Daftar isi1
1. Latar Belakang2-3
2. Presentasi Kasus4
3. Diskusi...............5
3.1.
Definisi NAPZA......5
3.2.
Jenis- jenis NAPZA...5-6
3.3.
Penyalahgunaan dan tahapan pemakaian NAPZA....6-7
3.4.
factor resiko penyalahgunaan NAPZA.8-9
3.5.
Pencegahan penyalahgunaan NAPZA.....9-10
3.6.
Undang- undang mengatur penyalahgunaan NAPZA.1011
4. Kesimpulan..
5. Daftar Pustaka..
Latar belakang
1
lingkup dalam permasalahan pertama akan dibatasi pada upaya penanggulangan dan
pemberantasan tindak pidana narkotika.
Dalam permasalahan yang kedua akan dibahas khususnya hambatan- hambatan yang
dialami dalam melaksanakan penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana
narkotika.
Tujuan Umum
Untuk pengembangan di bidang penanggulangan Tindak Pidana Narkotika
yang terkait dengan keberlakuan Undang undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
Tujuan
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis upaya penanggulangan dan
pemberantasan tindak pidana narkotika di wilayah hukum.
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hambatan-hambatan yang dialami
dalam melaksanakan penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana
narkotika.
Presentasi kasus
3
Catur berusia 18 tahun adalah anak bontot dari 3 bersaudara, ia salah satu
pasien yang kini menjalankan rehabilitas di Rumah Sakit Ketergantungan Obat
Cibubur selama 2 bulan terakhir. Pendidikan terakhir SMP, berstatus sebagai pelajar.
Pertama kali menggunakan narkoba pada saat kelas 5 sekolah dasar yang di awali
dengan perokok aktif, ia juga minum minuman beralkohol dan mencoba ganja dengan
cara dihirup. Pada saat pertama kali mencoba ia merasa tidak enak, parnok, pusing,
berdebar- debar dan mual dan semakin lama efek yang dirasakan oleh catur berubah
menjadi nyaman, rileks, tenang dan bahagia. Pada saat SMP rasa penasaran dan ingin
mencoba hal- hal yang baru dari ia pun timbul, ia mencoba untuk menggunakan sabu,
putau dan obat penenang lainnya. Ia mengaku dalam sehari bisa menggunakan barang
tersebuat sebanyak 10-12 kali per hari dengan cara di hirup ataupun menggunakan
jarum suntik. Catur memperoleh barang tersebut dari abang- abang yang ada
dilingkungan rumahnya. Ia bisa menggunakan barang tersebut dimana saja (dirumah,
sekolah dll), uang yang digunakan untuk membeli barang tersebut didapat dari uang
jajan, membohongi orang tua sampai menjual barang- barang yang ada. Dan pada saat
SMA ia pun putus sekolah.
Faktor lingkunganlah (rumah, sekolah) yang sangat berpengaruh hingga bisa
menjadikan ia sebagai pecandu, karena sebagian besar masyarakat yang ada
dilingkungan tempat tinggalnya banyak yang menjadi pecandu narkoba. Salah satu
faktor lainnya adalah perhatian yang kurang dari keluarganya, ia merasa seorang
orang tua yang seharusnya khawatir jika anaknya pulang malam ataupun mencari jika
anaknya tidak pulang kerumah selama 3minggu tetapi hal ini tidak dilakukan oleh
orang tuanya. Keluargapun mengetahui kalau ia seorang pecandu, karena kebanyakan
remaja yang ada di lingkungannnya adalah sebagai pecandu. Langkah yang diambil
oleh keluarganya adalah mengurung catur di dalam kamar dengan tujuan agar ia tidak
berinteraksi dengan teman- temannya yang sebagian besar juga sebagai pecandu, ia
pun menolak dan memberontak terhadap apa yang dilakukan oleh keluarganya. Lalu
pada bulan Agustus keluarga Catur pun sepakat agar ia menjalankan pengobatan di
RSKO yang ada di Cibubur dikarenakan keluarga sudah tidak sanggup melihat
tingkahlaku yang dilakukan anaknya tersebut.
Selama menjalani pengobatan yang ada, ia mengaku sangat sulit untuk
berhenti secara total menggunakan barang tersebut karena ia merasakan efek yang
sangat tidak nyaman jika tidak menggunakan barang tersebut ( reaksi putus obat,
sakau dll), butuh waktu yang lama dan dengan cara bertahap. Pada saat ini hal yang
bisa ia lakukan adalah mengurangi dosis obat yang ia pakai. Catur mengaku ia sangat
menyesal karena telah mengecewakan keluarga dan ada hal yang harus ia capai, ia
ingin menjadi broadcasting.
Definisi NAPZA
4
2.)Pendidikan
Menurut Friedman (2005) belum ada hasil penelitian yang menyatakan apakah
pendidikan mempunyai risiko penyalahgunaan NAPZA. Akan tetapi, pendidikan ada
kaitannya dengan cara berfikir, kepemimpinan, pola asuh, komunikasi, serta
pengambilan keputusan dalam keluarga.
Hasil penelitian Prasetyaningsih (2003) menunjukkan bahwa pendidikan
penyalahguna NAPZA sebagian besar termasuk kategori tingkat pendidikan dasar
(50,7%). Asumsi umum bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin mempunyai
wawasan/pengalaman yang luas dan cara berpikir serta bertindak yang lebih baik.
Pendidikan yang rendah memengaruhi tingkat pemahaman terhadap informasi yang
sangat penting tentang NAPZA dan segala dampak negatif yang dapat
ditimbulkannya, karena pendidikan rendah berakibat sulit untuk berkembang
menerima informasi baru serta mempunyai pola pikir yang sempit.
3.)PekerjaanHasil studi BNN dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas
Indonesia tahun
2009 di kalangan pekerja di Indonesia diperoleh data bahwa penyalahguna NAPZA
tertinggi pada karyawan swasta dengan prevalensi 68%, PNS/TNI/POLRI dengan
prevalensi 13%, dan karyawan BUMN dengan prevalensi 11% (BNN, 2010).
Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA
Pencegahan penyalahgunaan NAPZA, meliputi (BNN, 2004) :
1.) Pencegahan primer
Pencegahan primer atau pencegahan dini yang ditujukan kepada mereka,
individu, keluarga, kelompok atau komunitas yang memiliki risiko tinggi terhadap
penyalahgunaan NAPZA, untuk melakukan intervensi agar individu, kelompok, dan
masyarakat waspada serta memiliki ketahanan agar tidak menggunakan NAPZA.
Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat
menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.
2.) Pencegahan sekunder
10