Anda di halaman 1dari 6

KEMAMPUAAN SISWA DALAM MENULIS CERITA NARATIF MELALUI MODEL

EXAMPLE NON EXAMPLE PADA PEMBELAJARAN PERJUANGAN PARA


PAHLAWAN DI KELAS 4 SDN SENTUL 4 BLITAR
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
cepat dan persaingan sumber daya manusia yang tinggi mulai merambah dan mempengaruhi
dunia pendidikan. Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Pendidikan juga diyakini dapat meningkatkan kesadaran setiap manusia bahwa
dirinya merupakan bagian dari sebuah sistem dalam kehidupan yang diharapkan terus
berusaha memberikan hal yang positif kepada lingkungannya.
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
penelitian, proses, cara dan perbuatan mendidik. Pada saat ini pendidikan masih menjadi
masalah yang utama bagi Indonesia. Pendidikan di Indonesia masih sangat tertinggal jauh di
banding negara-negara barat, bahkan dibandingkan dengan negara tetangga yang
dulunya.memiliki kualitas dibawah Indonesia kini mulai naik meninggalkan Indonesia. Hal
tersebut bukan sepenuhnya kesalahan negara, karena pendidikan merupakan tanggung jawab
dari setiap warga negara untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.Pembelajaran di
madrasah ibtidaiyah atau sekolah dasar pada saat ini cenderung menghasilkan siswa yang
pasif karena pembelajaran yang diberikan didominasi oleh guru dan penggunaan metode
pembelajaran yang kurang tepat. Hal ini tidak jauh berbeda terjadi di SDN Sentul 4 Blitar.

Model pembelajaran yang diterapkan masih menggunakan metode pembelajaran klasikal.


Kebanyakan guru di SDN Sentul 4 Blitar dalam menyampaikan materi pelajaran
menggunakan metode ekspositori. Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk
menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar peserta didik.
Dalam mengajar, guru tidak hanya sekedar menerangkan dan menyampaikan sejumlah
materi kepada peserta didik, namun hendaknya guru perlu menguasai berbagai metode
mengajar dan dapat mengelola kelas secara baik. Selain mengunakan berbagai media yang
menarik, penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar meruapakan suatu
hal yang penting dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Dalam upaya menciptakan suatu pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik tentu
saja guru harus menggunakan metode yang dapat menarik partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan pembelajaran yang akan
dilaksanakan, hal ini bertujuan supaya tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh siswa dengan
baik. Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru adalah metode Example Non
Example. Dalam hal pendidikan masalah bahasa mempunyai peran yang penting.
Pengajaran bahasa Indonesia haruslah berisi usaha yang dapat membawa serangkaian
keterampilan. Seperti yang telah diketahui bahwa kegiatan berbahasa terdiri atas empat
komponen keterampilan yaitu: keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Keterampilan tersebut saling berhubungan satu sama lainnya. Salah satu keterampilan yang
memiliki peran penting dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar adalah menulis.
Keterampilan menulis tidak secara otomatis dikuasai oleh siswa, tetapi melalui latihan dan
praktek yang teratur sehingga menghasilkan tulisan yang tersusun dengan baik.

Kemampuan atau keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan,


pendapat, atau perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Ketepatan
pengunggkapan gagasan harus didukung oleh ketepatan bahasa yang digunakan, selain
komponen kosa kata dan gramatikal, ketepatan kebahasaan juga sebaiknya didukung oleh
konteks dan penggunaan ejaan. Berbagai masalah yang terjadi dalam pembelajaran yang
dikemukakan di atas telah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan keterampilan
siswa dalam menulis karangan. Guru memberikan berbagai praktek mengarang untuk
meningkatkan keterampilan siswa dalam mengarang. Namun, usaha yang dilakukan oleh
guru untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam mengarang belumlah berhasil yang
pada akhirnya hasil karangan siswa belum maksimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Ibu Rosita, S.Pd selaku wali kelas 4 bahwa dalam pembelajaran mengarang siswa masih
mempunyai beberapa kesulitan di antaranya rendahnya ketrampilan menulis karangan
narasi, faktor yang menjadikan rendahnya dalam menulis karangan narasi siswa adalah
kurang pengetahuannya siswa dalam cara menulis narasi dan faktor lingkungan.
Dengan menggunakan model ini diharapkan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dapat lebih menarik dan mampu membuat siswa lebih kreatif dalam menilis
karangan naratif. Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih
menekankan pada konteks analisis siswa.Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas
tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek
psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti ; kemampuan berbahasa
tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa
lainnya.

Menurut

Buehl

(1996) dalam

Apariani

dkk,

(2010:20)

menjelaskan

bahwa examples non examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan

definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan
menggunakan 2 hal yang terdiri dariexamples non examples dari suatu definisi konsep
yang ada dan meminta siswa untukmengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep
yang ada. Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan
suatu materi yang sedang dibahas, sedangkannon examples memberikan gambaran akan
sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Selanjutnya Slavin
dalam Djamarah, (2006: 1) dijelaskan bahwa examples non examplesadalah model
pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat diperoleh dari
kasus atau gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar.
Menurut

(Agus

Suprijono,

2009

125)

Langkah

langkah

model

pembelajaran examples non examples diantaranya :


1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Gambar yang digunakan tentunya merupakan gambar yang relevan dengan materi
yang dibahas sesuai dengan Kompetensi Dasar.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD atau OHP,
jika ada dapat pula menggunakan proyektor. Pada tahapan ini guru juga dapat
meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan gambar yang telah dibuat dan
sekaligus pembentukan kelompok siswa.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk
memperhatikan/menganalisis gambar. Biarkan siswa melihat dan menelaah
gambar yang disajikan secara seksama, agar detil gambar dapat difahami oleh

siswa. Selain itu, guru juga memberikan deskripsi jelas tentang gambar yang
sedang diamati siswa.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisis
gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan akan lebih baik jika
disediakan oleh guru.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Siswa dilatih
untuk menjelaskan hasil diskusi mereka melalui perwakilan kelompok masingmasing.
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai. Setelah memahami hasil dari analisa yang
dilakukan siswa, maka guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
7. Guru dan peserta didik menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran example non example
1.

Kelebihan Model Pembelajaran Example Non Example


Menurut Buehl dalam (Apriani dkk, 2007:219) mengemukakan kelebihan

metode examplenon example antara lain:


a. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas
pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks.

b. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka
untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman
dari example dan non example
c. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari
suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang
dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter
dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
Keunggulan lainnya dalam model pembelajaran examples non examples diantaranya
:
a. Siswa lebih berfikir kritis dalam menganalisa gambar yang relevan dengan
Kompetensi Dasar (KD)
b. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar yang relevan
dengan Kompetensi Dasar (KD)
c. Siswa diberi kesempata mengemukakan pendapatnya yang mengenai analisis
gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar (KD)

2.

Kekurangan Model Pembelajaran Example Non Example


a. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
b. Memakan waktu yang lama.

Anda mungkin juga menyukai