Karakteristik Trauma Maksilofasial
Karakteristik Trauma Maksilofasial
ABSTRAK
Penyebab terjadinya trauma maksilofasial bervariasi dari satu negara ke negara lain dan bahkan dalam negara yang sama
tergantung pada faktor-faktor sosial ekonomi, budaya dan lingkungan yang berlaku. Verifikasi secara periodik penyebab terjadinya trauma
maksilofasial dapat membantu kita untuk merekomendasikan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya trauma maksilofasial.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik, kecenderungan terjadinya trauma maksilofasial dan hasil
penanganan trauma maksilofasial di rumah sakit pendidikan kita.
METODE
PENELITIAN
Pasien dan Metode:
Penelitian deskriptif ini dilakukan pada 253 pasien yang
mengalami fraktur maksilofasial dan ditangani di bagian
bedah mulut, bedah plastik dan THT
Rumah Sakit
HASIL PENELITIAN
Usia pasien pada penelitian ini berkisar antara 2-64 tahun, dengan usia rata-rata 26.36 16.45 tahun. Kelompok
usia yang paling banyak adalah kelompok umur pada dekade tiga (n = 82; 32,41%) diikuti oleh dekade dua (n = 76, 30.04%).Laki-laki lebih banyak dari pada
perempuan, dimana laki-laki (n = 207; 81,82%) perempuan (n = 46; 18,18%) dengan rasio 4:1. Kecelakaan lalulintas (KLL) menjadi penyebab yang paling
sering menyebabkan terjadinya cedera maksilofasial (n = 195; 77,08%) diikuti oleh jatuh dari ketinggian (n = 36; 14.23%), sedangkan penyebab yang paling
jarang adalah akibat kecelakaan kerja (n = 2; 0,79%), terdapat tiga ratus tiga puluh enam lokasi patah tulang mandibula yang terjadi pada 253 pasien,
dimana parasymphysis (21,43%) adalah daerah yang paling sering diikuti oleh corpus (18,45%) dan dentoalveolar (12,50%). Fraktur parasimphisis dan corpus
lebih sering disebabkan oleh KLL dan jatuh dari ketinggian. Sebagai penyebab fraktur tulang wajah lainnya KLL juga menjadi penyebab utama 66.67% (n =
26) diikuti oleh akibat jatuh dari ketinggian 28.21% (n = 11), (Tabel 4). Patah tulang maksila merupakan angka kejadian yang tersering (53.85%) , diikuti oleh
tulang zigoma (46.15%).
DISTRIBUSI UMUR
PADA PASIEN FRAKTUR MAKSILOFASIAL
4.35%
10.67%
7.11%
1-10
11-20
30.04%
15.42%
32.00%
0.78%
5.49%
14.12%
3.14%
76.47%
Kecelakaan lalu
lintas (KLL)
21-30
Jatuh dari
ketinggian
31-40
Olah raga
Sekmen
KLL
Jatuh
Olah raga
Kecelakaan
kerja
lainnya
Total
Simphisis
16
11
27 (8.04%)
Parasimphisis
45
24
72 (21.43%)
Corpus
37
20
62 (18.45%)
Angulus
24
15
39 (11.61%)
Condilus
18
26 (7.74%)
D.A
26
19
42 (12.50%)
Total
166
158
336 (100%)
KESIMPULAN
H
Maksila
11
15
9
2
KLL
Zigoma
Jatuh dari
ketinggian
Olah raga
Kecelakaan
kerja
Lain
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien dengan trauma maksilofasial adalah laki-laki dewasa muda. Faktor etiologi yang paling umum adalah KLL diikuti oleh akibat jatuh dari
ketinggian , sedangkan daerah yang paling sering patah dari mandibula adalah parasymphysis . KLL dan jatuh dari ketinggian juga merupakan penyebab tersering terjadinya fraktur maksilla. Penelitian ini menegaskan
pandangan bahwa faktor risiko untuk terjadinya cedera maksilofasial bervariasi dari satu negara ke negara dan KLL dan jatuh dari ketinggian masih menjadi penyebab utama terjadinya cedera maksilofasial pada pasien yang
datang ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pada periode januari 2011-desember 2013 . Berdasarkan hasil penelitian ini maka ada beberapa hal yang dapat direkomendasikan untuk mengurangi kejadian KLL dengan cara
penegakan hukum, penggunaan sabuk pengaman , batas kecepatan dan peraturan lalu lintas harus diperhatikan secara ketat . Sebuah kampanye kesadaran untuk mendidik terutama para pengemudi kendaraan tentang
pentingnya pembatasan dan upaya perlindungan kendaraan bermotor. Pendidikan pada orang tua agar lebih hati-hati dalam menjaga anak-anaknya yang masih kecil agar terhindar dari trauma yang menyebabkan terjadinya
fraktur maksilofasial.