Anda di halaman 1dari 11

Lampiran 1

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN PNS YANG SUDAH PENSIUN


Hari/Tanggal :
Tempat :
Waktu :
Narasumber :

1. Selamat Siang Pak


2. Siang
1. Saya mau nanya dulu tentang identitas, Identitas..namanya boleh ditulisin atau
nanti dirahasia’in?
2. Gak papa, ditulisin aja gak papa
1. kalau gitu nama, umur, gitu pak
2. Nama, SH (informan menyebutkan nama), umur saya 61 tahun
1. begini pak , saya Bariqi Lazman dari Universitas Lancang Kuning Jurusan
Psikologis ingin menanyakan tentang PNS yang sudah pensiun , bolehkah saya
meminta kesediaan bapak untuk melakukan wawancara
2. boleh boleh , nama saya SH , alamat di jalan pinang merah rt 1 rw 10 kelurahan
tangkerang timur , kecamatan tenayan raya
1. terima kasih pak , nah pertama saya ingin bertanya pak , kemaren pas pensiun
umur berapa pak ?
2. kemaren saya pensiun di umur 58 nak
1. Bapak kemaren jadi PNS pada tahun berapa pak ?
2. Kemaren saya jadi PNS pada tahun 1987 , pensiun pada tahun 2017
1. Berarti kurang lebih 30 tahun lah ya pak mengabdi sebagai seorang PNS
2. Iya hampir hampir 30 tahun lah
1. menurut bapak ni , apakah banyak perubahan yang terjadi ketika bapak pensiun ?
2. tentu saya mengalami perubahan , saat ini yang pasti perubahan perubahan dalam hidup
saya yang saya alami , mulai dari keseharian keseharian saya lah ikut berubah
1. contoh nya kayak mana tu pak ?
2. ya contohnya kayak bangun pagi , yang dulu saya ke kantor , sekarang saya hanya minum
kopi dirumah sambil nonton , kadang saya ngantar anak dulu ke sekolah , soalnya
kemaren kan pas kerja jadi PNS jarang saya antar soalnya saya sibuk tu sebelum pergi ke
kantor , barang barang inilah yang di bawa , itulah , sekarang setelah pensiun waktu saya
ya lebih banyaklah buat anak saya , mulai dari ngatar dia pergi sekolah , jemput anak
saya ketika pulang sekolah , gitu
1. jadi lebih perhatian lah ya pak setidaknya sekarang ke anak , ada perhatian lebih
gitu
2. nah seperti itulah, sibuk ngurus anak aja sekarang lagi
1. sama istri makin sayang lah tu ya pak
2. hahahahahaha tentu lah makin makin lah pas udah pensiun ni lebih dekat sama keluarga
tibanya saya
1. Bagaimana kondisi fisik bapak yang bapak rasakan sekarang setelah pensiun?
2. Ya menurut saya untuk masalah psikis itu biasa karena faktor usia ya mas ya, karena ada
penurunan itu hal yang wajar, mungkin dari segi daya ingatan, itu hal-hal yang sangat
biasa mas. Karena kan usia itu sangat menentukan, apa lagi kalau kita tidak hanya diam
itu mempengaruhi seseorang akan lebih tua. Katakan lah kalau biasanya bekerja, terus
tiba-tiba diam nah itu dampaknya pada psikis, psikologinya akan terganggu.
1. Berarti tidak ada hal-hal yang begitu menganggu ya tentang kondisi fisik ya pak ?
2. Ya sementara waktu ini tidak ada, kita harus berusaha semaksimal mungkin, fisik dan
psikis kita tanggulangi sedemikian rupa, apakah kita harus mengisi TTS (Teka Teki
Silang), kita harus membaca, itu kan membuat orang akan lebih bisa bertahan supaya
psikologinya tidak menurun.
1. Apakah ketika pensiun ini bapak mengalami kecemasan? Apakah bapak cemas
akan hal itu?
2. Kecemasan itu saya rasa hal manusiawi ya mas, karena biasanya dulu saya menerima gaji
100% sekarang maksimal 75%. Sedangkan untuk kebutuhan kehidupan itu sekarang
menuntut dan tidak bisa di bantah lagi mas. Kecemasan itu timbul pada semua orang mas.
Tidak hanya timbul pada orang yang sudah pensiun ya. Jadi kecemasan seseorang itu,
baik orang yang masih bekerja, maupun orang yang sudah pensiun pasti akan kena
kecemasan. Jadi kecemasan itu tidak hanya dialami orang yang sudah pensiun saja. Tapi
besar kecilnya kecemasan itu tergantung orangnya mas, tidak bisa disama ratakan.
1. Tadi bapak mengatakan kecemasan seseorang itu besar kecilnya berbeda di setiap
orang. Kalau bapak sendiri bagaimana kalau boleh tahu?
2. Yaa saya rasa kecemasan itu maksimal ya pendapatan yang dipotong 25% itu mas.
Karena kan kita ibaratnya dulu menerima 3 juta, sekarang setelah pensiun menerima 1
juta. Cukup kah uang segitu mas untuk hidup? 1 bulan untuk biaya sekolah, kan itu kan
kita harus selalu ada to mas. Yaa disitu itu lho mas. Kalau kita menghitung besar kecilnya
kecemasan itu tidak bisa. Ya paling tidak maksimal dipotong 25% dari gaji, karena untuk
kehidupannya hanya 25% mas.
1. Selain itu ada atau tidak pak? Selain masalah kebutuhan, gaji, ada hal-hal yang
bapak cemaskan gak pak?
2. Yaa karena sekarang yang perlu kita cemaskan untuk kehidupan ya, yang satu
pendidikan. Kita juga perlu pendidikan, mencemaskan pendidikan mas, karena apa?
Sekarang saat ini pendidikan sangat penting. Kita mencemaskan anak mas, kita kadang-
kadang perlu mencemaskan anak kan? Dari segi pergaulan, itu juga masuk dalam teori
kecemasan. Tidak hanya orang yang sudah pensiun saja.
1. Berarti saat sudah pensiun ini bapak masih cemas dan mencemaskan anak?
2. Yaa mau nggak mau, kelanjutan anak didik kita itu bagaimana? Ya itulah, masalah
kecemasan itu memang semuanya pasti “oh iya yak ok ak wingi kok ra sambil buka
usaha ya?” merasa cemas to mas. Kenapa saya tidak ambil sampingan untuk menambah
supaya setelah pensiun ada kerja sampingan umpamanyakan begitu, itu juga suatu
kecemasan menurut saya. Itu gak tau lahh…
1. Nah ini, kerja sampingan atau kegiatan sehari-hari bapak itu apa? Ada atau tidak?
2. Saya kerjaan sampingan tidak punya, tapi kalau pekerjaan sosial kemasyarakatan saya
ada mas. Ya mengurusi bagian kepemerintahan. Kerja sosial kemasyarakatan ada mas itu
malah lebih berat mas. Saya kan menjabat sebagai RT disini mas.
1. Menjabat sebagai ketua RT itu hal yang membuat hiburan buat bapak supaya
tidak stres atau seperti apa pak?
2. Yaa itu tadi dengan adanya kegiatan itu ya mas, mau nggak mau kan ada komunikasi
antar sesama, kan bisa tukar pendapat dan komunikasi pada masyarakat, jadi ada timbal
balik, supaya saya tidak merasa kesepian dan punya hiburan, biarpun hiburannya hanya
sambil bercanda- canda. Sebenarnya menjadi pengurus RT itu lebih berat dari pada
pegawai. Kenapa? Karena menjadi pengurus sosial masyarakat itu hasilnya hanya
cemooh mas.
1. Itu cemoohan dari masyarakat membuat bapak semakin stres atau bagaimana?
2. Tergantung orangnya mas. Kita melangkah bener pun hasil nya cemooh, apa lagi kita
jalannya gak bener, samsoyo di cacat. Jadi tergantung orangnya, mau dimasukan dalam
hati nanti gampang stres.
1. Kalau bapak ketika dapat cemoohan itu bagaimana?
2. Ndak perlu dimasukkan dalam hati, ndak perlu, nanti malah saya stres sendiri. Jadi kalau
kita pengurus ambil selow enak mas
1. Oke pertanyaan berikutnya pak. Bagaimana perasaan bapak ketika kemaren
mengetahui sebentar lagi akan pensiun?
2. Ya biasa saja mas, orang bekerja itu sudah punya batasan waktu sama seperti yang saya
sampaikan tadi, jadi hal-hal itu biasa mas. Kalau kita tidak mau secara naluriah, hak nya
sudah sampai disitu terus menuntut hak nya lebih dari itu malah bukan menjadi haknya,
jadi kita harus terima.
1. Terus sebelum pensiun kemaren , bagaimana sih pak persiapan bapak ?
2. Yaa persiapannya mau apa lagi to mas, usia sudah segini. Kalau keinginan sih ya muluk-
muluk inigin persiapan pensiunnya buka usaha, usaha apa ya? Ya itu tadi 2 tahun
menjelang pensiun sudah di berikan hak itu, untuk melangkah mempersiapkan kelulusan.
Kita terima saja jangan dipikir pusing. Ya nanti kalo ada keinginan buka usaha ya kalau
ingin saja, ingin mengisi waktu umpamanya, nanti buka warung jual rokok, umpamanya
buat kebutuhan sehari hari. Maksudnya tidak seperti pekerjaan yang di alami.
Umpamanya bekerja terus sudah pensiun, lalu mau berkecimpung lagi terhadap
masyarakat yang ingin mensertifikatkan, berarti itu sama saja belum mau melepas
pekerjaannya, itu berarti belum siap pensiun. Itu menurut saya lho mas. Kalau sudah
pensiun jangan berkecimpung disitu lagi, buka usaha yang lain. Itu yg namanya kita
mempersiapkan diri untuk pensiun. Kalau usaha lain membuka kelontong untuk
memenuhi kebutuhan lagi nah itu namanya pensiun.
1. Setelah pensiun , apakah bapak punya keinginan yang belum terlaksana pak?
2. Semuanya tu keinginan itu kalau dituruti gak ada habisnya mas, kalau keinginan tapi
tidak di dasari kemampuan baik fisik maupun psikis dan finansial itu sama aja bohong
mas, cuam angan-angan semata. Jadi kalau mau melakukan sesuatu ada 3 yang tidak bisa
dilepaskan, fisiknya, pola pikirnya, dan finansial. Tanpa ini nonsense mas. Tiga hal ini
harus ada mas, fisiknya sudah tidak ada kok mau bekerja, nihil to mas? Mau buka usaha
nggak ada modal, nol to mas? Fisik ada, modal ada, kemampuan pengelolaan kurang ya
pincang mas. Jadi untuk suatu keinginan di capai 3 serangakai tidak bisa dipisahkan.
Kalau main kayu ya ibarat entek alasentek omah mas, teori tadi. Jadi kita harus mengukur
kemampuan kita
1. Saya sekarang bertanya hak dan kewajiban ini. Menurut bapak ini apakah
pekerjaan bapak sebelumnya dihargai masyarakat atau lingkungan sekitar pak?
2. Kalau menghargai ya menghargai bagaimana, ada yang kadang menghargai dengan cara
konsultasi dengan dia, ada manfaatnya. Contoh saya mencoba menolong dan
menghitungkan pajak bangunan, tapi jangan percaya 100% terhadap saya, harus ada
balancing nya mas. Kalau ada masalah sengketa-sengketa itu kalau saya bisa mengatasi
saya ya mengatasi, kalau tidak ya ada ranahnya yang lain. Yang penting saya sudah
memberikan bantuan.
1. Kalau boleh, kalau bisa diceritakan hal apa sajakah yang sudah bapak lakukan
untuk memenuhi hak dan kewajiban?
2. Kalau kewajiban kinerja saya, harus kerja, kalau tidak masuk ya saya ijin.Kalau hak ya
kalau perlu kita ambil, kaya cuti. Saya jarang mengambil cuti, setiap tahun kita punya
hak untuk ambil cuti. Saya tidak perlu, rugi kalau ambil cuti, ya itu tadi kehilangan teman
bermain. Karena kita cuti nggak ada fungsinya kita kehilangan teman bermain, karena
sudah dekat ya sok nggarapi sok bercanda-bercandaan, kan jadi hiburan mas.
1. Pernah dapet tugas yang susah nggak pak dari atasan?
2. Yaa susah tapi bisa diatasi mas, karena akhirnya diatasi aparat setempat. Saya sudah
sampai lokasi terus saya dilarang untuk melakukan tugas. Karena ini beban tanggung
jawab saya untuk melakukan tugas, saya minta anda untuk menulis dan tanda tangan data
lapangan, saya diberhentikan karena masih ada masalah sengketa tanah. Saya juga
memberikan saran supaya segera ditangani masalahnya. Ternyata masalah selesai
ditingkat kecamatan, terus saya dipanggil lagi untuk melanjutkan pekerjaan itu lagi, saya
dikawal polisi juga, karena sengketa itu rawan dan bahaya mas, makanya wong jowo itu
“sak dumuk batuk senyari bumi relo dinyohipati”, gara-gara segenggam tanah bisa jadi
peperangan dan perkara.
1. Bagaimana cara bapak mencapai pekerjaan yang anda lakukan?
2. Saya nggak pernah mas, karena resikonya tinggi, yang biasa-biasa saja mas, sesuai
dengan jalurnya saja mas, jadi nggak muluk-muluk mas. Ingin mencapai tujuan yang
paling tinggi gak ada mas. Kan sudah mau pensiun mas, ra mungkin mas. Tidak ada mas,
sudah tidak layak lagi memiliki keinginan yang tinggi. Buka menutup kemungkinan
kalau masih tua tidak boleh tinggi-tinggi, harus mengukur 3 serangkai tadi mas, harus ada
kemauan, kemampuan, dan finansial yang harus ada mas. Filter dari 3 serangkai itu
adalah telinga mas, jadi telinga untuk menyaring yang baik dan buruk mas, otak berpikir,
tangan bertindak, dan mulut berbicara.
1. Kalau keluarga sendiri mendukung pekerjaan bapak nggak?
2. Ya jelas mendukung to mas, kadang-kadang ada tugas mau ngak mau saya meninggalkan
karena ada tugas, kalau nggak mendukung pasti saya nggak boleh pergi mas. Contoh saya
ditugaskan di diklat di bandung. Kalau nggak mendukung, saya gak berangkat terus saya
akan di pecat. Berati kehidupannya anak sengsara, mengijinkan harus tetap mendukung
pekerjaan saya, yang penting disana aman dan sehat.
1. Terus kalau cara mengungkapkan rasa syukur sampai saat ini bagaimana pak
caranya?
2. Bersyukur di kasih umur panjang bisa mencapai bisa lulus, kadang-kadang ada yang
bersyukur aku arep ngene-ngene, ada yg diungkapkan dengan nadzar. Jadi ungkapan
syukur seseorang itu berbeda-beda mas, tidak bisa diungkapkan, paling untuk pribadi
sendiri, kadang-kadang bersyukur sesuai keyakinan iman masing-masing mas. Ingin
mengucapkan syukur dengan ditonjolkan ke media masa, gitu juga bisa.
1. Kalau nilai-nilai kerja, prinsip kerja yang bapak miliki itu apa pak?
2. Prinisip nya yang jelas adalah pekerjaan didepan mata harus dikerjakan mas, maunya
segera dikerjakan, tapi kadang-kadang juga ada kendala mas, pasti ada kendala mas.
Ingin bekerja 100% ya tidak sesuai dengan realita. Kita bekerja tidak sendiri, jadi harus
mendengarkan orang lain mas kalau bekerja, ya 3 serangkai tadi mas. Kita harus
ngomong dan harus memberi contoh juga mas. Soale nek kita bekerja itu tidak selalu
benar, pasti ada salahnya juga.
1. Kalau masalah dikeluarga sendiri, sikap bapak saat bekerja dan dirumah sama
atau tidak?
2. Pasti ada perbedaan mas, tidak bisa disamakan mas, dirumah tangga dan dikantor itu
berbeda mas, nanti kalau masalah dirumah dibawa kekantor nanti repot mas, bubar
kantore mas.
1. Kalau prinsip pak, prinsip-prinsip itu tadi di lakukan juga di rumah atau tidak?
2. Iya jelas, harus tetap memberi prinsip-prinsip itu mas pada anak, sopan santun saya
berikan ke anak juga mas.
1. Seberapa cintanya bapak dengan pekerjaan bapak?
2. Kalau dengan pekerjaan tu ya sewajarnya saja, saya mencintai pekerjaan saya ya karena
itu dunia saya mas. Sewajarnya saja.
1. Bisa bapak ceritakan arti kerja dari bapak?
2. Orang mengartikan kerja bisa diartikan seperti perintah atau keinginan. Kalau perintah itu
melaksanakan mas. Kalau keinginan itu membuat pekerjaan sendiri mas, menyibukkan
diri sendiri.
1. Kemaren sebelum bapak pensiun , bagaimanasih cara bapak mempersiapkan diri
pak ?
2. Yaa persiapannya mau apa lagi to mas, usia sudah segini. Kalau keinginan sih ya muluk-
muluk inigin persiapan pensiunnya buka usaha, usaha apa ya? Ya itu tadi 2 tahun
menjelang pensiun sudah di berikan hak itu, untuk melangkah mempersiapkan kelulusan.
Kita terima saja jangan dipikir pusing. Ya nanti kalo ada keinginan buka usaha ya kalau
ingin saja, ingin mengisi waktu umpamanya, nanti buka warung jual rokok, umpamanya
buat kebutuhan sehari hari. Maksudnya tidak seperti pekerjaan yang di alami.
Umpamanya bekerja terus sudah pensiun, lalu mau berkecimpung lagi terhadap
masyarakat yang ingin mensertifikatkan, berarti itu sama saja belum mau melepas
pekerjaannya, itu berarti belum siap pensiun. Itu menurut saya lho mas. Kalau sudah
pensiun jangan berkecimpung disitu lagi, buka usaha yang lain. Itu yg namanya kita
mempersiapkan diri untuk pensiun. Kalau usaha lain membuka kelontong
untukmemenuhi kebutuhan lagi nah itu namanya pensiun.
1. Kalau dari kantor bapak sendiri apakah memberikan pelatihan-pelatihan untuk
mempersiapkan pensiun?
2. Saya rasa selama ini saya menjadi pegawai belum pernah ada persiapan untuk pegawai
supaya mempersiapkan diri untuk lepas pembimbingan pensiun. Kalau ada pun pasti
hanya teori. Jadi begini, cuma ada pegawai yang bercerita kepada teman-teman. Bukan
yang benar-benar pengusaha. Kalau pengusaha itukan benar-benar memberikan contoh,
jangan takut pensiun, masih ada usaha sambilan yang dilakukan. Kalau dari pegawai
sendiri itu hanya teori. Teori saja tidak ada praktiknya, wong sama-sama pegawai. Kalau
pengusaha betulan yang memberi pembekalan itu baru betul dan pas. Saya bilang teori
karena dia belum merasakan pensiun.
1. Berikutnya pak, bisa diceritakan nggak, kenapa bapak ini memilih pekerjaan in ?
2. Ini gini mas ceritanya, kalau diceritakan lucu mas. Saya lulusan SLTA, terus ada
pendaftaran, saya coba ikut lalu tes, ya mencoba, dari pada kita mau kuliah itu orang tua
tidak mampu dan penghasilan tidak tetap. Saya menyadari orang tua hanya berjualan
makanan dirumah, ya tidak menghilangkan lah, orang tua sudah bisa mendidik sampai
saya seperti ini. Ada pendaftaran pegawai sejumlah 100 orang untuk ikut tes, setelah ikut
tes tertulis dan wawancara lulus, terus dikarantina selam 6 bulan digojlok untuk menjadi
pegawai pengukuran.
1. Tidak kepikiran pekerjaan yang lain pak?
2. Ya kepikiran, sebetulnya saya SLTA memang ada penawaran bekerja di perusahaan di
Palembang dan Tangerang. Temen saya sekerja yang menawari. Disini saya anak paling
kecil, bukan saya “netek terus”, nek iso nyambut gawe ora sah adoh-adoh. Saya memang
ditawari, tapi orang tua tidak mengijinkan ya udah, terus ada informasi itu tadi mas ya
saya mencoba. Terus diangkat sebagai pegawai tetap.
1. Selanjutnya ini pak bisa menceritakan diskripsi tugas bapak dikantor itu apa saja?
2. Pada saat ini saya menjadi petugas ukur, tetapi menjabat sebagai koordinator petugas
ukur. Sebenarnya saya masuk di kulon progo terus pindah dikota jogja, baban tanggung
jawab saya selalu tidak menyimpang sebagai koordinator, karena pimpinan
mempercayakan saya untuk membenahi kinerja rekan-rekan sesuai dengan metode cara
pengukuran yang benar. Jadi semenjak pindah ke kota dibebani koordinatori untuk
membenahi pola pengukuran dan peraturan sesuai dengan cara yang benar. Disamping itu
juga hal-hal masalah itu dibebani juga untuk mengoreksi berkas. Dari tahun 1999-2010
saya diloket dan mengkoreksi pekerjaan rekan-rekan, jadi dobel pekerjaan saya, jadi
petugas loket dan korektor. Setelah itu saya mengikuti diklat pendidikan di bogor dan
bandung saya yang dikirim, padahal saya sudah tua, yang lainnya umur 25 dan 27, saya
sendiri yang sudah tua mas. Di suatu sisi saya sudah tau dan juga ada pelatihan komputer
juga mas, tapi kantor selalu mengirim saya untuk diklat. Itu deskripsi dibidang pekerjaan
saya. Yang ketiga saya ditugaskan sebagai penguji tim eksternal di SMK membantu
kasupsi menguji di SMK dari tahun 1999, di bidang survei dan pemetaan di SMK Negri
2. Sampai tahun 2010 saya masih menguji. Itulah riwayat pekerjaan saya sampai
sekarang, saya banyak di mejanya sebagai koordinator dan korektor.
1. Kalau menurut bapak, ada faktor apa yang bapak punya dan orang lain punya,
ketika bapak terus yang dikirim tugas keluar sebagi utusan dari kota? Waktu kerja
kemaren ya pak.
2. Ya itu kan dari pimpinan, kalo saya sendiri tidak bisa menilai saya sendiri. Yang bisa
menilai hanya orang lain mas. Yaa saya hanya merasa senang mas dikasih tugas oleh
pimpinan diutus untuk mewakili kantor, ya itu saja. Berati saya dipercaya saya lebih
mampu dari pada yang lainnya, ya saya percaya saja mas. Yaa saya sukuri saja mas,
sesuai kemampuan saya.
1. Seberapa penting pak pekerjaan waktu itu untuk bapak sendiri?
2. Yaa kalau dari segi pentingnya ya mas, itu penting karena pekerjaan itu beban tanggung
jawab saya yang di emban, saya ditunjuk sebagai koordinator, berkas itu jalan atau tidak
itu tergantung saya, kalau tidak kasi dan kasubsi tidak bisa tanda tangan mas dan identitas
saya selalu tercantum di berkas itu. Harus mencermati data yang masuk dan keluar dan
harus bisa dipertanggungjawabkan dengan cara tanda tangan saya harus ada disitu mas.
Itulah yang namanya sirkulasi pekerjaan mas.
1. Kalau untuk bapak sendiri, peran bapak yang penting untuk kelancaran berkas
dan tugas. Kalau dari segi pribadi bagaimana pak?
2. Ya kalau untuk pribadi bisa dibilang penting dan juga enggak mas, karena pekerjaan ini
beban bersama bukan pekerjaan pribadi saya mas. Karena pekerejaan itu pekerjaan
kantor, pentingnya adalah pekerjaan bisa berjalan lancar saya senang mas, tidak ada
beban krusial saya senang mas, kalau ada kendala saya juga ikut berperan tanggung
jawab mas.
1. Kalau semisal untuk, pekerjaan ini juga penting untuk keluarga mboten?
Pekerjaan bapak yang dilakoni saat ini.
2. Yaa itu penting bagi keluarga saya karena pekerjaan itu adalah sumber kehidupan saya
dan keluarga, tanpa pekerjaan itu saya tidak bisa menghidupi keluarga dan tidak bisa
memberikan nafkah. Sudah tidak penting karena kalau sudah pensiun, bukan ranah saya
mas karena sudah lepas dari tanggung jawab saya. Tapi beban tanggung jawab saya
masih seumur hidup terhadap pekerjaan itu, memang sudah lepas dari segi kepegawaian
tapi dari segi beban tanggung jawabnya masih berkaitan sampai ajal mas, itu bedanya
bekerja di instansi BPN dengan instansi lainnya mas. Karena di BPN bebannya seumur
hidup, bila nanti ada masalah nanti masih bisa di panggil di persidangan kalau ada
permasalahan, karena warkah itu warkah hidup mas.
1. Sudah berapa lama pak bekerja di BPN, bisa diceritakan mungkin pengalamannya
susah dan senangnya selama bekerja di BPN?
2. Yaa kalau kerja di BPN sejak tahun 1980 sampai sekarang itu sudah 36 tahun. Suka duka
banyak mas, sukanya kita bergaul dengan masyarakat, sepanjang kita mau bergaul
dengan masyarakat selalu dikangeni, di kulonprogo saya 13 tahun mas, hidup dengan
masyarakat pedesaan, kita harus bisa membawa diri, supaya kita bisa mengambil hati
masyarakat supaya masyarakat senang menanggapi kita supaya enak, kita harus bisa
memberikan pencerahan kepada mereka msayarakat. Lain dengan orang yang bekerja di
1 tempat terus. Di kulonprogo itu medannya berat, saya jadi petugas ukur dan juga
petugas pembukuan dobel pekerjaan saya. Melaukan tugas harus senang mas, kalau
enggak repot mas. Yang sangat jadi ingatan saya sampai saat ini pada waktu saya
melakukan pengukuran di guo keskendo. Melakukan pengukuran dengan teodolit dengan
mata telanjang kelihatan mas, terus kalau pake tele lebih dekat dan bisa di fokuskan, yang
terjadi apa mas, tanda rambunya hilang seketika mas, tahu-tahu rambu-rambunya hilang
mas angkanya. Alam gaib ada yang jahil atau tidak. Gangguan alam gaib ada dan
gangguan dari masyarakat juga ada mas. Sengketa lahan juga ada masalah mas, bila
terjadi hal-hal krusial biasanya saya suruh menghadirkan satu aparat setempat, bila itu
rawan bisa menghadirkan polisi buat keamanan bersama, keamanan pemohon dan
keamanan bersama. Supaya semua aman. Itu mas suka dukanya menjadi petugas
lapangan.
1. Terus bisa diceritakan lagi nggak pak, motivasi terbesar bapak kenapa bapak tetap
memilih untuk tetap memilih bekerja dan tidak mengambil MPP? Kalau memilih
bekerja, bekerja padahal banyak resikonya loh pak
2. Semua masih hidup didunia akan menghadapi resiko, kalau saya masih bekerja, saya
masih punya ilmu mas, yang mungkin tidak dipunyai seseorang, saya bisa memberikan
informasi ini kepada orang lain saya bangga, jadi ilmu itu tidak putus. Kenapa saya ingin
terus bekerja karena saya ingin memberikan ilmu saya kepada orang lain. Orang lain
sangat membutuhkan informasi saya, soale belum tentu orang lain tahu langkah-langkah
yang ditempuh saya beri tahukan informasinya. Motivasinya saya tetap bekerja adalah
memberikan informasi kepada masyarakat dan teman yang membutuhkan.
1. Ada lagi yang lain pak?
2. Kalau di kantor hanya itu, kalo gaji dan finansial itu sudah hak, kalo ingin memeras gak
bisa mas, kalo ketahuan masuk KPK mas, jangan mengharap imbalan dari seseorang.
Bukan berarti munafik, tidak mas. Yang saya bangga sekali kalau boleh saya
menyampaikan mas, saya bisa berbagi dengan orang lain mas, itu saya sangat bangga
bisa berbagi rasa.
1. Berarti kemaren itu sejauh ini bapak berbaginya sama siapa saja pak? Dengan
karyawan yang lebih muda atau bagaimana?
2. Yaa sepanjang rekan sekerja bertanya, katakanlah data di kota jogja itu krusial sekali,
seseorang itu kadang-kadang tidak memahami, ada yang ingin bertanya ya saya beritahu,
karena ada peta yang peninggalan belanda jadi agak susah. Sejak undang-undang otonimi
itu sekarang didirikan keluarahan. Itu lah yang menyebabkan putusnya tali perusahaan.
Karena dulu kegiatan satu kampung per RT atau per RW saja, kalau jaman dulu itu satu
kampung kalo berkegiatan.
1. Saya juga mau tanya lagi ini pak, cara-cara apa yang bapak tempuh untuk
mempersiapkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selain uang pensiunan?
2. Itu tadi to mas, saya punya keinginan untuk membuka warung sembako, kalo mau buka
konsultan, siapa yang mau datang mas, gak payu mas. Kalau mau ikut kursus itu pasti
gak bakal diterima karena sudah tua. Kalau saya mau menggeluti pekerjaan yang sama
saya kurang senang, karena itu pekerjaan lama, kalau bisa itu bergelut dengan pekerjaan
yang lain. Ya nanti bagaimanalah, setelah pensiun nanti kita buka usaha kecil-kecilan
untuk mengisi waktu, kalau enggak mengabdi di masyarakat sosial mas itu juga gak ada
jeleknya.
1. Terus seberapa besar uang atau gaji bapak ini untuk tetap bekerja pak?
2. Kalo mandang gaji, itu kita gak meremehkan, nanti kalau gak bekerja rumah siapa yang
ngasih duit mas. Kita bekerja karena beban tanggung jawab moral dan moril. Masalah
hak itu nanti melekat sendirinya. Pekerjaan itulah yang harus kita tekuni, karena itu
sumber kehidupan kita. Nek ra obah ora mamah mas, itu filsafat jawa mas, nek ora obah
yo ora entuk hasil mas. Kalau kita mengambil MMP itu gak enak mas, mlebu ramlebu
entuk bayar dan dapet bayar, apa enak mas, padahal pekerjaan belum selesai. Kalau
pensiun kan masa tugasnya sudah selesai. Jadi besok kalau anda bekerja uangnya di
sisihkan untuk masa tua mas. Kalau dituruti nanti habis mas, anak cucu makan apa.
1. Kalau bapak sendiri kemaren menjelang pensiun , menurut bapak performanya
bapak seperti apa? Lebih giat atau lebih malas malasan pak ?
2. Kita sesuai porsinya aja, kalau kita giat tetapi bawahannya tidak giat sama saja mas. Kan
saya juga tergantung dari rekan-rekan mas. Tidak bisa saya meningkatkan kinerja saya
sendiri. Saling ketergantungan antar divisi mas. Jadi kita tidak bisa meningkatkan kinerja
secara senidir, karena satu ikatan roda kerja. Kalau semangat, kita yang semangat tapi
yang lain tidak semangat sama saja mas. Saya tidak bisa bilang semangat atau tidak
karena kantor itu saling bergantungan mas, saya bukan membuat pekerjaan sendiri. Lain
dengan dinas statistik, harus membuat pekerjaan harus giat mencari data otentik, kalau
saya tidak bisa.
1. Berati, saya bertanya lagi, semenjak bapak menjabat sebagai koordinator sampai
pensiun, apakah cuma menunggu sirkulasi kerja saja atau bagaimana pak ?
2. Paling kalau sirkulasi kurang lancar nanti di tegur kasupsi mas, kalau saya sendiri kan
tidak enak soalnya teman sejawat mas. Yaa kadang-kadang saya juga bertanya kepada
mereka, “pie gaweanmu wis rampung opo durung?” sambil bercanda mas. Karena di
dalam sirkulasi saya tidak di struktur sebenarnya. Saya hanya membantu meringankan
tugas kasupsi.Jadi tanggung jawabnya tidak 100%. Saya emang gak bisa mengoyak-oyak
rekan-rekan untuk cepat menyelesaikan tugasnya. Ya sebenarnya distruktural organisasi
mereka bawahan saya, karena sudah terbiasa saya yo nggak enak nek negur gitu. Karena
saya itu tidak dilantik mas, hanya penunjukan mas. Kalau kasi dan kasupsi di lantik, kalo
saya ditunjuk, jadi beban tanggung jawab berbeda mas, saya dilantik sebagai pegawai.
1. Kalau lingkungan kantor, teman2 sebaya dan pimpinan pernah tidak menilai bapak
positif atau negatif?
2. Itu hal yang biasa mas. Ya kadang-kadang ya gini ya, saya tambah teliti dengan pekerjaan
saya, saya harus meneliti dengan cermat warkah-warkah yang belum dijahit, ya saya
tegas kapada petugas itu. Saya kembalikan lagi terus saya suruh dia menjahit. Padahal
saya mau naikan berkasnya, kalau belum dijahit ya saya kembalikan. Kalau dulu saya
males, biar pimpinan aja yang langsung mbalekke ke orangnya. Kalau sekarang ya
enggak, saya lebih teliti dan tegas mas.
1. Kalau dari pimpinan sendiri pak, pernah memuji bapak?
2. Belum pernah, saya belum pernah mendengar hal-hal seperti itu
1. Mungkin dengan cara lain ya pak?
2. Iya mungkin, apresiasinya bentuke beda, dengan mengutus saya untuk menangani
permasalahan dengan baik, dalam berbicara di forum ya baik untuk menghadiri rapat
untuk mengatasi permasalahan krusial, sejauh itu ada datanya. Data itu untuk bukti dan
menjawab pertanyaan yang saya bawa mas. Yang penting ada bukti otentik dan
yuridisnya.
1. Kalau kesehariannya dikantor seperti apa pak ?
2. Sama dengan pegawai yang lain, datang sebelum apel saya ngobrol dulu, sosialisasi,
minum-minum teh dulu, duduk-duduk dikantin, dan saya bergaulnya tidak cuma di satu
seksi saja dan juga dengan teman-teman dari seksi yang lain akrab, dan saya juga punya
jiwa sosial yang cukup tinggi dan selalu membantu.
1. Terus kalau masalah ini, hak dan kewajiban itu, apakah pernah bapak
memperhatikan ada untuk mencari tambahan dan sebagainya ?
2. Kita semua itu sudah diatur oleh semua aturan, kemudian kalau ada pekerjaan tambahan,
itu tambahan yang berasal dari kegiatan dikantor dan saya terlibat sih. Misalnya
updateing peta, ada nilai-nilai tambahan ya yang juga ada hak-hak yang di terima, dengan
saya sudah melakukan kewajiban-kewajiban dan kita memberikan kesempatan kepada
teman-teman yang mau melaksanakan kegiatan-kegiatan dari anggaran yang ada. Jadi
bukan kegiatan pokoknya saya sebagai pengendali mutu, tapi saya juga punya kegiatan
proses updateing peta dan itu ada kontribusi finansialnya yang resmi. Kalau diluar itu
kebetulan pada saat ini ditanyakan kita suda masuk ke dalam pengertian zona integritas,
wilayah bebas korupsi, wilayah birokrasi bersih melayani, jadi saya kira tidak ada.

Anda mungkin juga menyukai