Anda di halaman 1dari 6

BAB II

LANDASAN TEORI

Anak usia sekolah dimulai ketika anak mulai memasuki sekolah, dan tahap ini memiliki
dampak yang sangat signifikan mengenai perkembangan dan hubungan. Secara fisiologi dimulai
ketika pergantian gigi dan berakhir ketika masa pubertas (Marylin Hockenberry, 2009). Di
bawah ini akan dielaskan perkembangan pada masa usia sekolah meliputi perkembangan fisik,
kognitif, afektif dan psikomotorik.
a.

Perkembangan fisik
Pertumbuhan selama periode terrsebut rata-rata 3-3,5 kg (7 lb) dan 6 cm (2,5 in) per
tahun. Lingkaran kepala tumbuh hanya 2-3 cm selama periode tersebut, menandakan
pertumbuhan otak yang melambat, karena proses mielinisasi sudah sempurna pasa usia 7
tahun. Habitus tubuh (endomorfi, mesomorfi, atau ektomorfi) cenderung secara relative
tetap stabil selama masa anak pertengahan. Pertumbuhan wajah bagian tengah dan bawah
terjadi secara bertahap. Kehilangan gigi desidua (bayi) merupakan tanda maturasi yang
lebih dramatis, mulai sekitar usia 6 tahun setelah tumbuhnya gigi-gigi molar pertama.
Penggantian dengan gigi dewasa terjadi pada kecepatan sekitar 4/tahun. Jaringan limfoid
hipertrofi, sering timbul tonsil dan adenoid yang mengesankan, yang kadang-kadang
membutuhkan penangan pembedahan.
Kekuatan otot, koordinasi dan daya tahan tubuh meningkat secara terus menerus,
seperti halnya kemampuan menampilkan pola gerakan-gerakan yang rumit seperti
menari, melempar bola basket atau bermain piano. Kemampuan-kemampuan perintah
motorik yang lebih tinggi adalah hasil dari kedewasaan maupun latihan; derajat
penyelesaian mencerminkan keanekaragaman yang luas dalam bakat, minat, dan
kesempatan bawaan semenjak lahir. Penelitian epidemiologi melaporkan kemunduran
umur dalam kemampuan fisik di antara anak- anak usia sekolah. Kebiasaan berdiam diri
pada usia ini dihubungkan dengan meningkatnya risiko kegemukan selama hidup dan
penyakit jantung. Organ-organ seksual secara fisik belum matang, namun minat pada

jenis kelamin yang berbeda dan tingkah laku seksual tetap aktif pada anak-anak dan
meningkat secara progresif sampai pubertas
b.

Perkembangan kognitif
Menurut potter dan perry (2009) teori kognitif menekankan bagaimana individu belajar
berpikir dan memahami dunianya. Perubahan kognitif memberikan kemampuan untuk
berpikir secara logis tentang waktu dan lokasi dan untuk memahami hubungan antara
benda dan pikiran. Anak dapat membayangkan suatu peristiwa tanpa harus
mengalaminya terlebih dahulu (Hockenberry dan wilson dalam potter dan perry, 2009).
Menurut Mary Muscari, usia sekolah berada dalam tahap operasional konkrit yang
berdasarkan teori piaget berlaku pada anak usia 7-11 tahun. Hal ini digambarkan dengan
peningkatan konsentrasi, karena mereka dapat berkonsentrasi dalam beberapa hal
sekaligus. Selain itu mereka sudah mulai memahami bahwa setiap orang memiliki sudut
pandang sendiri dan bahkan memahaminya.
Menurut Marylin Hockenberry (2009) anak usia sekolah tidak lagi membuat
keputusan berdasarkan apa yang mereka lihat, namun berdasarkan alasan. Mereka bisa
menggunakan memori masa lalu untuk mengevaluasi apa yang terjadi di masa sekarang
(conceptual thinking)
Anak usia sekolah sudah bisa memahami konsep reversibility bahwa suatu benda
mungkin bisa sama meskipun bentuknya berbeda seperti berbagai macam bentuk nastar
namun bahan dasarnya sama, selain itu juga bisa memahami bahwa ada dua benda
berbeda yang berasal dari hal yang sama misalnya berbagai macam kue dengan nama
yang berbeda namun sama-sama berasal dari tepung terigu.
Hal yang penting dalam perkembangan ini adalah meningkatnya kemampuan dalam
menyelesaikan masalah. Kemampuan ini berkembang melalui bakat intelektual,
pendidikan dan pengalaman. Kekurangan yang ada pada usia ini adalah mereka belum
mampu menyelesaikan masalah dengan baik bila tidak ada wujud konkritnya.
Anak usia sekolah juga mengembangkan kemampuan klasifikasi Menurut Mary
Muscari aktivitas yang dilakukan anak pada tahapan ini antara lain mengumpulkan dan
menyusun objek, mengurutkan objek berdasarkan kriteria. Selain itu juga menjadi suka
mengoleksi barang-barang. Mereka juga memahami tentang hubungan dan konsep,
seperti lebih besar, timbal balik seorang kakak pasti saudara kandung.
Perkembangan dalam berbahasa juga termasuk dalam perkembangan kognitif. Pada
usia sekolah perkembangan bahasa sangat pesat. Mereka mulai menyadari pentingnya

bahasa untuk menyampaikan sesuatu, mulai memahami bahwa satu kata mungkin
memiliki banyak arti, mulai memahami penggunaan kata dalam suatu konteks. Membaca
merupakan aktivitas yang dapat mendukung kemampuan anak dalam berbahasa, dan
c.

membaca dimulai pada aktivitas di sekolah.


Perkembangan Afektif
John Piaget berpendapat bahwa pada tahapan operasional konkrit, mulai muncul
kemampuan afektif berupa kemampuan beralasan dan berperilaku. Ada dua kemampuan
yang dipelajari yaitu : (dalam Barry Wardsworth, 1996)
Kemampuan ini disebut sebagai kemauan atau will sebagai suatu instrumen untuk
mempertahankan nilai. Hal ini digunakan ketika kita dihadapkan pada suatu
keinginan dan yang sebaiknya dilakukan. Sebagai contoh ketika seorang anak
dihadapkan pada dua pilihan, misalnya ia memiliki waktu luang yang sudah lama ia
nantikan untuk bermain bersama teman, namun disaat yang bersamaan bibinya
kecelakaan. Lalu ia lebih memilih untuk menengok bibi dari padaa bermain bersama
teman. Pada keputusan tersebut ada nilai yang dipertahankan yaitu nilai sosial.
Namun begitu, will sebagai skala nilai tertanan dalam diri karena ada suatu perasaan
keharusan yang melekat. Kemampuan untuk mampu bertindak seperti ini dibutuhkan
dua faktor, yaitu pengalaman sosial yang akan mendukung kehidupan afektif. Selain

itu juga dipengaruhi oleh kebiasaan yang konsisten.


Perkembangan selanjutnya adalah autonomi. Pada tahap anak usia sekolah mulai
muncul otonomi yaitu suatu alasan untuk bertindak berdasar norma kita sendiri. John
piaget mengatakan bahwa
the notion of autonomous means that it is possible for the (child) to elaborate his
(her) own norms at least in part. After 7 or 8 years of age, the child becomes capable
of making his own moral evaluations, performs freely decided acts of will and
exhibits moral feelings....
Autonomi bisa dikatakan lebih terevaluasi karena tidak semata-mata menerima
nilai yang dianut orang lain. Autonomi juga mempertimbangkan orang lain sama
seperti diri sendiri, katakanlah autonomi sebagai pengaturan pribadi.
Sebelum tahap usia sekolah, anak-anak cenderung melaksanakan apa yang disebut
benar dan salah sesuai dengan orang yang lebih tua seperti orang tua dan guru,
namun pada tahap ini mereka mulai bisa menemukan suatu alasan mengenai mana

yang benar dan salah dan efek yang akan terjadi, sehingga mereka berhak untuk
menolak atau menerima.
Perkembangan will dan otonomi akan tampak sangat jelas pada konsep anakanak mengenai aturan (modifikasi aturan sesuai kesepakatan), kesalahan dan
kejanggalan (maksud dari suatu perbuatan lebih penting diperhatikan dari pada
konsekuensi yang ditimbulkan, misalnya memecahkan 10 gelas tidak lebih buruk
dari memecahkan satu gelas karena ia melakukan dengan tidak sengaja) , berbohong
(bukan untuk menipu atau mencurangi), keadilan (hukuman yang mendidik) dan
moral.
d. Perkembangan psikomotorik
Pada usia sekolah aktivitas anak-anak semakin banyak, hal ini akan semakin
meningkatkan kemampuan motorik mereka. Menurut Marylin Hockenberry (2009)
perkembangan psikomotorik usia sekolah meliputi :
Usia
6 tahun

Aktivitas
Peningkatan ketangkasan/ ketrampilan, Aktivitas konstan,
Sering gigit jari, Menyadari fungsi tangan,Suka menggambar &

7 tahun

mewarnai.
Lebih berhati-hati dalam aktivitas baru, mengulang-ulang

8-9 tahun

aktivitas agar lebih mahir.


Senang melompat dan berkejaran, meningkatnya kehalusan dan
kecepatan pada gerak motorik, bisa berpakaian sendiri, suka

10-12 tahun

melakukan sesuatu berlebihan (susah untuk diam).


Perubahan tubuh pada wanita jauh lebih cepat dari pada laki-

laki.
Anak sekolah mempunyai lingkungan sosial yang lebih luas selain lingkungan
keluarganya, yaitu lingkungan sekolah tempat anak belajar mengembangkan kemampuan
kognitif, interaksi sosial, nilai moral dan budaya dari lingkungan kelompok teman sekolah dan
guru. Bahkan bermain dengan teman sekolah dirasakan anak sebagai sesuatu yang lebih
menyenangkan daripada bermain di lingkungan rumah.
A.

Nutrisi
Nutrisi adalah jumlah semua interaksi antara suatu organisme dan makanan yang

dikonsumsinya (Kozier.,at.al, 2010: 740). Secara sederhana nutrisi adalah sesuatu yang diamakna
oleh seseorang dan bagaimana tubuh menggunakannya. Nutrisi tetap menjadi prioritas yang

tinggi untuk anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Anak sekolah membutuhkan diet
seimbang yang terdiri atas 2.400 Kkal per hari. Anak-anak memerlukan makanan berprotein
tinggi ketika sarapan untuk menunjang kegiatan mereka di sekolah. Anak-anak yang kurang
nutrisi menjadi mudah letih dan menghadapi resiko tinggi terkena infeksi.
Peran keluarga sangat besar sekali dalam peneuhan nutrisi pada anak usia sekolah ini,
motivasi orang tua untuk membiasakan anak dengan pola makan yang biak. Rasa suka dan tidak
suka terhadap makanan terbentuk pada usia-usia awal yang berlanjut pada usia kanak-kanak
pertengahan, motivasi anak untuk tetep menyukai jenis makanan yang baru. anak usia sekolah
umumnya makan siang disekolah, orang tua harus mendiskusikan dengan anak mengenai
makanan yang harus mereka makan dan terus memberikan diet seimbang dirumah. Berikan
pengertian bahwa makan bersama keluarga lebih baik daripada bermain, karena saat itu dapat
menjadi kesempatan bagi anak untuk berkonsultasi dengan orang tua dan bagi orang tua untuk
mengetahui pengalaman yang diperoleh anak di sekolah dan di lingkungannnya.
Beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu
diperhatikan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut: (Supartini, 2004: 144)
1. Anak dapat mengatur pola makannya sendiri
2. Adanya pengaruh teman atau jajanan di lingkungan sekolah dan di lingkungan luar rumah
serta adanya reklame atau iklan makanan tertentu di tv yang dapat memengaruhi pola
makan atau keinginannya untuk mencoba makanan yang belum dikenalnya.
3. Kebiasaan menyukai satu makanan tertentu berangsur-angsur hilang.
4. Pengaruh aktivitas bermain dapat menyebabkan keinginannya yang lebih besar pada
aktivitas bermain daripada makan.
Kebiasaan makan yang buruk dapat menyebabkan kegemukan pada anak. Kegemukan
pada anak usia sekolah cenderung menyebabkan penuruan aktivitas dan masalah psikososial.
Anak beresiko mengalami harga diri rendah, anak yang gemuk dapat diejek dan diperlakukan
berbeda oleh teman sebaya mereka.

Referensi
Potter, Patricia dan anne perry. 2009. Fundamentals Of Nursing 7 Th Ed.(diterjemahkan oleh
adrina ferderika). Jakarta : salemba medika

Wadsworth, Barry. 1996. Piagets Theory Of Cognitive And Affective Development. USA :
Library of congress cataloging-in-publication data.
Hockenberry, Marylin dan David Wilson. 2009. Essentials Of Pediatric Nursing. Missouri :
Mosby Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai