Anda di halaman 1dari 13

STROKE NON HEMORAGIK

STROKE NON HEMORAGIK

A. Definisi
Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro Vaskuar Accident)
adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat
timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan
gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono,1996, hal 67)
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa
tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United State. Akibat stroke pada
setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia antara 75 85 tahun. (Long. C, Barbara;1996,
hal 176).

B. Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )
2. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )
3. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

C. Faktor resiko pada stroke


1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit
jantung kongestif)
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas
5. Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)
6. Diabetes Melitus ( berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
7. Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar estrogen tinggi)
8. Penyalahgunaan obat ( kokain)
9. Konsumsi alkohol
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

D. Manifestasi klinis
Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya
aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang
terganggu. Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
a. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau
tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam
wujud sama, memperberat atau malah menetap.
b. Sementara,namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)
c. Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut progressing stroke
atau stroke inevolution
d. Sudah menetap/permanen
(Harsono,1996, hal 67)

E. Patways
F. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
2. Angiografi serebral
membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri
3. Pungsi Lumbal
- menunjukan adanya tekanan normal
- tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)

G. Penatalaksanaan
1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .
2. Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

H.KOMPLIKASI
Hipoksia Serebral
Penurunan darah serebral
Luasnya area cedera
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

I. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
- Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek
batuk
- Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak
teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
- Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung
normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap
lanjut

b. Pengkajian Sekunder
1. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
- kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.
- mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
- Perubahan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.
- gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
Data Subyektif:
- Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis
bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi

- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal


3. Integritas ego
Data Subyektif:
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
- kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi
Data Subyektif:
- Inkontinensia, anuria
- distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus( ileus paralitik )
5. Makan/ minum
Data Subyektif:
- Nafsu makan hilang
- Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
- Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
- Obesitas ( factor resiko )
6. Sensori neural
Data Subyektif:
- Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
- nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi
yang sama )
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti:
letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan
tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral )
- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata,

reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.


- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral

7. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
Data Subyektif:
- Perokok ( factor resiko )
9.Keamanan
Data obyektif:
- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap
bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri
10. Interaksi social
Data obyektif:
- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
(Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)

J. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah : penyakit oklusi, perdarahan,
spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
Dibuktikan oleh :
- Perubahan tingkat kesadaran , kehilangan memori
- Perubahan respon sensorik / motorik, kegelisahan
- Deficit sensori , bahasa, intelektual dan emosional
- Perubahan tanda tanda vital

Tujuan Pasien / criteria evaluasi ;

- Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motor
- Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK
- Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran / kekambuhan
Intervensi :
Independen
- Tentukan factor factor yang berhubungan dengan situasi individu/ penyebab koma / penurunan
perfusi serebral dan potensial PTIK
- Monitor dan catat status neurologist secara teratur
- Monitor tanda tanda vital
- Evaluasi pupil (ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya )
- Bantu untuk mengubah pandangan , misalnay pandangan kabur, perubahan lapang pandang /
persepsi lapang pandang
- Bantu meningkatakan fungsi, termasuk bicara jika pasien mengalami gangguan fungsi
- Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral .
- Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang tenang , atur kunjungan sesuai indikasi
Kolaborasi
- berikan suplemen oksigen sesuai indikasi
- berikan medikasi sesuai indikasi :
Antifibrolitik, misal aminocaproic acid ( amicar )
Antihipertensi
Vasodilator perifer, missal cyclandelate, isoxsuprine.
Manitol

2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan mengatasi lendir
Kriteria hasil:
- Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas
- Ekspansi dada simetris
- Bunyi napas bersih saat auskultasi
- Tidak terdapat tanda distress pernapasan
- GDA dan tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
- Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi
- Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan memberikan pengeluaran
sekresi yang optimal
- Penghisapan sekresi
- Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam

- Berikan oksigenasi sesuai advis


- Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi
3. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan
Tujuan :
Pola nafas efektif
Kriteria hasil:
- RR 18-20 x permenit
- Ekspansi dada normal
Intervensi :
o Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.
o Auskultasi bunyi nafas.
o Pantau penurunan bunyi nafas.
o Pastikan kepatenan O2 binasal
o Berikan posisi yang nyaman : semi fowler
o Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam
o Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan

DAFTAR PUSTAKA

1. Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran, 1996
2. Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta,
EGC, 1993
3. Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996
4. Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC ,
2002
5. Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC, 2000
6. Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996

Lapkas stroke non hemoragik rehab medik Unsrat


PENDAHULUAN
www.whitetiger.co.cc
DEFINISI
Batasan yang dikemukakan oleh WHO, Task Force in Stroke and Other Cerebrovascular Disease
tahun 1989 (WHO 1989), stroke secara klinis adalah suatu gangguan neurologis akut yang
disebabkan oleh gangguan peredaran otak, dimana secara mendadak (dalam beberapa detik) timbul
gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang terganggu.1,2
KLASIFIKASI
Menurut New Neurological Institute, stroke dibagi dalam 2 golongan besar yaitu :1,2,3
1. Stroke Iskemik atau stroke infark (stroke non-hemoragik) karena :
Trombosis
Emboli
2. Stroke perdarahan (stroke hemoragik) yang terdiri dari :
Perdarahan intraserebral
Perdarahan subaraknoid
FAKTOR RESIKO
Yang termasuk faktor resiko stroke adalah :1,4,5,6
1. Faktor resiko yang tidak dapat diobati yaitu umur, jenis kelamin, ras/kesukuan dan
genetik/keturunan
2. Faktor resiko yang dapat diobati yaitu hipertensi, penyakit jantung, transien ischemic attack,
diabetes melitus, kelainan lipid darah, merokok, drug abuse.
DIAGNOSIS
Diagnosis stroke ditegakkan berdasarkan anamnesis yang terarah, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Peda anamnesis antara lain dipastikan kejadian yang sangat mendadak,
sebelumnya pernah serangan TIA, ditemukan adanya faktor resiko, mengetahui penyakit
sebelumnya atau penyakit dalam keluarga, serta mengenal manifestasi klinis yang digambarkan
oleh penderita dalam kaitannya dengan kawasan pembuluh darah yang terlihat. Pemeriksaan fisik
umum dan neurologis penting mengetahui keadaan kardiovaskuler, fungsi vital, perkembangan
kesadaran sejak kejadian dan kelainan neurologis yang terjadi. Pemeriksaan penunjang untuk
menentukan stroke atau bukan, serta membedakan stroke karena perdarahan intraserebral atau
subarakhnoid, trombosis, emboli dan untuk mengungkapkan adanya faktor resiko.3
PROBLEM REHABILITASI PENDERITA STROKE
Yang menjadi permasalahan penderita stroke adalah :7
1. Hemiplegi/hemiparesa kanan atau kiri; adanya sapastisitas otot
2. Gangguan aktivitas sehari-hari
3. Gangguan bicara dan bahasa
4. Masalah psikososial : kurang motivasi, depresi, malu, cemas/takut, kurang dukungan
sosial/keluarga
5. Gangguan vokasional/kekaryaan.
REHABILITASI MEDIK PENDERITA STROKE
Prinsip rehabilitasi penderita stroke ialah mengupayakan penderita stroke sedapat mungkin tidak
bergantung pada orang lain atau mengurangi dampak dari semua keadaan yang menimbulkan
disabilitas serta memungkinkan penderita dapat berpartisipasi aktif dalam lingkungan keluarga atau
masyarakat.8
Program rehabilitasi medik pada penderita stroke :8,9
A. Fase awal
Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi yang tersisa. Program
dimulai sedini mugkin setelah keadaan umum memungkinkan dimulainya rehabilitasi (bed exercise).
Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning, latihan luas gerak sendi pasif, dan

begitu penderita sadar dimulai penanganan masalah emosional.


B. Fase lanjutan
Tujuannya adalah untuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan aktifitas kehidupan
sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada waktu penderita secara medik telah stabil; biasanya
penderita stroke trombolitik atau embolik, mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah stroke, dan
penderita stroke hemoragik (subaraknoid) dimulai pada 10-15 hari setelah stroke.
Program pada fase ini meliputi :
1. Fisioterapi
Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan fair (kekuatan 2 ke bawah)
Terapi panas superficial (infra red) untuk melemaskan otot
Latihan lingkup gerak sendi (LGS) pasif, aktiv-assisted (dibantu), aktif-free (tidak dibantu) dan
aktiv-resisted (tahanan/beban) tergantung dari kekuatan otot.
Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot
Mobilisasi; dimulai dengan aktifitas di tempat tidur berlanjut keduduk, berdiri dan ambulasi.
2. Okupasi Terapi
Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian dalam AKS, meskipun pemulihan
fungsi neurologis pada ekstremitas atas yang terkena belum tentu baik. Terapi pada ekstremitas
atas pertama kali ditujukan pada pengembangan fungsi kasar otot proksimal, kemudian dilanjutkan
ke distal. Dengan bertambahnya pemulihan neurologis, penekanan latihan dilanjutkan pada latihan
menggenggam, meletakkan barang dan melepaskan genggaman, lalu dilanjutkan dengan latihan
koordinasi dan gerakan-gerakan halus.
3. Terapi Wicara
Terapi wicara diberikan dengan tujuan meningkatkan kemampuan penderita untuk berbicara,
mengerti, membaca dan menulis. Terapi ini ditangani oleh speech therapist, dengan cara :
Latihan pernafasan (pre-speech training) berupa latihan nafas, menelan, meniup, latihan gerak
bibir, lidah dan tenggorokan.
Latihan didepan cermin untuk latihan gerak bibir, gerak lidah dan mengucapkan kata-kata.
Latihan bagi penderita disartria lebih ditekankan pada artikulasi pengucapan kata-kata.
4. Ortotik Prostetik
Pada penderita stroke dapat diberikan alat bantu dalam aktifitas transfer dan ambulasi, dan juga
alat untuk membantu penderita menjadi lebih mandiri seperti peralatan makan, alat bantu untuk
mandi, membersihkan diri, berpakaian, alat bantu jalan, kursi roda, resting hand splint, AFO (ankle
foot orthotic), dan lain-lain.
5. Psikologi
Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui serial fase psikologik,
yaitu fase shock, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase penerimaan. Sebagian penderita
mengalami fase-fase tersebut secara cepat, tapi sebagian penderita secara lambat. Penderita harus
berada pada fase psikologik yang sesuai untuk dapat menerima rehabilitasi.
6. Sosial Medik
Pekerja sosial mewawancarai keluarga, mencari keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial
ekonomi dan lingkungan hidup serta keadaan rumah penderita untuk disesuaikan dengan program
terapi dan alat bantu yang akan digunakan penderita.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. T. T
Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : Prempuan
Alamat : Tateli ling v
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : Guru SMP Tateli
Suku : Mianahasa
Tanggal MRS : 10 Oktober 2007
Tanggal pemeriksaan : 28 November 2007
ANAMNESIS

Keluhan Utama
Kelumpuhan pada anggota gerak kiri.
Riwayat Penyakit Sekarang
Kelumpuhan pada anggota gerak kiri dialami penderita sejak 6 hari sebelum masuk RS. Kelemahan
pada anggota gerak kiri ini terjadi secara perlahan-lahan yakni pada saat penderita bangun dari
tidur untuk persiapan ke sekolah dan makin menghebat sehingga penderita tidak dapat bangun dari
tempat tidur.
Mual/Muntah(-), Pusing(-), Sebelum kejadian penderita tidak mengeluh apa-apa.
Bicara pelo(+), Makan, Minum kadang tersedak, Buang air besar (BAB) tidak lancar, Penderita
mengeluh sudah seminggu tidak buang air besar, Buang air kecil (BAK) seperti biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit darah tinggi. Penyakit jantung, penyakit hati, ginjal dan lain-lain disangkal oleh
penderita.
Riwayat Kebiasaan
Penderita lebih dominan menggunakan tangan kanan dalam melakukan aktifitas sehari-hari,
kebiasan merokok dan minum minuman beralkohol (+). Kebiasaan makan makanan berlemak sering
dilakukan oleh penderita. Penderita jarang berolah raga.
Riwayat Penyakit Keluarga
Hanya penderita yang sakit seperti ini di dalam keluarga
Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita tinggal di rumah semi permanen, Atap seng, Dinding beton, Lantai cor beton, Tidak
bertingkat, WC jongkok, penderita mempunyai 2 orang anak, keduanya masih dalam
tanggungannya. Penderita saat ini mengeluh stres karena sudah bercerai dengan suaminya.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : Tensi : 90/60 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu badan : 36,7 oC
Kepala : Bentuk : Mesocephal
Mata : Pupil bulat isokor, diameter 2-3 mm, refleks cahaya +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterus -/Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), deviasi lidah (-), deviasi uvula (-)
Telinga : Sekret (-)
Leher : Trakea letak di tengah, pembesaran KGB (-)
Thorax : Paru-paru : Inspeksi : Simetris kiri = kanan
Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor kiri = kanan
Auskultasi : Suara pernapasan vesikuler
Ronkhi -/-, wheezing -/Jantung : Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : SI-SII normal, bising (-)
Abdomen : Inspeksi : Datar
Palpasi : Lemas, hepar/lien : tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Extremitas : Akral hangat, edema (-)
Status Neurologis
Kesadaran (GCS) : E4 V5 M6

Tanda Rangsangan Meningeal : Kaku kuduk (-)


Pemeriksaan N. Kranialis : Terdapat parese N XII
Status Motorik dan Sensorik :
Status Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Gerakan Normal Menurun normal menurun
Kekuatan otot 5/5/5 1/1/1 5/5/5 1/1/1
Tonus otot normal Meningkat normal meningkat
Refleks fisiologis (+)normal (+)Meningkat (+)normal (+)meningkat
Refleks patologis (-) (-) (-) (-)
Sensibilitas :
Protopatik
Propioseptif
normal
normal
menurun
normal
normal
normal
menurun
normal

INDEKS BARTHEL
Skor total : 80 (Ketergantungan sedang)
Makan : 10 Berjalan di tempat datar : 15
Tranfer : 10 Naik turun tangga : 5
Perawatan diri : 5 Berpakaian : 5
Toileting : 5 Kontrol BAB : 10
Mandi : 5 Kontrol BAK : 10
LABORATORIUM
Gula darah puasa : 192 mg/dL (80-110)
Kreatinin darah : 0,6 mg/dL (0,6-1,1)
SGPT : 16 U/L (< 40)
SGOT : 17 U/L (< 45)
Ureum : 17 mg/dL(10-50)
Asam urat : 2,6 mg/dL(2,4-7,0)
RESUME
Seorang penderita perempuan, umur 43 tahun, pekerjaan Guru SMP tateli, dikonsulkan ke Bagian
Rehabilitasi Medik RSU Prof. Kandou dengan keluhan utama kelumpuhan anggota gerak kiri sejak 6
hari SMRS. Kelumpuhan terjadi secara perlahan-lahan saat penderita bangun dari tidur dan
menghebat sehingga penderita tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Rasa mual dan muntah (-),
kejang-kejang (-), penurunan kesadaran (-), bicara pelo (+), kesedakan waktu makan/minum (+/-).
BAB :1 minggu penderita tidak BAB BAK : biasa.
Riwayat penyakit dahulu : Penyakit darah tinggi,penyakit jantung,penyakit gula,hati dan lain lain
disangkal oleh penderita
Pemeriksaan fisik :
GCS : E4 V5 M6
T : 90/60, N : 80 x/mnt, R : 24 x/mnt, Sb : 36,7 oC
Pupil bulat isokor, RC +/+, diameter 2-3 mm, TRM (-)
Indeks Barthel : 80 (ketergantungan sedang)
N. kranialis : Parese pada N XII
Sensorik : n
n
Motorik : KO : 5/5/5 1/1/1 TO : n RF : n RP : (-)
5/5/5 1/1/1 n n
Laboratorium :

Gula darah puasa : 192 mg/dL (80-110)


Kreatinin darah : 0,6 mg/dL (0,6-1,1)
SGPT : 16 U/L (< 40)
SGOT : 17 U/L (< 45)
Ureum : 17 mg/dL (10-50)
Asam urat : 2,6 mg/dL (2,4-7,0)
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : Hemiparesa sinistra,parese N XII et causa post stroke non hemoragik hari ke15.Dan Diabetes melitus.
Diagnosis topis : Subkortikal
Diagnosis etiologis : Suspek trombosis
PERMASALAHAN REHABILITASI
Kelumpuhan anggota gerak kiri
Gangguan ambulasi
Gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (AKS)
PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS
Non medika mentosa
- Terapi nutrisi (kurangi konsumsi gula dan makanan tinggi karbohidrat)
- Peningkatan aktifitas fisik ( olahraga teratur)
- Kurangi berat badan
Medika mentosa
- Glipizide 5 10 mg / hari ( diminum pada pagi hari )
PENATALAKSANAAN REHABILITASI
Fisioterapi
Evaluasi : Kontak, pengertian dan komunikasi baik
Kelemahan extremitas superior dan inferior sinistra, dengan kekuatan otot 1/1/1 dan 1/1/1
Gangguan transfer dan ambulasi
Program : Breathing exercise
Proper bed positioning/alih baring tiap 2 jam
Mobilisasi bertahap (latihan ketahanan duduk, keseimbangan, berdiri, berjalan)
Latihan LGS Pasif untuk ekstremitas sinistra.
Infra red anggota gerak kiri (bila penderita sudah bisa ke IRM)
Okupasi Terapi (bila penderita sudah bisa ke IRM)
Evaluasi : Kelemahan extremitas superior dan inferior sinistra, dengan kekuatan otot 1/1/1 dan
1/1/1
Gangguan AKS (toileting)
Gangguan koordinasi
Program : Latihan LGS pasif ekstremitas sinistra.
Latihan peningkatan AKS dengan aktivitas/ketrampilan
Latihan koordinasi
Psikologi
Evaluasi : Kontak, pengertian dan komunikasi baik
Motivasi baik; memiliki keinginan sembuh dan dapat melakukan aktivits sehari-hari seperti biasa
Emosi tidak stabil dan stres
Program : Support mental bagi penderita dan keluarga agar penderita tetap termotivasi untuk
latihan,dan juga menjaga emosi penderita agar tidak stres
Sosial Medik
Evaluasi : Penderita adalah seorang guru SMP dengan kedua orang anak yang masih dalam
tanggungan.memiliki rumah permanen.penderita telah bercerai dengan suaminya.

Program : mengusahakan agar penderita dapat beristirahat dan tidak terlalu memikirkan masalah
yang telah lalu..
Ortotik Prostetik
Evaluasi : Kelemahan extremitas superior dan inferior sinistra, dengan kekuatan otot 1/1/1 dan
1/1/1
Saat ini penderita sudah dapat berjalan walaupun dengan sedikit dibantu
Program : Rencana pemakaian kursi roda.
Speech Terapi
Evaluasi : Kontak, pengertian dan komunikasi baik
gangguan bicara dan menelan
Program : Latihan bicara

KEPUSTAKAAN
1. Angliadi LS, dkk. Rehabilitasi pada Stroke : Bahan kuliah Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehitasi.
Manado : Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK Unsrat; 2004 : 93-7.
2. Kotambunan RC. Epidemiologi Stroke : Stroke Up Date 2001. Manado : Bagian / SMF Saraf FK
Unsrat; 2001 : 1-7.
3. Karema W. Diagnosis dan Klasifikasi Stroke : Stroke Up Date 2001. Manado : Bagian / SMF Saraf
FK Unsrat; 2001 : 10-5.
4. Widjaja D. Perkembangan Penyelidikan Mutakhir Faktor Resiko Stroke. Neurona Jan 2000. Vol. 17
(2) : 4-15.
5. Garrison SJ. Dasar-dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Ahli Bahasa : Widjaja. Jakarta :
Hopokrates; 1996 : 338-12.
6. Runtuwene TW. Faktor Risiko dan Pencegahan Stroke : Stroke Up Date 2001. Manado : Bagian /
SMF Saraf FK Unsrat; 2001 : 20-9.
7. Garrison SJ, et al. Rehabilitation of the Stroke Patient. In : DeLisa JA, editor. Rehabilitation
Medicine Principles and Practice. 2th ed. Philadelphia PA : JB Lippincott; 1993 : 565-84.
8. Angliadi LS. Rehabilitasi Medik pada Stroke : Stroke Up Date 2001. Manado : Bagian / SMF Saraf
FK Unsrat; 2001 : 56-7.
9. Roth EJ, Harvey RL. Rehabilitation of Stroke Syndromes. In : Braddom RL, editor. Physical
Medicine and Rehabilitation. Philadelpia PA : WB Saunders; 1996 : 1053-87.

Anda mungkin juga menyukai