Anda di halaman 1dari 1

KARAKTERISTIK TRAUMA MAKSILOFASIAL

Hendra Benyamin*, Lisa Y Hasibuan**


*Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 Program Studi Ilmu Bedah
**Divisi bedah Plastic Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Rumah Sakit Hasan Sadikn

ABSTRAK

Penyebab terjadinya trauma maksilofasial bervariasi dari satu negara ke negara lain dan bahkan dalam negara yang sama

tergantung pada faktor-faktor sosial ekonomi, budaya dan lingkungan yang berlaku. Verifikasi secara periodik penyebab terjadinya trauma
maksilofasial dapat membantu kita untuk merekomendasikan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya trauma maksilofasial.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik, kecenderungan terjadinya trauma maksilofasial dan hasil
penanganan trauma maksilofasial di rumah sakit pendidikan kita.

METODE
PENELITIAN
Pasien dan Metode:
Penelitian deskriptif ini dilakukan pada 253 pasien yang
mengalami fraktur maksilofasial dan ditangani di bagian
bedah mulut, bedah plastik dan THT

Rumah Sakit

Hasan Sadikin pada periode Januari 2011 sampai

HASIL PENELITIAN

Desember 2013. Fraktur tulang nasal dan patah tulang


naso-ethomoid dikeluarkan dari penelitian ini. Diagnosis

Usia pasien pada penelitian ini berkisar antara 2-64 tahun, dengan usia rata-rata 26.36 16.45 tahun. Kelompok

usia yang paling banyak adalah kelompok umur pada dekade tiga (n = 82; 32,41%) diikuti oleh dekade dua (n = 76, 30.04%).Laki-laki lebih banyak dari pada

fraktur maksilofasial diambil berdasarkan anamnesis,

perempuan, dimana laki-laki (n = 207; 81,82%) perempuan (n = 46; 18,18%) dengan rasio 4:1. Kecelakaan lalulintas (KLL) menjadi penyebab yang paling

pemeriksaan fisik dan pencitraan. Data-data yang

sering menyebabkan terjadinya cedera maksilofasial (n = 195; 77,08%) diikuti oleh jatuh dari ketinggian (n = 36; 14.23%), sedangkan penyebab yang paling

dibutuhkan pada penelitian ini diperoleh dari data

jarang adalah akibat kecelakaan kerja (n = 2; 0,79%), terdapat tiga ratus tiga puluh enam lokasi patah tulang mandibula yang terjadi pada 253 pasien,

rekam medis pasien, kemudian dievaluasi dan dianalisis

dimana parasymphysis (21,43%) adalah daerah yang paling sering diikuti oleh corpus (18,45%) dan dentoalveolar (12,50%). Fraktur parasimphisis dan corpus

dengan menggunakan statistik deskriptif.

lebih sering disebabkan oleh KLL dan jatuh dari ketinggian. Sebagai penyebab fraktur tulang wajah lainnya KLL juga menjadi penyebab utama 66.67% (n =
26) diikuti oleh akibat jatuh dari ketinggian 28.21% (n = 11), (Tabel 4). Patah tulang maksila merupakan angka kejadian yang tersering (53.85%) , diikuti oleh
tulang zigoma (46.15%).

DISTRIBUSI UMUR
PADA PASIEN FRAKTUR MAKSILOFASIAL
4.35%
10.67%

DISTRIBUSI FRAKTUR MAKSILOFASIAL BERDASARKAN ETIOLOGI

7.11%

1-10
11-20

30.04%

15.42%

32.00%

0.78%

5.49%

14.12%

3.14%

76.47%

Kecelakaan lalu
lintas (KLL)

21-30

Jatuh dari
ketinggian

31-40

Olah raga

TABEL DISTRIBUSI UMUR PADA PASIEN FRAKTUR MAKSILOFASIAL


No

Sekmen

KLL

Jatuh

Olah raga

Kecelakaan
kerja

lainnya

Total

Simphisis

16

11

27 (8.04%)

Parasimphisis

45

24

72 (21.43%)

Corpus

37

20

62 (18.45%)

Angulus

24

15

39 (11.61%)

Condilus

18

26 (7.74%)

D.A

26

19

42 (12.50%)

Total

166

158

336 (100%)

KESIMPULAN
H

DISTRIBUSI DARI FRAKTUR TULANG WAJAH LAINNYA DAN


HUBUNGANNYA DENGAN ETIOLOGI

Maksila
11

15
9
2

KLL

Zigoma

Jatuh dari
ketinggian

Olah raga

Kecelakaan
kerja

Lain

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien dengan trauma maksilofasial adalah laki-laki dewasa muda. Faktor etiologi yang paling umum adalah KLL diikuti oleh akibat jatuh dari

ketinggian , sedangkan daerah yang paling sering patah dari mandibula adalah parasymphysis . KLL dan jatuh dari ketinggian juga merupakan penyebab tersering terjadinya fraktur maksilla. Penelitian ini menegaskan
pandangan bahwa faktor risiko untuk terjadinya cedera maksilofasial bervariasi dari satu negara ke negara dan KLL dan jatuh dari ketinggian masih menjadi penyebab utama terjadinya cedera maksilofasial pada pasien yang
datang ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pada periode januari 2011-desember 2013 . Berdasarkan hasil penelitian ini maka ada beberapa hal yang dapat direkomendasikan untuk mengurangi kejadian KLL dengan cara
penegakan hukum, penggunaan sabuk pengaman , batas kecepatan dan peraturan lalu lintas harus diperhatikan secara ketat . Sebuah kampanye kesadaran untuk mendidik terutama para pengemudi kendaraan tentang
pentingnya pembatasan dan upaya perlindungan kendaraan bermotor. Pendidikan pada orang tua agar lebih hati-hati dalam menjaga anak-anaknya yang masih kecil agar terhindar dari trauma yang menyebabkan terjadinya
fraktur maksilofasial.

Kata kunci: fraktur maksilofasial, fraktur mandibular, kecelakaan lalu lintas

Anda mungkin juga menyukai