Oleh :
KELOMPOK 2
Nama Kelompok :
CERIA SITORUS
DEVI S MENDROFA
FEBRI INDRAMAYU
PUTRA STEFANO
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
BAB II
2.1 KONSEP SUHU DAN HUKUM KE-0
2.2 PENGUKURAN SUHU
2.3 TERMOMETER GAS
2.4 TEMPERATUR GAS IDEAL
2.5 SKALA TEMPERATUR CELCIUS
2.6 TERMOMETRI HAMBATAN LISTRIK
2.7 TERMOKOPEL
2.8 PEMBANDINGAN BERBAGAI TERMOMETER
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan akan fisika dasar sangatlah dibutuhkan dalam rangka
membangun konsep pemahaman terhadap penggunaan fisika dalam
kehidupan sehari-hari. Mengingat fisika sebagai fondasi dari ilmu
alam,maka sudah sewajarnya bila ilmu fisika menjadi ilmu wajib bagi para
ilmuwan, peneliti dan mahasiswa. Seiring berjalannya waktu, ilmu fisikapun
menjadi semakin kompleks.
Aspek penting dalam pembahasan energi adalah hukum
termodinamika.Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spes
ifik membahas tentang hubunganantara energi panas dengan kerja. Energi dap
at berubah darisatu bentuk ke bentuk lain, baiksecara alami maupun hasil rek
ayasa teknolgi.
Termodinamika memainkan peran penting dalam analisis sistem dan
piranti yang ada didalamnya terjadi perpindahan formasi energi. Implikasi
termodinamika bercakupan jauh, dan penerapannya membentang ke seluruh
kegiatan manusia. Bersamaan dengan sejarah teknologi kita, perkembangan
sains telah memperkaya kemampuan kita untuk memanfaatkan energi dan
menggunakan energi tersebut untuk kebutuhan masyarakat. Kebanyaakan
kegiatan kita melibatkan perpindahan energi dan perubahan energi.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari termodinamika ?
2. Bagaimanakah konsep suhu dan hukum ke-0 ?
3. Bagaimanakah tentang pengukuran suhu ?
4. Bagaimanakah tekanan volume dan temperature ?
5. Bangaimanakah perbandingan berbagai thermometer ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Menjelaskan tentang pengertian termodinamika.
2. Mendeskripsikan dan menjelaskan konsep suhu dan hukum ke-0.
3. Mengetahui tentang pengukuran suhu.
4. Menjelaskan tentang tekanan volume dan temperatur.
5. Menjelaskan perbandingan berbagai thermometer.
BAB II
2.1 KONSEP SUHU DAN HUKUM KE-0
Apa yang menjadi objek penyelidikan didalam termodinamika disebut
system, misalnya gas, cairan, sepotong logam baterai dan lain-lain. Dan segala
sesuatu di luar system disebut lingkungan. Antara system dan lingkungan terdapat
dinding pemisah.
SISTEM
LINGKUNGAN
Gambar 2.1 a
Antara system dan lingkungan dapat terjadi interaksi, interaksi yang
dimaksud dalam termodinamika adalah pertukaran kalor (interaksi termal) dan
pengadaan usaha. Interaksi termal terjadi apabila dinding pemisah bersifat
diatermik atau dapat meneruskan kalor. Dan apabila interaksi dicegah maka system
disebut terisolasi (tak terjadi pertukaran panas, benda atau kerja dengan
lingkungan. Contoh dari sistem terisolasi adalah wadah terisolasi, seperti tabung
gas terisolasi).
Pada kontak diatermik, koordinat masing-masing system berubah karena
adanya gangguan. Suatu keadaan mencapai seimbang jika kalor telah berpindah
dari system yang panas ke system yang kurang panas. Dalam keadaan seimbang,
kedua system memiliki sesuatu yang sama yang didefinisikan sebagai suhu.
Dengan kata lain suhu merupakan keadaan seimbang dari dua system.
Secara matematis terdapat hubbungan tertentu antara ( X1 Y1 ) dan ( X2
Y2 ) yakni ( X1 Y1 ) = ( X2 Y2 ).
X1 Y1
Gambar 2.1 b
X2 Y2
X1 Y1
X2 Y2
Pada kontak melalui dinding adiabatic, tidak terjadi aliran kalor, hingga
tidak terjadi perubahan apapun pada koordinat masing-masing system. Tidak
terdapat hubungan antara ( X1 Y1 ) dan ( X2 Y2 ).
Maka dapat dikatakan SUHU adalah besaran yang dimiliki bersama dua
system dalam keadaan seimbang termal. Dan HUKUM KE-0 : Apabila
system A berada dalam keadaan seimbang termal dengan system B, dan
system A juga dalam keadaan seimbang termal dengan system C, maka system
B adalah seimbang dengan system C.Dinding adiabatik adalah dinding yang
mengakibatkan kedua zat mencapai suhu secara lambat sekali. Dinding
adiabatik sempurna yang tidak memungkinkan pertukaran kalor antara dua zat.
Dinding diatermik adalah dinding yang memungkinkan kedua zat itu dengan
cepat mencapai suhu yang sama.
A
Termometer
Interaksi termal
Interaksi termal
Interaksi termal
Gambar 2.1 c
ThermometricProperty
V=V(T);volume gas
p=p(T); tekanan gas
L=L(T); panjang kolom cairan
=(T); hambat jenis bahan resistor
I=I(T); intensitas cahaya
Termokopel
Termistor
=(T); ggl
i=i(T); arus
=k
Untuk mengkalibrasi thermometer gas volume tetap ini digunakan suhu triple
air yang disepakati oleh para ilmuwan 273,16 K sebagai acuan.
T1 = T3
T1 = 273,16
Didalam hasil eksperimen yang dilakukan dengan thermometer ini terdapat hal
menarik yang menunjukkan bahwa untuk setiap jenis gas apapun yang
digunakan, jika jumlah gas yang digunakannya sangat sedikit, perilaku gas
akan mendekati perilaku gas ideal.
T=
Dimana temperatur ini merupakan temperatur gas ideal.
Hambatan listrik (R) dari berbagai konduktor atau zat berubah menurut
temperaturnya. Perubahan ini akan sangat jelas jika temperaturnya sudah
0
mendekati harga 273 C. Ini berarti, mulai suatu temperatur tertentu, hambatan
listrik tiba-tiba menjadi sangat kecil atau dapat dikatakan konduksi listriknya
menjadi sangat besar. Hal ini, dalam istilah kelistrikan disebut sebagai konduktor
supra.
Batas-batas temperatur untuk menjadi konduktor supra untuk berbagai konduktor
berbeda-beda. Bahkan ada zat yang tidak dapat diketahui batas-batas
temperaturnya karena kesulitan untuk membuat temperatur rendah.
Hambatan listrik yang berubah karena perubahan temperatur ini dapat digunakan
untuk mengukur temperatur dan dalam hal ini digunakan daerah hambatan listrik di
atas konduktor supra. Secara skematis termometer hambatan listrik seperti
digambarkan dalam gambar 2.10.
Sesuai dengan perubahan temperatur T, hambatan listrik R dapat berubah, sehingga
untuk tegangan batere yang standar kuat arus listriknya juga ikut berubah. Jadi kuat
arus listrik menjadi thermometric property dari termometer hambatan listrik.
Untuk keperluan praktis, kalibrasi alat ini diperlukan; karena yang berubah adalah
hambatan listriknya (R), tetapi yang terukur adalah kuat arus listriknya (I).
Menurut Callendar (1886), untuk pengukuran yang presisi (pengukuran yang tepat
dan akurat) digunakan hambatan listrik platina dengan menggunakan rumus
empiris berikut.
T = {(Rt R0) / (R100 R0)} 100 + {(T / 100) 1} (T / 100) . . . . . (2.13)
0
derajat
Termometer hambatan listrik dapat dibuat mini dan portable (dapat dibawa
kemana-mana dengan bobot yang ringan). Volume termometer mini ini adalah 1
3
0
0
mm dan dapat digunakan untuk mengukur temperatur dari 20 C sampai 120 C.
Termometer hambatan listrik dengan ukuran mini ini disebut termizet.
2.7 TERMOKOPEL
Termometer termokopel dibuat berdasarkan pada: (1) adanya gaya gerak listrik
(ggl) Seebeck, (2) adanya ggl Peltier, dan (3) adanya ggl Thomson pada
sambungan dua logam yang berbeda jenisnya, serta (4) adanya perubahan
temperatur pada sambungan dua logam.
Thermometric Property dari termometer termokopel adalah adanya ggl karena
perubahan temperatur, sehingga = ( T ). Benda yang akan diukur temperaturnya
disentuhkan pada sambungan logam I dan logam II dan disebut sebagai sambungan
percobaan dengan temperatur t. Andaikan logam I disebut logam A, logam II
disebut sebagai logam B, dan logam tembaga disebut sebagai logam C; maka ada
tiga sambungan, yaitu: (1) sambungan AB, (2) sambungan BC, dan (3) sambungan
CA. Sambungan BC dan sambungan CA ada dalam wadah yang temperaturnya
dijaga tetap yang disebut sebagai temperatur acuan atau sambungan penunjukkan
dengan temperatur tR.
2.8 PEMBANDINGAN BERBAGAI TERMOMETER
Terdapat tiga cara yang berbeda untuk mengukur temperature.
Untuk gas pada volume tetap :
T ( P ) = 273,16 K
(V tetap)
Umtuk resistor listrik
T ( R ) = 273,16 K
Dan untuk termokpel
T ( ) = 273,16 K
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Diktat%20Termodinamika.pdf
Nurdin bukit, 2014. THERMODINAMIKA, UNIMED, MEDAN.