Anda di halaman 1dari 15

DEMOKRASI DAN MAHASISWA

KAITAN PENDIDIKAN DI PERGURUAN TINGGI DENGAN KEGIATAN


DEMONSTRASI MAHASISWA UNIVERSITAS MULAWARMAN
Ima Nurani, Rita Magdalena

A. Latar belakang
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, Demos dan Cratein. Demos berarti rakyat, dan Cratein
berarti pemerintahan. Jadi, menurut bahasa asalnya, Demokrasi adalah pemerintahan yang berasal dari
rakyat. Pemerintahan dijalankan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam demokrasi, suara rakyat
sangat diperhitungkan dan menjadi bagian dalam pemerintahan itu sendiri.
Indonesia juga menganut paham demokrasi. Rakyat sangat berperan penting dalam pemerintahan,
banyak sekali keputusan pemerintah yang berdasarkan keinginan ataupun pendapat rakyat. Mahasiswa,
dalam hal ini termasuk juga dalam kategori rakyat tersebut. Bisa kita lihat bahwa beberapa keputusan
penting pemerintahan, diambil karena tuntutan mahasiswa yang melakukan demonstrasi. Misalnya,
turunnya mantan presiden Soeharto pada era reformasi, itu terjadi karena mahasiswa yang menuntut agar
orde baru berakhir dan diganti dengan reformasi. Turunnya almarhum Abdurrahman Wahid alias Gus Dur
pun, juga terjadi karena mahasiswa melakukan demonstrasi demi perbaikan bangsa Indonesia tercinta ini.
Mahasiswa dan perubahan, kalimat ini memang sudah sangat singkron dan sudah begitu melekat
untuk disandingkan menjadi elemen kata yang tidak bisa di pisahkan, hal ini karena perubahan-perubahan
di negara manapun di dunia telah dilakukan oleh insan yang bernama mahasiswa. Mahasiswa sebagai insan
kampus yang masih idealis serta bersikap independen merupakan penentu kemajuan masa depan sebuah
bangsa. Jadi, sangat pantaslah kalau mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa memikul tanggung jawab
ini. Mahasiswa sering melakukan gerakan-gerakan ke arah perubahan untuk kemajuan bangsa serta
keadilan bagi masyarakat.
Jadi tidak logis kalau ada anggapan yang mengatakan bahwa gerakan mahasiswa merupakan
ancaman terhadap negara dan penguasa, sehingga gerakan mahasiswa sering dilabelkan dengan gerakan
komunis dan atau sejenisnya. Dalam Sebuah negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia
misalnya, penguasa tidak perlu mencurigai setiap gerakan mahasiswa, karena hal itu merupakan dinamisasi

perjalanan demokrasi. Kebebasan berekpresi dan mengeluarkan pendapat sangat di junjung


1

DEMOKRASI DAN MAHASISWA

tinggi. Dalam pandangan saya, gerakan mahasiswa merupakan bagian dari gerakan pendesak, kumpulan
atau kelompok pendesak ini sangat dijunjung tinggi dalam sebuah negara demokrasi dan bukan malah
untuk dicurigai. Adanya kumpulan pendesak ini akan lebih nampak dinamis dalam perjalanan bangsa dan
negara.
Menurut Alan R.Ball (1993), kumpulan pendesak merupakan agregat sosial dengan tahapan yang
padu serta berkolaborasi untuk tujuan yang sama yang pada akhirnya dapat mempengaruhi proses
membuat keputusan politik. Sedangkan menurut golongan Marxis, menilai bahwa kumpulan pendesak
(pressure) perlu ada didalam sebuah negara, mereka percaya bahwa negara tidak bersikap nertral dan
terdapat ketidakseimbangan yang besar antara kumpulan dari segi kuasa politik. Oleh karena itu bukan saja
kekuasaan negara dalam masyarakat demokrasi yang liberal yang memihak kepada kepentingan golongan
buruh, tetapi juga terdapat jurang pemisah yang kentara diantara kedua-duanya. Istilah ini sering di
namakan oleh Miliband sebagai persaingan tidak sempurna. Jadi dengan adanya kumpulan pendesak ini,
penguasa akan lebih bersikap bijaksana dan adil dalam setiap pengambilan kebijakan maupun keputusan
serta tidak akan memihak kepada kelompok status quo. Jadi fungsi kolompok pendesak ini adalah sebagai
pengontrol dalam setiap keputusan dan kebijakan yang akan di keluarkan oleh para penguasa.
Apakah demonstrasi itu perlu dilakukan oleh mahasiswa? Seperti yang kita tahu, pekerjaan
mahasiswa tidak hanya berdemonstrasi saja, tetapi, ujian-ujian, kuis, UKM, serta tugas-tugas dari dosen
yang menumpuk, bahkan ada juga mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Dengan kegiatan yang sangat
banyak itu, apakah relevan jika mahasiswa melakukan demonstrasi?
Maka, hal itu yang kemudian mendasari kami untuk membahas mengenai mahasiswa dan
demonstrasi, untuk lebih memeperdalam apa arti sebenarnya mahasiswa melakukan aksi demonstarsi,
turun ke jalan, melakukan aksi boikot dan meneriakkan aspirasi mereka.

B. Rumusan masalah
Bertolak dari penjelasan dari latar belakang di atas maka adapun rumusan masalah dalam
karya ilmiah ini dapat dikemukan sebagai berikut :
1. Mengapa demonstrasi itu sampai ada?
2. Apakah benar demonstrasi itu buruk?

DEMOKRASI DAN MAHASISWA

3. Mengapa mahasiswa berdemonstrasi?


4. Salahkah cara mereka tersebut?
C. Tujuan penulisan
Sejalan dengan penjelasan pada rumusan masalah diatas maka adapun tujuan dari
penulisan karya ini adalah :
1. Menelaaah penyebab mendasar kenapa mahasiswa melakukan demonstrasi ?
2. Menelaah demonstrasi sebagai salah satu metode penyampain aspirasi kalangan akar
rumput.
3. Menelaah dampak atas demonstrasi yang dilakukan oleh mahasisswa
D. Mamfaat penulisan
Adapun mamfaat dari penulisan karya ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menambah wawasan mengenai demokrasi dan system serta gerkan perubahan
yang dilakukan oleh mahasiswa.
2. Sebagai bahan informasi kepada mahasiswa mengenai mamfaat dan dampak akan
adanya demonstarsi
3. Sebagai bahan referensi dan informasi pada pembaca dan kalangan akademisi
berlembaga ataupun penulis selanjutya yang tertarik untuk menelaah mengenai
demonstrasi dan gerajkan mahsiswa.
4. Sebagai salah satu syarat kelulusan dalam kegiatan PROFIL 09 yang diadakan oleh
HIMTI.

DEMOKRASI DAN MAHASISWA

E. TINJAUAN PUSTAKA
Konsepsi gerakan mahasiswa
Menurut Hussain Muhammad (1986) gerakan mahasiswa merupakan gerakan yang di
golongkan kepada gerakan sosial. Beliau menyifatkan kedudukan dan peranan gerakan
mahasiswa mempunyai konotasi dengan gerakan kolektif dalam mewujudkan perubahan
dalam suatu masyarakat. Seementara itu menurut Jeffrey Haynes (sebagaimana di kutip
dalam tulisan Touraine 1985) menjelaskan bahwa gerakan sosial merupakan pelaku yang
secara budaya terlibat dalam konflik sosial atau politik, bertujuan dengan strateginya
memiliki hubungan sosial dan rasionalitas. Fungsi mereka tidak bisa ditafsirkan dalam logika
tatanan kelembagaan yang ada, kerana fungsinya yang seimbang benar-benar merupakan
tantangan bagi logika dalam mentranformasikan hubungan sosial. Karena itu, gerakan sosial
selalu menentang status quo, mereka anti sistem, menyerukan dan memadukan tuntutan akan
perubahan tatanan sosial, politik dan ekonomi. Dengan demikian, gerakan sosial berusaha
untuk mencapai perubahan tingkat tinggi.
Lebih lanjut Jeffrey Haynes menjelaskan bahawa ciri utama gerakan sosial
menandingi dasar politik dengan negara, gerakan sosial ini tidak tumbuh dalam isolasi pelaku
sosial dan politik, tetapi merupakan pelaku kolektif yang terorganisir dalam perjuangan
politik atau kultur yang berkelanjutan melalui jalan aksi yang institusional dan ekstrainstitusional. Walaupun tema yang diusung menentang status quo, bahkan jauh dari itu
mereka secara kritis berusaha untuk membangun indentitas sosial baru, menciptakan ruang
demokrasi bagi aksi sosial yang otonom dan menafsirkan kembali norma dan membentuk
ulang lembaga-lembaga. Juga mereka berusaha untuk mengerakkan bagian-bagian dan
kelompok-kelompok yang tertindas atau tereksploitasi dalam cara baru dan berbeda.

DEMOKRASI DAN MAHASISWA

Sebagai gerakan social (movement organization) gerakan mahasiswa merupakan gerakan


yang berusaha untuk mengerakkan atau memobilisasi golongan mahasiswa maupun
masyarakat secara kolektif. Gerakan ini di lakukan untuk mewujudkan kesadaran politik
setiap individu masyarakat demi menentang segala penindasan yang di lakukan oleh negara.
Jadi gerakan mahasiswa merupakan gerakan untuk melawan hegomoni negara. Untuk
mencapai keberhasilan perlu suatu gerakan yang kuat dan bersatu padu serta ide, gagasan dan
tindakan politik yang radikal. Tegasnya, konsep gerakan sosial yang dibangun oleh
mahasiswa merupakan suatu gerakan yang mempunyai bentuk tingkah laku serta budaya
tersendiri.
Menurut Arbi Sanit (1999) gerakan mahasiswa mempunyai peranan yang sangat besar
untuk perubahan masyarakat. Mahasiswa selalu mengambil peran sebagai pelopor dalam
setiap perubahan. Keinginan yang sangat besar untuk melakukan perubahan adalah sifat yang
sudah melekat pada mahasiswa yang berpikir kritis. Bila kita lihat gerakan yang dilakukan
oleh mahasiawa Indonesia pada Mei 1998 yang lalu jelaslah bahwa mahasiswa mampu
melibatkan diri dalam proses politik dan perubahan politik. Walaupun harus diakui segala
gerakan dan tindakan mereka tidak selamanya benar, akan tetapi apa yang telah dikritik dan
dilakukan oleh mahasiswa kadangkala akan menyadarkan nurani masyarakat.
Secara general, gerakan perlawanan mahasiswa lahir karena ada beberapa faktor
diantaranya; masalah pendidikan, diskriminasi rasial, perlombaan persenjataan, kemiskinan,
politik kolonialisme dan imperialisme. Gerakan perlawanan mahasiswa bukan hanya
disebabkan oleh faktor di sekelilingnya akan tetapi juga meliputi faktor eksternal. Lebih
lanjut Yozar Anwar menjelaskan bahwa pengalaman Perang Dunia I cukup menyentuh
perasaan dan idealisme mahasiswa tentang begitu kejamnya peperangan. Industri-industri
yang telah dibangun untuk kemakmuran manusia telah hancur akibat perang. Manusia mati
sia-sia akibat dari keputusan dan permainan para ahli politik.
5

DEMOKRASI DAN MAHASISWA

Sejarah mencatat perang tidak menjadikan manusia bisa santun dan beradab justru malah
sebaliknya menjadikan manusia buas dengan insting membunuh. Begitu halnya juga ketika
Perang Dunia I usai, para pihak yang kalah perang tidak akan pernah puas. Idealisme gerakan
mahasiswa pada waktu itu tidak dapat dilepaskan dari perkembangan sejarah konflik dan
perang pada umumnya.
Demikian juga halnya dengan gerakan perlawanan mahasiswa Aceh pada umumnya.
Menurut Ahmad Human Hamid (1999), mahasiswa Aceh merupakan satu generasi yang
lahir tidak hanya membaca dan mendengar kisah Aceh yang dibalas 10 tahun dalam bentuk
penjajahan Daerah Operasi Militer (DOM). Namun karena kesadaran yang dimiliki oleh
rakyat dan mahasiswa khususnya, maka setiap kekejaman maupun penindasan pasti akan
mendapat perlawanan, dan perlawanan itu dimulai dari darah-darah muda intelektual muda.
ARTI DEMONSTRASI
Demonstrasi adalah sebuah hal yang tidak mungkin terjadi pada sebuah negara yang
memiliki good

governance. Good

governance disini

saya

artikan

sebagai

sebuah

pemerintahan yang membagi kekuasaannya secara jelas serta masing-masing bagian


melakukan tugas dan fungsinya dengan baik. Demonstrasi sebenarnya bukanlah gejala wajar.
Demonstrasi adalah sebuah gerakan ekstra-parlementer. Gerakan ini muncul apabila ada
ketidakberesan pada kinerja jajaran pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat tidak
menjalankan fungsinya dengan baik serta saluran-saluran kritik kepada pemerintah (media
massa dan LSM) lainnya mengalami kemacetan. Lalu demonstrasi pun akhirnya muncul
sebagai gerakan ekstra-parlementer yang ingin menyampaikan keinginan rakyat melalui cara
mereka sendiri, baik dengan berorasi, drama teatrikal, sampai membuat rusuh dan hingga
bentrok dengan aparat. Demonstrasi sebenarnya bukanlah hal yang buruk karena itu adalah
sebuah bentuk corong aspirasi masyarakat. Namun, apabila gerakan tersebut dilakukan

DEMOKRASI DAN MAHASISWA

dengan anarki maka akan menjadi sebuah hal yang sangat buruk, apalagi jika demonstrasi
yang anarkis itu dilakukan oleh kaum intelektual.
F. METODELOGI PENULISAN
Penulisan karya tulis ini dilakukan dengan mengikuti kaidah metode penulisan ilmiah
yang berlaku sesuai aturan pedoman karya tulis yang ditetapkan.
Karya tulis ini disusun secara cermat dengan menggunakan dua bentuk metode yang saling
mendukung, yaitu :
1. Metode kepustakaan ( library search )
Yaitu suatu bentuk metode penulisan yang disususn berdasarkan atas studi pustaka.
Bahan-bahan kepustakaan yang dipergunakan meliputi berbagai sumber, yakni
dengan menggunakan buku-buku bacaan (teks book) berbagai makalah yang terkait
dan relevan dengan tulisan. Sebagai sumber pelengkap dan pendukung dalam metode
ini, digunakan berbagai informasi ilmiah tertulis dari beberapa situs website di
internetdan berita serta opini publik dari berbagaio media cetak dan elektronik yang
berhubungan dengan topik bahasan
2. Metode wawancara ( interview )
Untuk mencapai sasaran penulisan, maka penulis aktif melakukan wawancara dengan
bebarapa orang dengan latar belakang berbeda, kuntuk lebih mendalami bagaimana
pendapat orang-orang mengenai mahasiswa dan demonstrasi.
Wawancara kami lakukan secara intensif untuk mencari informasi dan opini publik
mengenai kasi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa, utamanya melaluyi
pembimbing, mahasiswa dalam hal ini ketua lembaga kemahasiswaan, dosen dan
masyarakat secara umum.

DEMOKRASI DAN MAHASISWA

G. PEMBAHASAN
Mengapa Demonstrasi ?
Mengapa mahasiswa berdemonstrasi? Jawabannya pernah diutarakan oleh almarhum
Soe Hok-gie. Soe Hok-gie adalah salah seorang pelopor demonstrasi mahasiswa angkatan 66
dalam rangka penyampaian Tritura dan tuntutan agar presiden saat itu, Soekarno, turun dari
tahtanya. Ketika Gie (Soe Hok-gie) ditanya mengapa mahasiswa yang harus berdemonstrasi,
dia menjawab bahwa mahasiswa sebagai kaum intelektual tidak seharusnya berada di menara
gading dan hanya mencari ilmu saja, tapi mahasiswa juga harus bisa dan mau turun ke
tengah-tengah masyarakat, mendengarkan jeritan mereka, dan kalau perlu menjadi garda
terdepan dalam penyampaian jeritan masyarakat. Mahasiswa tidak ingin melihat masyarakat
yang harus berdemo karena jika itu terjadi maka akan tejadi chaos. Karena itulah agar jangan
sampai terjadi chaos lebih baik kaum mahasiswa yang turun ke jalan dan menyampaikan
inspirasi mereka. Demikianlah kira-kira pemikiran seorang Gie dan pemikiran itu memang
logis adanya. Jadi jangan salahkan mahasiswa jika mereka berdemo.
Inti dari demonstrasi dan tulisan ini sendiri adalah gerakan demonstrasi muncul
sebagai akibat dari macetnya saluran aspirasi masyarakat lain, termasuk juga lembaga
perwakilan rakyat. Dan mahasiswa adalah sebagai garda depan laskar masyarakat, sebagai
pejuang revolusi yang sesungguhnya, karena di Indonesia sudah terbukti, demonstrasi
mahasiswa bisa menumbangkan kekuasaan dua orang tiran pada tahun 1966 dan 1998. Dan
satu hal yang paling penting yaitu hendaknya demonstrasi ditempatkan pada prioritas yang
terakhir dalam usaha penyampaian aspirasi dan kritik kepada pemerintah. Sebelum
demonstrasi dilakukan kritik bisa dilakukan melalui tulisan dan media lain. Jika itu tidak
diperhatikan, maka silakan berdemo dengan sehat dan tertib. Apabila pemerintah sudah bebal
dan sudah kebal serta tuli terhadap kritik. Maka berdemolah dengan keras dan
teriakkanlah: Revolusi seperti yang pendahulu kalian lakukan dan berikan kepada negeri ini.
8

DEMOKRASI DAN MAHASISWA

Sejarah pun menggoreskan bahwa mahasiswa telah menumbangkan rezim besar


melalui kekuatan maha-nya. Perubahan demi perubahan di negeri ini diakui atau tidak sedikit
banyak dipengaruhi oleh gerakan mahasiswa. Negeri bisa langsung dibuat heboh oleh satu
tindakan mahasiswa. Salah satu tindakannya adalah demonstrasi.
Demonstrasi sendiri adalah sebuah gerakan protes sekumpulan orang di hadapan
umum yang dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penantang
kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula penekanan sebagai sebuah upaya
secara politik oleh kepentingan umum. Setelah rezim suharto tahun 1998, demonstrasi
menjadi marak dan telah dijadikan sebagai upaya pembebasan pendapat di Indonesia.
Sekarang ini, demonstrasi dirasa sebagai sebuah kegiatan yang efektif untuk menyampaikan
pendapat atau aspirasi kepada para petinggi negeri. Cara- cara formal seperti audiensi atau
jajak

pendapat,

mulai

ditinggalkan

lantaran

dinilai

kurang

efektif.

Penyebab

ketidakefektifannya adalah kegiatan formal tersebut sulit dilakukan dan dampaknya


memakan waktu lama.
Kadang kala, kegiatan tersebut tak mendapat tanggapan lantaran tidak semua petinggi
negeri kita mau duduk bersama rakyatnya untuk tahu aspirasi dan kebutuhan rakyatnya. Hal
ini menjadi salah satu sebab kekecewaan mahasiswa terhadap orang- orang atas negeri.
Mahasiswa menganggap orang atasnya sebagai orang yang tak mau ditegur dengan cara
halus, tetapi harus dengan cara agak keras. Dan alhasil, demonstrasi menjadi jalan pintas bagi
mereka untuk menyampaikan aspirasi rakyat.
Pada dasarnya, demonstrasi digunakan karena mampu menarik perhatian, baik itu
perhatian dari rakyat, aparat sampai pada pejabat. Saat mahasiswa harus melakukan kegiatan
yang tidak mampu menarik perhatian tiga elemen tersebut, tentu kegiatan yang
dialakukannya menjadi kegiatan yang mentah dan tidak ada aspirasi ataupun opini publik
yang bisa dibangun.
9

DEMOKRASI DAN MAHASISWA

Mahasiswa Sebagai Agent Of Change


Mahasiswa sama sekali tidak bisa dipisahkan dari kegiatan demonstrasi. Terlepas
termasuk ke dalam kategori apa si mahasiswa bersangkutan. Yang jelas, sebagai kaum
intelektual mahasiswa punya tugas menjadi penyambung lidah rakyat. Suara mahasiswa
adalah suara rakyat. Kalimat itu tergaung dalam dunia pergerakan mahasiswa. Mahasiswa
terdengar gaungnya karena kegiatan demonstrasinya. Tentu saja bukan sembarang gaung
tanpa dilandasi intelektualitas. Gaung tersebut yang bisa mengguncang negeri dan melahirkan
perubahan. Kita patut menghargai pendapat orang lain dan caranya menyampaikan pendapat.
Artinya kita pun patut menghargai mahasiswa dengan dinamika kegiatan demonstrasinya.
Belakangan ini berdasarkan pemberitaan media massa maupun elektronik
memosisikan mahasiswa pada garda paling depan dalam setiap aksi demonstrasi yang
teraktualisasi dalam sebuah gerakan massal mahasiswa yang menginginkan adanya
perubahan atau pembaharuan yang meliputi aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya
dan lain sebagainya atau biasa disebit demonstrasi.
Idealnya adalah bahwa setiap gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa memang
semata-mata hanya dan untuk kepentingan rakyat dengan kata lain mahasiswa sebagai
pembela rakyat ditengah hegemoni kekuasaan yang mengkooptasi rakyat. Mahasiswa
sebagai kaum intelektual yang sarat dengan budaya ilmiah dan senantiasa menjadikan
saintifik-rasional sebagai ukuran setiap tindakan ternyata harus berlawanan dengan fakta
dilapangan. Ketimpangan antara yang senyatanya dan yang seharusnya bermunculan tidak
hanya terfragmentasi dari perbedaan ideologi tetapi juga stigmaisasi negatif dari masyarakat
terhadap mahasiswa yang notabene adalah yang diperjuangkan. Pencitraan negatif ini tentu
sangat beralasan dan berangkat dari fakta dilapangan yaitu aksi anarkis mahasiswa dalam
demonstrasinya di jalan, mulai dari pengrusakan terhadap fasilitas umum, memblokir jalan,
membakar ban yang tentunya sangat merugikan masyarakat. Lalu dimanakah idealisme
10

DEMOKRASI DAN MAHASISWA

mahasiswa sebagai aktor intelektual yang di gadang-gadang menjadi motor perubahan


bangsa ini?
Demonstrasi Sebagai Bagian Dari Krisis Identitas Mahasiswa
Anarkisme, tawuran, dan kekerasan-kekerasan lainnya jelas sama sekali tidak lekat
dengan nilai-nilai luhur yang tersemat pada mahasiswa sebagai agen perubahan. Gerakan
mahasiswa yang berbasis pada kekuatan moral (moral force) yang diembannya sebagai
cermin dari orang yang berpendidikan (educated person). Menurut penulis, saat ini yang
ditonjolkan oleh mahasiswa dalam demonstrasinya lebih kepada tindakan anarkisme
dibandingkan dengan tawaran solutif yang diajukan atas sebuah ketidakadilan. Jika
mahasiswa belum mampu bersikap cerdas dalam setiap demonstrasinya dengan masih
bertindak amoral keluar dari ciri mahasiswa ideal sebenarnya, maka mahasiswa tak ubahnya
seorang preman berpendidikan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang mendefinisikan Demonstrasi sebagai
bentuk pernyataan protes yang dilakukan secara massal. Protes terhadap sebuah kondisi yang
dianggap melanggar hak-hak rakyat kemudian menggugah hati nurani mahasiswa sebagai
kaum yang dianggap memiliki kelebihan di atas rata-rata masyarakat awam untuk mengambil
peran sebagai penyambung lidah rakyat. Dalam konteks ini, secara historis mahasiswa
Indonesia pernah memberikan kontribusi bagi kemerdekaan negeri ini.
Gerakan mahasiswa pra-kemerdekaan semisal Boedi Oetomoe, sebuah pergerakan
nasional dengan wadah perjuangan yang memiliki struktur pengorganisasian yang dimotori
oleh mahasiswa dan pemuda dari lembaga pendidikan STOVIA, sebuah sekolah kedokteran
di Jakarta pada saat itu. Pada tahun 1908, para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di
Belanda juga membentuk sebuah organisasi perhimpunan yang dinamakan Indische
Vereeniging yang merupakan pusat kegiatan mahasiswa tentang perkembangan situasi Tanah
Air, namun kemudian menjadi Indonesische Vereeniging pada tahun 1992 yang kemudian
11

DEMOKRASI DAN MAHASISWA

berubah lagi menjadi Perhimpoenan Indonesia pada tahun 1925. Berdasarkan sejumlah
masalah yang diinventarisasikan oleh pengurus Perhimpoenan Indonesia waktu itu, muncul
sikap menentang terhadap penjajah, tidak mau berdamai serta tidak kenal kerja sama.
Semangat itu terlihat dalam dasar-dasar Perhimpoenan Indonesia, yang intinya adalah sebagai
berikut: 1) Masa depan bangsa Indonesia semata-mata tergantung pada susunan pemerintahan
yang berdasarkan kedaulatan rakyat; 2) Untuk mencapai itu, setiap orang Indonesia berjuang
sesuai kemampuan serta bakatnya, dengan tenaga dan kekuatan sendiri; 3) Untuk tujuan
bersama itu, semua unsur atau lapisan rakyat bekerja sama seerat-eratnya. (Arismunandar:
2007).
Saat ini, ditengah citra buruk mahasiswa di mata masyarakat, selain belajar dari
sejarah yang de facto memberikan kontribusi berarti besar bagi bangsa, kita juga harus berani
melakukan auto-kritik dengan bersikap dewasa dalam setiap aksi dan tindakan, jika kita
sebagai mahasiswa benar-benar ingin menjadi representasi dari rakyat dan masih ingin
menyurakan

penentangan

terhadap

ketidakadilan

yang

terjadi

di

negeri

ini.

Masalah lain yang juga penting adalah perihal idealisme mahasiswa, karena idealisme dan
mahasiswa adalah bagian yang tak seharusnya terpisahkan karenaidealisme merupakan
identitas yang melekat pada mahasiswa. Karena idealisme sangat dimungkinkan luntur
manakala mahasiswa berada dalam kubangan hegemoni kekuasaan.
Berdasarkan alasan ini maka idealisme mahasiswa harus tergambar baik dalam orasi
demonstrasi secara teori maupun dalam praktiknya. Jika selama ini ada image bahwa oposisi
yang dilakukan oleh mahasiswa terkesan acuh tak acuh terhadap pemerintahan, maka image
ini harus dirubah dengan menggerakan mahasiswa melalui demonstrasi yang mampu
mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah terkait masalah politik, ekonomi dan
sebagainya lagi-lagi dan hanya untuk kepentingan rakyat tidak karena kepentingankepentingan sesaat dengan kata lain idealisme mahasiswa dengan kekuatan berbasis moral
12

DEMOKRASI DAN MAHASISWA

(moral force) yang menjadi tulang punggung rakyat harus tetap menyala, terbebas dan
independen.
Jika hal ini benar-benar terlaksana maka pada gilirannya demonstrasi yang digerakkan
oleh mahasiswa-mahasiswa bukan hanya sekedar ritual demokasi kosong belaka yang
kekerasan lebih ditonjolkan daripada unjuk perasaan terhadap ketimpangan sosial, politik,
ekonomi serta kebijakan-kebijakan tidak populis pemerintah. Hal ini tentunya hanya akan
menambah ketidakpercayaan masyarakat terhadap mahasiswa sebagai agen perubahan, alihalih mensejahterakan rakyat, tindakan demonstrasi bar-bar semacam ini sudah pasti
menyusahkan rakyat yang juga berarti tidak sinkronnya antara tujuan demonstrasi dengan
hasil yang dicapai dari demonstrasi itu sendiri.
Demonstrasi Mahasiswa sebuah Gelaran Moral kaum Intelektual
Edward W. Said (1995) dalam bukunya Representation of The Intellectual
merumuskan intelektual sebagai individu yang dikaruniai bakat untuk merepresentasikan
pesan, pandangan, sikap kepada publik yang tujuan dari aktualisasi tersebut melahirkan
kebebasan untuk memotivasi dan menggugah rasa kritis orang lain agar berani menghadapi
ortodoksi, dogma, serta tidak mudah dikooptasi kuasa tertentu, sehingga intelektual harus
selalu aktif bergerak dan berbuat dengan ketajaman nalarnya.
Konteks ini, mahasiswa sebagai representasi dari kaum intelektual berdasar pada
pertimbangan-pertimbangan ilmiahnya sudah seharusnya mampu mengelaborasi antara teori
dan praktik. Demonstrasi sebagai sebuah gelaran demokrasi hanya akan menjadi garang dan
menyeramkan manakala mahasiswa sebagai kaum intelektual belum mampu memfungsikan
intelektualitas yang dimilikinya secara maksimal, karena intelektualisme yang hampa dari
agenda humanisasi adalah sebuah pengkhianatan terhadap nurani kemanusiaan. (Jamal:
2008).

13

DEMOKRASI DAN MAHASISWA

Kekuasaan yang menghegemoni rakyat terimplementasi dalam bentuk-bentuk


ketidakadilan, penindasan serta bergulirnya kebijakan-kebijakan tidak populis adalah sangat
wajar jika membuat mahasiswa marah, kooptasi yang dilakukan pemerintah sama halnya
menabuh genderang perang kepada mahasiswa. Namun perlu diingat demonstrasi sebagai
salah satu saluran dialog antara rakyat dan pemerintah tidak harus diselesaikan secara anarki
sebagai konsekuensi logis dari pemilik nurani intelektual yang dimiliki mahasiswa
terkandung nilai-nilai ideologis keutuhan kemanusiaan dan keadilan universal yang selama
ini disuarakan oleh mahasiswa. Paradoks jika mahasiswa sebagai kaum intelektual
melakukan demonstrasi anarkis atau tidak bernurani intelektual yang berarti tidak ramah
terhadap tatanan sosial.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai demonstrasi maka dapat disimpulkan sabagai
berikut:
1. Demonstrasi selalu dilakukan oleh sekelompok orang atau lebih mengacu kepada
mahasiswa agar jangan sampai terjadi chaos lebih baik kaum mahasiswa yang turun
ke jalan dan menyampaikan inspirasi mereka.
2. Mahasiswa Sering dikatakan Agent Of Change karena sebagai penyambung lidah
masyarakat untuk mengungkapkan aspirasi kepemerintahan setempat. Gerakan yang
dilakukan oleh mahasiswa memang semata-mata hanya dan untuk kepentingan rakyat
dengan kata lain mahasiswa sebagai pembela rakyat ditengah hegemoni kekuasaan
yang mengkooptasi rakyat.
3. Ssaat ini yang ditonjolkan oleh mahasiswa dalam demonstrasinya lebih kepada
tindakan anarkisme dibandingkan dengan tawaran solutif yang diajukan atas sebuah
ketidakadilan. Jika mahasiswa belum mampu bersikap cerdas dalam setiap

14

DEMOKRASI DAN MAHASISWA

demonstrasinya dengan masih bertindak amoral keluar dari ciri mahasiswa ideal
sebenarnya, maka mahasiswa tak ubahnya seorang preman berpendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Human, 1999. Mahasiswa Aceh Merupakan Satu Generasi. Aceh
Arbi, Sanit 1999. Gerakkan Mahasiswa di Era Demokrasi. Jakarta
Edward W. Said, 1995. Representation of The Intellectual. Usa unyversity
Hussain, Muhammad. 1986. Demokrasi Pemerintahan. Bandung

15

Anda mungkin juga menyukai