Anda di halaman 1dari 25

Tugas Proses Industri Kimia I

IndustriPembuatan Semen

INDUSTRI PEMBUATAN SEMEN


1.

PENDAHULUAN

Semen (cement) adalah hasil industry dari paduan bahan baku : batu kapur/gamping sebagai
bahan utama danlempung /tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan
berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada
pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa
Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanahliat adalah bahanalam yang mengandungsenyawa
: Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3) dan Magnesium Oksida
(MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk
membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam
jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/sak dengan berat ratarata 40 kg atau 50 kg.
Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau membatunya jika dicampur
dengan air, dengan angka-angka hidrolitas yang dapat dihitung dengan rumus :
(% SiO2 + % Al2O3 + Fe2O3) : (%CaO + %MgO)
Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga >1/2 (keras sekali). Namun demikian
dalam industri semen angka hidrolita sini harus dijaga secara teliti untuk mendapatkan mutu yang
baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15.
1.1

Sejarah Semen

Kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya kira-kira
"memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Penggunaan sejenis semen untuk mengikat
batuan dan kerikil telah dipraktekkan sejak zaman kuno. Bangsa Assyria dan Babylonia
menggunakan tanah liat untuk tujuan itu. Mungkin api ditemukan untuk mengubah batu kapur
menjadi gamping, yang menjadi panas waktu dicampur dengan air dan menjadi kaku secara lambat.
Orang-orang Mesir memakainya pada Colloseum, jaringan-jaringan aquaduct dan strukturstruktur lainnya.
Penggunaan semen Pozzolanic yang pertama dibuat dari campuran kapur dan abu gunung
berapi, yang ternyata lebih kuat ikatannya daripada kapur saja. Beton dipakai sebagai material
pengisi dalam dinding yang sebelah luarnya pasangan batu atau bata.

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

Meskipun penggunaan material semen cukup dini, namun hanya sedikit yang diketahui
tentang susunan kimiawi, dan tidak ada perkembangan yang berarti sampai tahun 1756. Pada tahun
itu, John Smeaton yang ditugaskan membangun sebuah mercusuar di Selat Inggris menemukan
suatu campuran kapur dan tanah liat, yang akan mengeras bila dibakar. Penemuan ini memacu
penyempurnaan semen dan struktur pasangan bata.
Pada tahun 1824, Joseph Aspdin mengajukan hak paten di Inggris untuk pembuatan semen
dengan memanaskan campuran kapur dan tanah liat dan menggiling hasilnya menjadi bubuk halus.
Disebutnya bubuk ini sebagai semen Portland, karena menghasilkan beton yang berwarna abuabu yang menyerupai batuan dari Pulau Portland di Inggris.
1.2 Manfaat dan Penggunaan Semen

Semen merupakan salah satu komoditi strategis karena peranannya yang sangat vital sebagai
komponen penunjang dalam pembangunan fisik dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak
dalam hal pembangunan. Semen dapat dimanfaatkan pada sector :
-

Bahan bangunan setengah jadi, berupa :


a. Mortar
MU adalah mortar (adukan semen) siap pakai berkualitas tinggi yang diciptakan untuk
mempermudah pekerjaan bangunan, tidak perlu ditambah pasir lagi cukup dicampur air saja.
Keunggulan mortar :

1. Hasil bangunan berkualitas tinggi, karena MU terbuat dari bahan baku berkualitas dan
teknologi komputerisasi Jerman.
2. Praktis, karena tidak perlu membeli pasir dan semen secara terpisah
3. Efisiensi waktu, karena tidak perlu mengayak pasir, menakar serta mencampur semen
dan pasir, serta jeda waktu antar proses (pasang bata plester aci cat) yang lebih
singkat, yang berakibat juga ke efisiensi biaya.
b. Beton

Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari
kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton
semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.
Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan peletakan.
Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi,
mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu. Beton
Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

digunakan untuk membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan
penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau
tembok blok. Nama lama untuk beton adalah batu cair. Dalam perkembangannya banyak
ditemukan beton baru hasil modifikasi, seperti beton ringan, beton semprot (eng: shotcrete),
beton fiber, beton berkekuatan tinggi, beton berkekuatan sangat tinggi, beton mampat
sendiri.
-

Bahan bangunan, berupa :


a. Eternity
Eternit merupakan produk bahan bangunan dibuat dari campuran semen dengan
tepung batu gamping atau asbes yang digunakan sebagai langit-langit rumah. Eternit dikenal
juga dengan sebutan plasterboard. Eternit dapat dicetak sesuai dengan motif yang dibuat,
sehingga akan tampak lebih menarik. Sebagai langit-langit rumah selain eternit/asbes, juga
digunakan gipsum dan triplek. Dibandingkan dengan gipsum dan triplek, harga eternit/asbes
jauh lebih murah sehingga banyak digunakan terutama untuk perumahan sederhana,
sedangkan gipsum dan triplek lebih banyak digunakan pada perumahan mewah.
Proses pembuatan eternit relatif mudah untuk dilakukan dan tidak memerlukan
persyaratan khusus lokasi.

Tenaga kerja yang dibutuhkanpun tidak memerlukan

spesifikasi/keahlian khusus. Karena itu usaha pembuatan eternit hampir merata dapat
dilakukan di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sumber bahan baku batu
gamping/asbes.
b. Tegel
c. Pipa beton
Manfaat Semen berdasarkan jenis semen :
1. Semen abu atau semen portland
Semen abu adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu
kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi.
Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase
kandungan penyusunannya terdiri dari lima tipe, yaitu tipe I, II, III, IV, dan V :

Tipe I, semen Portland jenis umum (Normal Portland Cement), yaitu jenis semen Portland untuk
penggunaan dalam konstruksi beton secara umum yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus.

Tipe II, semen jenis umum dengan perubahan-perubahan (Modified Portland Cement), yaitu jenis
semen yang tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

Tipe III, semen Portland dengan kekuatan awal tinggi (High Early Strength Portland Cement). Jenis
ini untuk membangun struktur bangunan yang menuntut kekuatan tinggi atau cepat mengeras.

Tipe IV, semen Portland dengan panas hidrasi yang rendah (Low Heat Portland Cement). Jenis ini
khusus untuk penggunaan panas hidrasi serendahrendahnya.

Tipe V, semen Portland tahan sulfat (Sulfate Resisting Portland Cement). Jenis ini merupakan jenis
khusus untuk penggunaan pada bangunan-bangunan yang terkena sulfat seperti di tanah, atau di air
yang tinggi kadar alkalinya.
2. Semen putih (gray cement)
Semen putih adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan

penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama
kalsit (calcite) limestone murni.
3. Oil well cement atau semen sumur minyak
Semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak
bumi atau gas alam, baik di darat maupun dilepas pantai.
4. Mixed & fly ash cement
Mixed and fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash).
Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung
amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah.
Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.

1.3 Jenis-Jenis Semen


Semen terbagi dalam beberapa jenis, yaitu :
a) Semen Portland
Semen Portland didefinisikan sebagai produk yang didapatkan dari penggilingan halus klinker yang
terdiri terutama dari kalsium silikat hidraulik, dan mengandung satu atau dua bentuk kalsium silikat sebagai
tambahan antar giling. Kalsium silikat hidraulik mempunyai kemampuan mengeras tanpa pengeringan atau
reaksi dengan karbon dioksida udara, dank arena itu berbeda dengan perekat anorganik seperti Plaster Paris.
Reakis yang berlangsung pada pengerasan semen adalah hidrasi dan hidrolisis. (George T. Austin).
Ada
Portland yang diakui di Amerika Serikat, yaitu :
a. Semen Portland Type I (Ordinary Cement Portland )

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

lima

jenis

Semen

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus
seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain. C3S-nya 48-52 %, C3A-nya 10-15 %. Penggunaan Semen
Portland type I dapat dipakai untuk seluruh bangunan, seperti untuk jalan, jembatan, bangunan, gedung,
dan lain-lain. Semen ini ada beberapa jenis, antara lain semen sumur minyak, semen cepat keras, dan
beberapa jenis untuk penggunaan khusus.
b. Semen Portland Type II (Moderate Heat of Hardening Cement)
Semen Portland dengan kalor pengerasan sedang atau Semen Portland tahan sulfat (Moderate Sulfate
Resistance Portland Cement) yang dipakai untuk bangunan yang memerlukan ketahanan terhadap sulfat
dan panas hidrasi yang tidak terlalu tinggi.. Diperlukan untuk bangunan tepi laut, irigasi atau beton massa
yang memerlukan panas hidrasi rendah.
c.

Semen Portland Type III (High Early Strength Portland Cement)


Semen Portland dengan kekuatan awal tinggi yang terbuat dari bahan baku yang mengandung
perbandingan gamping-silika lebih tinggi dari yang digunakan pada tipe I, dan penggilingannya juga
lebih halus dari tipe I. Sifatnya mudah mengeras pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi. C 3S-nya
tinggi dan butirannya sangat halus. Penggunaannya untuk bangunan yang memerlukan kekuatan tekan
tinggi seperti jembatan atau kondisi berat.

d. Semen Portland Type IV (Low Heat of Hardening Portland Cement)


Semen Portland kalor-rendah. Persen kandungan C3S dan trikalsium aluminat (C3A) lebih rendah,
sehingga pengeluaran kalornya pun lebih rendah. Akibatnya, persen tetrakalsium-aluminoferit (C4AF)
lebih tinggi karena adanya Fe2O3 yang ditambahkan untuk mengurangi C3A. kalor yang dilepas pun
tidak boleh lebih dari 250 dan 295 J/g masing-masing sesudah 7 dan 28 hari, dan kalor hidrasinya adalah
15 sampai 35 persen lebih rendah dari kalor hidrasi semen biasa atau Semen Portland tipe III. Digunakan
untuk kebutuhan pengecoran yang tidak memerlukan panas, pengecoran dengan penyemprotan, dan
waktu pengikatan lama.
e.

Semen Portland Type V (Sulfate Resistance Portland Cement)


Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat dan
C3S-nya rendah. Digunakan untuk bangunan yang terdapat pada daerah yang memiliki suasana
asam/sulfat yang tinggi, misal untuk tangki bahan kimia dan untuk pipa-pipa bawah tanah.

Adapun empat senyawa utama yang terkandung dalam Semen Portland, yaitu :
1. Trikalsium Silikat (3 CaO.SiO2) atau C3S

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

Merupakan komponen utama dalam semen. Berstruktur kristal, memberikan kekuatan awal pada
pengikatan 3-7 hari. Kiln feed mempunyai potensial C3S yaitu 52-65 %. Jika lebih dari 65 % maka feed
akan sukar dibakar dan memberikan sifat coating yang jelek.
2. Dikalsium Silikat (2 CaO. SiO2) atau C2S
Berstruktur kristal, di dalam semen terdapat 22 % dan bersifat menunjang kekuatan akhir (setelah
satu tahun). C2S dan C3S terbentuk pada suhu 1470 0C. perubahan suhu pada zona pembakaran akan
berpengaruh terhadap juml;ah C2S dan C3S. untuk pembentukan C3S dibutuhkan suhu yang lebih tinggi.
3. Trikalsium Aluminat (3 CaO. Al2O3) atau C3A
Senyawa ini memberikan sifat plastis pada adonan semen, makin tinggi kadarnya, makin plastis sifat
adonan. Kandungannya dalam semen 6-8 %.
4. Tetrakalsium Aluminat Ferat (4 CaO.Al2O3.Fe2O3) atau C4AF
Mempunyai pengaruh terhadap warna semen, jika kadarnya tinggi maka warna semen akan makin
gelap. Kandungan Fe diperlukan sebagai penurun titik lebur pada proses pembakaran.
b). Semen Campuran (Blended Cement)
Di samping Semen Portland, ada juga jenis semen lain yang dibuat karena dibutuhkannya semen
yang memiliki sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh Semen Portland. Untuk mendapatkan sifat tersebut,
maka ditambahkan bahan lain ke dalam Semen Portland.
Jenis semen campuran antara lain :
1. Semen Portland Pozzolan
Semen ini dibuat dengan menggiling bersama klinker Semen Portland dengan bahan pozzolan. Sifat
Semen Portland Pozzolan adalah panas hidrasinya rendah, tahan sulfat dan air laut, tetapi kekuatannya
kurang dibandingkan dengan Semen Portland. Semen jenis ini dipakai pada bangunan tepi laut, untuk
pembetonan yang luas dan besar (dam), untuk bangunan irigasi dan sejenisnya.
2. Semen Portland Kerak Dapur Tinggi
Semen jenis ini dibuat dengan menggiling klinker Semen Portland dengan kerak dapur tinggi (Blast
furnace Slage) secara homogen. Dapat dipakai untuk gedung-gedung yang menggunakan beton
bertulang, bangunan air dan beton pratekan.
Sifat semen ini adalah :
a)

Kehalusan lebih tinggi dari Semen Portland type I

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

b) Kecepatan dan panas hidrasinya lebih rendah dari Semen Portland Type I
c)

Kekuatan tekan awal rendah

d) Ketahanan terhadap sulfat lebih baik (untuk kerak > 60 %)

3. Semen Masonry
Semen jenis ini dibuat dengan menggiling klinker Semen Portland dengan batu kapur. Sifat Semen
Masonry adalah daya plastisnya tinggi dan kekuatan tekannya rendah. Semen ini biasanya digunakan
untuk bangunan yang berkekuatan sedang.
c)

Semen Khusus
Jenis semen khusus ini antara lain :

1. Oil Well Cement (OWC)


Semen Portland dicampur dengan bahan retarder khusus, seperti campuran Gum Arabic dengan
asam borat, casein, gula, lignin, atau organic hydroxide acid. Fungsi dari retarder untuk mengurangi
kecepatan pengerasan semen. Sifat OWC ini adalah tegangan tarik kecil, pengeringan lambat, tahan
terhadap tekanan dan suhu tinggi.
2. Semen Portland Putih
Semen Portland yang berwarna putih, dibuat dari bahan baku yang mengandung oksida mangan
sangat rendah (mendekati nol persen). Oksida mangan dapat mempengaruhi warna semen. Semen Putih
digunakan untuk luluhan traso, bangunan arsitektur, dekorasi, dan lain-lain.
3. Semen Super Sulfat
Merupakan semen yang secara khusus dibuat agar tahan terhadap serangan sulfat. Semen ini dibuat
dari Blast Furnace Slage yang mengandung alumina tinggi.
2. KOMPOSISI BAHAN BAKU DAN HASIL SAMPING PEMBUATAN SEMEN
Bahan Baku :

Batu kapur digunakan sebanyak 81 %.

Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempumyai rumus CaCO3 (Calcium
Carbonat), pada umumnya tercampur MgCO3 dan MgSO4, Alumina Silikat dan senyawa
oksida lainnya.

Batu kapur yang baik dalam penggunaan pembuatan semen memiliki kadar air 5%

Senyawa besi dan organik menyebabkan batu kapur berwarna abu-abu hingga kuning

Tanah Liat digunakan sebanyak 9 %


Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen SiO2Al2O3.2H2O.

Tanah liat yang baik untuk digunakan memiliki kadar air 20 %, kadar SiO2 tidak terlalu
tinggi 46 %

Komponen utama pembentuk tanah liat adalah senyawa Alumina Silikat Hidrat

Klasifikasi Senyawa alumina silikat berdasarkan kelompok mineral yang dikandungnya :


o Kelompok Montmorilonite

Meliputi : Monmorilosite, beidelite, saponite, dan nitronite

o Kelompok Kaolin

Meliputi : kaolinite, dicnite, nacrite, dan halaysite

o Kelompok tanah liat beralkali

Meliputi : tanah liat mika (ilite)

Pasir silika digunakan sebanyak 9 %

Pasir silika memiliki rumus SiO2 (silikon dioksida).

Pada umumnya pasir silika terdapat bersama oksida logam lainnya, semakin murni kadar
SiO2 semakin putih warna pasir silikanya, semakin berkurang kadar SiO2 semakin berwarna
merah atau coklat, disamping itu semakin mudah menggumpal karena kadar airnya yang
tinggi.

Pasir silika yang baik untuk pembuatan semen adalah dengan kadar SiO2 90%

Pasir besi digunakan sebanyak 1%

Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada umumnya selalu
tercampur dengan SiO2 dan TiO2 sebagai impuritiesnya.

Fe2O3 berfungsi sebagai penghantar panas dalam proses pembuatan terak semen.

Kadar

yang

baik

dalam

pembuatan

semen

yaitu

Fe3O2

75%

80%.

Pada penggilingan akhir digunakan gipsum sebanyak 3-5% total pembuatan semen (A).
Gypsum ( CaSO4. 2 H2O )

Berfungsi sebagai retarder atau memperlambat proses pengerasan dari semen.

Hilangnya kristal air pada gipsum menyebabkan hilangnya atau berkurangnya sifat gipsum
sebagai retarder.

Hasil Samping :

Nitrogen Oksida

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

Di proses produksi semen, kondisi yang baik untuk membentuk nitogen oksida (NOx), dapat
selalu dicapai karena proses ini melibatkan temperatur yang tinggi (A). Pada intinya, semua emisi
NOx yang bergabung dengan pembuatan semen terbentuk di tanur putar. Meskipun, ada beberapa
operasi pemanasan lainnya di pabrik semen, seperti pengeringan bahan baku di vertical raw mill
atau batubara di coal mill, namun panas dari gas buang tanur putar yang digunakan untuk operasi
pemanasan tersebut semakin menambah kontribusinya dalam pembentukan emisi NOx.

Di tanur putar, emisi NOx terbentuk selama pembakaran bahan bakar, dengan dua prinsip
berikut ini:
1. Oksidasi dari molekul nitrogen yang ada di udara pembakaran yang dapat juga diartikan
pembentukan NOx secara termal.
2. Oksidasi dari campuran nitrogen yang ada di bahan bakar yang dapat juga diartikan pembentukan
NOx di bahan bakar.
Seringkali, umpan bahan baku sebelum masuk ke tanur putar juga mengandung campuran
nitrogen yang akan membentuk NOx yang sama dengan pembentukan NOx di tanur putar akibat gas
pembakaran dan bahan bakar. Karena proses dari pembakaran dan pembentukan terak, maka
pembentukan NOx secara termal akan sangat dominan terjadi dalam pembentukan NOx dalam
proses produksi semen.
3. Proses Pembuatan Semen
Dalam Pembuatan semen ada beberapa jenis proses yang dipergunakan,adapun dari beberapa
jenis proses tersebut masing-masing memiliki ke unggulan dan kelemahan. Jenis-jenis proses
pembuatan Semen, adalah :
1)

Proses pembuatan semen dengan proses basah (wet process)


Kadar air (H2O) luluhan (slurry) 25-40 %
Keuntungan dan kelemahan proses basah

2)

a.

Kualitas semen lebih homogen

b.

Lebih boros bahan bakar, karena dipakai juga untuk penguapan air

c.

Heat consumption (Energy consumption > 1500 kcal/kg Klinker

d.

Kiln yang dipakai panjang dan diameter kecil

e.

Kapasitas produk terbatas

Proses pembuatan semen dengan proses semi basah (semi wet process)

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

1. Kadar Air (H2O) raw meal 15-25%


2. Heat consumption (Energy consumption) >1100 kcal/kg klinker
3)

Proses pembuatan semen dengan proses semi kering ( semi dry process)
a. Proses umpan kiln berupa tepung dengan alat granulator (pelletizer)
b.

Disemprot dengan air untuk granular dengan alat ukuran 10-12 mm kadar air 10-12%

c. Dilengkapi dengan grate preheater, sehingga kapasitasnya tinggi


d. Heat consumption (Energy consumption) sekitar 1000 kcal/ kg klinker
4)

Proses pembuatan semen dengan proses kering (dry process)


Kadar air (H2O) raw meal maksimum 1%
a. Kiln lebih pendek dan ditambah suspension cyclone preheater (banyak pilihan teknologi
yang dapat digunakan)
b. Heat consumption (Energy consumption)< 850 kcal/ kg klinker
c. Kapasitas produksi lebih besar dengan adanya new suspension preheater (NSP) yang
dilengkapi dengan kalsiner (secondary burner)
d. Investasinya tinggi/ mahal

3.1 Penyediaan Bahan Baku


Bahan baku yang dibutuhkan dalam pembuatan semen antara lain batu kapur, tanah liat,
pasir silika, dan pasir besi.
1.

Penambangan batu kapur (limestone)


Batu kapur di PT. Semen Baturaja (Persero) terletak di permukaan, sehingga proses

penambangannya bersifat terbuka. Model tempat kerja (front) digali ke arah bawah sehingga
membentuk cekungan (pit). Metode ini disebut pit type quarry.
Daerah penambangan batu kapur terdapat di Desa Pusar 1400 m arah barat daya pabrik, dengan
luas area 51, ha dengan ketebalan tanah penutup (over burden) rata-rata empat meter.
Aktivitas penambangan meliputi :
a. Clearing
Merupakan kegiatan pembersihan semak belukar maupun bongkahan-bongkahan batu yang
terdapat di atas lokasi yang menghalangi penambangan dengan buldoser tipe D76.
a. Stripping of over burden

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

Pengupasan tanah penutup permukaan penambangan dengan back hoe UH 20, dan
kemudian tanah kupasan tersebut ditimbun dan ditata di tempat lain untuk reklamasi bekas
penambangan.
c. Drilling
Pembuatan lubang ledak (blast hole) dengan geometri terdiri dari burden 2,5 meter,
kedalaman lubang ledak rata-rata sembilan meter, posisi kemiringan lubang 800 dan spacing tiga
meter.
d. Blasting
Proses peledakan lapisan batu kapur bertujuan agar batu kapur mudah diambil dari
lapisannya. Standar penggunaan bahan peledak adalah 130 gram per ton batu kapur.
Perlengkapan peledakan secara umum terbagi antara lain:
Penggalak awal (detonator listrik, sumbu ledak)
Penggalak utama (primer,booster)
Penggalak nyala/panas atau arus listrik (kabel listrik, sumbu bakar)
Sumber nyala atau arus listrik (blasting machine)
Bahan peledak yang dipakai:
Damotion 805
Bahan peledak seperti dodol yang pekat dengan melarutkan nitro catton dengan nitro
ANFO
Campuran amoniun nitrat dengan bahan bakar solar dengan perbandingan berat 94 - 6 %
Blasting ratio atau standar penggunaan bahan peledak adalah 130 gram/ton batu kapur.
Urutan pekerjaan yang dilaukan selama pengisian bahan peledak adalah sebagai berikut:
1.

Mempersiapkan bahan peledak, detonator, listrik, dan peralatan lain

2.

Pengecekan kedalaman lubang

3.

Mengontrol detonator dengan Ohm meter

4.

Memesukan drtonator kedalam demotin

5.

Memasukan primer bahan peledak kedalam lubang

6.

Memasukkan pekerjaan stemming (pemadatan lubang tambang)

7.

Menghubungkan detonator listrik sehingga menjadi rangkaian yang tersusun baik.

8.

Menguji rangkaian dengan alat blasting Ohm meter untuk mengetahui apakah sudah
sempurna

9.

Memberikan tanda serine sebagai tanda awal mulanya peledakan

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

e. Loading
Merupakan proses pengangkatan batu kapur hasil peledakan ke dalam dump truck dengan
menggunakan Hydrolic shovel, Back hoe, dan whell Loader. Setelah batu kapur digali dengan
alat muat lalu dimasukkan kedalam Dump truck
f. Hauling
Merupakan prosespe mindahan batu kapur hasil ledakan dari lokasi tambang ke tempat
penggilingan dengan dump truck.
g. Crushing
Limestone dimasukkan ke dalam hopper, dan kemudian oleh appron feeder dimasukkan ke
dalam alat pemecah single shaft hammer wall linning. Prinsip alat pemecah ini berdasarkan
putaran (rotation) dan pukulan (impact) dari hammer yang membentuk impact wall linning.
Produk yang lolos dari saringan (grate basket) masuk discharge steel conveyor, sedangkan
material jatuhan dari appron feeder ditampung oleh drag chain dan masuk ke dalam discharge
steel conveyor. Selanjutnya batu kapur yang sudah sedikit halus diangkut dengan belt conveyor
untuk dihomogenisasi membentuk layer-layer di limestone storage dengan dua bagian stock pile
I dan II.
2.

Penambangan Tanah Liat


Penambangan tanah liat terletak di Desa Air Gading 400 meter arah barat daya dari pabrik.

Lapisan over burden berkisar antara 0,2-0,5 meter dengan luas area penambangan 27,4 ha.
Penambangan dilakukan dengan sistem penggalian di atas bench.
Kegiatan penambangan tanah liat sama dengan penambangan batu kapur, hanya saja proses
penambangan tanah liat tidak membutuhkan proses pengeboran dan peledakan, tetapi langsung
digali dengan back hoe.
Dalam proses penambangan ini, peralatan yang digunakan meliputi hidraulic exavator/back
hoe dengan kapasitas 2,4 m3 dan untuk alat hauling menggunakan rear dump truck (kapasitas
angkut 20 ton). Proses clearing dan stripping dilakukan dengan buldozer.
Pada proses crushing, tanah liat dituang ke dalam clay hopper, kemudian appron feeder akan
mentransfer tanah liat dengan speed tertentu ke double roller crusher. Selanjutnya double roller
crusher yang dilengkapi dengan kuku baja (teeth) yang berputar berlawanan arah akan memecahkan
tanah liat yang keras, hasilnya appron feeder akan mengalirkan kembali tanah liat yang telah hancur
ke drag chain. Belt conveyor selanjutnya mengangkut ke stock pile menjadi dua bagian.

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

3. Penyediaan Bahan Koreksi


Bahan koreksi pasir silika dapat diperoleh dari hasil tambang rakyat, sedangkan bahan koreksi
berupa pasir besi dapat diperoleh dari PT.Aneka Tambang, Tbk. di Cilacap.

3.2

Penggilingan Bahan Mentah (Raw Material Grinding)


Penggilingan adalah proses untuk menghaluskan bahan, bahan yang dihaluskan adalah bahan

baku . Setelah proses prehomogenezing, seluruh material mentah dicampur dengan komposisi
tertentu selanjutnya dialirkan menggunakan belt conveyor menuju losche mill untuk digiling. Alat
penggilingan berupa vertical mill dengan sistem penggilingan close circuit dan keluaran material
menggunakan sistem air swept mill. Dengan memanfaatkan kiln exhaust gas maka air dalam
material yang mencakup air bebas, air kapiler, dan air adsorpsi dapat diuapkan hingga < 1 %. Agar
reaktif material dapat dicapai pada proses selanjutnya, standar kehalusan raw meal harus memiliki
sieving di atas 90 (14-20 %), maka material yang terhisap harus melewati separator dengan
putaran tertentu dan selanjutnya gas panas dipisahkan dengan menggunakan empat cyclon.
Bahan baku yang telah memenuhi standar kehalusan dengan menggunakan floxoslide dan
belt bucket elevator dimasukkan ke dalam continous flow silo untuk mengalami homogenezing
terakhir sebelum diumpankan ke dalam kiln. Produk atas dari cyclon separator adalah uap air, gas
panas, dan sebagian debu yang terikut pada waktu pemisahan. Sebelum keluar, gas yang
mengandung debu tersebut dilewatkan dalam alat penangkap debu (Electric Precipitator) yang
bekerja dengan menggunakan elektroda-elektroda bertegangan tinggi. kemudian debu yang berhasil
ditangkap dialirkan dengan alat transport fluxoslide dan belt bucket elevator menuju CF Silo.
Sedangkan gas panas dari kiln, uap air, dan sebagian debu yang tidak tertangkap oleh alat
penangkap debu ditransportasikan ke cerobong (stack) dengan bantuan filter fan.

3.3 Penggilingan Batubara


batubara dari gerbong dibongkar didaerah unloading dan melalui serangkaian alat transport,
batubara diangkut ke raw coal storage. Sebelum masuk ke raw coal stroge batubara yang berukuran
besar dipisahkan dengan menggunakan screener kemudian dipecahkan selanjutnya bercampur
kembali dengan batubara yang halus. Dari raw coal storage batubara dimasukkan ke raw coal silo
dengan batubara menggunakan reclainer, belt conveyor dan bucket elevator. Selanjutnya batubara
dari raw coal silo diumpankan kedalam coal mill dengan menggunakan chain conveyor. Didalam
coal mill, batubara mengalami proses penggilingan dan pengeringgan dimana prosesnya sama
Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

denggan penggilingan bahan mentah. Hanya saja untuk memisahkan batubara yang telah halus (fine
coal) dari gas panasnya digunakan penyaring berupa dust collector berukuran besar. Fine coal yang
tersaring kemudian disimpan dalam pfister bin dan siap untuk digunakan sebagai bahan bakar.

3.4 Pembakaran
Raw meal yang telah dihomogenisasi dilam CF Silo dikeluarkan dan dengan menggunakan
serangkaian peralatan transport, raw meal diumpankan ke kiln. Raw meal yang diumpankan ke kiln
disebut umpan baku atau umpan kiln (Kiln feed). Proses pembakaran yang terjadi meliputi
pemanasan awal umpan baku di preheater (pengeringan dan kalsinasi), pembakaran di Rotary Kiln
(kilnkerisasi) dan pendinginan di grate cooler (quenching).
Untuk keperluan proses pembakaran dibutuhkan bahan bakar. Jadi dilakukanlah proses
penyiapan bahan bakar.
-

Bahan Bakar Batubara (Coal)


Meskipun bahan bakar batubara memerlukan persiapan khusus dengan peralatan Coal mill,
seperti yang telah dijelaskan pada proses penggilingan batubara. Namun karena harga batubara
relative murah maka akan lebih untung bila menggunakan bahan bakar batubara.
Proses pembakaran di pabrik PT. Semen Baturaja (Persero) dilakukan di dalam kiln dan

kalsiner. Bahan bakar yang digunakan adalah batubara, kecuali pada saat star dibantu dengan diessel
oil.
a) Proses Pemanasan awal (calsinasi)
Proses pemanasan awal adalah proses penguapan air dan proses kalsinasi pada umpan kiln
(raw meal) pada temperatur 600 800 oC

CaCO3

CaO + CO2

MgCO3

MgO + CO2

Proses ini terjadi dalam peralatan preheater. Di PT. Semen Baturaja (Persero). Peralatan
preheater yang digunakan terdiri atas dua unit (two String), mesing-masing terdiri atas empat
cyclone salah satu string dilengkapi dengan burner precalciner (secondary burner). Maka akan
terjadi peningkatan atau percepatan proses kalsinasi, sehingga sebagian besar proses kalsinasi,
sehingga sebagian besar proses kalsinasi sudah yerjadi didalam preheater sehingga bebas kalsinasi
didalam kiln lebih ringan.
Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

b) Proses Kilnkerisasi
Rotary kiln sebagai peralatan utama pembakaran di PT. Semen Baturaja (Persero) yang
dilengkapi dengan suspensi preheater. Kecepatan pembakaran dan rotary kiln adalah sangat
ditentukan oleh kecepatan putaran kiln, panjang kiln, diameter kiln, dan kemiringan kiln (Agus
Yulianto, 1995).
Raw meal dari continous flow silo yang telah melaui proses aerasi untuk homogenezing
terakhir keluar melalui serangkaian alat transport selanjutnya diumpankan ke dalam suspension
preheater. Proses pembakaran yang terjadi didalam suspension preheater meliputi pengeringan
dehidrasi dan dekomposisi.
Sedangkan secara garis besar proses pembakaran sendiri dikelompokan dalam empat bagian
yaitu:

Calcining Zone
Pada zone ini raw meal dari preheater akan mengalami pemanasan hingga 1200 0C dan
proses yang terjadi adalah proses penguraian secara maksimum dari unsur-unsur reaktif yang
terkandung dalam material. Pada kondisi ini material masih berbentuk bubuk, dan bagian dalam
kiln digunakan lapisan brick alumina.

Transition Zone
Karena adanya slope kiln ke arah outlet dan bergerak memutar, maka material dari calcining
zone akan bergerak ke daerah transition zone. Pada daerah ini material mengalami pemanasan
hingga 1500 0C. Proses yang terjadi adalah mulai terbentuk reaksi sedikit demi sedikit antara
CaO dengan senyawa SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Material mulai berubah menjadi cair dan pada
daerah ini lapisan dinding kiln berupa brick alumina.

Sintering Zone
Pada daerah ini material mulai mendekati sumber panas yang terpancar dari burner.
Pemansan yang terjadi hingga 1800 0C. Proses yang terjadi adalah pelelehan dari seluruh
material dan reaksi maksimum antara CaO dengan unsur SiO2, Al2O3, dan Fe2O3 membentuk
mineral compound senyawa utama klinker yaitu C2S (belite), C3S (alite), C3A (celite), dan C4AF
(felite). Reaksi ini disebut reaksi klinkerisasi. Lapisan yang terpasang pada dinding kiln adalah
brick jenis basic yang mempunyai sifat dapat mengikat coating, sehingga kiln shell lebih
terlindungi terhadap perlakuan panas yang sangat tinggi.
Reaksi klinker adalah :
4 CaO (s) + Al2O3 (s) + Fe2O3(s)

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

4 CaO. Al2O3.Fe2O3 (s): (C4AF)

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

3CaO (s) + Al2O3(s)

3CaO. Al2O3(s)

: (C3A)

2CaO(s) + SiO2(s)

2CaO.SiO3(s)

: (C2S)

CaO (s) + 2CaO. SiO3(s)

3CaO. SiO3(s)

: (C3S)

Mekanisme perpindahan panas yang terjadi di kiln sebagian besar adalah dengan cara radiasi.
Jika temperature rendah (under burn) maka klinker yang terjadi tidak memenuhi standar.

Cooling Zone
Material yang berbentuk cair di sintering zone akan mengalir ke cooling zone dan akan
mengalami perubahan fasa karena material menjauhi burner gun. Temperature akan turun hingga
mencapai 1200 0C, dan karena adanya gerakan rotasi kiln, maka sebagian besar material akan
berbentuk butiran. Proses ini adalah proses terakhir yang terjadi di dalam kiln, selanjutnya
material akan keluar menuju alat pendingin.
Proses klikerisasi dalam pembuatan semen adalah proses pengikatan antara oksida-oksida

yang terkandung dalam material untuk membuat senyawa-senyawa dalam klinker yaitu C3S, C2S,
C3A dan C4AF. Reaksi-reaksi pengikat oksida dapat berlangsung pada suhu sebagai berikut :
Tabel 3.1 Proses Klinkerisasi
Temperatur ( o )
0 100

Reaksi Yang Terjadi


Penguapan air dalam Raw Meal

100 - 600

Penguapan air hidrat dari tanah liat

600 800

Penguraian senyawa karbonat (Calsination), terutama jenis


magnesium karbonat. Sedangkan karbonat dari senyawa
kalsium akan terurai pada suhu 900oC. Mulai terbentuknya
senyawa C3A, C2S, dan C2AF.

700 900

Pembentukan senyawa C2S, C4AF, dan C3A maksimum

1100 1200

Pembentukan senyawa C3S dan pengurang CaO bebas

1200 - 1450

Pada temperatur 1260oC terbentuk fase cair (liquid) yang


apabila didinginkan menjadi terak atau klinker.
Sumber : Agus Yulianto (1995)

c)

Proses Pendinginan (Quenching)

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

Quenching adalah proses pendinginan klinker secara mendadak setelah reaksi klinkerisasi
selesai. Quenching dilakukan di dalam grate cooler dengan media pendinginnya berupa udara luar
yang dihembuskan ke dalam grate cooler dengan menggunakan fan.
Klinker panas keluaran dari kiln akan jatuh pada grate plate di bagian depan (mulden plate)
membentuk suatu tumpukan (bed), selanjutnya udara bebas dihembuskan oleh sejumlah fan melalui
bagian bawah grate plate menembus lubang-lubang pada grate plate sehingga terjadilah
pendinginan klinker. Gerakan grate plate maju mundur menyebabkan klinker terdorong ke bagian
belakang menuju outlet. Klinker yang halus akan lolos melalui lubang grate plate dan ditampung
oleh hopper, selanjutnya dikeluarkan oleh drage chain. Sedangkan ukuran besar akan dipecah oleh
crusher pada keluarannya. Tujuan quenching yaitu untuk mendapatkan klinker dengan mutu yang
baik, diantaranya :
-

Mencegah terjadinya reaksi inversi 3CaO. SiO3


3CaO. SiO3(s)

2CaO. SiO3(s) + 2 CaO(s)

terjadi pada pendinginan lambat pada temperatur 1200 oC


-

Mencegah terjadinya pembentukan struktur kristal beta 2CaO. SiO3 yang bersifat hidraulis
menjadi kristal alfa 2 CaO.SiO2 yang bersifat kurang hidraulis.
Keberhasilan quenching dapat dilihat dari temperature klinker dan temperature udara sisa

pendinginan. Jika temperature klinker tinggi dan temperature udara pendingin rendah, maka proses
quenching tidak baik.

3.5 Penggilingan Semen


Klinker yang disimpan dalam silo dikeluarkan dan dihandling dengan pan conveyor masuk
ke dalam klinker bin, demikian juga gypsum disimpan dalam bin.
Dengan perbandingan tertentu, klinker dan gypsum dikeluarkan dari bin masing-masing dan
akan tercampur di belt conveyor. Dari belt conveyor campuran ini kemudian dihancurkan dengan
roller press sehingga memiliki ukuran tertentu yang selanjutnya digiling dengan menggunakan tube
mill yang berisi ball stell sebagai media penghancur. Dengan menggunakan sebuah fan, material
yang sudah halus dihisap dan dipindahkan dari udara pembawanya dengan menggunakan beberapa
perangkat pemisah debu.
Hasil penggilingan ini disimpan dalam semen silo yang kedap udara. Cement silo ini terdiri
dari dua buah cement silo dengan kapasitas masing-masing 20.000 ton. Cement mill di PT. Semen
Baturaja (persero) terdapat di tiga tempat, yaitu di Baturaja dengan kapsitas 75 ton/jam, sedangkan
Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

di Palembang dan Panjang dengan kapasitasnya masing-masing 50 ton/jam. Semen yang dihasilkan
harus memenuhi syarat mutu fisik semen dengan kehalusan minimal 3000cm2/g (SNA
mempersyaratkan min 2800 cm2/g).

3.6 Pengantongan Semen


Semen dikeluarkan dari cement silo dan diangkut dengan menggunakan belt conveyor masuk
ke stell silo. Dengan alat pengantongan berupa rotary packer, semen dikantongi setiap saknya 50 kg,
kemudian dibawa dengan menggunakan mobil atau kereta api.

Gambar 3.1 Flowsheet Pembuatan Semen

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

Gambar 4.2 Blok Diagram Pembuatan Semen


4. Peralatan Proses Pembuatan Semen
System pemeroses yang digunakan antara lain alat transportasi, alat pengumpul debu, alat
proses, alat penyimpanan, dan peralatan utilitas.
4.1 Alat-Alat Transportasi Material (Material handling)
1.

Belt Conveyor
Belt conveyor adalah suatu alat transportasi yang berbentuk sabuk dan digerakkan oleh

sebuah motor. Belt conveyor ini dapat mengangkut material yang berupa bubuk (bulk material) dan
berbentuk bongkahan (lump size material) dengan posisi horizontal.
2.

Screw Conveyor
Screw conveyor adalah suatu alat transportasi untuk membawa material yang berbentuk

screw helix. Jenis material yang dapat dibawa oleh alat ini adalah jenis material yang berbentuk
bubuk (powdered material)). Alat ini dapat membawa material dengan posisi vertikal maupun
horizontal. Sedangkan untuk penggerak digunakan electro motor.
3.

Pneumatic conveyor

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

Pneumatic conveyor terdiri dari beberapa jenis, antara lain :


a.

Air Slide
Air slide (pneumatic gravity conveyor atau fluxo slide) merupakan suatu alat transportasi
material yang berbentuk bubuk dengan posisi konstruksi horizontal atau inklinasi dengan
besar sudut inklinasi 4 15 0, sesuai dengan jenis material yang dibawa. Pada industri
semen, alat ini banyak digunakan untuk mengangkut raw meal di unit raw mill dan semen di
unit cement mill.
Alat ini digunakan untuk mengalirkan material berupa bubuk (powdered material)
dengan kapasitas mencapai 1000 m3/jam. Alat ini berupa tabung berbentuk kotak yang
dibagi dua bagian oleh diafragma. Alat ini bisa dibuat dengan panjang berapa saja dengan
meletakkan fan setiap interval 60 % material yang lewat bisa mencapai 150 0C, belokannya
bisa membentuk sudut sampai 900.

b.

Air Lift
Air lift (Vertical pneumatic conveyor) yaitu suatu alat transportasi untuk membawa
material dengan arah vertikal atau miring. Jenis material yang dibawa oleh alat ini adalah
jenis material yang berbentuk bubuk (pulverized material). Sebagai material pembawanya
dengan menggunakan udara yang diperoleh dari compressor.

4.

Fluxo Pump
Fluxo pump adalah suatu alat transportasi material yang digunakan untuk mengangkut

material dalam bentuk bubuk. Alat ini merupakan tangki bertekanan yang digunakan untuk
mengalirkan material yang berupa bubuk, khususnya raw meal dan semen. Pompa yang digunakan
bekerja dengan tahap-tahap pengisian dan pengosongan.
5.

Bucket Elevator
Bucket elevator adalah suatu alat transportasi untuk membawa material dengan arah vertikal.

Alat ini untuk mengangkut material yang berupa bubuk atau bulk dengan ukuran sampai dengan 50
mm dan temperatur sampai dengan 350 0C kearah vertikal, kapasitasnya bisa mencapai 1300 m3/jam
dengan isian maksilamal 75 % dan ketinggian 60 m.

6.

Peralatan Pengumpan.
a.

Belt Feeder
Belt feeder (dosimat feeder) adalah suatu alat pengumpan material yang dilengkapi
dengan alat ukur timbangan yang berfungsi untuk menentukan berapa besarnya kapasitas

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

material yang harus diumpankan setiap jamnya. Pada PT. Semen Baturaja (persero), alat ini
digunakan untuk mengumpankan material yang akan memasuki raw mill dan cement mill.
Alat pengumpan ini biasanya dipasang pada sisi outlet dari hopper.
b.

Rubber Belt Conveyor


Rubber belt conveyor dipakai untuk alat transportasi material secara horizontal
maupun miring (maksimum 200) dengan ukuran bingkah sampai dengan 300 mm. Alat ini
bisa bertahan sampai dengan suhu 60 0C, untuk material yang lebih panas digunakan bahan
material rubber yang tahan panas. Lebar belt mulai dari 400 mm sampai dengan 1400 mm
dengan kapasitas mencapai 1000 m3/jam.

7.

Drag Chain Conveyor


Alat transportasi ini digunakan untuk mengangkut material bulk secara mendatar atau sedikit

miring (maksimal 200). Alat ini bisa tahan sampai dengan temperatur 5000C karena semua
bagiannya terdiri dari logam dengan kapasitas 500 ton/jam, digunakan untuk mengangkut material
klinker ke cement mill.
8.

Dump Truck
Biasanya digunakan untuk mengangkut material dalam jarak yang cukup jauh.
Tipe/jenis

: Kendaraan roda empat

Kapasitas

: 20 35 ton

Kegunaan

: transportasi hasil pertambangan.

4.2 Dust Pollution Control


Pada industri semen, produk akhir suatu proses produksi yang berupa semen juga
menghasilkan debu. Debu ini dihasilkan dari semua tahapan proses pembuatan semen, dimulai dari
quarrying, crushing, homogenezing, burning, handling, sampai ke storing. Sumber-sumber debu
secara garis besar dibagi atas :
a. Point Source, berasal dari proses produksi dan debu tersebut dikontrol oleh filter.
b. Diffuse source, berasal dari quarrying, open air, handling, dan storage. Debu ini tidak
terkontrol.
Untuk point source, yang terjadi oleh proses dapat dikontrol oleh peralatan berikut ini :
1.

Cyclone

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

Cyclone adalah suatu alat untuk menangkap debu yang terbawa oleh gas. Alat ini berupa
sebuah silinder dengan bagian bawahnya berbentuk kerucut terpotong, jadi cyclone merupakan
peralatan yang berfungsi memesahkan debu dengan gas.
Effisiensi pengumpulan debu ini tergantung pada besar diameter dari cyclone serta besarnya
kecepatan aliran gas memasuki cyclone. Kecepatan aliran masuk lebih tinggi dari kecepatan udara
keluar. Cyclone dapat dioperasikan secara paralel apabila volume gas masuk cukup besar dan dapat
dioperasikan secara seri jika diinginkan efisiensi yang lebih baik. Juga dapat dikombinasikan antara
seri dengan paralel yang disebut dengan multi cyclone.
2.

Bag Filter
Bag filter adalah suatu alat penangkap debu yang menggunakan kantong-kantong (bag)

sebagai media pemisah debu dan udara. Debu yang terbawa oleh udara akan memasuki ruangan
filter yang disebabkan oleh tarikan sebuah fan yang terpasang pada sisi outlet filter. Dalam ruangan
filter ini terpasang beberapa kantong sebagai penyaring debu yang lewat ruangan filter.
3.

Electrosatic Precipitator (EP)


Electrosatic Precipitator (EP) adalah suatu alat penangkap debu dan gas yang dirancang

untuk memisahkan sejumlah debu dari dedusting air dengan menggunakan tenaga listrik. Debu dan
gas akan dipisahkan di dalam housing filter dan kemudian debu yang tertangkap akan ditampung
pada bottom electro filter, sedangkan gas akan diteruskan ke cerobong (stack).
4.

Dust Filter
Dust filter adalah suatu alat penangkap debu yang melepaskan debu pada bag dengan cara

memukul bag. Sistem pemukulan yang digunakan adalah dengan piston yang digerakkan oleh udara
bertekanan. Gas kotor ditarik oleh fan, sehingga debu menempel pada bag dan udara bersih keluar
lewat cerobong.

4.4 Storage Equipment


1.

Limestone Storage
Storage limestone adalah sebuah tempat yang digunakan untuk menyimpan atau

menumpukkan material limestone yang dibawa setelah hasil penambangan sebelum diproses dalam
pabrik. Di samping itu, storage limestone juga berfungsi untuk mengeringkan atau menurunkan
kadar air yang masih dikandung limestone serta untuk penghomogenisasian raw material. Di mana
pada tumpukan limestone yang berada dalam storage akan terjadi kontak langsung dengan udara.
2.

Clay Storage

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

Clay storage adalah suatu peralatan yang digunakan untuk penyimpanan dan penampungan
clay sebagai bahan baku proses produksi. Pada clay storage ini, material yang ditampung adalah
maerial yang sudah dikeringkan terlebih dahulu. Di dalam clay storage dilengkapi dengan beberapa
peralatan seperti belt conveyor dan bucket chain elevator.
3.

Hopper
Hopper adalah sebuah container yang berfungsi untuk menyimpan material pada volume

atau kapasitas tertentu. Hopper ini biasanya ditempatkan sebelum feeding material ke dalam
peralatan utama seperti raw mill, cement mill, dan coal mill atau untuk mengarahkan material yang
akan dikeluarkan ke alat feeder dan alat transportasi lainnya.
4.

Bin
Bin adalah sebuah alat container yang berfungsi untuk menyimpan material dalam waktu

yang relatif singkat. Bin biasanya lebih banyak digunakan untuk material yang berbentuk bubuk.
Bentuk konstruksi dari bin sama dengan bentuk konstruksi dari hopper, hanya volume dan
kapasitasnya lebih sedikit dari hopper.
5.

Bucket Chain Excavator


Bucket

chain

excavator

adalah

suatu

alat

penarikan

yang

digunakan

untuk

mentransportasikan material ke dalam storage. Material diambil oleh bucket kemudian dipindahkan
ke alat transport belt conveyor yang beada pada ketinggian tertentu.
6.

Reclaimer/ scrapper
Reclaimer adalah alat penarikan material yang digunakan untuk memindahkan material dari

tumpukannya dalam storage ke alat transport lainnya seperti belt conveyor. Portal scrapper berfungsi
untuk memindahkan material dari tumpukannya ke dalam belt conveyor.
7.

Silo
Silo adalah alat untuk penampungan material yang telah diproses pada proses utama. Silo

biasanya digunakan untuk penampungan material yang telah diproses. Misalnya silo untuk
penampungan hasil pembakaran di kiln disebut silo clinker, untuk penampungan hasil semen yang
telah diproses disebut silo semen.
Menurut sifatnya, silo dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a.

Blending Silo
Blending silo berfungsi untuk proses homogenisasi raw meal. Proses homogenisasi ini
bertujuan untuk meminimumkan fluktuasi kualitas raw meal agar diperoleh klinker yang baik

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

dan juga untuk menjaga konsistensi operasi pembakaran di dalam kiln. Proses homogenisasi
yang dilakukan di dalam blending silo dengan menggunakan udara tekan.
b.

Storage Silo
Pengeluaran semen dari silo dapat dilakukan dari bottom silo atau samping silo bagian
bawah. Untuk pengeluaran ini digunakan sistem ekstraksi, yaitu pengeluaran dengan memberi
udara bertekanan. Pemberian udara aerasi pada saat sedang dilakukan penarikan maerial, pada
silo klinker sistem ekstraksi dilakukan dari bawah silo dengan memberikan getaran pada outlet
cute agar material yang keluar dapat berjalan dengan lancar. Pemberian getaran dengan sistem
vibrator dengan tipe vibrator yang digunakan adalah elektronik vibrator. Storage silo terdiri dari
continous flow silo, clinker silo, dan cement silo. Selama pengeluaran dilakukan aerasi dengan
udara bertekanan agar material dapat turun dengan lancar. Selain itu, di continous flow silo
dilakukan homogenisasi raw mix untuk memperbaiki komposisi. Homogenisasi dapat dilakukan
dengan sistem blending atau controlled flow. Clinker silo adalah tempat menyimpan sementara
klinker setelah keluar dari kiln. Pada saat kiln berjalan setelah heating up, klinker yang tidak
memenuhi standar dimasukkan ke silo intermediate menunggu proses selanjutnya untuk
dicampur lagi dengan klinker yang bagus tapi dengan ketentuan semen yang dihasilkan masuh
dalam standar. cement silo digunakan untuk menampung sementara semen yang telah digiling
di cement mill dengan memberi aerasi dengan udara bertekanan untuk melancarkan semen yang
akan dikeluarkan.
Pengeluaran semen dari cement silo dapat dilakukan dari bottom silo atau samping silo
bagian bawah. Untuk pengeluaran ini digunakan sistem ekstraksi, yaitu pengeluaran dengan
memberi udara bertekanan. Pemberian udara aerasi pada saat sedang dilakukan penarikan
maerial, pada silo klinker sistem ekstraksi dilakukan dari bawah silo dengan memberikan
getaran pada outlet cute agar material yang keluar dapat berjalan dengan lancar. Pemberian
getaran dengan sistem vibrator dengan tipe vibrator yang digunakan adalah elektronik vibrator.

4.5 Peralatan Utilitas


Maksud dari utilitas adalah suatu peralatan yang digunakan dalam proses produksi sebagai
penunjang peralatan lain yang mempunyai peranan yang sangat penting, seperti compressor,
blower, dan fan. Alat-alat ini digunakan untuk menunjang alat transportasi, storage equipment, serta
alat proses.

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Tugas Proses Industri Kimia I


IndustriPembuatan Semen

1. Compressor
Compresor adalah suatu alat penghasil udara tekan dengan tekanan yang tinggi. Pada
industri semen, compressor lebih banyak digunakan pada pneumatic conveyor dan dust filter.
2. Blower
Blower adalah suatu alat penghasil udara dengan tekanan yang tidak terlalu tiggi. Jenis
blower yang banyak digunakan adalah jenis rotary blower.
3. Fan
Pada industri semen, fan lebih banyak digunakan untuk penarikan gas panas dan untuk
pendinginan peralatan lain seperti untuk pendinginan klinker pada grate cooler, pendinginan
kiln, dan lain-lain. Pada aplikasinya fan digunakan untuk peralatan yang tidak menuntut tekanan
tinggi, yang dibutuhkanya adalah kapasitas udara yang mampu dilewatkan.
4. Pompa
Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk mengalirkan fluida dari satu tempat ke
tempat lain yang mempunyai ketinggian atau tekanan yang berbeda. Pada PT. Semen Baturaja
(persero), pompa dipakai untuk mengalirkan air yang digunakan untuk pembersihan material
clay, sebagai media pendingin pada cooling tower dan lain-lain.
5. Water Treatment
Water treatment adalah unit pengolahan atau penjernihan air untuk keperluan air pendingin
mesin pabrik (bearing) dan untuk keperluan rumah tangga.

Kelompok 7
Teknik Kimia FT UNSRI

Anda mungkin juga menyukai