mengelola faktor pemicu
gangguan jiwa dengan pendekatan manajemen resiko.
Baik Pak Bambang. Pada dasarnya, ada 4 strategi mengatasi faktor pemicu
gangguan jiwa. Strategi pertama adalah menghindari faktor pemicu tersebut.
Misalnya, pada kasus anak saya, strateginya adalah menghindari obat yang bisa
menghilangkan kantuk tersebut. Untuk menahan kantuk, minum saja kopi. Atau
kalau memang sudah benar benar mengantuk, ya tidur saja. Sepertinya, strategi
menghindar ini bisa diterapkan untuk semua faktor pemicu. Tapi kan, kita tidak bisa
memilih untuk tidak bekerja. Buka usaha sendiri juga bisa dimarah-marahin oleh
pembeli atau pelanggan kata Pak Susianto.
Bagaimana caranya agar tidak dimarahi atasan? Anak saya kan tidak bisa
menghindari atasan kata Bu Jamilah menyela pembicaraan.
Betul sekali Bu Jamilah. Kita memang tidak bisa menghindari atasan, tapi
kita bisa mencegah agar tidak dimarahi atasan. Contohnya, agar tidak perlu belajar
sampai larut malam, belajar dilakukan setiap hari. Jangan belajar ditumpuk kalau
sudah dekat ujian. Kata Pak Susianto.
Oh ya betul juga ya. Saya akan diskusikan dengan Halimah kenapa
atasannya sampai marah sama dia. Dari situ, saya akan cari cara untuk mencegah
agar tidak dimarahi atasan. Bila penyebab dimarahi atasan karena anak saya kurang
rajin, ya gampang mencegahnya, kedepannya kerja saja lebih rajin. Kata Bu
Halimah sambil mengangguk-angguk.
Jadi strategi kedua adalah mencegah munculnya faktor pemicu. Bu Halimah
sudah memberikan sebuah contoh penerapan strategi pencegahan tersebut. Saya
teruskan ke strategi berikutnya. Strategi ketiga adalah meningkatkan kemampuan
Gunawan Setiadi

Page 135

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

mengelola stress. Munculnya pemicu akan menimbulkan stress atau tekanan jiwa.
Kalau kita bisa mengelola stress dengan baik, stress tersebut tidak akan sampai
memicu kambuhnya gangguan jiwa. Teknik mengelola stress antara lain dengan
melakukan relaksasi sehingga dampak negatif dari stress bisa diperkecil. Strategi
keempat dengan memperkuat daya tahan kejiwaan, yaitu misalnya dengan
mengembangkan pola hidup sehat, seperti hidup teratur, banyak bergaul,
memperkuat keimanan kepada tuhan kata Pak Susianto.
Terima kasih Pak Susianto. Saya kira kita belum bisa menyusun strategi
menghadapi faktor pemicu saat ini. Menyusun rencana kerja menghadapi pemicu
memerlukan waktu dan pemikiran tersendiri. Silahkan bapak dan ibu mendiskusikan
dengan putra atau putrinya bagaimana caranya menghadapi faktor pemicu tersebut.
Bila sudah tersusun, kemudian tuliskan didalam buku Program Pemulihan
Perorangan kataku.
Ada pertanyaan? Bila sudah cukup jelas dan tidak ada lagi pertanyaan, kita
akhiri sesi ini sekarang. Kita ketemu lagi setelah makan siang untuk melanjutkan
proses penyusunan RKP. Makan siang kali ini dimasak oleh mas Agus. Dulu mas
Agus seorang juru masak di sebuah restaurant terkenal, tapi diberhentikan karena
menderita gangguan jiwa. Mas Agus sekarang lagi sekolah di Tirto Jiwo agar bisa
bekerja kembali sebagai juru masak kataku mengakhiri sesi pagi itu.
----0000---Sore itu, aku ngobrol berbagi ilmu tentang alat bantu pemulihan gangguan
jiwa. Alat bantu pemulihan merupakan sekumpulan kegiatan atau suasana yang
mendukung seseorang sehingga bisa pulih kembali dan hidup mandiri di
masyarakat. Alat alat bantu tersebut biasanya berupa kegiatan yang mendukung
terciptanya beberapa keadaan yang positif, antara lain seperti: jaringan kekerabatan
atau persaudaraan yang kuat; kondisi kehidupan yang tenang; lingkungan yang aman
dan teratur; ditemukannya jalan hidup yang membuat hidupnya berarti atau
memberikan manfaat bagi sesama; mempunyai pemahaman yang baik atas apa yang
sudah terjadi; mempunyai tubuh yang sehat; mempunyai harapan yang realistik bagi
masa depannya.
Gunawan Setiadi

Page 136

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Aku sampaikan kepada Pak Wibowo bahwa jarang seseorang bisa


mempunyai semua komponen yang mendukung pemulihan jiwanya tersebut.
Semakin banyak komponen pendukung dipunyai seorang penderita gangguan jiwa,
semakin cepat proses pemulihannya dan semakin jarang kambuh dari penyakitnya.
Pak Bambang, kalau menurut pengamatan saya, penderita gangguan jiwa
yang berasal dari keluarga berkecukupan, mempunyai pekerjaan, berpendidikan
tinggi ketika mulai jatuh sakit, kehidupan ekonomi yang mapan, jaringan
kekerabatan yang baik, akan cenderung lebih mudah pulih dari gangguan jiwanya
Kata Pak Wibowo.
Betul sekali pengamatan Pak Wibowo. Mereka mempunyai sumber daya
yang diperlukan untuk bisa pulih. Palin sulit bila yang bersangkutan miskin, tidak
punya sanak saudara, tidak punya pekerjaan, pendidikan rendah dan suka minum
minuman keras kataku.
Setelah diam sejenak, kemudian kulanjutkan penjelasanku tentang alat bantu
tersebut dengan beberapa contohnya.
Jenis kegiatan dimasing-masing komponen biasanya berbeda antara satu
orang dengan orang lainnya. Dina, putri Pak Broto, bercerita kepada saya tentang
alat bantu yang dia terapkan sehingga bisa membuatnya pulih dan kembali diterima
bekerja di sebuah perusahaan percetakan. Dina bilang kalau dia rajin berolah raga
dan menerapka diet. Dia tidak mau makan sembarangan yang dulu membuatnya
kelebihan berat badan dan menjadi ejekan teman-temannya. Di malam hari sebelum
tidur, Dina rutin mendengarkan musik yang mebuatnya merasa santai. Dia
mengkoleksi banyak rekaman lagu lagu lama yang cocok dengan seleranya dan
membuatnya relaks. Kini Dina juga rajin mendatangi pengajian ibu ibu di kompleks
perumahannya yang diadakan seminggu sekali. Dia merasa bahwa dengan
mempelajari agama dia kini lebih mengenal arti dan tujuan hidup yang baik. Sebulan
sekali, bersama-sama temannya sesama satu majlis taklim, Dina melakukan kerja
sosial seperti mengunjungi panti asuhan atau panti jompo. Kadang, mereka
mendatangi bangsal kelas 3 rumah sakit. Kegiatan kegiatan tersebut membuatnya
merasa hidupnya lebih berarti. Kataku kepada Pak Wibowo.
Gunawan Setiadi

Page 137

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Pak Bambang, Lisa, seorang ibu rumah tangga yang menderita bipolar
bercerita kepada saya bahwa ada beberapa alat bantu yang selalu dia pakai untuk
menjaganya dari kambuh. Menurut Bu Lisa, alat bantu pertamanya adalah
menelusuri kumpulan lagu lagu yang dipunyainya dan memilih lagu lagu yang
dikelompokkannya kedalam lagu pemulihan. Lagu lagu tersebut adalah lagu lagu
gembira, lagu berirama rock. Lagu lagu tersebut selalu dia dengarkan ketika ada
tanda tanda awal bahwa perasaannya mulai terganggu kata Pak Wibowo
Alat bantu lainnya apa ? tanyaku pada Pak Wibowo
kata Bu Lisa, alat bantu yang kedua adalah dengan membuat daftar hal hal
tentang dirinya yang dia sukai. Daftar tersebut utamanya berisi hal hal yang terkait
dengan sifat dan kepribadiannya yang dia sukai. Beberapa sifat tentang dirinya yang
dia sukai antara lain adalah: gemar menolong teman, setiap hari menata rapi
kamarnya, bisa menjadi pendengar yang baik ketika ada teman yang curhat.
Menurut Lisa, daftar tersebut sangat penting karena penderita gangguan bipolar
seperti dirinya sering merasa dirinya kurang berharga atau tidak layak mendapat
perhatian atau kasih saying dari orang lain. Dengan membaca daftar sifat atau
kepribadian yang baik tentang diri sendiri tersebut k, maka rasa rendah diri dan rasa
tidak berharga bisa dikurangi.
Setelah diam sejenak, Pak Wibowo melanjutkan ceritanya.
Alat bantu ketiga yang dipakai Bu Lisa adalah menonton film yang lucu
atau menggembirakan. Selain itu, dia juga secara disiplin melakukan beberapa
kegiatan yang sering dimanfaatkan oleh banyak orang sebagai alat bantu, seperti:
tidur yang cukup, makan yang sehat, olah raga secara teratur, dan kontrol ke dokter
sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Lanjut Pak Wibowo.
Dalam obrolansantai namun produktif dengan Pak Wibowo tersebut, aku
sampaikan sebuah kisah yang disampaikan oleh dr. Prachanda Serchan, seorang
psikiater kepala rumah sakit jiwa di Kathmandu, Nepal. Dia bercerita kepada saya
bahwa ada seorang pasiennya yang mengisi hari-harinya dengan memelihara seekor
kambing. Bahkan ketika kontrol berobat ke dr Serchan, kambing tersebut juga
Gunawan Setiadi

Page 138

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

pernah dibawanya. Karena sesuatu alasan, keluarga penderita tersebut harus pindah
ke Kathmandu. Kambing kesayangan anaknya tidak bisa dibawa karena tidak ada
halaman di rumahnya yang baru. Beberapa lama kemudian dr Serchan mendengar
kabar bahwa penderita tersebut meninggal dunia akibat bunuh diri. Ternyata
kepindahannya ke Kathmandu telah memisahkan pasien tersebut dengan alat bantu
utamanya, memelihara kambing.
Aku masih ingat terus cerita tersebut sampai sekarang. Cerita itu ternyata
sangat membekas dihatiku.
----0000---Rencana Kerja Pemulihan tidak hanya berhenti pada bagaimana mencegah
agar tidak kambuh lagi, tapi juga membuat rencana pengembangan diri agar bisa
kembali hidup produktif di masyarakat. Besok sore, aku sudah berjanji untuk
ketemu dengan Martin, seorang bapak dengan 1 anak yang ditinggal pergi istrinya
karena menderita skizofrenia. Dia sudah berhasil mengendalikan waham dan
halusinasinya. Kini dia ingin segera bisa kembali bekerja. Hanya, dia masih
kesulitan bekerja dan bergaul karena belum bisa mengekspresikan emosinya dengan
benar. Orang melihatnya sebagai orang yang tidak berperasaan karena wajahnya
selalu terlihat datar. Dia ingin membuat rencana kerja pemulihan, belajar
mengekspresikan emosinya, hingga nantinya bisa kembali kerja dan kembali
berumah tangga.
Dokter yang merawatnya sudah memastikan bahwa kurangnya kemampuan
Martin dalam mengekspresikan emosinya bukan disebabkan oleh efek samping obat
yang diminumnya. Aku tahu memang ada beberapa jenis obat antidepresi yang bisa
mengakibatkan efek samping obat berupa emosi yang datar, seperti yang dialami
oleh Martin.
Dalam pergaulan dan berinteraksi dengan orang lain, kemampuan
mengekspresikan diri dengan kata kata maupun bahasa tubuh sangat penting. Orang
lain mencoba mengerti pikiran dan perasaan lawan bicaranya dari kata kata yang
diucapkan dan ekspresi wajahnya. Penderita skizofrenia sering mengalami
Gunawan Setiadi

Page 139

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

penurunan dalam kemampuan mengekspresikan dirinya lewat kata kata maupun


lewat bahasa tubuhnya.
Ketika seseorang bermain kartu, seperti domino atau kartu remi, orang
tersebut harus bisa menyembunyikan perasaannya dan apa yang ada dipikirannya.
Lawan bermainnya akan selalu berusaha membaca kartu apa yang ada ditangan
lawannya dengan melihat dari raut wajahnya, gerak geriknya dan dari kata kata yang
diucapkannya. Seorang pemain kartu yang baik harus bisa menahan emosinya dan
menyembunyikan perasaannya.
Penderita gangguan jiwa juga melakukan hal yang sama. Mereka menekan
dan mematikan emosinya, karena alasan yang berbeda. Mereka mematikan
emosinya sebagai tanggapan atas perlakuan yang diterima dari lingkungannya.
Penderita gangguan jiwa selama bertahun tahun sering mengalami berbagai hal yang
menyakitikan hatinya, seperti tidak ada orang lain yang mau mendengarkan
omongannya, tidak ada orang mau memahami tingkah lakunya, orang lain selalu
mengabaikan keinginannya, orang lain mengharapkan kemauannya dituruti, orang
lain tidak ada yang menghargai dirinya sebagai manusia, dan merasa bahwa ada
orang lain yang secara rahasia mengawasi dirinya. Bila mengalami kejadian seperti
itu selama bertahun-tahun, kebanyakan orang tidak akan bisa bertahan hidup. Kalau
ingin bertahan hidup, mereka mematikan emosinya. Menekan emosi merupakan
cara penderita gangguan bertahan hidup menghadapi lingkungan yang tidak
bersahabat. Bagi dokter dan orang lain, penderita gangguan jiwa yang mematikan
emosinya merupakan masalah. Namun, bagi mereka, mematikan emosi adalah suatu
solusi, pemecahan masalah yang mereka hadapi agar bisa bertahan hidup.
Aku ingat keluhan beberapa muridku atas perlakuan yang diterimanya.
Ibuku selalu memotong pembicaraanku. Dia tidak mau mendengarkan
omonganku. Aku harus menuruti apa maunya. Akhirnya aku hanya duduk diam
merokok dikursi seharian, tidak melakukan kegiatan apa apa selama bertahun-tahun
cerita Hamdan, salah seorang murid Tirto Jiwo kepadaku.

Gunawan Setiadi

Page 140

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Ayahku membuat suatu keputusan yang tidak adil, aku protes dan marah.
Ayahku mengkaitkan kemarahanku dengan penyakit skizofrenia yang kuderita. Dia
langsung memasukkanku ke RSJ Sabar menceritakan pengalamannya sebagai
seseorang yang selalu disalah pahami oleh orang lain kepadaku.
Dani, seorang penderita skizofrenia juga bercerita bahwa atasannya selalu
menganggap rendah dirinya. Bila diajak bicara atasannya hanya menjawab ya atau
tidak. Atasannya tersebut kurang bersahabat dan terlihat tidak menghargai
keberadaannya. Perilaku atasannya membuat hati Dani terluka. Agar tidak
keseringan terluka, dia menjauh dari atasannya dan teman sekantornya. Dia
menekan emosinya.
Perasaan direndahkan juga dirasakan oleh Irwan. Salah satu contohnya
adalah ketika dia sedang makan pagi di rumah kakak perempuannya. Irwan meminta
tambahan sepotong telor dadar untuk tambahan lauk sarapannya. Dia merasa sangat
lapar pagi itu karena kemarin malamnya dia tidak makan. Kakak perempuannya
tidak menanggapi permintaannya dan malahan terus berbicara kepada anak
perempuannya.
Untuk menghindari atau mengurangi kesalah-pahaman serta disakiti hati dan
fisiknya, penderita skizofrenia berusaha menyembunyikan dan menekan emosinya.
Bila proses tersebut berlangsung bertahun-tahun, lama kelamaan kemampuannya
dalam menyusun kata kata dan mengekspresikan emosinya menjadi berkurang. Hal
ini tidak berbeda dengan kemampuan fisik seseorang. Bila seseorang tidak pernah
menekuk lutut selama 1 tahun saja, maka sendi lutut orang tersebut akan kaku dan
tidak bisa ditekuk lagi.
Selain itu, penderita gangguan jiwa kronis, sering telah kehilangan harapan
untuk hidup yang lebih baik. Setiap hari mereka hanya duduk dan merokok. Mereka
hanya menunggu jam makan dan jam untuk tidur. Begitu yang terjadi selama
bertahun tahun. Dampaknya, melakukan kegiatan yang kecilpun menjadi terasa
berat. Mereka tidak lagi ingin melakukan sesuatu. Keadaan tersebut sama dengan
kondisi seseorang yang dihukum mati dan sudah ditetapkan tanggal eksekusinya.
Mereka malas untuk beraktivitas. Penderita skizofrenia kronis sering telah
Gunawan Setiadi

Page 141

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

kehilangan harapan untuk mempunyai hidup yang lebih baik dibandingkan dengan
kehidupan yang dijalaninya sekarang. Kehidupan tanpa harapan selama bertahun
tahun tersebut membuat penderita skizofrenia mengalami kesulitan bila diminta
mengerjakan sesuatu tugas, meskipun tugas tersebut hanya suatu tugas kecil dan
mudah.
Hingga sekarang, belum ada obat yang manjur untuk mengobati gejala gejala
tersebut. Akhir akhir ini memang banyak dikembangkan berbagai obat gangguan
jiwa. Sayangnya, hampir semuanya menggarap gejala positif dari skizofrenia, seperti
waham, halusinasi dan agitasi. Tidak banyak perkembangan yang terjadi dalam
pengobatan gejala negatif skizofrenia seperti emosi datar, alogia (bicara yang
monoton, pendek dan langsung ke sasaran), dan avolition (hilangnya keinginan
untuk terlibat dalam kegiatan sehari-hari).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terapi dengan merangsang emosi
dan kata kata terhadap penderita skizofrenia yang mempunyai gejala negatif tidak
menunjukkan hasil. Mereka coba memberikan pelatihan bermain peran,
merangsang emosi dengan menonton film atau mendengarkan musik, namun tidak
ada perubahan yang terjadi. Tidak banyak peningkatan dalam kemampuan berkatakata maupun dalam mengekspresikan emosinya.
Aku coba mereview berbagai hasil penelitian tersebut. Kulihat bahwa terapi
yang mereka lakukan tidak cukup, baik dalam hal intensitas maupun lamanya. Bila
disamakan dengan obat, maka dosis obat yang diberikan terlalu kecil. Mereka
menerapkan rangsangan tersebut dalam situasi konsultasi atau pengobatan yang
lama waktunya sangat terbatas. Menurutku bila dosis rangsangan mencukupi dan
dalam waktu yang cukup, terapi melalui rangsangan emosi akan membawa hasil.
Akan kucoba memberikan rangsangan emosi dan dorongan untuk berkata-kata pada
penderita skizofrenia kronis dalam kehidupan nyata. Rangsangan itu harus
berlangsung dalam jangka lama, dirumah atau dimasyarakat, dan dalam kehidupan
nyata.
Aku akan menyarankan agar Martin mengambil teman yang secara status
sosial dan eknomi berada dibawahnya. Dia perlu mengajak bergaul rapat temannya
Gunawan Setiadi

Page 142

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

tersebut. Mereka bersama sama mengerjakan kegiatan sehari-hari seperti bermain


atau beraktivitas lainnya, selama berbulan bulan. Lingkungan tersebut merupakan
lingkungan yang aman yang tidak akan mengakibatkan Martin tersakiti hatinya bila
dia melakukan kesalahan atau kegiatan yang tidal lazim bagi orang normal.
Lingkungan yang aman tersebut akan menumbuhkan kembali kemampuan Martin
dalam menyusun kata-kata. Hal yang serupa juga dilakukan oleh Dr Patricia Deegan
dan berhasil. Ketika baru keluar dari RSJ, Patricia Deegan kemudian bergaul rapat
dengan kelompok hippies dimana mereka bisa menerima perilaku yang aneh aneh.
Patricia Deegan berhasil pulih dari sakitnya, kembali ke bangku kuliah dan menjadi
psikolog klinis terkenal..
Untuk merangsang emosinya yang datar, akan kusarankan agar Martin
bersama temannya sering mengunjungi panti asuhan anak anak cacat ganda. Mereka
tidak hanya berkunjung, tapi juga ikut merawat anak anak cacat tersebut,
membantunya melakukan aktivitas sehari-hari seperti menyuapi makan, membantu
mandi dan mengajak jalan jalan ke taman atau ke pasar. Mereka juga perlu sering
sering datang ke rumah sakit atau rumah singgah bagi para penderita kanker.
Diharapkan, pergaulan yang intensif dan dalam waktu yang cukup lama dengan
orang orang yang kurang beruntung tersebut, akan dapat menumbuhkan kembali
kemampuannya mengekspresikan emosi, termasuk kemampuannya berkata-kata
secara elegan.
Aku percaya, metode tersebut akan efektif mengatasi gejala negatif para
penderita skizofrenia. Bila kegiatan tersebut tidak bisa merangsang emosi penderita
gangguan jiwa secara langsung, insya Allah, keberkahan dari menolong orang lain
akan membuat mereka pulih dari penyakitnya. Aku akan tekankan kepada Martin
bahwa niat utama kerja sosial yang dia akan lakukan adalah untuk berbuat
kebajikan.

Perbaikan

dalam

kemampuan

mengekspresikan

emosinya

dan

kemampuan berkata-kata adalah produk sampingan saja.


Setelah mampu mengatasi gejala negatif skizofrenia yang dideritanya,
Martin masih harus berlatih mengasah kemampuan otaknya agar bisa kembali
bekerja. Martin tidak ingin kembali bekerja dikantornya yang dulu. Dia ingin
Gunawan Setiadi

Page 143

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

membuka restaurant. Aku tahu perjalanan pemulihan Martin masih panjang.


Meskipun demikian, peta jalan yang harus dilaui oleh Martin bisa terlihat jelas.
Kartu rencana studi bagi Martin bisa mulai disusun. Ilmu dan ketrampilan yang
diperlukannya tidak bisa dipelajari dikelas, diperpustakaan atau diruang konsultasi.
Martin harus mempelajarinya langsung dengan terjun di masyarakat. Tentunya tetap
dalam kondisi yang terkontrol serta dukungan yang diperlukan bila sampai ujian
atau testing yang dihadapinya melebihi kemampuannya. Implementasinya akan
memerlukan waktu, kesabaran dan dukungan keluarga serta teman teman, termasuk
dukungan dari Sekolah Pemulihan Jiwa Tirto Jiwo.
Tiba tiba aku tercenung. Masihkah aku hidup ketika Martin membuka
restaurantnya? Mungkin seharusnya aku mengoperasikan Sekolah Pemulihan Jiwa
ini sejak dulu, tanpa menunggu aku pensiun, aku bertanya dalam hati.
Ya Allah mudahkanlah urusanku. Anugerahkanlah kepadaku ilmu yang
bermanfaat. Ilmu tentang segala aspek pemulihan gangguan jiwa. Gerakkanlah
orang orang untuk mau terjun membantu pemulihan gangguan jiwa. Kabulkanlah
permintaanku. Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pengabul doa. Tak terasa air
mataku berlinang ketika mengucapkan doa tersebut.

Gunawan Setiadi

Page 144

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Terapi keluarga

agi itu aku sudah punya rencana mengunjungi rumah Pak Hasan yang
letaknya tidak terlalu jauh dari rumahku. Di Purworejo, sebuah ibukota
kabupaten kecil, tidak ada jarak yang jauh. Tidak seperti Jakarta yang

memerlukan waktu lebih dari 2 jam untuk bepergian dari ujung selatan ke ujung
utara. Untuk kerumah Pak Hasan aku hanya memerlukan waktu tidak lebih dari
seperempat jam saja.
Anak Pak Hasan, Mahmud, menderita skizofrenia sehingga dia harus
mengambil cuti dari kuliahnya. Aku berkunjung ke rumah Pak Hasan dalam rangka
terapi keluarga. Terapi keluarga atau intervensi keluarga merupakan kegiatan
psikoedukasi kepada sebuah keluarga dimana salah satu anggotanya menderita
gangguan jiwa. Tujuan utamanya adalah membantu keluarga agar mampu
mendukung proses pemulihan anggotanya yang terkena gangguan jiwa.
Keluarga dapat memainkan peran penting dalam membantu seseorang yang
telah mengalami gangguan jiwa untuk pulih dan tetap baik. Berbagai penelitian
secara konsisten menunjukkan bahwa orang dengan skizofrenia yang menjalani
terapi keluarga cenderung jarang kambuh dan jarang perlu dirawat di rumah sakit.
Sayangnya, reaksi keluarga terhadap anggotanya yang menderita gangguan
jiwa kadang keliru. Kekeliruan tersebut sering terjadi terutama bila penderita sudah
tidak dalam fase akut dan tinggal bersama dalam satu keluarga. Mereka bosan, putus
asa, tidak lagi peduli terhadap anggotanya yang menderita gangguan jiwa. Perilaku
tersebut akan memperparah gangguan jiwa. Terapi keluarga akan dapat membantu
anggota keluarga yang lain memahami bagaimana sebaiknya memperlakukan
anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa.
Terapi keluarga biasanya dimulai dengan pemberian penyuluhan tentang
gangguan jiwa dan penyebabnya serta berbagai metode pengobatannya. Sesi sesi
berikutnya dititik beratkan kepada pencegahan kambuh dan pengenalan teknik untuk
mendukung penderita gangguan mengatasi gejalanya seperti kecemasan, halusinasi,

Gunawan Setiadi

Page 145

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

waham, dan membangun pola hidup sehat. Sesi sesi terakhir lebih kepada penerapan
pemecahan masalah dan mengintegrasikan semua intervensi untuk mendukung
pemulihan gangguan jiwa. Terapi keluarga lebih menekankan pada sis praktis dan
berorientasi pada membantu keluarga memecahkan masalah yang terkait dengan
adanya anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa. Terapi keluarga bisa
dilaksanakan di institusi pemberi pelayanan, tidak harus dilakukan di rumah
keluarga yang bersangkutan. Terapi keluarga bisa dilaksanakan terhadap satu
keluarga, tapi bisa juga dilakukan terhadap beberapa keluarga secara bersamaan.
Dalam terapi keluarga yang aku lakukan, biasanya penderita tidak dilibatkan. Terapi
psikososial

terhadap

penderita

dilakukan

tersendiri,

terpisah

dari

terapi

keluarga.Menurut informasi yang kudapat belum banyak institusi di Indonesia yang


menyelenggarakan terapi keluarga. Padahal, terapi keluarga merupakan salah satu
terapi standar di Inggris.
Kunjunganku pagi ini kerumah Pak Hasan adalah kunjungan ke kedelapan
kalinya. Mula mula seminggu sekali selama sebulan, kemudian dua kali sebulan dan
setelah itu aku berkunjung ke rumah Pak Hasan sebulan sekali. Dalam setiap
kunjungan aku menghabiskan waktu hampir 2 jam dirumah mereka.
Hari itu kami telah sepakat untuk berdiskusi tentang pikiran negatif dan cara
merubahnya. Hampir semua tahu bahwa pikiran negatif membuat seseorang tidak
bahagia, membuat badan terasa tidak enak dan kadang membuat seseorang tidak jadi
mengerjakan kegiatan yang semula diinginkannya. Hampir semua orang sudah
pernah mendengar nasehat bahwa pikiran negatif harus dibuang jauh jauh dan
diganti dengan pikiran positif. Masalahnya, pikiran negatif biasanya muncul secara
otomatis, mereka datang ke otak tanpa diundang. Pikiran negatif juga gampang
dipercaya. Tidak perlu analisa canggih agar seseorang percaya kepada pikiran
negatif tersebut. Sebenarnya kebalikan yang terjadi, karena kita tidak melakukan
analisa tentang suatu kejadian atau fakta, maka kesimpulan yang otomatis masuk
kedalam otak kita adalah pikiran negatif tersebut. Biasanya pikiran positif tidak
langsung otomatis datang. Pikiran otomatis muncul setelah ada bukti nyata yang
mendukungnya.

Gunawan Setiadi

Page 146

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Pak Bambang, saya perhatikan memang Mahmud sering punya pikiran


negatif. Bila melihat kolam ikan, yang muncul dipikirannya adalah bila dirinya
tercebur dan tenggelam dikolam tadi. Bila melihat tali, dia membayangkan kalau
dirinya tergantung di tali itu. Bila melihat pisau, pikiran yang muncul diotaknya
adalah akan ada orang yang menyerangnya dengan pisau itu. Mahmud juga sangat
sensitif. Bila melihat berita di TV, dia sering membayangkan kalau hal tersebut
terjadi pada dirinya kata Yusuf anak pertama Pak Hasan.
Mas Yusuf, sepertinya Mahmud mempunyai pola pikir kurang sehat. Dia
secara otomatis menyeleksi informasi yang masuk ke otaknya. Sepertinya hanya hal
hal yang negatif saja yang dibiarkan masuk keotaknya. Hal hal positif tidak dia
terima atau diabaikan. Jadilah dia berpikirang seperti itu. Kalau hal hal positif yang
masuk ke otaknya, dia kan bisa membayangkan enaknya makan ikan bakar,
asyiknya memancing di kolam, berapa besar untungnya kalau ikannya dipanen
kataku melanjutkan.
Pak Bambang, bagaimana caranya agar Mahmud bisa merubah pola
pikirnya? Tanya Pak Hasan.
Merubah pola pikir Mahmud tidak bisa dalam waktu sekejap. Memang
kalau dosis obat Risperidone yang diminum Mahmud dinaikkan dari 4 mg menjadi 6
mg, pikiran pikiran negatif tersebut akan berkurang, tapi obat itu juga biasanya
menekan kemampuan otak untuk berpikir. Ada juga efek samping lainnya. Karena
itu, saya lebih senang untuk secara bertahap memperbaiki pola pikir negatif yang
dimiliki Mahmud dengan pola pikir positif. Jawabku. Semuanya terdiam, kubiarkan
mereka punya waktu untuk mencerna penjelasanku.
Untuk menghilangkan pola pikir negatif yang dipunyai, Dr Freeman dan
kawan kawannya menganjurkan agar penderita gangguan jiwa diajari untuk
mempertanyakan

pikirannya

sendiri

dengan

mengajukan

beberapa

seperti

pertanyaan berikut: Apakah ada fakta yang menunjukkan bahwa pikiran saya salah?
Apa kata saudara atau teman bila saya sampaikan pikiran tersebut? Apa yang akan
saya katakana kepada teman yang yang bertanya kepada saya yang punya pikiran
seperti yang saya punya? Hal hal positif apa yang telah terjadi pada diri saya yang
Gunawan Setiadi

Page 147

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

bertentangan dengan pikiran negatif saya tadi? Apakah saya mengartikan kejadian
tersebut secara salah karena saya sedang sedih, cemas atau gelisah? Apakah saya
akan mengartikan kejadian tersebut secara berbeda bila saya sedang bahagia atau
senang? kataku melanjutkan
Pembahasan tentang pola pikir negatif dilanjutkan dengan kesepakatan untuk
membuat catatan semua pikiran negatif yang mucul selama seminggu kedepan. Pak
Hasan dan anak anaknya akan membantu Mahmud membuat catatan semua pikiran
negatif tersebut, dilengkapi dengan keterangan kapan munculnya, kejadian apa yang
menjadi pemicunya, bagaimana perasaan dan reaksi Mahmud terhadap pikiran
negatif tersebut, fakta apa yang mendukung dan tidak mendukung pikiran tersebut.
Catatan tersebut akan menjadi bahan diskusi terapi keluarga berikutnya.
Diskusi tentang cara mengganti pikiran negatif menjadi pikiran positif
tersebut berlangsung santai, diselingi dengan mencicipi pisang goreng dan teh manis
hangat. Hubunganku dengan keluarga Pak Hasan memang lebih bersifat
kekeluargaan. Bukan seperti hubungan antara konselor dengan kliennya. Aku juga
tidak meminta bayaran sepeserpun kepada Pak Hasan. Biaya bensin aku ambil dari
uang pensiunku. Hanya saja belakangan aku dapat informasi kalau Pak Hasan
memberikan sumbangan langsung ke rekening Tirto Jiwo dalam jumlah cukup
besar. Pak Hasan memang tergolong mampu. Sumbangan tersebut kami pergunakan
untuk membiayai kebutuhan murid dari keluarga tidak mampu.
----0000---Pada waktu yang hampir bersamaan, Pak Amir juga melakukan terapi
keluarga kepada keluarga Pak Sundoro. Bu Rita, istri Pak Sundoro menderita
obsessive compulsive disorder (OCD) atau gangguan obsesif kompulsif. Setiap hari
Bu Rita bisa mandi 10 kali sehari dan mencuci tangan lebih dari 50 kali. Tangan
Rita sampai kasar dan rusak karena terlalu sering digosok dan dibersihkan dengan
sabun mandi. Bu Rita yakin bahwa ditangan dan badannya melekat banyak kuman
yang masuk dai jalanan lewat pintu. Dia harus sering mandi dan mencuci tangan
agar dirinya tidak sakit akibat kuman yang melekat ditubuhnya. Bu Rita juga tidak
ingin menularkan kuman penyakitnya itu kepada suami dan anak anaknya.
Gunawan Setiadi

Page 148

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Aku tidak ingat sudah berapa kali Pak Amir berkunjung ke rumah Pak
Soendoro dalam rangka terapi keluarga. Namun aku tahu bahwa Pak Amir hari ini
juga akan berdiskusi tentang cara mengubah pola pikir penderita OCD. Kemarin
kami bertukar pikiran tentang pola pikir yang kurang sehat yang sering dipunyai
para penderita OCD.
Aku sampaikan kepada Pak Amir bahwa kadang kadang pikiran jelek atau
jahat juga terlintas pada benak orang baik dan normal. Pikiran untuk mendorong
seseorang di depan mobil yang melaju kencang bisa saja muncul sekilas dibenak
orang normal. Bisa saja pikiran untuk memukul istrinya muncul pada diri seorang
suami yang normal. Masalah timbul bila orang tersebut kemudian mengartikan
bahwa karena dia pernah mempunyai pikiran seperti itu berarti dirinya adalah orang
jahat atau jelek. Pikiran bahwa dirinya orang jelek itu terus melekat dalam otaknya.
Dia terobsesi dengan pikiran itu dan membuatnya cemas. Untuk menghilangkan
kecemasannya tersebut dia melakukan sesuatu kegiatan. Sayangnya, kegiatan
tersebut hanya bisa menghilangkan kecemasannya secara sementara. Tidak lama
selesai melakukan tersebut, dia merasa harus melakukan kegiatan itu lagi. Akhirnya,
orang tersebut mengulangi kegiatannya tersebut berulang-ulang dan jadilah dia
seorang penderita OCD.
Dibenak Bu Rita pernah terlintas keinginan untuk membunuh suaminya
dengan racun. Pikiran yang muncul tiba tiba tersebut diartikan olehnya bahwa
dirinya seorang jahat yang tega membunuh seseorang yang dicintainya. Pikiran
bahwa dirinya orang jahat melekat terus pada dirinya. Jadilah dia seorang yang
obsesif. Hal tersebut

membuatnya merasa cemas. Untuk menghilangkan

kecemasannya dan meyakinkan bahwa ditangannya tidak ada racun, Bu Rita mandi
dan mencuci tangannya. Sehabis mandi dan mencuci tangan, kecemasan yang
dirasakannya berkurang. Namun hilangnya kecemasan tersebut hanya bersifat
sementara. Ketika kecemasan itu timbul lagi, dia kemudian kembali mandi dan
mencuci tangannya. Akhirnya dia melakukan terpaksa mengulangi kegiatan itu lagi.
Jadilah dirinya mempunyai gangguan kompulsif, yaitu mandi dan cuci tangan
berulang-ulang tanpa bisa dicegahnya. Begitu siklusnya terjadi berulang ulang
sehingga akhirnya Bu Rita menderita OCD atau gangguan obsesif kompulsif.
Gunawan Setiadi

Page 149

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Sore harinya ketika aku ketemu Pak Hardi, dia menceritakan pertemuannya
tadi pagi. Pak Hardi menyampaikan bahwa terapi keluarga yang dilakukannya
terhadap keluarga Pak Sundoro berjalan lancar dan efektif.
Oh begitu ternyata teori timbulnya OCD pada diri seseorang Kata Pak
Soendoro.
Saya juga pernah punya pikiran untuk menabrak saja orang yang
menyeberang

jalan

secara

sembarangan,

tidak

mau

memakai

jembatan

penyeberangan yang ada. Untung saja saya tidak ambil pusing pikiran yang tiba tiba
muncul tersebut. Kalau saya merasa bersalah dan cemas dengan munculnya pikiran
tersebut, saya sekarang pasti juga kena OCD lanjut Pak Sundoro.
Betul Pak Sundoro. Memang ada penderita OCD yang ketika mengendarai
mobil selalu bolak balik kembali melewati jalan yang sama hanya untuk
meyakinkan bahwa tidak ada orang yang tertabrak mobilnya. Jawab Pak Hardi
menyahut pernyataan Pak Sundoro.
Pernah saya katakan ke istri agar tidak perlu cuci tangan sesering itu, dia
menuruti nasehat saya, hanya saja sore harinya anak saya sakit flu. Istri saya bilang
kalau flu anak saya terjadi karena tangannya kotor penuh kuman. Akhirnya dia
kembali ke kebiasaannya semula, mencuci tangan berkali-kali. Kalau sudah begini,
bagaimana caranya agar istri saya tidak mandi dan cuci tangan terus-menerus?
Tanya Pak Sundoro.
Biasanya memang tidak bisa tembak langsung begitu. Ada tekniknya
sendiri kata Pak Hardi.
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengenali secara lebih
mendalam OCD yang dipunyainya. Untuk itu Bu Rita perlu mencatat kapan dan
jenis pemicu timbulnya pikiran obsesif. Misalnya: tanggal 14 Desember, ketika
belanja sayuran mendapat uang pecahan ribuan yang sudah kumal dari abang tukang
sayur. Pikiran obsesif yang muncul di otaknya adalah uang itu mengandung kuman
yang bisa ditularkan ke suami dan anaknya dirumah. Bu Rita kemudian merasa takut
dan cemas. Ketakutannya itu perlu dinilai dengan skore antara 0-10. Misalnya untuk
Gunawan Setiadi

Page 150

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

kejadian tadi, skorenya 8. Kegiatan kompulsif yang dilakukannya adalah mencuci


tangannya secara seksama selama 3 menit. Setiap terjadi, pikiran obsesif dan
kegiatan kompulsif itu harus dicatat. Lakukan pencatatan pikiran obsesif kompulsif
itu selama seminggu. Kata Pak Hardi melanjutkan.
Ketika tidak ada yang menyela kata katanya, Pak Hardi kemudian
melanjutkan penjelasnnya.
Langkah berikutnya adalah mengurutkan tingkat ketakutan tersebut dari
yang paling menakutkan ke yang paling tidak menakutkan. Misalnya: memakai WC
di mall mendapat skore 10/10, artinya paling menakutkan, membuka pintu mall
skorenya 7/10 , agak menakutkan dan duduk di bangku taman skorenya 4/10 ,
artinya paling kurang menakutkan. Penderita OCD diminta membayangkan
melakukan kegiatan dari yang paling kurang menakutkan dengan sepenuh hati.
Biasanya kegiatan ini akan menimbulkan kecemasan pada diri si penderita. Begitu
seterusnya hingga kegiatan yang paling menakutkan. Kegiatan ini perlu diulangulang hingga perasaan cemas yang timbul sudah jadi separuhnya atau hilang sama
sekali
Saya akan menemani istri saya melakukan latihan latihan tadi Pak Hardi
Saya kira sebaiknya begitu. Adanya sang suami disampingnya akan
membuat Bu Rita lebih tenang kataku.
Langkah selanjutnya adalah mencegah terjadinya kegiatan kompulsif.
Misalnya setelah duduk dibangku taman dan penderita ingin mencuci tangan, maka
proses mencuci tangan harus hanya boleh sebentar seperti cara orang lain mencuci
tangan. Kegitan ini dilanjutkan dengan pergi dan memakai WC di mall. Kegiatan
mencuci tangan yang dilakukan tidak boleh melebihi cara mencuci tangan yang
dilakukan orang biasa
Pak Hardi, kelihatannya caranya sederhana dan masuk akal. Cuman waktu
itu saya tidak bisa meyakinkan istri saya kalau anak yang terkena flu itu bukan
karena tangan istri saya yang kotor. Terima kasih sekali Pak Hardi atas segala

Gunawan Setiadi

Page 151

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

masukannya. Insya Allah, setelah istri saya sembuh, kami akan ikut gabung dengan
Tirto Jiwo
Sejak pertemuan itu pemahaman Pak Sundoro sekeluarga terhadap OCD
meningkat jauh. Mereka mampu membantu pemulihan OCD yang diderita Bu Rita.
Pak Hardi memberi tahuku bahwa keluarga Pak Sundoro sudah menerapkan metode
tersebut dan melaporkan hasilnya pada pertemuan berikutnya.

Gunawan Setiadi

Page 152

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Fu yung hai Tirto Jiwo

ampir semua orang tahu kalau kebanyakan penderita gangguan jiwa


hanya menganggur, tidak punya pekerjaan, tidak punya penghasilan dan
jadi beban keluarga. Namun tidak banyak yang tahu kalau pekerjaan

sangat penting bagi penderita gangguan jiwa. Pekerjaan merupakan salah satu alat
bantu yang ampuh dalam pemulihan gangguan jiwa. Mempunyai pekerjaan atau
kegiatan yang berarti akan sangat membantu proses pemulihan seseorang yang
menderita gangguan jiwa. Berbagai penelitian telah membuktikan hal tersebut.
Tidak ada seorangpun ahli yang menyangkal pentingnya peranan pekerjaan dalam
proses pemulihan gangguan jiwa. Mempunyai pekerjaan juga merupakan salah satu
tujuan dari pemulihan gangguan jiwa.
Dari penelusuranku di dunia maya, aku tahu kalau di Negara Negara maju
seperti Amerika dan Inggris, hanya sekitar 15% penderita gangguan jiwa yang
bekerja secara penuh. Sebagian besar mereka hanya bekerja paruh waktu. Salah satu
hambatannya adalah para penderita gangguan jiwa Di Amerika dan Inggris
menerima jaminan sosial dari pemerintah. Jamina sosial itu akan dicabut jika mereka
mendapat penghasilan diatas upah minimum.
Di Indonesia, aku tahu bahwa sempitnya lapangan kerja menjadi hambatan
utama bagi penderita gangguan jiwa. Bagi kebanyakan orang normal, mencari atau
menciptakan pekerjaan di Indonesia bukan suatu pekerjaan gampang. Apalagi bagi
penderita gangguan jiwa.
Pada awalnya, terutama ketika dosis obatnya masih tinggi, penderita
gangguan jiwa hanya bisa bekerja paruh waktu. Sedikit demi sedikit, jumlah jam
kerjanya ditingkatkan. Stress pekerjaan yang terlalu berat bisa membuat mereka
kambuh. Ketika kambuh, mereka tidak bisa kerja. Setelah keluar RSJ, mereka perlu
merintis dari awal lagi. Di Indonesia, bisa dipastikan tidak aka nada perusahaan
yang mau menerima pegawai dengan kondisi seperti itu.

Gunawan Setiadi

Page 153

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Salah satu cara untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan


membentuk sebuah koperasi dimana anggotanya campuran antara penderita
gangguan jiwa, tenaga pekerja sosial atau tenaga kesehatan dan para donatur. Di
kota Chania, Yunani ada sebuah koperasi bernama Chania Social Cooperative yang
sebagian anggotanya adalah para penderita gangguan jiwa. Chania Social
Cooperative membuat beberapa jenis usaha, seperti toko souvenir, usaha cuci mobil,
dan kantin.
Di Perancis ada La Fageda, sebuah koperasi yang hampir separuh
anggotanya adalah penderita gangguan jiwa.La Fageda, didirikan oleh seorang
psikolog bernama Cristobal Colon, bergerak dalam bidang peternakan dan
pengolahan susu sapi.
Di Toronto, Kanada ada perusahaan A-Way Express, sebuah perusahaan
antar barang dan dokumen yang sebagian besar pekerjanya adalah penderita
gangguan jiwa. Banyak lembaga wirausaha sosial di Amerika yang bergerak dalam
penyediaan katering, kantin, pertamanan, pergudangan, laundry yang sebagian besar
pekerjanya adalah para penderita gangguan jiwa.
Aku ingin agar Tirto Jiwo juga mendirikan sebuah koperasi dimana sebagian
anggotanya adalah para penderita gangguan jiwa. Mereka bisa bekerja di koperasi
dan mendapatkan bagian keuntungan. Dengan demikian, diharapkan, para penderita
gangguan jiwa tidak lagi menjadi beban keluarganya.
----0000---Pak Bambang, tidak usah aneh aneh mau bikin koperasi segala. Koperasi
sudah mati. Tidak ada koperasi di Indonesia yang bisa hidup dan berkembang.
Apalagi ini kopearsi yang separuh anggotanya penderita gangguan jiwa kata Pak
Amir.
Pak Amir, apa yang bisa kita lakukan untuk membantu para murid agar bisa
bekerja? jawabku

Gunawan Setiadi

Page 154

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Tirto Jiwo kan hanya sekolah pemulihan jiwa, pekerjaan bagipara


lulusannya bukan lagi urusan Tirto Jiwo. Lihat saja UI atau UGM, boleh dibilang
mereka tidak melakukan apa apa terhadap alumninya. Mereka tidak pernah
mencarikan pekerjaan bagi para aluminya jawab Pak Amir
Ya memang, tidak ada kewajiban bagi Tirto jiwo untuk menyediakan
lapangan kerja bagi para lulusannya. Tapi kan tidak ada salahnya kalau kita
membikin koperasi agar bisa membantu lulusannya mendapat pekerjaan kataku.
Pak Bambang, mengurusi Tirto Jiwo saja kini kita sudah mulai kewalahan.
Selain itu, kita kan tidak ahli dalam penciptaan lapangan kerja. Kalau kita bikin
koperasi dan kita bikin berbagai unit usaha, berapa banyak lulusan yang bisa kita
tampung. Bisa menampung 20 anak saja sudah hebat. Padahal rata rata lulusan Tirto
Jiwo tidak kurang dari 20 orang per tahunnya.
Pak Amir, dalam pemikiran saya, koperasi Tirto Jiwo itu akan berperan
sebagai koperasi sekunder yang anggotanya adalah organisasi koperasi primer.
Sedangkan koperasi primer anggotanya adalah penderita gangguan jiwa dan nonpenderita gangguan jiwa. Dalam setiap koperasi primer saya ingin setidaknya 40%
anggotanya adalah penderita gangguan jiwa. Saya kira dengan model begini,
koperasi Tirto Jiwo bisa jadi koperasi yang besar skala nasional. Fokus Koperasi
Tirto Jiwo lebih kearah pemasaran, menggalang modal dan pembinaan
Saya kira modal akan jadi kendala utama. Bagaimana pemikiran Pak
Bambang untuk mengatasi masalah kesulitan permodalan ini? Tanya Pak Amir
Modal koperasi primer seharusnya dari iuran para anggotanya, tapi kita kan
tahu, sebagian besar penderita gangguan jiwa yang kesulitan mencari pekerjaan atau
tidak bisa menciptakan pekerjaan sendiri, mereka berasal dari keluarga tidak
mampu. Mereka pasti kesulitan kalau harus membayar iuran dalam jumlah banyak.
Bila iurannya hanya kecil maka koperasi tersebut akan sulit berkembang. Oleh
karena itu, saya ingin menggalang modal melalui wakaf, infaq dan sedekah.
Tentunya diperlukan pengurus yang bisa dipercaya disini.jelasku.

Gunawan Setiadi

Page 155

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Pak Amir terlihat terdiam. Mungkin soal penggalangan dana dari wakaf,
infaq dan sedekah tersebut belum pernah terlintas dalam pikirannya. Memang
melalui pendekatan tersebut, tidak ada jaminan kalau modal juga akan terkumpul
dalam jumlah yang mencukupi.
Saya kira itu ide bagus Pak Bambang. Layak kita coba. Bila modal yang
terkumpul tetap terbatas, maka saya usul agar Koperasi Tirto Jiwo menggalang kerja
sama dengan para pemodal. Misalnya, dalam usaha penggemukan sapi, peranan
Tirto Jiwo adalah mencari rumput dan merawat sapinya. Tirto Jiwo belum akan kuat
bila juga harus membeli sapi sapi tersebut. Begitu juga dalam hal usaha
perbengkelan, misalnya, kita bisa kerja sama dengan pemodal kata Pak Amir
menyetujui ide yang aku lontarkan.
Pak Amir punya ide soal pemasaran produk produk Tirto Jiwo? tanyaku
Untuk produk kerajinan tangan, saya usulkan agar bisa dibuat personal
sifatnya. Maksud saya, disetiap produk, misalnya tas tangan wanita, disitu disertakan
keterangan bahwa tas tangan ini dibuat oleh Mas Iwan penderita skizofrenia.
Produknya sendiri tetap harus berkualitas. Sasaran kita harusnya konsumer kelas
menengah atas yang punya keprihatinan sosial. Penjualannya bisa lewat toko online
atau kita buka kios di daerah tujuan wisata seperti candi Borobudur kata Pak Amir
menjelaskan.
Aku sangat setuju dengan ide Pak Amir. Kelihatannya sangat masuk akal.
Tantangannya adalah di kualitas produknya. Kualitas produk kerajinan di Indonesia
sering rendah karena dibuat secara asal-asalan.
Pak Amir, terima kasih atas saran-sarannya. Saya kira kita setidaknya perlu
beberapa hari untuk diskusi tentang penyediaan lapangan kerja bagi penderita
gangguan jiwa. Saya akan minta masukan dari Dinas Koperasi juga. Sampai ketemu
lagi Pak, salam untuk nyonya dan anak anak kataku sambil pamit untuk pulang
kerumah.
----0000----

Gunawan Setiadi

Page 156

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Fu Yung Hai adalah sebuah masakan China yang terbuat dari telur yang
digoreng dadar, berisi daging dan sayuran, kemudian disiram dengan saus tomat
kental sehingga rasanya nikmat gurih agak manis. Di Purworejo dan sekitarnya, fu
yung hai yang paling terkenal karena enak dan murah adalah fu yung hai Tirto Jiwo.
Bahkan kini fu yung hai Tirto Jiwo sudah dianggap sebagai kuliner khas Purworejo.
Banyak orang yang bepergian melewati Purworejo menyempatkan diri menikmati
dan membawanya sebagai oleh oleh khas Purworejo.
Malam Minggu itu pembeli sampai harus mengantri untuk bisa menikmati fu
yung hai Tirto Jiwo. Parwoto dan Ruwiyah terlihat sibuk memasak dan melayani
para pembeli. Parwoto adalah lulusan Sekolah Pemulihan Jiwa Tirto Jiwo. Dia
pernah berkali-kali masuk rumah sakit jiwa Magelang karena skizofrenia paranoid
yang dideritanya. Ketika keluarganya mendengar tentang Sekolah Pemulihan Jiwa
Tirto Jiwo, segera Parwoto didaftarkan sebagai murid. Orang tuanya sangat
menyayangi anak laki laki satu satunya tersebut. Harta mereka sudah habis dipakai
untuk membiayai pengobatan anaknya tersebut. Tiga kali masuk rumah sakit jiwa
sudah cukup membuat orang tuanya bangkrut. Ketika mendaftarkan Parwoto untuk
bersekolah di Tirto Jiwo, orang tuanya sudah secara terbuka bilang bahwa mereka
sudah tidak punya uang untuk membiayainya.
Di Sekolah Parwoto belajar dengan efektif. Pelan pelan ketrampilannya
dalam mengendalikan halusinasi dan waham curiga meningkat pesat sehingga tidak
lama kemudian gejala tersebut berkurang. Halusinasi dan waham tidak lagi
mengganggu kehidupannya sehari-hari.
Parwoto mulai terlibat dalam kegiatan sosial yang dikelola Tirto Jiwo. Dia
sangat senang bila diminta membantu istriku memasak untuk kegiatan sedekah nasi
bungkus. Menu andalan buatannya adalah fu yung hai yang dibikin mengikuti resep
fu yung hai ciptaan istriku. Selama kami tinggal di India, istriku berhasil
menciptakan cukup banyak resep masakan yang menurutku sangat enak dan layak
jual. Parwoto sangat pas ketika menterjemahkan resep tersebut kedalam masakan.
Setiap Parwoto membuat fu yung hai, berbagai pujian selalu mengalir. Fu yung hai
buatan Parwoto memang benar benar enak. Jauh lebih enak disbanding fu yung hai
Gunawan Setiadi

Page 157

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

dari restaurant masakan China paling top di Purworejo. Bahkan menurutku, jauh
lebih enak disbanding fu yung hai dari restaurant hotel bintang lima di Yogyakarta.
Dengan dukungan Tirto Jiwo, Parwoto mulai berdagang fu yung hai setiap
sore di alun alun Purworejo. Ternyata sambutan masyarakat sangat positif. Dengan
gerobak dorongnya, dia membuka usahanya sejak jam 6 sore hingga jam 10 malam.
Melalui fu yung hai Parwoto berkenalan dengan Ruwiyah yang tak lama kemudian
dinikahinya. Kini, dia merasa bahwa dia telah bisa pulih dan kembali di masyarakat.
Kini dia tidak lagi mengalami diskriminasi. Dia juga tidak merasa lagi direndahkan
oleh orang lain.
Tentunya semuanya tidak berjalan lancar tanpa halangan. Pada awalnya,
meskipun hanya menggoreng telor dadar, Pak Parwoto tidak bisa melakukannya
dengan cepat. Dengan ketekunan yang luar bisa, pelan pelan dia mampu
meningkatkan ketrampilannya. Mula mula, dia juga selalu kesulitan membuat
adonan bumbu dan resep yang baku. Kualitas fu yung hai buatannya masih naik
turun. Melalui bimbingan istriku, akhirnya Pak Parwoto mampu membuat fu yung
hai seenak buatan restaurant di hotel bintang lima.
Parwoto telah sukses dalam berbisnis. Kesuksesan Parwoto tidak bisa
dibandingkan dengan kesuksesan seseorang yang berpendidikan tinggi. Parwoto
hanya lulus SMA. Namun diantara saudara saudaranya, kini Parwoto termasuk anak
yang paling sukses. Saudara saudaranya hanya bekerja sebagai buruh tani yang
hidup susah. Parwoto sudah mampu membeli sepeda motor.
----0000---Sore itu aku kedatangan tamu, seorang pria berumur 50an tahun, berpakaian
rapi dengan dasi terlilit di kerah lehernya. Aku lihat jam tangannya dari merk
terkenal yang aku perkirakan harganya diatas Rp 50 juta. Ternyata kedatangannya
ke Tirto Jiwo untuk bersilaturahmi sambil menceritakan pengalaman hidupnya.
Tiga puluh tahun lalu, Pak Sukamto, demikian nama tamuku itu, didiagnosis
menderita skizofrenia. Dokternya saat itu berkata kepadanya dan kepada
keluarganya bahwa dia tidak akan pernah bisa hidup mandiri, tidak akan bisa
Gunawan Setiadi

Page 158

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

bekerja, dan tidak akan menikah. Dia akan tinggal di panti rehabilitasi selamanya.
Hari-harinya akan dihabiskan dengan menonton TV bersama dengan teman
temannya sesama penderita gangguan jiwa. Dia hanya akan diterima bekerja sebagai
pekerja kasar bila penyakitnya sedang tenang. Dengan informasi seperti itu, Pak
Sukamto merasa hidupnya tanpa harapan. Tidak heran, sejak serangan yang
pertama, hanya dalam 3 tahun, 5 kali Pak Sukamto kambuh dan dirawat di RSJ.
Saat menjalani rawat inap psikiatri terakhir di usia 28 tahun, Pak Sukamto
didorong oleh seorang dokter spesialis jiwa untuk bekerja sebagai kasir di sebuah
perusahaan. Dokter tersebut ingin hidup Pak Sukamto berubah. Jika dia bisa
mengerjakan pekerjaanya dengan baik, mereka akan memberinya kesempatan untuk
memegang posisi yang lebih tinggi, bahkan ada kemungkinan dia akan diangkat
sebagai pegawai tetap disitu. Ternyata Pak Sukamto mampu melakukan itu semua.
Kini Pak Sukamto telah menjadi pengusaha sukses. Perusahaannya lebih dari
5 buah dan kantor cabangnya tersebar di berbagai kota besar di Indonesia. Beberapa
tahun lalu, dia juga membuka kantor cabang di Singapura dan Hong Kong.
Meskipun Pak Sukamto telah berjuang mengatasi skizofrenia selama
bertahun-tahun, dia bisa menerima bahwa dirinya mempunyai skizofrenia dan akan
harus tetap minum obat selama sisa hidupnya. Hanya dia ingin menolak pendapat
bahwa tidak ada penderita skizofrenia yang bisa sukses. Pak Sukamto telah
membuktikan bahwa penderita skizofrenia bisa sukses. Tidak semua penderita hanya
menjadi pekerja kasar. Penderita skizofrenia juga bisa jadi pengusaha sukses.
Pak Sukamto berjanji untuk datang lagi dilain waktu. Dia ingin berbagi kisah
suksesnya sebagai penderita skizofrenia. Dia ingin membangkitkan harapan
penderita gangguan jiwa bahwa mereka juga bisa sukses seperti dirinya.

Gunawan Setiadi

Page 159

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Rumah kost pemulihan jiwa

etelah keluar dari rumah sakit jiwa (RSJ), sebagian besar penderita
gangguan jiwa belum siap kembali hidup bermasyarakat secara normal.
Kondisi kejiwaannya sering masih labil. Pada kondisi tersebut, penderita

gangguan jiwa memerlukan dukungan psikososial dari anggota keluarga secara lebih
intensif. Sayangnya, tidak semua penderita gangguan jiwa mempunyai keluarga
yang mampu memberikan dukungan tersebut. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, sejak 10 tahun terakhir, di Swedia berkembang rumah pemulihan. Rumah
pemulihan memberikan pelayanan psikososial utuk mendukung proses pemulihan
penderita gangguan jiwa. Di Tirto Jiwo, kami mengembangkan rumah kost
pemulihan jiwa.
Rumah kost pemulihan jiwa merupakan sebuah rumah biasa yang
menampung 1-3 penderita gangguan jiwa yang telah keluar dari RSJ dan sedang
dalam pengobatan rawat jalan. Fungsi utama rumah pemulihan yang berada dalam
pembinaan Tirto Jiwo antara lain: memastikan bahwa penderita minum obat sesuai
perintah dokter; memantau dan mencatat gejala, menemani penderita kontrol ke
dokter ahli jiwa, dan melaporkan perkembangan pasien sehingga dokter bisa
menyesuaikan obat dan dosis agar sesuai dengan kebutuhan penderita; memantau
tanda tanda awal bila penderita akan kambuh dan melakukan intervensi psikososial
untuk mencegah agar proses kambuh tidak berlanjut; membantu penderita
melakukan kegiatan sehari-hari, seperti makan, mandi, berpakaian, menata kamar;
mengembangkan kegiatan positif sesuai dengan perkembangan kondisi penyakitnya
dan sesuai dengan minatnya, misalnya: bermain musik, olah raga, berkebun,
memelihara binatang peliharaan; membantu penderita mengatasi gejala gangguan
jiwanya, seperti: menarik diri, halusinasi, waham, kecemasan, keinginan untuk
bunuh diri dengan memberikan dukungan psikososial, dan membantu meningkatkan
kemampuan psikososial sehingga dapat kembali ke masyarakat.
Pak Sarwo mengalami permasalahan tersebut. Istrinya yang baru keluar dari
RSJ karena gangguan bipolar yang kambuh belum bisa mandiri. Padahal Pak Sarwo

Gunawan Setiadi

Page 160

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

harus tetap masuk kerja dan mengasuh 2 anaknya yang masih sekolah di SD yang
memerlukan perhatian ekstra darinya. Bila beban yang sudah berat tersebut harus
ditambah dengan tugas merawat istrinya, dia merasa sudah tidak sanggup lagi. Dia
takut, hasilnya malah akan kontra produktif, anak anaknya akan terabaikan atau
istrinya akan kambuh dan harus masuk ke RSJ lagi. Akhirnya, Pak Sarwo
berinisiatif untuk menitipkan istrinya ke rumah kost yang mendapat pembinaan dari
Sekolah Pemulihan Tirto Jiwo.
Istri Pak Sarwo dititipkan di rumah kost milik keluarga Pak Karsiman,
pensiunan guru. Rumah Pak Karsiman terlihat sederhana, berlantai keramik, namun
rapi dan bersih. Ada 3 kamar tidur dan 2 buah kamar mandi. Kedua anak Pak
Karsiman telah berumah tangga dan hidup di Jakarta. Secara ekonomi, kedua anak
Pak Karsiman telah mapan. Setiap bulan, mereka mengirimkan sebagian
penghasilannya ke orang tuanya sehingga secara ekonomi Pak Karsiman juga tidak
pernah kekurangan. Pak Karsiman bersedia menjadikan rumahnya sebagai rumah
kost pemulihan jiwa karena alasan kemanusiaan semata.
Pak Karsiman belajar cara merawat dan membimbing penderita gangguan
jiwa di Sekolah Pemulihan Jiwa Tirto Jiwo secara gratis. Dia kini sudah trampil
dalam memonitor mood atau perasaan penderita bipolar. Mereka juga sudah
mengenal berbagai tanda penderita yang akan kambuh atau peringatan dini, gejala
efek samping obat. Mereka juga sudah terampil dalam membantu penderita yang
gelisah, marah atau depresi. Pihak Tirto jiwo juga akan melakukan supervisi dan
bimbingan kepada Pak Karsiman. Semua permasalahan yang berkaitan dengan anak
kost dibahas dan dipecahkan bersama.
Siang itu, Pak Sarwo membawa istrinya kerumah Pak Karsiman. Setelah
berkenalan, mencatat diagnosa, nama obat dan cara pemberiannya , Pak Karsiman
kemudian mulai menerangkan cara membuat rencana kerja pemulihan bagi Bu
Sarwo.
Pak Sarwo, selama tinggal dirumah, kami akan memantau kondisi harian
Bu Sarwo, memastikan bahwa obatnya diminum sesuai petunjuk dokter. Kami juga
akan memantau efek samping obat tersebut. Disini ada daftar efek samping obat
Gunawan Setiadi

Page 161

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

yang mungkin timbul, sehingga kami tinggal memantaunya saja dan melaporkan hal
tersebut kepada dokter Kata Pak Karsiman
Terima kasih Pak Karsiman.
Agar bisa disusun program pemulihan yang baik, kami perlu beberapa
informasi seperti: kondisi Bu Sarwo ketika ketika dalam keadaan sehat dan nyaman,
tanda awal atau peringatan dini bila akan kambuh, kegiatan atau suasana yang
mendukung pemulihan, faktor pemicu kekambuhan, dan siapa yang harus dihubungi
bila terjadi krisis. Kami punya buku rencana kerja pemulihan. Tolong bisa dibaca
dan diisikan informasi yang diperlukan. Bila telah selesai nanti kita diskusikan.
Wah, terima kasih sekali. Saya sangat senang dengan adanya rencana kerja
pemulihan ini. Menurut pengamatan saya, banyak panti rehabilitasi yang tidak
mempunyai program pemulihan yang jelas. Pasien hanya diberi obat, namun
kemudian menganggur seharian. Sebagian diberi kegiatan, tapi semua kegiatan
tersebut sama untuk semua orang, tidak disesuaikan dengan kebutuhan masing
masing. Semua orang bikin amplop surat, bikin sapu, atau kerajinan tangan
Program pemulihan tersebut nanti kita susun bersama disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan Bu Sarwo. Kita akan susun kegiatan harian sejak bangun
hingga kembali ke tempat tidur, kegiatan mingguan dan kegiatan bulanan. Kami
juga akan melakukan talk therapy , istilah kami terapi ngobrol, untuk
menghilangkan pikiran negative dengan pikiran positif. Setelah kembali ke rumah
nanti, rencana kerja tersebut bisa diteruskan dan disesuaikan dengan perkembangan
kondisi Bu Sarwo. Menurut pengalaman kami, rencana kerja pemulihan sangat
membantu seseorang untuk segera pulih. Kat Pak Karsiman.
Baik Pak, saya akan segera isi buku rencana kerja pemulihan ini sehingga
bisa segera disusun rencana kerjanya. Saya tidak bisa lama lama disini. Anak anak
dirumah tidak ada yang menjaga Kata Pak Sarwo.
----0000----

Gunawan Setiadi

Page 162

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Pak Amir, saya takutnya ada sisi negatif juga dari model rumah kost yang
kita kembangkan kataku kepada Pak Amir pada suatu hari.
Apa itu Pak Bambang, saya kok tidak melihat sisi negatifnya. Perkara ada
masalah satu dua saya kira itu hal biasa Jawab Pak Amir.
Saya takutnya, keluarga penderita terus secara gampang mengirim ke rumah
kost. Mereka tidak mau bersusah payah membantu pemulihan anggota keluarganya
kataku menyampaikan keprihatinanku yang selama ini aku pendam sendiri.
Saya kira kita tidak perlu khawatir masalah itu Pak Bambang. Jumlah
rumah kost terbatas. Selain itu, kalau hanya dalam waktu terbatas, misalnya 1-3
bulan, saya kira tidak apa apa. Misalnya, ada penderita baru keluar dari RSJ, masih
kelihatan gelisah tapi diperkirakan dalam waktu 1-3 bulan akan bisa kembali ke
keluarganya, saya kira tidak apa, bisa saja tetap diterima untuk sementara tinggal
dirumah kost. Tapi, kalau untuk pasien yang sudah terlanjur kronis dan memerlukan
perawatan di rumah kost dalam jangka waktu lama, kita perlu menetapkan sebuah
kriteria. kata Pak Amir.
Untuk murid yang kost dalam waktu lebih dari 3 bulan, saya usulkan
kriterianya begini. Pertama, penanggung jawab utama keluarga penderita gangguan
jiwa tersebut sudah tua dan sakit-sakitan. Kedua, adanya penderita gangguan jiwa
akan menyebabkan stres dalam pernikahan atau menyebabkan anak-anak di rumah
keluarga tersebut merasa takut atau marah. Ketiga, tidak ada lagi waktu, tenaga dan
pikiran tersisa untuk melayani penderita gangguan jiwa. kataku
Menurut saya, kita juga perlu membuat kriteria bagi si penderita yang bisa
tinggal dirumah kost, misalnya: Pertama, calon anak kost bisa berfungsi pada tingkat
yang cukup tinggi, memiliki persahabatan, dan bisa terlibat dalam kegiatan di luar
rumah. Kedua, calon anak kost bisa berinteraksi dengan anggota keluarga secara
santai. Ketiga, calon anak kost mempunyai keinginan untuk memanfaatkan layanan
dukungan seperti mau kontrol dan minum obat. Pak Amir menambahkan.
Bagaimana dengan penderita gangguan jiwa yang telah dalam kondisi sakit
parah sehingga sangat sedikit kemungkinannya untuk bisa menjalani kehidupan
Gunawan Setiadi

Page 163

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

keluarga

yang

normal

atau

yang

mempunyai

catatan

kejahatan

seperti

pembunuhan? tanyaku pada Pak Amir.


Saya kira, selama Tirto Jiwo belum mempunyai sarana untuk merawat
penderita yang seperti itu, kita serahkan saja ke Panti Rehabilitasi milik pemerintah
atau milik swasta yang ada jawab Pak Amir.
Aku setuju dengan pendapat Pak Amir. Memperbaiki pola pikir dan
kesehatan jiwa memerlukan waktu yang cukup lama, oleh karena, itu akan sangat
riskan bila Tirto Jiwo menerima murid dengan riwayat kejahatan dan kekerasan.
Mereka mungkin akan sempat melakukan kejahatan sebelum Tirto jiwo mampu
merubah kesehatan jiwanya.
Pak Bambang, bagaimana kalau ada keluarga yang ingin membuat rumah
kost pemulihan jiwa, tapi dia minta ada imbalannya Tanya Pak Amir.
Saya kira selama masih wajar, dalam arti tarifnya wajar dan secara terbuka
disampaikan berapa biaya makan dan akomodasi per harinya, berapa biaya untuk
membawa anak kost berkonsultasi ke dokter spesialis jiwa, dan honor bagi
bapak/ibu kost. Selama orang tua murid dan bapak/ibu kost kedua-duanya sepakat,
saya kira kita tidak ada masalah jawabku.
Bagaimana pendapat Pak Amir soal ini? tanyaku balik pada Pak Amir
Saya juga tidak masalah Pak Bambang. Asalkan kedua-duanya sama sama
ikhlas jawab Pak Amir.
Oh ya, hampir lupa, kemarin saya terima telpon dari Pak Kamarudin,
Purwokerto. Dia ingin membuat rumah kost pemulihan gangguan jiwa juga. Dia
sudah pensiun. Anak anaknya semua sudah sukses dan merantau, malah yang paling
kecil kini kerja di Amerika. Dirumahnya ada 2 kamar kosong yang bisa dipakai
menampung anak kost.
Selama ini kamar yang kosong sipakai apa?

Gunawan Setiadi

Page 164

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Katanya sih dulu untuk anak kost biasa. Kini Pak Kamarudin ingin
memanfaatkan kamar itu untuk pemulihan gangguan jiwa. Dia ingat kakaknya dulu
ada yang menderita skizofrenia. Kakaknya kini sudah meninggal. Dia dulu kurang
perhatian terhadap kakaknya. Ada rasa bersalah pada diri Pak Kamarudin. Untuk
menebusnya, dia ingin mengabdikan sisa hidupnya dengan membuat rumah
pemulihan jiwa. Dia ingin mulai dengan membuat rumah kost dulu.
Saya kira ide bagus sekali. Pak Kamarudin perlu belajar dulu, supaya tidak
keliru. Bagaimanapun membantu pemulihan jiwa kana da ilmunya
Iya, dia sudah setuju untuk datang kemari dan belajar pemulihan gangguan
jiwa.
Pak Bambang, ilmu pemulihan gangguan jiwa kan luas sekali. Bisa perlu
ber-minggu minggu untuk menguasai semuanya. Apa pak Kamarudin bisa
meninggalkan rumahnya selama itu?
Pak Kamarudin akan bawa istrinya. Mereka akan bagi tugas. Pak
Kamarudin akan fokus pada skizofrenia, sedangkan istrinya akan lebih fokus pada
depresi dan gangguan perasaan lainnya. Mereka fasih berbahasa Inggris, jadi bisa
belajar sendiri juga lewat internet.
Bagaimana dengan supervisi dari Tirto Jiwo?
Kita bisa atur nanti. Sekarang ada internet. Kita bisa adakan video
konferensi, kita bisa lihat Pak Kamarudin dan anak kostnya. Tidak masalah saya
kira
Kost pemulihan gangguan jiwa bukanlah ide asli dariku. Di Negara
Denmark, telah ada healing home atau rumah penyembuhan. Rumah penyembuhan
tersebut terletak di daerah pedesaan sehingga mempunyai lingkungan alam yang
segar, bebas polusi. Rumah penyembuhan menggabungkan suasana rumah biasa
dengan dukungan professional dari organisasi nirlaba yang mensupervisi dan
membina mereka.

Gunawan Setiadi

Page 165

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Di Magelang, beberapa perawat jiwa juga memberikan pelayanan serupa.


Mereka merawat penderita gangguan jiwa dirumah. Para penderita tersebut
diperlakukan sebagai anggota keluarga dan mendapat dukungan psikososial yang
diperlukan bagi pemulihann
----0000---Sebuah ide yang hingga kini belum berhasil kuwujudkan adalah mendirikan
club house, sebuah rumah yang dikelola oleh para penderita gangguan jiwa dimana
mereka bisa mengobrol, bersosialisasi, berolah raga, bertukar pengalaman dan
melakukan kegiatan bersama lainnya. Di dalam club house, mereka bisa belajar
ketrampilan tertentu, misalnya di bidang pertanian, perkebunan, atau memasak agar
bisa kembali bekerja ditengah masyarakat. Club house juga menjadi ajang
pertukaran informasi sesama penderita gangguan jiwa. Semua kegiatan disana
dikelola dan dikerjakan bersama, mulai dari membersihkan, menata ruangan,
memasak hingga kegiatan administrasi sederhana. Kegiatan kegiatan tersebut
dikerjakan secara bergiliran atau berkelompok sesuai kondisi masing masing club
house.
Ada 2 model club house yang muncul dibenakku. Model pertama, club house
yang berada di pedesaan yang asri dimana penderita gangguan jiwa bisa tinggal
selama beberapa hari. Club house ini cocok untuk penderita gangguan jiwa yang
tinggal di perkotaan. Secara berkala mereka memerlukan suasana yang
menyegarkan, tenang dan jauh dari keramaian kota. Lebih baik lagi, bila club house
tersebut bisa menyediakan sarana kegiatan, seperti berkebun, memelihara ikan,
beternak ayam dan kegiatan pertanian lainnya. Tentunya, suasananya harus ramah
dan tidak menimbulkan stress. Suasa dan kegiatan kegiatan di club house akan
mendukung proses pemulihan dari gangguan jiwa.
Model kedua, club house yang berada di daerah perkotaan dan berada di
lokasi yang mudah terjangkau oleh kendaraan umum. Penderita gangguan jiwa
datang secara berkala untuk bersosialisasi dan mengadakan kegiatan bersama.
Mereka dapat bermain tenis meja, main kartu, karaoke , atau kegiatan lainnya sesuai
dengan fasilitas yang ada. Secara berkala, mereka juga bisa memanggil nara sumber
Gunawan Setiadi

Page 166

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

untuk membahas suatu topic yang relevan dengan permasalahan yang mereka
hadapi.
Aku belum punya bayangan, kapan ideku ini bisa akan terlaksana. Gambaran
tentang sumber dananya juga belum ada. Semuanya masih berupa angan angan.

Gunawan Setiadi

Page 167

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Life Skills

agi itu, sehabis sholat subuh, udara terasa sejuk dan segar. Kulihat semua
murid sedang berjalan melewati jalan setapak tersusun dari batu alam yang
melingkari halaman belakang Tirto Jiwo. Panjang jalan setapak itu sekitar

500 m, melingkar di lereng bukit Menoreh yang cukup terjal. Berjalan berputar lima
kali setiap hari sudah cukup membuat badan segar dan sehat.
Para murid bukan hanya sedang berolah raga biasa, mereka sedang berlatih
mindfulness, mengendalikan pikiran agar tetap fokus pada kondisi sekarang dan
pada kegiatan yang sedang mereka lakukan.
Mengendalikan pikiran, khususnya bagi penderita gangguan jiwa, bukanlah
pekerjaan mudah. Pikiran mereka terbiasa melayang tidak terkendali. Ketika sedang
mengalami maniak, pikiran mereka berpacu. Ide datang bergantian tidak pernah
berhenti. Ketika sedang cemas, pikiran mereka penuh dengan hal hal yang
menakutkan. Depresi membuat pikiran mereka penuh dengan keputus-asaan, gelap,
tanpa masa depan, tidak ada harapan. Pelatihan mengendalikan pikiran akan
memperkuat

ketahanan

jiwa

mereka,

meningkatkan

kemampuan

mereka

mengendalikan emosi, mengurangi munculnya halusinasi dan waham.


Kusadari, tingkat pengendalian pikiranku masih rendah. Ketika makan pagi
bersama, istriku sering bisa mengenali ketika pikiranku melayang ke lain tempat.
Katanya, mataku menerawang kosong. Persis tatapan kosong penderita gangguan
jiwa. Beberapa tanda lainnya yang menunjukkan bahwa pikiran sering berada
ditempat lain, misalnya: aku sering lupa nama seseorang yang baru beberapa menit
yang lalu dikenalkan, menumpahkan minuman atau menjatuhkan sesuatu karena
perhatianku tertuju ke hal lain, ketika berjalan cenderung cepat tanpa
memperhatikan apa yang sedang terjadi dijalan yang kulewati, sholat tidak khusyuk,
mengendarai mobil secara otomatis tanpa kesadaran penuh. Kata temanku yang ahli
hipnotis, orang seperti diriku akan sangat mudah dihipnotis.

Gunawan Setiadi

Page 168

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Latihan mindfulness dengan berjalan merupakan tingkat yang paling


sederhana. Mereka hanya diminta menarik napas lewat hidung setiap kaki kanan
melangkah dan melepaskan napas lewat mulut ketika melangkahkan kaki kirinya.
Perhatian mereka secara penuh ditujukan pada langkah kaki dan napasnya. Bila
pikiran melayang, ketika sadar, mereka diminta mengembalikannya dengan menaruh
perhatian secara penuh ke keadaan dan kegiatan sekarang yang sedang mereka
lakukan. Awalnya, dalam satu putaran, ratusan kali mereka harus mengembalikan
pikirannya yang mengembara. Melalui latihan rutin setiap pagi, pelan pelan,
kemampuan mereka mengendalikan pikiran meningkat. Perhatian dan pikiran
mereka bisa tertuju pada keadaan sekarang dan kegiatan yang sedang mereka
lakukan.
Latihan mindfulness juga dilakukan dengan meminta mereka memberi
makan ayam, kucing ataupun rusa yang ada di Tirto jiwo. Mereka diminta
memperhatiakn bagaimana tingkah laku binatang tersebut ketika diberi makan,
reaksi seekor ayam ketika makanan mereka direbut ayam yang lain, reaksi kucing
ketika digendong. Pada saat yang bersamaan, mereka juga diminta memperhatikan
dan mengenali pikiran, perasaan dan perilaku mereka sendiri ketika melakukan
semua kegiatan itu.
Latihan mindfulness berikutnya dilakukan dengan meminta para murid
merawat tanaman yang ada dihalaman depan dan belakang Tirto Jiwo. Mereka
diminta mengamati perkembangan tanaman tanaman tersebut, mengenali pikiran,
perasaan, perilaku dan keadaan tubuh mereka ketika melakukan kegiatan kegiatan
tersebut. Latihan ini sangat penting agar mereka bisa menjaga kesehatan jiwanya,
bisa mengenali tanda awal bila ada sesuatu yang mulai tidak beres, bisa
mengendalikan pikirannya sehingga terhindar dari halusinasi dan waham.
Kebanyakan penderita gangguan jiwa tidak sadar emosi mereka hingga
sudah melenceng cukup jauh. Akibatnya mereka kesulitan mengendalikan marah,
kekecewaan ataupun kegelisahan. Mereka tidak bisa mengenali emosi ketika marah
mereka masih pada tingkat normal. Bila mereka mampu mengenali perubahan emosi
pada tahap awal, akan lebih mudah emosi tersebut dikendalikan. Kebanyakan,
Gunawan Setiadi

Page 169

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

mereka baru sadar ketika kemarahan mereka sudah meledak dan berdampak buruk
pada dirinya. Dalam kaitannya dengan pikiran juga begitu. Sering, pikiran mereka
melayang tanpa disadari sehingga lama kelamaan tidak bisa lagi membedakan mana
kenyataan dan mana khayalan. Latihan mindfulness meningkatkan ketrampilan
mereka dalam pengendalian pikiran.
Selamat pagi mas Hanafi sapaku
Selamat pagi Pak Bambang
Bagaimana latihannya pagi tadi ?
Lebih baik dibandingkan dengan ketika pertama kali melakukannya. Tadi
saya bisa merasakan sejuknya udara pagi, rasa dingin di telapak kaki ketika
menginjak batu, suara burung Kata Hanafi
Waktu mulai berlatih, apa yang dirasakan ?
Saya tidak ingat. Pikiran saya melayang ke rumah, ke rumah sakit, kemanamana. Waktu itu, sulit sekali mengendalikan pikiran agar tetap fokus pada apa yang
dikerjakan
Baguslah kalau sudah ada kemajuan. Bagaimana dengan kucing hitamnya?
Siapa namanya?
Namanya Ncil, dari kata kecil. Dulu waktu pertama kali datang masih kecil
sekali, sekarang sudah besar
Bagaimana pikiran dan perasaan Mas Hanafi waktu bermain dan memberi
makan Ncil kemarin?
Ncil itu lucu dan menyenangkan. Sekarang kalau malam dia maunya tidur
didekat kepala saya.
Kuamati kondisi kejiwaan Hanafi sudah jauh bertambah baik. Dia sudah bisa
memperhatikan dan merawat kucing. Gairah hidupnya mulai tumbuh dan
kegelisahannya mulai berkurang.

Gunawan Setiadi

Page 170

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Mas Hanafi, apakah masih suka mendengar suara suara?


Masih pak, tapi sudah jarang
Coba perhatikan, sebelum suara suara tersebut muncul, coba perhatikan apa
yang ada dipikiran mas Hanafi waktu itu, bagaimana perasaannya, apa yang menjadi
pemicunya
Baik pak. Sekarang pikiran saya sudah jarang mengembara. Saya akan
mulai memperhatikan apa yang muncul dipikiran saya sebelum dan ketika suara
suara itu muncul
Informasi

itu

akan

sangat

membantu

proses

pemulihan

Mas

Hanafi,kataku,Baik, silahkan kalau mas Hanafi mau mandi


Ya Pak
----0000---Penderita gangguan jiwa perlu belajar mengendalikan emosi, utamanya
mengendalikan rasa marah. Pagi itu kulihat Pak Amir sedang menjelaskan teknik
mengendalikan kemarahan. Kulihat murid yang hadir mendengarkan pelajaran
tersebut sebagian besar adalah keluarga penderita.
Semua manusia pasti pernah marah. Marah itu normal. Marah itu jadi
masalah bila terlalu sering, terlalu mudah timbul, berlangsung terlalu lama,
intesitasnya terlalu tinggi, Kata Pak Amir
Pak Amir, apa benar kalau tidak berani marah, orang lain tidak akan
menaruh hormat pada kita,? Bu Tuti, salah satu murid yang anaknya bersekolah di
Tirto Jiwo bertanya.
Sesekali marah memang perlu, tetapi bila terlalu sering itu tidak baik.
Ketika marah, pikiran tidak bekerja dengan baik, kemampuan membuat keputusan
juga terganggu. Di kantor, bila terlalu mudah atau terlalu sering marah, reputasi
menjadi jelek. Karirnya bisa terganggu Jawab Pak Amir

Gunawan Setiadi

Page 171

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Ada yang bilang, bila kita marah, sebaiknya jangan dipendam, dilepaskan
saja. Bagaimana pendapat Pak Amir? Tanya Ihsan, salah satu peserta
Memang betul memendan amarah atau mengabaikan rasa marah itu tidak
baik, namun meledakkan amarah juga sama jeleknya. Kalau setiap muncul, rasa
marah tersebut dilepaskan begitu saja, sering merugikan hubungan yang
bersangkutan dengan orang lain. Tidak ada orang yang suka dimarahi. Sering marah,
juga kurang baik bagi yang bersangkutan. Pada saat marah, jantung berdegup lebih
cepat. Bila sering marah, jantung bekerja lebih keras, hal ini memudahkan seorang
pemarah terkena penyakit tekanan darah tinggi dan jantung Jawab Pak Amir
Memendam marah bisa bikin penyakit. Dipendam saja juga bukan
penyelesaian, lama kelamaan, suatu saat akan meledak juga. Memendam marah
tidak baik, melepaskan marah juga tidak baik. Bagaimana cara mengelola marah
yang baik? Tanya Pak Sugeng.
Pak Sugeng, pokok bahasan kita pagi ini memang bagaimana mengelola
kemarahan dengan baik. Pertama-tama, kita perlu mengenali jenis kemarahan
tersebut. Seringkali, kemarahan tersebut merupakan topeng dari rasa malu,
terancam, sakit hati, dan tidak aman. Ada orang marah karena tidak bisa kompromi.
Dia teriak paling keras karena tidak setuju dengan pendapat orang lain dan ingin
agar pendapatnya dituruti. Bisa juga karena dia tidak tahu cara mengekpresikan
dirinya selain dengan cara marah. Dia ingin kelihatan kuat, bukan penakut atau
pengecut dan bisa mengontrol semuanya. Sering juga, orang marah karena melihat
perbedaan pendapat sebagai tantangan terhadap dirinya. Perbedaan pendapat dari
bawahan atau orang lain dipandang sebagai upaya melawan dirinya. Jawab Pak
Amir
Oh pantas, atasan saya kalau dikritik langsung marah. Ternyata dia
memandang perbedaan pendapat itu sebagai upaya membangkang, tantangan
terhadap jabatan yang dipegangnya kata salah satu peserta pelatihan.

Gunawan Setiadi

Page 172

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Anak saya marah kalau kemauannya tidak dituruti. Padahal banyak cara
lain bisa dilakukan agar kemauan seseorang itu dituruti oleh orang lain kata Bu
Tuti.
Betul Bu Tuti. Anak tersebut mungkin selalu dituruti kemauannya bila
marah sehingga tidak belajar cara lain lebih baik. Jawab Pak Amir.
Bagaimana mencegah agar kemarahan kita tidak meledak? Tanya salah
satu peserta.
Biasanya ada waktu beberapa saat sebelum kemarahan itu meledak. Juga
ada tanda tanda yang muncul ditubuh sebelum menjadi tidak terkendali. Kita perlu
mengenali tanda tanda awal tersebut sehingga kemarahan bisa dikendalikan. Tanda
tanda awal tersebut berbeda antara satu orang dengan lainnya. Beberapa yang sering
muncul adalah : tangan mengepal atau rahang mencengkeram, muka merah, jantung
berdegup kencang, napas cepat, sakit kepala, keinginan untuk berjalan keliling, perut
atau bahu menegang. Bila tanda tanda tersebut muncul segera lakukan teknik
relaksasi
Pak Amir, menurut saya, ada beberapa kejadian, orang atau tempat yang
sering membuat seseorang marah. Mungkin dari 10 kali marah, 8 marah disebabkan
oleh penyebab yang sama. Misalnya seseorang selalu marah bila disinggung tentang
kejelekan orang tuanya. Ada juga yang mudah marah bila dikritik hasil kerjanya.
Nah yang bersangkutan perlu waspada terhadap penyebab marah tersebut Kata Pak
Sugeng
Betul sekali Pak Sugeng. Kepekaan seseorang terhadap penyebab
kemarahan memang berbeda-beda. Teman saya sulit marah, kecuali bila ada yang
menjelekkan istri atau anaknya. Kata Pak Amir
Semua terdiam. Kelihatannya mereka semua sedang mengingat-ingat apa
saja yang selama ini gampang membuat mereka marah. Kuihat Pak Amir kemudian
melanjutkan bahasannya tentang cara mengelola kemarahan.

Gunawan Setiadi

Page 173

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Pak Amir, bagaimana cara menenangkan diri ketika marah Tanya salah
satu peserta
Sebelum saya jawab pertanyaan bapak, akan sampaikan secara singkat
kaitan antara kejadian, pikiran, perasaan, perubahan pada tubuh dan perilaku ketika
marah. Ini penting karena dari pemahaman ini kita bisa menyusun cara atau teknik
untuk mengontrol kemarahan tersebut. Dari yang paling mudah dan jelas terlebih
dulu. Bila seseorang marah, maka ada perubahan ditubuhnya. Misalnya: jantung
berdetak lebih cepat, otot menegang, napas bertambah cepat, muka merah, rahang
mengatup keras. Untuk meredakan kemarahan, salah satu caranya adalah dengan
bernapas dalam dan pelan atau memijit bagian otot yang tegang. Jelas Pak Amir
Menurunkan marah juga bisa dilakukan dengan memperhatikan perubahan
pada tubuh kita. Dengan memperhatikan jantung yang berdegup kencang atau
rahang yang mencengkeram, rasa marah bisa perlahan turun kata salah satu peserta.
Tanda ditubuh tadi bisa dipakai sebagai peringatan dini juga, sehingga kita
bisa melakukan kegiatan untuk meredakan marahKata Bu Tuti
Betul sekali, Bu Tuti kata pak Amir
Saya tahu hubungan antara marah dengan perilaku. Perilaku seseorang
ketika marah itu berbeda-beda, ada yang membanting benda, memukul, memakimaki, teriak, jalan keliling ruangan. Implikasi pada pencegahan juga ada. Bila kita
marah, kita lakukan kegiatan yang bisa membuat kita santai, misalnya: jalan jalan
ketempat terbuka dan udara segar, mendengarkan musik, melepaskan marah dengan
memukul bantal. Kata salah seorang peserta.
Saya kira betul sekali apa yang disampaikan ibu tadi. Baik, saya akan
lanjutkan dengan kaitan Antara suatu kejadian dengan pikiran atau kepercayaan
yang timbul. Misalnya bila kita menyapa seseorang namun yang disapa diam saja.
Apa yang muncul dipikiran kita? Tanya pak Amir kepada peserta
Orang itu tuliKata salah seorang peserta
Orang itu sedang melamun, tidak mendengar saapan kita Kata peserta lain
Gunawan Setiadi

Page 174

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Orang itu tidak mau berbicara dengan kita. Dia memandang rendah kita
kata peserta yang lain lagi
Baik, dari satu kejadian pikiran atau kepercayaan yang muncul bisa
bermacam-macam. Ada yang berpikiran bahwa orang tadi tuli atau sedang melamun.
Namun ada juga yang berpikiran bahwa orang tersebut tidak mau bergaul,
memandang rendah atau menghina. Bila pikiran yang timbul adalah orang itu
menghina kita, perasaan apa yang akan muncul? Tanya pak Amir kepada para
peserta pelatihan
Marah kata para peserta hampir serentak.
Jadi, sebenarnya bukan kejadian itu yang membuat orang tersebut marah,
tetapi pikiran yang muncul akibat kejadian itu yang membuat orang tersebut marah.
Dia berpikir bahwa orang disapanya tidak mau menjawab karena orang tersebut
tidak mau menjawab sapaan. Dia dianggap rendah, maka perasaan yang muncul
adalah marah Kata Pak Amir.
Contoh lain, ada orang menilai jelek hasil kerja kita. Maka berbagai pikiran
bisa muncul, misalnya: orang itu ingin memperbaiki hasil kerja, ingin agar dilain
waktu hasil kerja lebih baik lagi, ingin menghina, dan lain lain. Bila pikiran atau
keyakinan yang muncul adalah orang itu menghina, maka perasaan yang muncul
adalah marah. Jelas ya? kata Pak Amir mencoba menjelaskan kaitan Antara
kejadian dengan pikiran.
Jelas sekali Pak
Nah, penderita gangguan jiwa sering mempunyai pola pikir yang kurang
sehat. Mereka sering secara otomatis mengartikan suatu kejadian secara negatif.
Pikiran negative itu yang sering membuat mereka marah, cemas, sedih atau gelisah.
Jelas pak Amir.
Ketika tidak ada peserta yang menyela ucapannya, Pak Amir melanjutkan
penjelasannya.

Gunawan Setiadi

Page 175

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Baik, kita sekarang melakukan latihan. Coba masing masing mengingatingat 2 kemarahan yang terakhir. Coba tulis, kejadian apa yang membuat marah,
pikiran apa yang muncul sehingga menyebabkan timbulnya perasaan marah,
perubahan tubuh apa yang terjadi, perilaku apa yang dilakukan ketika marah.
Masing masing ditulis saja. Tidak usah dikumpulkan. Nanti dirumah buat catatan
setiap kejadian marah. Dari situ nanti bisa dianalisa apakah ada pola pikir yang
negatif, kejadian yang sering jadi penyebab, teknik yang cocok untuk meredakan
kemarahan Jelas Pak Amir.
Masing masing peserta sibuk mengerjakan latihan yang diberikan Pak Amir.
Suasana ruangan menjadi tenang. Beberapa menit kemudian, semua murid sudah
selesai mengerjakan penugasan yang diberikan.
Baik, ada yang mau jadi sukarelawan dengan membacakan kejadian marah
yang terjadi?
Bu Tuti mengacungkan tangannya.
Baik, Bu Tuti yang mau maju. Silahkan Bu kata Pak Amir
Bapak dan ibu sekalian, perkenankan saya sampaikan kejadian yang
membuat saya marah. Kejadiannya di kantor diawal bulan Januari. Ketika
berpapasan dengan boss, saya mengucapkan selamat tahun baru sambil menjabat
tangannya. Boss menjabat tangan saya, namun diam saja, tidak mengucapkan satu
katapun. Dia terus pergi menemui anak buahnya yang lain. Saya benar benar
tersinggung, merasa dihina dan hal tersebut membuat saya marah. Darah saya
rasanya mendidih, jantung berdetak kencang dan napas jadi cepat kata Bu Tuti.
Jadi pikiran otomatis yang muncul dari kejadian itu adalah sang Boss
memandang rendah Bu Tuti. Bu tuti merasa terhina sehingga timbul rasa marah.
Apakah kejadian tadi bisa diartikan lain? kata Pak Amir
Mungkin Boss sedang banyak pikiran, pusing memikirkan perusahaannya
sehingga kurang menaruh perhatian terhadap ucapan selamat tahun baru Kata Pak
Sugeng.
Gunawan Setiadi

Page 176

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Betul Pak Sugeng, beberapa jam setelah kejadian itu saya dapat informasi
kalau bulan lalu perusahaan merugi banyak. Ketika ketemu saya, Boss baru saja
ketemu Direktur Keuangan yang melaporkan adanya defisit tadi. Saya jadi menyesal
telah marah kepada Boss. Kalau saya jadi dia, pasti pusing juga memikirkan
perusahaan yang merugi kata Bu Tuti menyahut kata kata yang diucapkan Pak
Sugeng.
Kulihat semua peserta sudah memahami kaitan Antara kejadian, pikiran atau
keyakinan yang muncul dan timbulnya perasaan marah serta perubahan yang terjadi
di tubuh dan perilaku akibat marah. Kuteruskan pembahasan manajemen marah
dengan cara menyalurkan marah yang baik dan sehat.
Baik kita lanjutkan bahasan kita tentang manajemen kemarahan. Pertama,
coba cari penyebab utama kemarahan tersebut. Bila kita marah karena anak tidak
membawa piring kotor ke dapur, maka cari penyebab mengapa kita frustasi
karenanya. Apakah ada cara lain, selain marah, yang akan membuat anak mau
membawa piring kotor kedapur sehabis makan? Adakah cara, nasihat atau saran
yang membangun?
Jadi prinsipnya, cari alternatif lain, selain marah,

dalam memecahkan

masalah. Marah sering tidak memecahkan masalah, tapi juga menimbulkan masalah
baru lainnya kata Pak Sugeng
Sebelum kita melontarkan kemarahan kita, sebaiknya diturunkan dulu
tingkat kemarahan tersebut. Misalnya dengan mencari udara segar, atau beberapa
menit mendengarkan musik, baru kita hadapi masalah yang membuat marah
tersebut. Pada saat itu, kepala sudah lebih dingin sehingga otak bisa bekerja dengan
lebih baik.Kata Pak Amir.
Setelah berhenti sejenak, Pak Amir melanjutkan penjelasannya.
Bila sedang marah, sebaiknya kita tetap menempatkan kemarahan tersebut
dalam konteks yang lebih luas. Pertama, utamakan bahwa persaudaraan atau
pertemanan lebih penting dibandingkan dengan menang dalam suatu perdebatan.
Coba latih untuk menghormati pendapat atau pandangan orang lain. Kedua, Fokus
Gunawan Setiadi

Page 177

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

pada keadaan sekarang. Bila sedang beradu pendapat, sering dicampur adukkan
masalh sekarang dengan masalah masalah yang lalu. Hal tersebut akan membuat
masalah menjadi semakin rumit. Dari pada fokus pada mencari siapa yang salah,
lebih baik perhatian dan pikiran diarahkan kepada mencari pemecahan masalahnya
dan apa yang bisa dilakukan sekarang untuk memperbaiki hal tersebut. Ketiga, pilih
persoalan yang penting. Jangan berdebat untuk hal hal kecil dan tidak penting.
Keempat, jadilah seorang yang bersedia memberi maaf. Perbedaan pendapat bisa
ditengahi bila kita mau menghilangkan keinginan untuk memarahi atau menghukum
orang tersebut. Fokuskan pikiran pada pemecahan masalah, bukan pada cara
menghukum orang lain. Kelima, bersiap siap dengan setuju untuk tidak setuju.
Artinya, kita boleh berbeda pendapat tapi pertemanan atau persaudaraan tetap jalan
terus Jelas Pak Amir.
Kursus tentang manajemen marah masih berlangsung terus hingga waktu
makan siang tiba. Kulihat, kursus tersebut berjalan dengan lancar. Semua peserta
bisa mengambil manfaat dan puas dengan kursus tersebut.
----0000---Salah satu ketrampilan hidup yang perlu dipunyai adalah ketrampilan
memecahkan masalah. Kupikir ini jelas. Bila semua masalah bisa dipecahkan, tidak
akan ada stress. Stress akan memicu munculnya gangguan jiwa. Semua orang,
terutama para penderita gangguan jiwa, seharusnya mempunyai ketrampilan yang
tinggi dalam pemecahan masalah. Kenyataannya, kebanyakan penderita gangguan
jiwa rendah kemampuannya dalam memecahkan masalah.
Siang itu, Tirto Jiwo mengadakan kursus teknik pemecahan masalah
sederhana bagi para penderita gangguan jiwa dan keluarganya. Kulihat pesertanya
mencapai 32 orang. Sebagian besar peserta berasal dari keluarga yang salah satu
anggotanya menderita gangguan jiwa. Pak Prianto mendapat giliran mengajar.
Setelah mengadakan perkenalan secara singkat, Pak Prianto langsung masuk
kedalam materi.

Gunawan Setiadi

Page 178

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Teknik pemecahan masalah akan kita pelajari dari sisi praktisnya. Nanti kita
akan terjun langsung mempraktekkan teknik pemecahan masalah melalui kerja
kelompok. Perlu saya sampaikan bahwa ada 3 tahap dalam proses pemecahan
masalah. Tahap pertama adalah tahap pemahaman terhadap masalah, yaitu
mengetahui berbagai penyebab dari timbulnya masalah. Tahap kedua adalah
mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan tahap ketiga adalah memilih
cara pemecahan masalah yang terbaik. Katanya memberi sedikit pengantar
terhadap teknik pemecahan masalah. Kulihat semua peserta menyimak kata-katanya.
sebelum kita masuki tahap pertama, mari kita buat 6 kelompok. Masing
masing kelompok terdiri dari 5 atau 6 orang. Ada usulan masalah yang akan kita
coba pecahkan disini? Tanya Pak Prianto kepada para peserta
Saya usul masalah penderita tidak mau minum obat Kata salah satu peserta
dari kelompok I.
Bagus, kita sudah punya satu masalah yaitu penderita tidak mau minum
obat. Saya kira masalah ini sering dijumpai. Ada usul lain? kata Pak Prianto lagi
saya usul masalah tentang diskriminasi masyarakat terhadap penderita
gangguan jiwa Kata salah satu peserta dari kelompok III.
Bagaimana dengan masalah penderita gangguan jiwa yang hidup
menggelandang usul salah satu peserta dari Kelompok IV.
Baik, kita ada 6 kelompok dan ada 3 masalah. Kelompok I dan II
membahas masalah penderita yang tidak mau minum obat. Kelompok III dan IV
membahas tentang diskriminasi masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa.
Kelompok V dan VI membahas penderita gangguan jiwa yang hidup
menggelandang. Silahkan lakukan diskusi tahap pertama yaitu mengenal masalah.
Coba identifikasi penyebab dari masalah masalah tersebut. Ada tersedia 6 laptop
yang terhubung dengan internet. Masing masing kelompok bisa memanfaatkan 1
laptop. Saya kira disetiap kelompok paling tidak ada salah seorang yang bisa
mengoperasikan komputer dan memanfaatkan internet. Jelas? tanya Pak Prianto
pada para peserta.
Gunawan Setiadi

Page 179

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Jelas Pak
Kalau sudah jelas silahkan mulai kata Pak Prianto
Dia melihat masing masing mulai bekerja secara kelompok dengan
menunjuk ketua dan sekretaris kelompok. Sekretaris kemudian mulai menulis
masalah yang telah ditentukan dibagian tengah kertas flipchart sehingga semua
anggota bisa melihat dengan jelas. Semua kelompok mulai berdiskusi dan
mengidentifikasi berbagai penyebab dari masalah tersebut. Dia melihat semua
kelompok memanfaatkan internet untuk mencari informasi yang terkait dengan
masalah yang mereka hadapi.
Dalam waktu kurang dari setengah jam, semua kelompok sudah selesai
melaksanakan tugas kerja kelompoknya masing masing.
Coba sekarang kelompok II presentasi hasil kerjanya. Kelompok yang lain
silahkan bertanya atau memberi saran untuk perbaikan
Kelompok II yang diketuai oleh Pak Poniman maju kedepan. Mereka
memprsentasikan hasil kerja kelompoknya.
Bapak dan ibu sekalian. Kelompok kami membahas masalah penderita yang
tidak mau minum obat. Dari hasil diskusi dan pencarian informasi dari internet, kita
tahu bahwa sekitar 30-60% penderita gangguan jiwa tidak minum obat sesuai
ketentuan dokter. Beberapa penyebab mereka tidak mau minum obat, yaitu:
pertama, penderita tidak mempunyai kesadaran kalau dirinya sakit. Sebagian besar
pasien gangguan bipolar atau skizofrenia tidak mau minum obat karena merasa
dirinya tidak sakit. Hal ini terutama terjadi ketika mereka masih dirawat di rumah
sakit. Setelah keluar dari rumah sakit, sebagian besar menyadari bahwa ada sesuatu
yang tidak beres dengan dirinya sehingga mereka dibawa ke rumah sakit.
Kedua, sikap mereka terhadap obat obatan. Penderita yang sudah lama
menderita dan beberapa kali ganti obat sangat khawatir dengan efek sampingnya
dan takut pada ketergantungan terhadap obat tersebut. Mereka melaporkan bahwa
minum obat dalam jangka lama telah menurunkan kemampuan berpikirnya.
Gunawan Setiadi

Page 180

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Beberapa penderita merasakan bahwa minum obat merupakan suatu hukuman


baginya. Penderita yang tidak suka minum obat karena takut akan efek sampingnya
biasanya mempunyai sikap yang positif terhadap terapi psikososial.
Alasan ketiga adalah terkait dengan sikap mereka terhadap penyakit yang
dideritanya. Minum obat berarti mereka menderita gangguan jiwa, padahal
masyarakat sering melakukan terhadap penderita gangguan jiwa. Mereka malu kalau
harus control ke RSJ.
Alasan lain yang sering dikemukakan adalah alasan keuangan. Mereka tidak
punya uang untuk biaya transportasi, konsultasi dan menebus obat. Mereka juga ada
yang menghentikan minum obat karena menderita penyakit lain.
Dari berbagai alasan yang ada, dalam kelompok, kami cenderung menilai
bahwa penyebab utamanya adalah masalah terkait efek samping obat, termasuk
dampaknya dalam jangka panjang. Terima kasih demikian hasil kerja kelompok II.
Kami siap menjawab pertanyaan atau saran kata wakil Kelompok II.
Ada pertanyaan, komentar atau saran dari Kelompok I atau Kelompok
lainnya ujar Pak Prianto.
Dia melihat salah satu peserta dari Kelompok I mengangkat tangan.
Silahkan wakil dari Kelompok I untuk menyampaikan pendapat, pertanyaan
atau saran ujarnya
Menurut Kelompok I, kami mengelompokkan penyebab dari tidak mau
minum obat dalam dua penyebab utama. Penyebab pertama terkait dengan penderita
atau pasien dan penyebab kedua terkait dengan pelayanan kesehatan jiwa. Penyebab
yang terkait dengan penderita misalnya: penderita tidak merasa sakit, takut terhadap
efek samping obat dalam jangka pendek maupun jangka panjang, menganggap obat
sebagai hukuman, tidak punya biaya untuk berobat dan karena penderita sedang
mengalami sakit yang lain. Penyebab kedua, misalnya karena pelayanan dari RSJ
atau klinik yang tidak menyenangkan, tidak ingin diketahui masyarakat bahwa
mereka sakit, dan sudah bosan bolak balik ke rumah sakit.
Gunawan Setiadi

Page 181

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Ada komentar atau saran dari Kelompok lain? tanya Pak Prianto.
Baik kalau tidak ada. Saya kira tidak ada kontradiksi antara hasil kerja
Kelompok I maupun Kelompok II
Saya sangat terkesan dengan hasil kerja kedua kelompok. Sepertinya
mereka sudah jadi ahli dalam masalah penderita yang tidak mau minum obat. Boleh
tahu, dari mana dapat informasi tentang penyebab penderita tidak mau minum
obat ?Tanya Pak Prianto pada Kelompok I dan II.
Dari internet Pak jawab kedua Kelompok hampir serentak.
Berikutnya presentasi hasil diskusi Kelompok III dan IV serta Kelompok V
dan VI. Mereka melalui proses yang sama dengan kelompok sebelumnya. Dalam
waktu kurang dari 1 jam, presentasi dan diskusi dari 2 masalah tersebut selesai. Kini
saatnya untuk melangkah ke tahap berikutnya, yaitu tahap pengembangan alternatif
pemecahan masalah.
Baik, sekarang kita lanjutkan dengan tahap pengembangan alternatif
pemecahan masalah. Kita pakai hasil diskusi kelompok I dan II sebagai contoh. Kita
sudah tahu berbagai penyebab mengapa seorang penderita tidak mau minum obat.
Untuk mencari jalan keluarnya, kita bisa lakukan brainstorming atau curah
pendapat. Ada yang punya saran tentang cara mengatasi penderita yang tidak mau
minum obat? tanya Pak Prianto pada para peserta.
Dipaksa saja, kita ikat dan obatnya dimasukkan kemulutnya usul salah
seorang peserta.
Dimasukkan kedalam kopi atau teh, biar tidak tahu kalau minum obat usul
peserta lainnya
Pakai suntikan, cukup sebulan sekali disuntik
Tergantung penyebabnya, bila karena efek samping obat, kita usulkan pada
dokter untuk mengganti dengan obat yang lebih cocok

Gunawan Setiadi

Page 182

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Kita minta dokter atau perawat menjelaskan manfaat dan efek samping
obat. Biar penderita tahu sehingga ada kesadaran untuk minum obat. Tidak harus
diawasi terus menerus
Kita usulkan agar obat gangguan jiwa dimasukkan dalam obat BPJS. Pasien
miskin bisa dapat obat gratis
Beberapa ide terus dilontarkan oleh para peserta. Akhirnya terkumpul 14 ide
pemecahan masalah penderita yang tidak mau minum obat.
Langkah selanjutnya adalah menilai setiap usulan tersebut. Kita tulis
kekuatan dan kelemahan dari masing masing usulan tadi dan nanti kita pilih usulan
yang paling sesuai dengan kondisi kita. Kita coba dengan usulan pertama, yaitu
mengikat penderita dan memaksa minum obat dengan memasukkan obat
kemulutnya. Apa positif dan negatifnya usulan tadi? Tanya Pak Prianto.
Negatifnya banyak, yaitu tidak manusiawi, sulit dilaksanakan, tiap kali
minum obat harus ada yang mengikat
Baik, kita lanjutkan pada usulan kedua, dimasukkan kedalam kopi atau teh.
Apa positif dan negatifnya?
Lama kelamaan ketahuan juga. Kalau dicampur kopi, bikin penderita tidak
mengantuk dan tidak bisa tidur. Ini bisa menimbulkan masalah tersendiri kata
salah satu peserta.
Begitu seterusnya pembahasan tentang pengembangan pemecahan masalah
sehingga semua ide dianalisa sisi positif dan negatifnya. Adanya daftar kekuatan dan
kelemahan dari masing masing alternatif pemecahan masalah akan memudahkan
seseorang memilih cara pemecahan masalah yang terbaik.
Pada tahap itu, para peserta sudah siap melangkah ke tahap ketiga dalam
proses pemecahan masalah, yaitu memilih cara pemecahan masalah yang terbaik.
Dengan melihat sisi positif dan negatif dari semua usulan yang ada, bisa ditentukan
satu atau beberapa cara mengatasi masalah penderita yang tidak mau minum obat.

Gunawan Setiadi

Page 183

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Pak Prianto, apakah metode ini bisa diterapkan untuk memecahkan semua
masalah? Tanya salah satu peserta.
Ya bisa dipakai untuk semua masalah sosial. Tidak bisa dipakai untuk
memecahkan masalah teknis, seperti cara mengobati orang sakit malaria. Tidak bisa
dipecahkan melalui metode ini kata pak Prianto memberi penjelasan.
Metode sederhana yang disampaikan Pak Prianto mudah dimengerti dan
gampang diterapkan. Menurut pengalamanku, metode tersebut cukup efektif dalam
memecahkan masalah riil dalam kehidupan sehari-hari, dapat menuntun proses
pemecahan masalah secara rasional dan sistimatis dan dapat menghindarkan
seseorang untuk langsung loncat kepada pemecahan masalah sebelum benar benar
memahami masalah yang dihadapinya.Pemecahan maalah yang baik akan dapat
menghindarkan seseorang dari stress.
----0000---Menderita gangguan jiwa dapat menimbulkan berbagai kesulitan dan
hambatan di hampir semua wilayah kehidupan. Bagi penderita gangguan jiwa berat,
kegiatan kecil dan sederhana seperti berbicara secara terbuka dengan orang lain,
mengelola uang, berteman, mencuci baju, menggosok gigi, dan membersihkan
kamar tidur, sudah menjadi permasalahan tersendiri. Apalagi bila ditambah efek
samping obat yang membuat mereka ingin cepat cepat pergi tidur, membuat para
penderita gangguan jiwa mengalami kesulitan dalam bersosialisasi, belajar dan
mencari pekerjaan.
Program pelatihan ketrampilan hidup (life skills) ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan penderita gangguan jiwa sehingga mereka nantinya akan
bisa hidup mandiri. Komponen pelatihan ketrampilan hidup biasanya meliputi
ketrampilan berbicara dan bersosialisasi, mengelola keuangan, kegiatan dalam
rumah (seperti mencuci, membersihkan rumah, memasak), kebersihan diri (seperti
mandi, potong rambut, gosok gigi), dan ketrampilan mengatasi berbagai gejala
penyakit gangguan jiwa. Berbagai ketrampilan seperti kemampuan berbelanja,

Gunawan Setiadi

Page 184

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

membuat perencanaan dan pemecahan masalah juga dimasukkan kedalam program


pelatihan life skills.
Di Tirto Jiwo, program pelatihan ketrampilan hidup masih sangat terbatas.
Pelajaran yang diberikan dicangkokkan kedalam kegiatan terapi keluarga,
kunjungan rumah, dan melalui berbagai pelatihan yang diadakan.
Program life skills yang dilakukan oleh Canadian Mental Health Association
bagi para penderita gangguan jiwa berlangsung selama 5 bulan, dari jam 10 pagi
hingga jam 3 sore. 3 bulan pertama, kegiatan belajar dialkukan di dalam kelas; 2
bulan berikutnya, program dilaksanakan ditengah masyarakat. Pelajaran yang
diberikan tergabung dalam 5 modul, yang meliputi modul keluarga dan hubungan
kekerabatan, modul tentang gaya hidup atau lifestyles, modul tentang pengenalan
diri, modul tentang pendidikan dan pekerjaan, serta modul tentang komunitas.
Secara bertahap, aku sudah merencanakan untuk mengembangkan berbagai
program life skills yang bersifat individual. Saat ini, semuanya masih dalam bentuk
konsep yang menunggu waktu dan sumber daya pendukungnya.
----0000---Kuamati, salah satu kunci pemulihan gangguan jiwa yang sangat penting
adalah pemahaman dan penghayatan yang benar terhadap konsep ketuhanan.
Penghayatan dan keimanan terhadap Tuhan bisa menghindarkan seseorang dari
stress, cemas, ketakutan dan kegelisahan. Disini, yang prinsip bukan luasnya ilmu
agama, tapi kebenaran konsepnya dan kedalaman penghayatannya. Pemahaman
bahwa Tuhan itu Maha Kuasa, mau menolong hambanya yang meminta, sangat
penting dalam proses pemulihan. Pemahaman dan penghayatan rasa syukur juga
tidak kalah penting.
Sebesar apapaun masalah yang dihadapi, selama keimanannya benar, tidak
akan ada kecemasan,. Bukankah Allah Maha Besar? Dengan pertolongan dan
kehendak-Nya, tidak ada masalah sebesar apapaun yang tidak bisa diselesaikan.
Tidak ada penyakit seberat apapaun yang tidak bisa disembuhkan. Selain itu, adanya

Gunawan Setiadi

Page 185

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

rasa syukur bisa membuat jiwa lebih tenang. Tidak ada iri, dengki, dan berbagai
pikiran negative yang hanya akan memicu timbulnya gangguan jiwa.
Sebagian besar penderita gangguan jiwa tidak mempunyai pemahaman dan
penghayatan tersebut. Mereka mempunyai ilmu agama, namun sering hanya sebatas
sampai di otak, belum merasuk kedalam kalbu.
Pak Bambang, saya setuju dengan pemikiran anda. Masalahnya, bagaimana
memberikan pemahaman dan menumbuhkan pemahaman tersebut kepada para
penderita gangguan jiwa Tanya Pak Amir.
Saya belum tahu jawabannya secara pasti. Dalam pemikiran saya, ada 2
strategi yang perlu diterapkan. Pertama, melalui doa dari keluarganya. Doa punya
kekuatan untuk menjadikan sesuatu yang sulit menjadi mudah. Tentunya, doa akan
lebih mudah dikabulkan bila orang yang berdoa tersebut banyak amal sholehnya. Itu
sebabnya, di tirto Jiwo kita minta keluarga penderita untuk banyak sedekah, sholat
tahajud, sholat hajad, dan melakukan berbagai amal kebajikan lainnya
Pengurus dan guru di Tirto Jiwo juga perlu melakukan itu semua Pak
Bambang
Ya sudah tentu. Kita tidak bisa meminta orang lain melakukan sesuatu yang
kita sendiri tidak mau melakukannya
Itu strategi pertamanya, apa strategi keduanya?
Strategi kedua ditujukan langsung kepada penderitanya. Kita ajari mereka
dzikir sederhana, seperti Allah Akbar, Alhamdulillah, Subhanallah. Tidak kalah
penting, mereka kita ajak melakukan kegiatan amal sholeh, seperti membersihkan
rumah dan memasak untuk Mbah Surip, janda tua yang tinggal sendirian. Kita ajak
mereka membersihkan masjid, membagikan nasi bungkus dankegiatan amal jariyah
lainnya
Saya kira itu pemikiran yang bagus. Maaf Pak Bambang, ada satu yang
masih mengganjal. Penderita gangguan jiwa sering mengalami pengalaman spiritual.
Istilah kerennya spiritual emergent. Bagaimana menurut Pak Bambang?
Gunawan Setiadi

Page 186

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Terus terang, saya juga belum sepenuhnya paham. Beberapa penderita


bilang kalau mengalami pencerahan, tetapi kesadaran yang muncul sering keliru.
Mereka merasa dirinya sebagai nabi, atau yang paling ekstrim, mereka merasa
sebagai tuhan. Mereka juga tidak punya pemahaman yang lebih baik tentang arti dan
tujuan hidup. Seharusnya, kalau mereka benar benar mendapat pencerahan dari
Tuhan, mereka bisa mempunyai pemahaman yang benar tentang kehidupan ini
Saya kira mereka tidak mendapat pengalaman spiritual seperti para nabi
yang mendapat wahyu dari Tuhan.
Nanti kalau pemahaman saya sudah lebih meningkat, kita bisa lanjutkan
lagi diskusi ini kataku kepada Pak Amir.
Obrolanku dengan Pak Amir sementara berhenti sampai disitu. Ilmuku
tentang spiritual emergent memang belum banyak. Berbagai artikel tentang spiritual
emergent menurutku masih spekulatif.

Gunawan Setiadi

Page 187

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Gerakan Pemulihan Gangguan Jiwa

ebagai sebuah sekolah pemulihan gangguan jiwa, banyak hal yang sudah
dikerjakan Tirto Jiwo. Namun, hasilnya masih sangat jauh dibandingkan
dengan jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia yang jumlahnya

mencapai 4 juta orang. Kegiatan Tirto Jiwo masih laksana setetes air yang jatuh
dilautan. Pada tingkat nasional, tidak ada dampaknya apa apa.
Pagi itu, kami berlima mendiskusikan strategi untuk memperluas jangkauan
pelayanan, khususnya bagi mereka yang selama ini belum terjangkau.
Teman teman, kita semua sudah sangat sibuk Banyak penderita gangguan
jiwa yang sudah kita layani secara langsung. Banyak juga kursus yang sudah
diselenggarakan, namun masih lebih banyak lagi saudara saudara di luar sana yang
belum terjangkau kataku mengantar diskusi pagi itu.
Pak Bambang, saya kira kita harus realistis. Tirto jiwo tidak mungkin
memonopoli upaya pemulihan gangguan jiwa. Jangan sampai orang bilang kita
punya waham kebesaran Kata Pak Hardi.
Saya setuju dengan pendapat Pak Hardi. Kita ini hanya sebuah kumpulan
manusia kurang pekerjaan, tidak mungkin menjangkau semua penderita gangguan
jiwa di Indonesia Sambung Pak Amir mendukung pendapat Pak Hardi.
Baik, saya juga sependapat dengan Pak Amir maupun Pak Hardi. Tirto Jiwo
tidak mungkin melakukan sendiri semuanya. Maksud saya, kita perlu mengajak
semua komponen bangsa ini untuk mendukung upaya pemulihan gangguan jiwa.
Kataku
Maksud Pak Bambang, kita perlu mengajak orang lain untuk mendirikan
sekolah pemulihan gangguan jiwa, begitu? Tanya Pak Prianto
Betul sekali, itu maksud saya. Kita ajak orang lain untuk mau membantu
pemulihan gangguan jiwa. Mereka tidak harus menyediakan pelayanan yang komplit
seperti di Tirto Jiwo. Kalau ada yang tertarik ingin mendirikan pusat pemulihan saja,
Gunawan Setiadi

Page 188

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

silahkan dirikan pusat pemulihan. Fokus mereka adalah memberikan pelayanan


pemulihan kepada penderita gangguan jiwa yang tinggal disarana pemulihan
tersebut. Bisa juga, lewat klinik rawat jalan, pelayanan pemulihan tersebut diberikan
melalui rawat jalan saja, penderita datang ke pusat pemulihan sebulan 2-4 kali untuk
mendapat terapi psikososial. Jawabku.
Mungkin lembaga lain fokusnya pada kursus pemulihan gangguan jiwa.
Mereka mengkhususkan kegiatannya pada penyelenggaraan kursus atau pelatihan,
tidak memberikan pelayanan pemulihan langsung kepada penderita gangguan jiwa.
Kelompok masyarakat lain bisa mengembangkan kegiatan terapi keluarga, misalnya
dengan mengembangkan relawan yang melakukan kunjungan rumah untuk
memberikan terapi keluarga dirumah masing masing penderita. Pak Prianto
menyambung kata kaktu.
Saya setuju dengan ide mengajak kelompok lain mengikuti apa yang kita
lakukan. Namun, kita juga perlu memperluas jangkauan pelayanan Tirto Jiwo. Ada
beberapa strategi yang perlu diterapkan. Salah satunya, kita perbesar skala kegiatan
Tirto Jiwo dengan menerapkan teknologi tepat guna. Misalnya, dalam kegiatan
penyebar luasan informasi tentang pemulihan gangguan jiwa, kita bisa tingkatkan
skalanya dengan memakai teknologi informasi. Kita rekam kursus tersebut dan kita
unggah di you tube. Masyarakat Indonesia bisa belajar sendiri lewat you tube. Bisa
juga buat kursus jarak jauh dengan memakai skype , modul pelatihan yang bisa
dipelajari secara mandiri, ataupun kursus on-line. Kita tidak bisa hanya
mengandalkan kursus lewat tatap muka. Kita buat juga kursus untuk para pelatihnya.
Kita buat modul pelatihannya sehingga kualitasnya bisa sesuai standard. Kata Pak
Wibowo.
Pak Wibowo, teknologi informasi bisa juga kita terapkan untuk pelayanan
psikososial, tidak hanya untuk pelatihan. Misalnya, kita bisa lakukan terapi keluarga
dengan memakai skype. Asal keluarga punya laptop dan sambungan ke internet, kita
bisa terapkan terapi keluarga. Gratis, tidak perlu biaya transportasi lagi. Kata Pak
Prianto menimpali usulan Pak Wibowo.

Gunawan Setiadi

Page 189

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Sumber daya manusia atau SDM perlu dikembangkan, baik SDM


professional maupun relawan. Pendidikan formal dilakukan oleh Fakultas Psikologi,
tapi kursus bisa dilakukan oleh lembaga diklat, tidak harus oleh universitas. Tidak
mungkin semuanya dilakukan oleh para profesional. Kata Pak Hardi.
Agar sesama peserta latihan bisa saling belajar, perlu diadakan pertemuan
diantara mereka secara berkala. Dalam pertemuan, mereka bisa saling berbagi
pengalaman. Bila ada dana, dalam pertemuan tersebut, mereka bisa mengundang
nara sumber yang sesuai, seperti psikolog kataku.
Perlu dibuat juga kisah para penderita gangguan jiwa yang bisa pulih. Kisah
tersebut akan dapat menumbuhkan harapan penderita yang lain. Kisah tersebut bisa
dipublikasikan lewat website. Kat Pak Hardi.
Selain studi kasus, berbagai bahan ajaran lain perlu dikembangkan, seperti
rekaman simulasi halusinasi suara, halusinasi visual ataupun simulasi waham. Biar
pelatihan yang dilaksanakan bisa lebih hidup, lebih menarik dan efektif. Kat Pak
Amir.
Jangan lupa sisi keuangan juga digarap. Kita perlu menerapkan prinsip ada
gula ada semut. Harus diciptakan insentif agar para professional mau
mengembangkan dan menerapkan psikologi klinis. Tidak bisa semuanya diserahkan
kepada kegiatan kemanusiaan karena kesadaran masyarakat Indonesia bersedekah
maih rendah. Gulanya bisa disediakan oleh BPJS. Perlu dilakukan advokasi kepada
pemerintah pusat maupun BPJS agar memasukkan kegiatan terapi psikososial
sebagai terapi yang dibiayai oleh BPJS. Kata Pak Amir
Kemenkes juga perlu didekati agar mereka bisa mengeluarkan kebijakan
dan program kegiatan yang mendukung, misalnya perawat di puskesmas diajari
teknik terapi keluarga, membuat rencana kerja pemulihan, dan mengatasi
halusinasi. Usul Pak Wibowo
Kita tidak melakukan itu semua sendiri. Perlu kerja sama dengan semua
pihak yang prihatin dengan permasalahan gangguan jiwa. Baik pemerintah, Fakultas
Psikologi, ikatan Psikologi Klinis, maupun lembaga swadaya masyarakat. kataku
Gunawan Setiadi

Page 190

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Pemerintah itu tidak hanya kemenkes maupun kemensos, tapi juga


kemennaker yang perlu melatih penderita gangguan jiwa agar bisa bekerja kemabli.
Peranan pemerintah daerah juga sangat penting, mereka yang secara langsung
bersentuhan dengan penderita gangguan jiwa dan keluarganya kata Pak Prianto.
Semua itu kan perlu uang. Ngomong ngomong uangnya dari mana ? Kalau
dihitung, dana yang diperlukan bisa mencapai ratusan miliar setiap tahunnya Tanya
Pak Hardi
Tanpa uang, tidak akan ada yang bisa jalan kata Pak Amir menimpali
Jangan begitu, uang bukan segalanya. Kalau kegiatan ini diproyekkan, saya
takut akan rawan korupsi. Apalagi kalau proyek tersebut disentralisasi, akan ada
kumpulan uang yang cukup besar yang akan mengundang masuknya calo anggaran
ataupun calo proyek. Kita pakai pendekatan kemanusiaan dan keagamaan saja Kata
Pak Wibowo.
Saya setuju dengan saran Pak Wibowo. Kita petakan semua kegiatan yang
diperlukan, pelaksanaannya kita serahkan ke masing masing pihak yang terkait.
Misalnya, para pensiunan bisa terjun menjadi relawan. Lembaga keagamaan
maupun lembaga komersial bisa menyediakan pusat pusat pemulihan. Pihak lain
bisa mengerjakan pelatihannya. Pihak lain lagi membantu membuat modul
pelatihan, membuat rekaman untuk diunggah di you tube Kataku mendukung ide
Pak Wibowo.
Saya setuju dengan semua usul teman teman. Sebaiknya, sekarang ada yang
menulis sehingga bisa dibaca oleh berbagai kalangan. Tulisan tadi kita
komunikasikan ke semua pihak yang terkait usul Pak Prianto.
Saya kira Pak Prianto saja yang menulisnya. Kalau cuman buat perencanaan
seperti itu dia sudah pengalaman. Jangan lupa Pak Prianto pernah jadi ketua
Bappeda lho. Usul Pak Amir.
Pak Prianto tidak keberatan dengan penugasan membuat sebuah rencana
besar atau grand design gerakan pemulihan gangguan jiwa di Indonesia. Diskusi
Gunawan Setiadi

Page 191

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

informal pagi itu ditutup dengan makan siang bersama dengan lauk kesenanganku,
fu yung hai Tirto Jiwo. Juga dicapai kesepakatan untuk membuat sebuah rancangan
besar pemulihan gangguan jiwa di Indonesia. Draft rancangan itu akan ditulis Pak
Prianto untuk kemudian didiskusikan kembali sebelum disebar luaskan ke berbagai
pihak yang terkait.
----0000----

Keesokan harinya, tiba tiba Pak Hardi mengundang rapat dirumahnya untuk
membahas Gerakan Pemulihan Gangguan Jiwa di Indonesia. Kami berempat datang
kerumahnya. Pak Hardi sudah siap menunggu kedatangan kami. Dia juga sudah
menyiapkan bubur ayam untuk sarapan bersama.
Maaf, teman teman, semalaman sehabis sholat tahajud, saya merenung.
Tiba tiba punya pikiran berbeda. Pendekatan kemarin kelihatannya sangat birokratis,
pendekatan proyek kata Pak Hardi.
Maksud Pak Hardi? Tanya Pak Amir
Menurut saya, ide kemarin baru bisa terlaksana bila ada dana yang cukup
besar. Hanya organisasi besar yang punya banyak duit atau pemerintah yang bisa
melaksanakannya. Padahal kita tahu, pemerintah masih kesulitan untuk melepaskan
semua penderita gangguan jiwa dari pemasungan. Jangan kita tambah bebannya
dengan upaya pemulihan gangguan jiwa. Selama ini, hanya 1-2 organisasi besar
yang tertarik dengan kesehatan jiwa. Kita perlu ubah strateginya secara mendasar.
Kita jadikan ini sebagai gerakan rakyat. Paling tidak, gerakan para pensiunan jawab
Pak Hardi.
Saya mulai paham sekarang. Seseorang yang sudah terinspirasi bisa mulai
mengerjakan sesuatu yang bisa dikerjakannya. Tidak perlu menunggu punya sarana
yang tidak tahu kapan akan tersedia. Misalnya, seseorang yang salah satu anggota
keluarganya sudah mulai pulih, maka dia bisa mulai membantu penderita gangguan
jiwa lain yang ada dimasyarakatnya kata Pak Prianto.
Gunawan Setiadi

Page 192

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Betul sekali Pak Pri. Contoh lainnya, pensiunan yang tidak punya anggota
keluarga yang terkena gangguan jiwa, bisa mulai dengan membaca artikel tentang
pemulihan gangguan jiwa atau mengikuti kursus yang diadakan, kemudian langsung
mulai terjun mendatangi penderita gangguan jiwa. Bila sendirian merasa kurang
percaya diri, mereka bisa mengajak 1-2 temannya untuk bersama-sama mengadakan
kunjungan rumah
Iya ya, pendekatan model begini tidak memerlukan banyak uang. Kalau
menunggu punya uang untuk mendirikan sekolah gangguan jiwa kapan mulainya.
Kita saja perlu 2 tahun lebih untuk mengumpulkan uang dan membangun Tirto
Jiwo kataku.
Mereka juga bisa mulai mengadakan pelatihan pelatihan di ruang tamu
rumah mereka. Tidak perlu sewa ruangan atau memakai alat proyeksi yang mahal.
Cukup pelatihan tatap muka 2-3 orang. Materi pelatihan kan bisa diperoleh gratis
dari Tirto Jiwo atau dari situs lainnya
OK, saya kira ini usulan yang menarik. Terus bagaimana dengan rencana
pembuatan grand design pemulihan gangguan jiwa?
Tetap saja dibuat. Tidak ada ruginya kita punya grand design, tapi tidak
perlu secara aktif kita sebar luaskan. Kita sampaikan bila ada orang yang
menanyakannya.
Fokus kampanye kita lebih kearah gerakan rakyat atau gerakan sosial para
pensiunan yang bisa langsung dimulai oleh 1-2 orang. Tidak perlu dana besar. Yang
penting ada niat yang kuat.
Meskipun fokusnya pada gerakan individual, ada baiknya kita buat media
untuk saling berbagi. Kita bisa buat newsletter atau surat edaran lewat email.
Biayanya murah tapi efektif
Kita juga bisa buat page atau laman di FB
Page Tirto Jiwo sudah ada di FB, cuman sudah lama tidak aktif. Saya tidak
punya waktu untuk memperbarui isinya.
Gunawan Setiadi

Page 193

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Kalau begitu biar saya yang meng-update page Tirto Jiwo. Tolong saya
dijadikan admin-nya kata Pak Amir.
FB juga bisa dipakai untuk konsultasi. Misalnya bila ada yang ingin saran
terhadap masalah yang mereka hadapi, bisa dilakukan lewat FB atau media
komunikasi lainnya. Pokoknya, kita saling bantu membantu.
Saya usulkan kita aktif di beberapa media sosial, tidak hanya FB kata Pak
Hardi
Asal ada yang mau mengelola saja. Masing masing media sosial perlu
seorang pengelola. Biar isinya tidak sama persis antara satu media dengan media
lainnya.
Pagi

itu

diskusi

masih

terus

berlanjut.

Topiknya

masih

seputar

operasionalisasi dari ide gerakan sosial pemulihan gangguan jiwa. Aku senang
sekali dengan ide ini. Kuharapkan semakin banyak orang Indonesia yang mau turun
tangan membantu pemulihan gangguan jiwa yang ada di lingkungannya masing
masing.

Gunawan Setiadi

Page 194

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Epilog

iga tahun setelah pensiun. Kesibukanku tidak kalah bila dibandingkan


ketika aku masih bekerja sebagai pegawai. Hanya jenis kegiatannya yang
berbeda.

Setiap hari aku bangun jam 3 pagi, masih sama dengan ketika masih belum
pensiun. Bedanya, bisa sholat malam dengan lebih khusuk dan sholat subuh
berjamaah di masjid besar di samping alun alun. Sehabis sholat subuh di masjid,
masih tersisa waktu untuk jalan jalan di pagi hari bersama istriku.
Mulai jam 8 pagi hingga sore hari, kesibukanku beralih ke kegiatan
pemulihan gangguan jiwa. Sekolah Pemulihan Jiwa Tirto Jiwo kini sudah menginjak
usia yang ketiga tahun. Keberadaannya sudah dikenal orang. 10 tempat tidur yang
ada di asrama hampir selalu penuh, bahkan tidak jarang calon murid harus antri.
Haya ada fasilitas bagi murid laki laki di asrama Tirto Jiwo. Murid perempuan
biasanya ditipkan di rumah kost. Saat ini, sudah ada 6 rumah kost yang bergabung
dengan Tirto Jiwo dengan kapasitas total sejumlah 17 tempat tidur. Bangunan bagi
asrama murid perempuan di Tirto Jiwo masih dalam tahap perencanaan.
Diperkirakan, 2 tahun kedepan asrama putri akan sudah bisa berfungsi.
Hari itu hari ke 25 di bulan puasa. Purworejo mulai kedatangan warganya
yang merantau. Hari Raya Iedul Fitri memang sering dijadikan ajang reuni keluarga
dan juga reuni alumni SMA Purworejo. Pagi itu aku kedatangan 3 orang temanku
semasa di SMA, Anwar, Abdul dan Eko. Mereka kini sudah pensiun dan tinggal di
Jakarta.
Pak Bambang, saya tertarik dengan kegiatan sosial anda. Saya juga ingin
ikut-ikutan, tapi kelihatannya tidak bisa di pemulihan gangguan jiwa kata Pak
Anwar.
Pak Anwar dulu jago matematika. Nilai ulangan matematikanya selalu
tertinggi di kelas. Sayangnya, karena keterbatasan dana dari orang tuanya, dia tidak
bisa langsung melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi. Setamat SMA Pak Anwar
Gunawan Setiadi

Page 195

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

diterima bekerja di Kementrian Keuangan. Sambil bekerja Pak Anwar kuliah di


jurusan akuntansi di sebuah universitas swasta di Jakarta. Sebelum pensiun, terakhir
Pak Anwar menjabat sebagai salah satu kepala Sub Direktorat di Ditjen Anggaran.
Aku kira, dari segi keuangan Pak Anwar sudah berkecukupan.
Ya tidak apa apa. Banyak sekali ladang amal yang masih terbuka luas. Kira
kira inginnya bergerak dibidang apa?
Belum ada yang pasti. Mungkin saya akan mendirikan kursus matematika
untuk anak anak SMP dan SMA. Yang mampu harus bayar, yang tidak mampu
gratis. Bisa juga bikin arisan sedekah. Saya akan ajak teman teman bikin arisan
dimana uang hasil arisan disedekahkan kepada keluarga yang tidak mampu. Kalau
sedekah sendiri sendiri kan jumlahnya terbatas. Bila ramai ramai, misalnya 10
orang, maka dana yang disedekahkan kan bisa cukup banyak Jawab Pak Anwar.
Kalau begitu dua-duanya saja. Bikin kursus matematika dan arisan
sedekah Kataku memberikan saran sekaligus tantangan. Dilihat dari sisi
kemampuan keuangan maupun fisik, Pak Anwar mampu melakukan kedua hal
tersebut. Pak Anwar mempunyai halaman rumah yang luas yang bisa disulap jadi
tempat kursus.
Saya mau bikin perpustakaan virtual saja Pak Bambang. Saya akan beli 5
komputer dan pasang internet. Kebetulan di sekitar rumah banyak keluarga tidak
mampu, banyak yang tidak punya komputer. Saya akan ajari mereka memakai
komputer dan memanfaatkan internet. Di internet banyak sekali bahan pelajaran
matematika, bahasa Inggris dan pelajaran lainnya. Kata Pak Eko.
Pak Eko juga langsung bekerja dan baru kuliah sambil bekerja. Dia bekerja
di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perkapalan. Secara ekonomi kelihatan
tetap mapan meskipun sudah beberapa tahun pensiun.
Ide bagus Pak Eko. Insya Allah akan banyak manfaatnya dan juga
membawa berkah bagi Pak Eko sekeluarga kataku menanggapi ide Pak Eko.

Gunawan Setiadi

Page 196

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Saya sedekah tenaga saja Pak Bambang. Hidup saya pas-pasan. Beberapa
bulan yang lalu saya mendapat informasi kalau ada seorang nenek tua, suaminya
sudah meninggal, dan anak anaknya juga susah hidupnya. Tinggalnya tidak jauh dari
rumah. Saya akan kerumahnya seminggu sekali atau dua kali, buat bantu memasak
dan membersihkan rumahnya. Saya juga akan ajak teman teman yang mampu untuk
memberi bantuan materiil kepada sang nenek. Moga moga, kalau saya meninggal
terlebih dulu, istri saya tidak mengalami nasib seperti nenek tadi kata Abdul.
Betul Pak Abdul, kita kerja sosial memang untuk cari berkah. Insya Allah
nasib istri istri dan anak anak sepeninggal kita, bisa lebih bagus dari pada nasib kita
kata Pak Eko.
Abdul juga langsung bekerja sebagai pegawai negeri Kementrian Tenaga
Kerja di Jakarta setamat SMA. Hanya Abdul tidak pernah kuliah, sehingga karirnya
di Kementrian Tenaga Kerja juga biasa biasa saja.
Pak Abdul, saya kira itu ide bagus sekali. Kita sedekahkan apa yang kita
punya. Insya Allah berkahnya tidak akan kalah dengan yang bersedekah materiil
kataku menanggapi ide Pak Abdul.
Aku sangat bersyukur beberapa temanku sudah tergerak mengikuti
langkahku, mengisi pensiun mereka dengan kegiatan sosial. Masa pensiun adalah
masa untuk mengembalikan semua karunia-Nya. Masa dimana kita masih diberi
kesempatan untuk mengubah karunia-Nya tersebut untuk menjadi bekal bagi
kehidupan di akherat.
Kegiatanku di Sekolah Pemulihan Jiwa Tirto Jiwo sudah berjalan dengan
kecepatan tinggi. Sesuai dengan perkiraanku, sebagian besar murid Sekolah
Pemulihan Jiwa Tirto Jiwo adalah keluarga penderita gangguan jiwa. Sudah lebih
dari 1000 murid belajar di Sekolah Tirto Jiwo. Mereka ingin belajar cara membantu
anggota keluarganya yang terkena gangguan jiwa. Alasan mereka sangat praktis,
lebih mudah bagi mereka datang ke Tirto Jiwo dan belajar seluk beluk pemulihan
gangguan jiwa, dibandingkan dengan membawa anggota keluarga yang sakit untuk

Gunawan Setiadi

Page 197

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

datang dan belajar di Tirto Jiwo. Waktu yang mereka perlukan akan lebih lama,
biaya lebih besar dan juga lebih merepotkan.
Ada berbagai jenis kursus bagi keluarga penderita gangguan jiwa. Mereka
memilih kursus sesuai kebutuhan masing masing. Sebagian murid yang telah
berhasil membantu pemulihan anggota keluarganya kemudian bergabung menjadi
relawan Tirto Jiwo. Mereka ingin membagikan kebahagiaan yang mereka dapatkan,
karena anggota keluarganya bisa pulih dari gangguan jiwa, kepada keluarga lain
yang membutuhkan bantuan.
Terapi keluarga juga terus berjalan. Selama 3 tahun, sudah ada 24 keluarga
yang mendapatkan manfaatnya. Beberapa keluarga telah mendapat terapi keluarga
secara penuh yang berlangsung selama 18 bulan. Sebagian dari mereka, kebanyakan
keluarga yang relatif berpendidikan baik dan secara ekonomi tidak kekurangan,
kemudian bergabung dan menjadi relawan Tirto Jiwo. Jumlah 24 keluarga tersebut
belum termasuk keluarga yang mendapat terapi keluarga dari alumni Sekolah Tirto
Jiwo yang sebagian besarnya masih berlangsung hingga sekarang. Mereka belum
menyelesaikan ke seluruhan 18 sesi seperti yang direncanakan.
Tentunya tidak semuanya selalu berjalan mulus. Bangunan gedung Tirto
Jiwo memerlukan biaya yang tidak sedikit. Untuk pematangan tanah saja biaya yang
dihabiskan lebih dari Rp 50 juta. Penyebabnya antara lain karena kenakalan
perusahaan yang menangani pematangan tanah tersebut. Proses pembangunan
gedung Tirto Jiwo memerlukan waktu lebih lama dari yang direncanakan.
Untungnya, Tirto Jiwo tidak pernah mengalami kerugian. Meskipun
pemasukan dari para murid tidak pernah bisa menutup seluruh biaya operasional,
selalu saja ada dermawan yang memberikan sumbangan sehingga biaya operasional
selalu tercukupi. Beberapa dermawan juga memberikan sumbangan bagi
pengembangan Tirto Jiwo, sebagian dalam bentuk tunai, sebagian dalam bentuk
material. Peralatan belajar mengajar dan peralatan untuk telemedicine juga
merupakan sumbangan dari para

dermawan. Setiap bulan, pengelola membuat

laporan keuangan dan diunggah di website Tirto Jiwo yang beralamat di


http://tirtojiwo.org/?page_id=249
Gunawan Setiadi

Page 198

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Tiga tahun setelah pensiun, hari hariku masih tetap padat dengan berbagai
acara. Semua kegiatan selalu kulakukan dengan semangat dan antusias. Namun
semuanya itu kujalani dengan santai, tenang, tidak terburu-buru dan tanpa beban.
Kupikir, inilah model kehidupan dimasa pensiun yang kuinginkan.

Gunawan Setiadi

Page 199

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Tentang penulis

Gunawan Setiadi lahir di Purworejo pada 27 Juli 1955. Laki laki yang sudah
mulai beruban ini saat ini tinggal di New Delhi, India karena tuntutan pekerjaan.
Pendidikan akademisnya berawal dari Fakultas Kedokteran UGM dan lulus
tahun 1980. Setelah bertugas selama 3 tahun sebagai dokter Inpres di Puskesmas
Paloh Kalimantan Barat, ia kemudian pindah ke Pusdiklat, Kemenkes. Pada tahun
1986 dia mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya di Department of Health
Policy and Administration, School of Public Health, University of North Carolina at
Chapel Hill, di Amerika Serikat dan meraih gelas Master of Public Health di tahun
1988. Sepulang dari Amerika, ia meniti karir di Kementrian Kesehatan hingga
pensiun dini di tahun 2006. Ia kemudian bergabung dengan sebuah lembaga
internasional yang bergerak di bidang kesehatan masyarakat.
Penulis aktif di kegiatan sosial dengan mendirikan Panti Asuhan Amanah di
Komplek Perumahan Reni Jaya, Pamulang, Tangerang Selatan (telpon 021-7430Gunawan Setiadi

Page 200

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

711) dan Klinik Umiyah, sebuah klinik rawat inap medik dasar khusus dhuafa di
desa Lugosobo, Purworejo. Informasi tentang Klinik Umiyah bisa diakses di website
Klinik Umiyah di www.klinik-umiyah.com.
Saat ini penulis bersama teman dan adik adiknya, sedang merintis pendirian
Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa Jiwa Tirto Jiwo. Informasi tentang Tirto Jiwo
bisa diakses di website www.tirtojiwo.org. Royalti hasil penerbitan buku ini
sepenuhnya akan dipakai untuk membiayai kegiatan pemulihan gangguan jiwa di
Indonesia..
Pembaca yang ingin berinteraksi atau memberi kritik dan saran kepada
penulis silahkan menghubungi melalui email di setiabudi55@yahoo.com.

Gunawan Setiadi

Page 201

Anda mungkin juga menyukai