Anda di halaman 1dari 16

ASKEP PADA PASIEN DENGAN POLIDAKTILI

A. Definisi
Polidaktili adalah terjadinya duplikasi jari-jari tangan dan kaki melebihi dari
biasanya (Muttaqin, 2008). Kelainan dapat terjadi mulai dari duplikasi yang
berupa jaringan lunak sampai duplikasi yang di sertai dengan metacarpal dan
phalang sendiri.
Polydactyl berasal dari bahasa yunani kuno (Polus) "banyak" dan (daktulos)
"jari", juga dikenal sebagai hyperdactyly, adalah anomali kongenital fisik jari
tangan atau kaki. Polydactyly adalah kebalikan dari oligodactyly (jari terlalu
sedikit atau kaki).
Polidaktili merupakan kelainan pertumbuhan jari sehingga jumlah jari pada
tangan atau kaki lebih dari lima. Dikenal juga dengan nama hiperdaktili. Bila
jumlah jarinya enam disebut seksdaktili, dan bila tujuh disebut heksadaktili.
Polidaktili terjadi pada 1 dari 1.000 kelahiran.
Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal
dominan P yang di maksud dengan sifat autosomal ialah sifat keturunan yang
ditentukan oleh gen pada autosom. Gen ini ada yang dominan dan ada pula yang
resesif. Oleh karena laki-laki dan perempuan mempunyai autosom yang sama,
maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen autosomal dapat dijumpai pada
laki-laki maupun perempuan. Sehingga orang bisa mempunyai tambahan jari pada
kedua tangan atau kakinya
Jari-jari yang lebih dari 5 pada manusia adalah suatu ketidaknormalan, dan
polidaktili merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan duplikasi jari.
Pada polidaktili, biasanya terdapat 6 jari pada setiap jari tangan,terkadang bisa
lebih seperti 7 atau 8 jari. ( genetika suryo, 2005 : 104 )

pp

Pp

normal
F1

polidaktili

Pp = polidaktili (50%)
pp = normal (50%)

Yang umum dijumpai ialah terdapatnya jari tambahan pada satu atau kedua
tangannya. Tempatnya jari tambahan itu berbeda-beda, ada yang terdapat didekat
ibu jari dan ada pula yang terdapat didekat jari kelingking.
Orang normal adalah homozigotik resesif pp. pada individu heterozigotik Pp
derajat ekspresi gen dominan itu dapat berbeda-beda, sehingga lokasi tambahan
jari dapat bervariasi. Bila seorang laki-laki polidaktili heterizigotik menikah
dengan orang perempuan normal, maka dalam keturunan kemungkinan timbulnya
polidaktili ialah 50%.

B. Etiologi
Etiologi dari polidaktili adalah
1. Kegagalan pembentukan bagian,
2. Kegagalan diferensiasi,
3. Duplikasi berlebih
4. Sindrom penyempitan pita kongenital,
5. Kelainan tulang umum.
6. Keturunan
7. Cacat genetic
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya polidaktili antara lain :
1. Kelainan Genetik dan Kromosom
Diturunkan secara genetik (autosomal dominan). Jika salah satu pasangan
suami istri memiliki polidaktili, kemungkinan 50% anaknya juga polidaktili.
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh
atas polidaktili pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang
mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang
bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang
sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya
kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu
langkah-langkah selanjutya.
2. Faktor Teratogenik
Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa
Yunani yang berarti membuat monster. Dalam istilah medis, teratogenik
berarti terjadinya perkembangan tidak normal dari sel selama kehamilan yang
menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-organ
berlangsung tidak sempurna (terjadi cacat lahir). Di dalam Keputusan Menteri
Pertanian nomor 434.1 (2001), teratogenik adalah sifat bahan kimia yang
dapat menghasilkan kecacatan tubuh pada kelahiran.
Teratogenik adalah perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang
dihasilkan dari perubahan fisiologi dan biokimia. Senyawa teratogen akan
berefek teratogenik pada suatu organisme, bila diberikan pada saat
3

organogenesis. Apabila teratogen diberikan setelah terbentuknya sel jaringan,


sistem fisiologis dan sistem biokimia, maka efek teratogenik tidak akan
terjadi. Teratogenesis merupakan pembentukan cacat bawaan. Malformasi
(kelainan bentuk) janin disebut terata, sedangkan zat kimia yang
menimbulkan terata disebut zat teratogen atau teratogenik.
Perubahan yang disebabkan teratogen meliputi perubahan dalam
pembentukan sel, jaringan dan organ sehingga menyebabkan perubahan
fisiologi dan biokimia yang terjadi pada fase organogenesis. Umumnya bahan
teratogenik dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan golongan nya yakni bahan
teratogenik fisik, kimia dan biologis.
a.

Faktor teratogenik fisik


Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari unsur-

unsur fisik misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar rontgen).
Bila ibu terkena radiasi nuklir (misal pada tragedi chernobil) atau terpajan
dengan agen fisik tersebut, maka janin akan lahir dengan berbagai kecacatan
fisik. Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu pada paparan ibu hamil dengan
radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya tidak spesifik karena
mengganggu berbagai macam organ. Dalam menghindari terpaaan agen
teratogen fisik, maka ibu sebaiknya menghindari melakukan foto rontgen
apabila ibu sedang hamil. Foto rontgen yang terlalu sering dan berulang pada
kehamilan kurang dari 12 minggu dapat memberikan gangguan berupa
kecacatan lahir pada janin.
b. Faktor teratogenik kimia
Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa
kimia yang bila masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan
organ tubuh janin dapat menyebabkan gangguan pada proses tersebut.
Kebanyakan bahan teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan obat-obatan yang
digunakan untuk mengobati beberapa penyakit tertentu juga memiliki efek
teratogenik.
Alkohol merupakan bahan kimia teratogenik yang umum terjadi terutama
di negara-negara yang konsumi alkohol tinggi. Konsumsi alkohol pada ibu

hamil selama kehamilannya terutama di trisemester pertama, dapat


menimbulkan kecacatan fisik pada anak dan terjadinya kelainan yang dikenal
dengan fetal alkoholic syndrome . Konsumsi alkohol ibu dapat turut masuk
kedalam plasenta dan memperngaruhi janin sehingga pertumbuhan otak
terganggu dan terjadi penurunan kecerdasan/retardasi mental. Alkohol juga
dapat menimbulkan bayi mengalami berbagai kelainan bentuk muka, tubuh
dan anggota gerak bayi begitu ia dilahirkan. Obat-obatan untuk kemoterapi
kanker umumnya juga bersifat teratogenik. Beberapa polutan lingkungan
seperti gas CO, senyawa karbon dan berbagai senyawa polimer dalam
lingkungan juga dapat menimbulkan efek teratogenik.
c.

Faktor teratogenik biologis


Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum dikenal oleh

ibu hamil. Istilah TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan
herpes merupakan agen teratogenik biologis yang umum dihadapi oleh ibu
hamil dalam masyarakat. Infeksi TORCH dapat menimbulkan berbagai
kecacatan lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin. Selain itu,
beberapa infeksi virus dan bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga
dapat memberikan efek teratogenik

C. Klasifikasi polidaktili
Polidaktili diklasifikasikan beberapa macam, yaitu:

Polidaktili postaxial,

Polidaktili preaxial, Polidaktili central


1. Polidaktili postaxial
Meskipun salah satu dari 5 jari dapat berduplikasi, namun lebih sering terjadi
pada jari kelingking. Tipe gambaran duplikasi jari kelingking bervariasi dari
pertumbuhan kulit sampai pertumbuhan lengkap jari kelingking tambahan dengan
phalanx dan metacarpal.
a.

Duplikasi jari-jari berdasarkan stelling dan turez,


diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
1) Pada tipe I terdapat tambahan soft-tissue mass tetapi tidak ada
pertumbuhan tulang tambahan pada tangan, sering tidak terdapat tulang,
5

sendi atau tendon, dan dihubungkan pada tangan oleh narrow pedicle.
Polidaktili tipe I terdiri dari jaringan lunak yang terhubung dengan
tulang. Sering kali tidak terdapat tulang, kartilago dan tendon pada tipe
ini. Penatalaksanaannya adalah pengangkatan sederhana dari jaringan
lunak.
2) Pada tipe II, sebagian atau seluruh jari terduplikasi dengan
tulang

normal,

kartilago

atau

komponen

otot,

hal

itu

berhubungan dengan pembesaran atau terpecah menjadi dua


metakarpal atau phalanx.Polidaktili tipe II terdiri dari duplikasi dari
sebuah jari. Tercatat bahwa jari ini terhubung dengan kepala metakarpal
yang melebar.
3) Pada tipe III, seluruh jari dengan metakarpal dan seluruh
komponen soft tissue terduplikasi, tetapi tipe ini jarang
terjadi.Polidaktili tipe III, jari tambahan sempurna dengan metakarpal
dan semua jaringan lunaknya sendiri. Penanganannya adalah dengan
pengangkatan sederhana dari seluruh jari dan metakarpal.
b.

Turunan
Polidaktili postaxial, terjadi karena kelainan anomali, adalah ciri dominan

ditandai dengan penetrasi pada beberapa famili dan variabel. Temtamy dan McKusick membagi duplikasi jari kelingking menjadi dua tipe. Pada tipe A, jari
tambahan tumbuh penuh. Pada tipe B, jari tambahan tumbuh tidak sempurna dan
bercabang. Seeorang dengan polidaktili tipe A dapat menghasilkan keturunan
dengan polidaktili tipe A atau B, sedangkan seseorang dengan polidaktili tipe B
dapat menghasilkan keturunan dengan hanya polidaktili tipe B. Pola genetik tipe
B masih rumit, dengan melibatkan satu atau dua gen dominan dan faktor tidak
tetap penetrasi.

c.

Hubungan kelainan dan Gejala


Pada kulit hitam, duplikasi jari kelingking sering terjadi deformitas terisolasi

tanpa ada hubungan ketidaknormalan, sering terjadi bilateral. Pada beberapa


individu kedua tangan dan kedua kaki polidaktili, meskipun pada yang lain dua

atau tiga anggota badan yang terlibat. Pada kulit putih, polidaktili postaxial, sering
dihubungkan dengan berbagai kelainan dan gejala, ketika ini terjadi sebagian
gejala tidak jarang dihubungkan sebagai sifat autosom resesif. Sebaliknya,
duplikasi ibu jari jarang sebagai bagian dari gejala. Polidaktili ibu jari dilihat
dalam dua tipe acrocephalopolysyndactyly tipe Noack, ditransmisikan oleh
turunan dominan, dan tipe Carpenter oleh turunan resesif. Polidaktili ibu jari dapat
timbul gejala seperti Fanconis dan Holt-Oram. Kelainan regional yang paling
sering dihubungkan dengan polidaktili adalah sindaktili. Selain itu yang dapat
terjadi ditangan antara lain distrofi kuku, brachidaktili, tidak ada ibu jari,
triphalangeal ibu jari dari kontralateral tangan, dan kebalikan/cermin tangan.
Lebih dari 40 ketidaknormlan dilaporkan berhubungan dengan polidaktili
postaxial. Polidaktili postaxial juga sebagai bagian dari variasi gejala dan
ketidaknormalan kromosom. Ketika bayi kulit putih lahir menunjukan duplikasi
jari kelingking, keseluruhan anak harus diperiksa secara seksama, dan diperlukan
konsultasi genetik serta harus diperoleh jalan keluar yang berhubungan dengan
gejala, penyimpangan kromosom, atau keabnormalan yang lain. Diagnosa yang
tepat akan mencegah keadaan buruk yang dapat terjadi kemudian.

2. Polidaktili Preaxial ( duplikasi ibu jari )


Ibu jari tambahan merupakan tipe yang paling sering terjadi pada polidaktili
pada orang kulit putih. Insiensi deformitas pada orang kulit hitam dan kulit putih
adalah 0,08/1000. Hal tersebut bermanifestasi menjadi bermacam macam
bentuk, bertahap dari anyaman daging kecil pada batas radial tangan menjadi
triplikasi. Tahap penyatuan tulang, Wassel mengklasifikasikan polidaktili ibu jari
menjadi 7 tipe.
a.

tipe I, phalanx distal bercabang ( sangat jarang , 2 % ) ;

b.

tipe II, phalanx distal berduplikasi ( 15 % ) ;

c.

tipe III, phalanx proksimal bercabang tetapi phalanx distal berduplikasi (6%)

d. tipe IV sering terjadi ( 43 % ), baik phalanx proksimal maupun phalanx distal


berduplikasi ;

e.

tipe V ( 10 % ), metakarpal dari ibu jari bercabang, dan kedua phalanx distal
dan proksimal berduplikasi ;

f.

tipe VI ( 4 % ) metakarpal ibu jari dan kedua phalanx distal dan proksimal
berduplikasi ;

g. tipe VII ( 20 % ) ibu jari hanya memiliki 3 ruas phalanx.

Polidaktili preaxial mungkin berhubungan dengan sindaktili, hal tersebut


dihubungkan dengan sifat autosomal dominan. Temtamy menyebut bentuk
polidaktili ini sebagai polisindaktili. Pada duplikasi ibu jari, mungkin terjadi
ketidaknormalan sirkulasi, dipenuhi oleh satu atau dua arteri. Sering satu ibu jari
dominan ketika yang lain gagl tumbuh, kadang kadang, walaupun kedua ibi jari
berukuran sama, salah satu bisa mengikis. Biasanya terjadi keterlibatan unilateral.
Pada seri Universitas lowa ( dilaporkan Wessel ) keterlibatan bilateral ditemukan
7 dari 70 pasien dengan duplikasi ibu jari, pada seri Barsky 1 dari 25 kasus terjadi
bilateral, dan Handforth menemukan 11 dari 13 kasus unilateral.
Polidaktili ibu jari biasanya terjadi sporadik, walaupun bila dihubungkan
dengan triphalanx ibu jari terjadi karena famili. Polidaktili preaxial mungkin dapat
dihubungkan dengan ketidaknormalan vertebra, tidak adanya tibia, celah langit
langit mulut, dan imperforasi anus. Hal ini dapat dilihat dari jumlah gejala,
temuan klinis yang penting seperti sindrom Down, pansitopenia Fanconi, dan
acrocephalosyndactyly.
Tipe terbanyak adalah tipe IV dimana kedua ruas proksimal dan distal
terduplikasi ( 43 % ). Pada tipe I ruas distalnya terbelah menjadi dua, Ini adalah
tipe paling jarang ( 2 % ). Pada tipe II ( 15 % ) ruas distal terduplikasi. Di tipe III (
6 % ) ruas distal terduplikasi dan ruas proksimal terbelah menjadi 2. Pada tipe V (
10 % ) metakarpal dari jempol terbelah dan kedua ruasnya terduplikasi. Pada tipe
VI ( 4 % ) kedua metakarpal jempol dan semua ruas proksimal dan distalnya
terduplikasi. Pada tipe VII triphalangeal pada jempol.
3. Polidaktili sentral
Duplikasi dari jari telunjuk, jari tengah dan jari manis dihubungkan pada
polidaktili sentral atau axial. Kelebihan jari tengah dan jari manis sering

disembunyikandalam jaringan antara penghubung jari- jari yang normal (Gambar


2-63). Tendon, nervus,dan pembuluh darah dari jari cadangan biasanya tidak
normal, sebagai epifise kelebihan jari. Epifise dari kelebihan jari biasanya
tidak tumbuh normal pada garis pertumbuhan,
Sebagai hasilnya phalanx bercabang dari axis longitudinal ke penyimpangan
ulna atau radial dan mengubah batas jari jari. Duplikasi jari telunjuk jarang
terjadi,

disajikan

ulang

antara

3,5

dari

semua

kasus

polidaktili.

Ketidaknormalan ini sebaiknya tidak rancu dengan triphalanx ibu jari.Kelebihan


jari tengah dapat terdiri dari percabangan soft-tissue mass atau terdapat tulang
normal dan komponen soft tissue. Hal ini dapat dihubungkan dengan sinostosis
radioulnar kongenital, dan duplikasi jari telunjuk dapat menyatu dengan jari
tengah.

D. Manifestasi klinis
1. Ditemukan sejak lahir.
2. Dapat terjadi pada salah satu atau kedua jari tangan atau kaki.
3. Jari tambahan bisa melekat pada kulit ataupun saraf, bahkan dapat melekat
sampai ke tulang.
4. Jari tambahan bisa terdapat di jempol (paling sering) dan keempat jari lainnya.
5. Dapat terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya, walaupun jarang.

E. Patofisiologi
Polidaktili, disebabkan kelainan kromosom pada waktu pembentukan organ
tubuh janin. Ini terjadi pada waktu ibu hamil muda atau semester pertama
pembentukan organ tubuh. Kemungkinan ibunya banyak mengonsumsi makanan
mengandung bahan pengawet. Atau ada unsur teratogenik yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan. Kelebihan jumlah jari bukan masalah selain kelainan
bentuk tubuh. Namun demikian, sebaiknya diperiksa kondisi jantung dan paru
bayi, karena mungkin terjadi multiple anomali.

Orang normalnya adalah yang memiliki homozigotik resesif pp. Pada individu
heterozigotik Pp derajat ekspresi gen dominan itu dapat berbeda-beda sehingga
lokasi tambahan jari dapat bervariasi. Bila seorang laki-laki polidaktili
heterozigotik menikah dengan perempuan normal, maka dalam keturunan
kemungkinan timbulnya polidaktili adalah 50% (teori mendel). Ayah polidaktili
(heterozigot) Pp x, ibu normal homozigot (pp) maka anaknya polidaktili
(heterozigot Pp) 50%, normal (homozigot pp) 50%.

F. Penatalaksanaan
1.

Tindakan pembedahan untuk mengangkat jari tambahan biasanya dilakukan


untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul akibat jari tambahan tersebut.
Pengangkatan jari tambahan di jempol kaki merupakan prosedur tersering
karena implikasi kosmetik dan kenyamanan saat memakai sepatu. Hubungi
dokter bedah anda untuk melakukan prosedur pembedahan. Operasi
pembuangan jari yang berlebihan, terutama bila jari tersebut tidak
berkembang dan tidak berfungsi normal. Bila jari berlebihan hanya berupa
gumpalan

daging,

biasanya

tidak

mengganggu

pertumbuhan

dan

perkembangan anak, tapi mungkin anak menjadi malu atau minder.


2.

Pemeriksaan rontgen mungkin diperlukan untuk menentukan apakah jari


tambahan mengandung struktur tulang, dan untuk menentukan perubahan
yang dapat terjadi saat operasi.

10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA POLIDAKTILI

1.

Pengkajian
a.

Anamnesis mengenai riwayat keluarga

b. Riwayat pranatal postnatal


c.

Riwayat kelahiran serta berat badan lahir harus dilakukan dengan hati hati.

d. Pemeriksaan fisik dilakukan keseluruh tubuh untuk menggali adanya kelainan


atau anomali lainnya dibagian tubuh lain. Pemeriksaan fisik dengan dilakukan
secara sistematik, dengan cara inspeksi yaitu terlihat adanya jari tambahan.
Berikut adalah pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu :
a. Catat dan dokumentasikan nomor jari tangan yang mengalami gangguan,
keterlibatan jaringan yang mengalami penambahan, penyatuan, panjang setiap
jari, dan tampilan dari kuku.
b.

Pengambilan foto pada tangan terutama pada saat pertama kali kunjungan
biasanya sangat membantu diagnosis.

c.

Lakukan pergerakan pasif untuk memeriksa adanya penambahan tulang


dengan penambahan jaringan lunak.

d. Periksa dengan memalpasi adanya polidaktili yang tersembunyi.


e.

Tingkat anomali dari struktur tendon dan neurovakular mencerminkan


kompeksitas dari polidaktili. Adanya kondisi polidaktili komplet atau
kompleks biasanya melibatkan bagian distal dari falang ( jari ).

f.

Selalu melakukan pemeriksaan radiografi untuk membantu identifikasi


anomali lainnya, seperti bony synostosis, delta falang atau symphalangism.

2.

Diagnosa Keperawatan
a.

Pre Operasi
1) Gangguan konsep diri b/d anomali kongenital / perubahan bentuk tubuh
(kaki/tangan)
2) Ansietas b/d dengan rencana pembedahan
3) Kurang pengetahuan b/d ketidaktahuan keluarga mengenai penyakit atau
pengobatan.

11

b. Pasca Operasi
1) Nyeri b/d luka pascaoperasi
2) Kerusakan integritas kulit b/d pembedahan
3) Resiko infeksi b/d tindakan pembedahan

3.

Intervensi Keperawatan
a.

Pre Operasi
1) Gangguan konsep diri b/d anomali kongenital / perubahan bentuk
tubuh (kaki/tangan)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat
menunjukkan harga diri dengan mengungkapkan penerimaan diri
secara verbal.
Intervensi :
a) Dorong individu mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai
bagaimana individu merasakan, memikirkan atau memandang dirinya.
b) Dorong individu untuk bertanya menegenai masalah,penanganan,
perkembangan, prognosis kesehatan.
c)

Beri informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang sudah
diberikan

d) Hindari kritik negative


e) Beri privasi dan keamanan lingkungan
f) Dorong interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa yang
mendukung
g) Perjelas adanya kesalahan konsep individu mengenai diri, perawatan atau
pemberi perawatan
2) Ansietas b/d dengan rencana pembedahan
Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Intervensi:
a) Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien

12

b) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan


ketakutannya
c)

Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa


medic

d) Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan

3) Kurang pengetahuan b/d ketidaktahuan keluarga mengenai penyakit


atau pengobatan.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pengetahuan
klien terhadap penyakit bertambah.
Intervensi :
a) Pengajaran, proses penyakit
b) Cek keakuratan umpan balik untuk memastikan bahwa pasien memahami
penanganan yang dianjurkan dan informasi yang relevan lainnya
c) Lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien dan pahami isinya
d) Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi khusus

b. Pasca Operasi
1) Nyeri b/d luka pasca operasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan
nyeri klien berkurang bahkan hilang
Intervensi :
a) Kaji skala nyeri klien
b) Dengarkan dengan penuh perhatian mengenai nyeri
c) Ajarkan strategi relaksasi khusus
d) Tentukan konsep anak tentang penyebab nyeri, bila mungkin
e)

Tanyakan pada anak apa yang meredakan nyeri dan apa yang membuatnya
lebih buruk

f)

Tingkatkan rasa aman dengan penjelasan yang jujur dan kesempatan untuk
memilih

13

g) Jelaskan pada anak bahwa dia dapat dialihkan perhatiannya dari prosedur jika
hal itu yang diinginkan
h) Berikan terapi analgesic

2) Kerusakan integritas kulit b/d tindakan pembedahan


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan
klien menunjukkan penyembuhan jaringan progresif.
Intervensi :
a) Pantau kulit dari adanya ruam dan lecet
b) Bersihkan kulit saat terkena kotoran
c) Minimalkan terpajannya kulit pada lembab
d) Jadwalkan mandi untuk pasien, gunakan pembersih yang ringan
e) Gunakan lapisan pelindung, seperti krim atau bantalan penyerap kelembapan
untuk menghilangkan kelebapan yang berlebihan, jika memungkinkan
f)

Ganti posisi dengan hati-hati untuk menghindari cedera pada kulit yang rentan

g) Pantau status gizi dan asupan makanan


h)

Rujuk ke perawat terapi enkorostoma untuk mendapatkan bantuan dalam


pencegahan, pengkajian dan penanganan luka/kerusakan kulit

3) Resiko infeksi b/d tindakan pembedahan


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan
klien melaporkan factor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan
kewaspadaan yang diperlukan
Intervensi :
a) Kurangi organisme yang masuk ke individu
b) Lindungi individu yang mengalami defisit imundari infeksi
c) Kurangi kerentanan individu terhadap infeksi
d) Amati manifestasi klinis infeksi
e) Instruksikan individu dan keluaraga mengenai penyebab, risiko dan kekuatan
penularan infeksi

14

PENUTUP

A.

Kesimpulan
Polidaktili merupakan kelainan pertumbuhan jari sehingga jumlah jari pada
tangan atau kaki lebih dari lima. Orang normalnya adalah yang memiliki
homozigotik resesif pp. Polidaktili juga dikenal sebagai Hyperdaktili, bisa terjadi
ditangan atau dikaki manusia ataupun hewan. Tempat jari tambahan tersebut
berbeda-beda ada yang di dekat ibu jari dan ada pula yang berada di dekat jari
kelingkingPolidaktili terjadi pada 1 dari 1.000 kelahiran. Penyebabnya bisa karena
kelainan genetika atau faktor keturunan, sehingga kelainan ini tidak dapat
dilakukan pencegahan. Bentuknya bisa berupa gumpalan daging, jaringan lunak,
atau sebuah jari lengkap dengan kuku dan ruas-ruas yang berfungsi normal. Tapi,
umumnya hanya berupa tonjolan daging kecil atau gumpalan daging bertulang
yang tumbuh di sisi luar ibu jari atau jari kelingking. Kelebihan jari pada sisi ibu
jari lebih banyak daripada sisi jari kelingking.

15

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan dengan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
http://macrofag.blogspot.com/2013/03/artikel-polidactyl.html
http://engzkatroxz.blogspot.com/2010/12/polidaktili.html
http://quina-cute.blogspot.com/2012/11/polidaktili-oleh-luh-putu-yuniartini-s_8756.htm
http://dokteryudabedah.com/tentang-po

16

Anda mungkin juga menyukai