PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki dua musim boleh berbangga
dengan paparan sinar matahari yang cukup banyak dibanding negara lain yang
memiliki empat musim. Namun, sinar matahari yang berlebih ini sekaligus bisa
menjadi bumerang bagi kesehatan mata masyarakatnya, salah satunya pemicu
katarak.(Gideon, 2014)
Gideon (2014) mengatakan bahwa mata adalah organ yang sangat vital bagi
manusia. Dengan mata, manusia dapat melihat keindahan dunia. Namun
sayangnya, banyak masyarakat yang belum menyadari pentingnya menjaga
kesehatan mata.
Jumlah penderita buta katarak di Indonesia tertinggi kedua di Asia Tenggara,
yakni mencapai 1,5 persen atau dua juta jiwa. Setiap tahunnya, 240.000 orang
terancam mengalami kebutaan. Survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan
(Gideon, 2014) menunjukkan penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah
penyakit katarak (0,78 persen), penyakit glaukoma (0,12 persen), kelainan
refraksi (0,14 persen), dan penyakit lain terkait usia lanjut (0,38 persen).
Masyarakat Indonesia juga memiliki kecenderungan menderita katarak 15
tahun lebih cepat dibandingkan penderita di daerah tropis lainnya di mana
sekitar 16 sampai 22 persen penderita katarak yang dioperasi berusia di bawah
56 tahun. Demikian data yang disampaikan Persatuan Dokter Spesialis Mata
Indonesia (Perdami). Lembaga ini memperkirakan setiap tahun muncul kasus
baru katarak sebanyak 210ribu orang, namun yang bisa direhabilitasi lewat
operasi katarak hanya sekitar 120 ribu orang. Selain itu, masih ada keengganan
bagi orang Indonesia menjadi donor mata meskipun setelah meninggal
meskipun jumlah donor yang ada saat ini masih sangat kurang.
Meskipun katarak cenderung diderita penduduk lanjut usia, kata dia,
beberapa kasus bisa juga menimpa kelompok usia muda. Bahkan ada pula
kasus katarak pada bayi. Pada umumnya katarak pada bayi disebabkan oleh
gabungan empat penyakit infeksi yang biasa dikenal dengan TORCH, yaitu
2
2. PEMBAHASAN
A. Definisi Katarak
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan, tetapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun
tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik,
pemajanan radiasi, pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau kelainan mata
lain, seperti uveitis anterior (Smeltzer, Suzzane C, 2002).
Menurut Corwin (2001), katarak adalah penurunan progresif kejernihan
lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman
penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein-protein lensa yang
secara normal transparan terurai dan mengalami koagulasi. Sedangkan menurut
Mansjoer (2000), katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa,
atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan
progresif.
Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa katarak adalah kekeruhan lensa
yang normalnya transparan dan dilalui cahaya menuju retina yang dapat
disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan.
B. Penyebab Katarak
Menurut Mansjoer (2000), penyebab terjadinya katarak bermacammacam. Umumnya adalah usia lanjut (katarak senilis), tetapi dapat terjadi
secara kongenital akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin, genetik, dan
3
Indikasi pertama pembentukan PSC adalah kilauan warna yang samar (subtle
iridescent sheen) pada lapisan kortikal posterior yang terlihat dengan slitlamp.
Pasien sering mengeluhkan silau dan penglihatan jelek pada kondisi cahaya
terang karena PSC menutupi pupil ketika miosis akibat cahaya terang,
akomodasi, atau miotikum. Penglihatan dekat lebih jelek daripada penglihatan
jauh. Beberapa pasien juga mengalami monokular diplopia.
2). Katarak Anak- Anak
Katarak anak-anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu katarak
kongenital yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya dan katarak
didapat yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-sebab
spesifik. Pertama, katarak kongenital, yang tidak diketahui penyebabnya
walaupun mungkin terdapat faktor genetik, penyakit infeksi atau metabolik,
atau berkaitan dengan berbagai sindrom. Kedua, katarak didapat, yang
biasanya disebabkan oleh trauma, baik tumpul maupun tembus. Penyebab lain
adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes, dan obat.
3). Katarak Traumatik
Katarak traumatik, paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di
lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera
setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan
humor aquos dan kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur
lensa.
4). Katarak Sekunder Akibat Penyakit Intraokular (Katarak Komplikata)
Katarak sekunder akibat penyakit intraokular (komplikata) merupakan
katarak sekunder akibat penyakit intraokular pada fisiologi lensa. Katarak ini
biasanya berawal didaerah subkapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh
struktur lensa. Penyakit-penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan
pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis
pigmentosa, dan pelepasan retina.
5) Katarak Akibat Penyakit Sistemik
Katarak akibat penyakit sistemik. Katarak bilateral dapat terjadi karena
gangguan-gangguan sistemik, seperti diabetes melitus, hipoparatiroidisme,
Patofisiologi
atau
mekanisme
terjadinya
katarak
senilis
belum
koagulasi
sehingga
mengabutkan
pandangan
dengan
F. Penatalaksanaan Katarak
Katarak akibat penuaan ini tidak dapat dicegah karena sedianya semakin
tua usia seseorang maka semakin melemahnya fungsional tubuh. Perubahanperubahan yang terjadi pada protein yang dapat menyebabkan katarak tidak
dapat dicegah seiring bertambahnya usia. Walaupun katarak akibat penuaan
(senilis) ini tidak dapat dicegah, pasien katarak senilis masih bisa disembuhkan
dengan cara mendapatkan penanganan dari dokter ahli mata.
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi,
tindakan operasi tidak diperlukan pada gejala katarak yang tidak mengganggu.
Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obatobatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase
inhibitor diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol,
sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula
pada hewan. Obat antikatarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya
agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan
antioksidan vitamin C dan E.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Lebih dari bertahun-tahun, teknik bedah yang bervariasi sudah berkembang
dari metode yang kuno hingga teknik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir
bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi,
material,
posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu Intra Capsular Cataract Extraction
9
(ICCE) dan Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE). Berikut ini akan
dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur
pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek
lensa dapat keluar melalui robekan.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan
kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular
posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan
akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema,
pascabedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan
katarak seperti prolaps badan kaca.
Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya
katarak sekunder.
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan
kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 23mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan
katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah
hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat
dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak
10
Hal yang boleh dilakukan adalah memakai dan meneteskan obat, seperti
yang dianjurkan, melakukan pekerjaan yang tidak berat, bila memakai sepatu
jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki keatas.
Yang tidak boleh dilakukan adalah jangan menggosok mata, jangan
membungkuk terlalu dalam, jangan menggendong yang berat, jangan membaca
yang berlebihan dari biasanya, jangan mengedan keras sewaktu buang air
besar, jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah.
C. PENUTUP
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat menurunkan
tajam fungsi penglihatan penderitanya. Penyebab terbanyak katarak adalah
akibat penuaan. Mekanisme terjadinya katarak belum sepenuhnya dimengerti.
Walaupun demikian, lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat
protein yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya.
Katarak akibat penuaan terbagi menjadi tiga macam, yaitu katarak sklerosis
nukelar, katarak kortikal, dan katarak subkapsular posterior. Gejala-gejala yang
muncul bisa berupa penurunan tajam penglihatan, silau, gangguan fungsional
sampai derajat tertentu yang disebabkan oleh penurunan fungsi penglihatan,
dan diskriminasi warna yang buruk. Katarak akibat penuaan tidak dapat
dicegah, tetapi masih bisa diobati dengan intervensi bedah katarak dan
perawatan pascaoperasi. Jika didapati gejala-gejala seperti tersebut di atas, ada
baiknya untuk segera berkonsultasi dengan dokter umum setempat mengenai
gejala-gejala yang dikeluhkan agar mendapatkan penanganan yang cepat dan
tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, Perdami. 2009. Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan
Peglihatan dan Kebutaan (PGPK) untuk Mencapai Vision 2020.
12
Harper, Richard A. dan Shock, John P. 2009. Vaughan & Asbury Oftalmologi
Umum Ed. 17: Lensa. Jakarta: EGC.
Lyas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mata: Tajam Penglihatan, Kelainan Refraksi dan
Penglihatan Warna hal 72-75. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
James, B., Chew, C., Bron, A. 2006. Lecture Notes Oftalmologi. 9th ed. Jakarta:
Erlangga Medical Series.
Titcomb, Lucy C. 2010. Understanding Cataract Extraxtion.
Victor, Vicente. Cataract Senile, available at www.emedicine.com, last update 22
November 2010.
Wijana, Nana S.D. 1993. Ilmu Penyakit Mata Cetakan ke-6 hal: 190-196. Jakarta:
Penerbit Abadi Tegal.
13