Anda di halaman 1dari 29

PROFESIONALISASI PENDIDIK

Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan


melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan

dan

pelatihan,

serta melakukan

penelitian

dan

pengabdian

kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. (UU No.20
THN 2003, PSL 39 (2)).
Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung-jawab terhadap
perkembangan anak didik. Dalam Islam, orang yang paling bertanggung-jawab
adalah orangtua (ayah dan ibu) anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan
oleh dua hal yaitu pertama, karena kodrat yaitu karena orangtua ditakdirkan
menjadi orangtua anaknya, dan karena itu ia ditakdirkan pula bertanggungjawab mendidik anaknya. Kedua, karena kepentingan kedua orangtua yaitu
orangtua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya. Selain itu
sukses tidaknya anak mereka juga sangat tergantung pada pola pengasuhan
dan pendidikan yang diberikan di lingkungan rumah tangga. Inilah yang
tercermin dalam QS. Al-Tahrim : 6 yang berbunyi:
Terjemah :

Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka.

Menurut Ramayulis, pendidik dalam pendidikan Islam setidaknya ada

empat macam. Pertama, Allah SWT sebagai pendidik bagi hamba-hamba dan
sekalian makhluk-Nya. Kedua, Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya telah

menerima wahyu dari Allah kemudian bertugas untuk menyampaikan petunjukpetunjuk yang ada di dalamnya kepada seluruh manusia. Ketiga, orang tua

sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga bagi anak-anaknya. Keempat, guru


sebagai pendidik di lingkungan pendidikan formal, seperti di sekolah atau
madrasah.
Jika ditinjau dari pengertian lain maka pendidikan dapat di artikan dalam
pengertian sempit dan pengertian luas.
Dalam

arti

luas

pendidik

adalah

semua

orang

yang

berkewajiban

membina anak-anak. Dalam kehidupan anak-anak sebelum mereka dewasa


mereka mendapat pembinaan-pembinaan dari orang yang sudah dewasa. Hal

ini karena anak secara alamiah membutuhkan adanya bimbingan agar mereka
biasa tumbuh dan berkembang secara wajar. Dalam hal ini orang yang memiliki
kewajiban membina anak secara alamiah adalah orang tua, warga masyarakat,
dan tokoh-tokohnya.
Jikia dilihat dari arti sempit maka pendidik adalah orang-orang yang
disiapkan dengan sengaja untuk menjadi seorang guru dan dosen. Kedua jenis
pendidik ini diberi pelajaran tentang pendidikan dalam waktu yang relative lama
agar mereka mampu menguasai ilmu tertentu dan terampil melaksanakannya di
lapangan. Pendidik ini tidak hanya belajar sampai pada tingkat perguruan tinggi
saja melainkan mereka juga harus belajar dan diajar pada saat mereka bekerja,
hal ini agar profesionalisasi mereka semakin meningkat.
Dalam hal ini pendidik perlu akan adanya profesionalaisasi. Perlunya
profesionalisasi pendidikan (Sanusi et..al, 1991) dilandasi enam asumsi sebagai
berikut :
1. Subyek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan,
emosi, dan perasaan, dan dapat dikembangkan segala potensinya; sementara
pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai martabat
manusia.

2. Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan bertujuan,


maka pendidikan menjadi normatife yang diikat oleh norma dan niiai yang baik
secara universal, nasional maupun local, yang merupakan acuan para pendidik,
peserta didik, dan pengelola pendidikan.
3. Teori-teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotetis dalam menjawab
permasalahan pendidikan.
4. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia
mempunyai potensi yang baik untuk berkembang, oleh sebab itu pendidikan
adalah usaha untuk mengembangkan potensi unggul tersebut.
5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni, situasi dimana terjadi dialog
antara peserta didik dengan pendidik, yang memungkinkan peserta didik tumbuh
ke arah yang dikehendaki oleh pendidik dan selaras dengan nilai yang
dijunjung tinggi masyarakat.

6. Seiring terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan yang menjadikan


manusia sebagai manusia yang baik (dimensi intrinsik) dengan misi instrumental
yakni yang merupakan alat untuk perubahan atau mencapai sesuatu.
Berkenaan dengan pendidik, makalah ini memuat lima hal yang ada
dalam pendidik yaitu:
1. Profesi pendidik
2. Kode etik pendidik
3. Pengembangan dan organisasi profesi guru
4. Penyelenggaraan pendidikan
5. Dampak konsep pendidikan
1. Profesi Pendidik

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan

terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi


profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang
profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran,
keuangan, militer, teknik, pendidikan dan desainer.

Profesi juga dapat diartikan sebagai suatu lapangan pekerjaan yang

menuntut diterapkannya teknik dan prosedur yang ilmiah, memiliki dedikasi


serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yang berorientasi pada pelayanan
yang ahli, serta secara sadar diupayakan dan ditunjukan demi kemaslahatan
orang lain.
Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional.
Walaupun begitu, istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang
menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir. Contohnya adalah petinju
profesional menerima bayaran untuk pertandingan tinju yang dilakukannya,
sementara olahraga tinju sendiri umumnya tidak dianggap sebagai suatu profesi.
Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan
lainnya. Daftar karakterstik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah
diterapkan pada profesi, juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi:

1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional


diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki
keterampilan

yang

berdasar

pada

pengetahuan

tersebut

dan

bisa

diterapkan dalam praktik.


2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi
oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para
anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan
khusus untuk menjadi anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan
pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya
ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama
pengetahuan teoretis.
5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk
mengikuti pelatihan institusional dimana calon profesional mendapatkan
pengalaman

praktis

Peningkatan

keterampilan

dipersyaratkan.

sebelum

menjadi

melalui

anggota

penuh

pengembangan

organisasi.

profesional

juga

6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi


sehingga

hanya

mereka

yang

memiliki

lisensi

bisa

dianggap

bisa

dipercaya.
7. Otonomi

kerja:

Profesional

cenderung

mengendalikan

kerja

dan

pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.


8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar
aturan.
9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya
sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka
yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi
paling tinggi.
10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja
profesinya

dapat

dipertahankan

selama

berkaitan

dengan

kebutuhan

publik,

seperti

layanan

dokter

berkontribusi

terhadap

kesehatan

masyarakat.
11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih
status

yang

tinggi,

prestise,

dan

imbalan

yang

layak

bagi

para

anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap


layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, hal yang mendasar yang harus dipahami
mengenai profesi adalah ketanggapan yang berdasarkan kearifan atau
pengabdian yang berdasarkan keahlian demi kemaslahatan orang lain.
Profesi pendidik merupakan profesi yang sangat penting dalam kehidupan
suatu bangsa, hal ini tidak lain karena posisi pendidikan yang sangat penting
dalam konteks kehidupan bangsa. Pendidik merupakan unsur dominan dalam
suatu proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh
kualitas pendidik dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat. Dalam
materi ini lebih mengkhusukan pada pendidik jenis guru dan dosen.
Guru dan dosen adalah sebagai suatu profesi. Hal ini dapat dilihat dari
Keputusan Presiden R,I. No. 49 Tahun 1989 ( khususnya Pasal 1 Ayat 2) yaitu
mengenai jenjang jabatan dalam rangka profesi kependidikan, suatu jabatan

yang disebut Widyaiswara yaitu tenaga kependidikan yang berfungsi sebagai


guru dan bekerja pada pusat pendidikan dan pelatihan di berbagai Departemen
dan Unit Kerja di luar lembaga sekolah.
Agar memperjelas gambaran mengenai posisi guru dalam jabatan tenaga
kependidikan di Indonesia, dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Tenaga Pendidikan terdiri atas:
a) Pengajar (Guru)
b) Guru Pembimbing
c) Pembimbing atau Penyuluh Pendidikan
d) Widyaiswara
e) Pelatih
f) Tutor/fasilitator PLS
2. Pengelola suatu pendidikan:

a) Kepala Sekolah
b) Wakil Kepala Sekolah
3. Penilik Sekolah
4. Pengawas
5. Peneliti dan pengembang di bidang pendidikan:
a) Pengembang program pengajaran (ahli kurikulum)
b) Pengembang alat pengukuran dan penilaian
c) Pengembang media ajar
d) Peneliti pendidikan
e) Ahli psikologi persekolahan
6. Pustakawan
7. Laboran
8. Teknisi sumber belajar
Sebagai tenaga profesional tentu guru harus memiliki kriteria profesional
itu sendiri. Adapun criteria profesional tersebut adalah;

1. Bekerja sepenuhnya dalam jam-jam kerja (fulltime),

2. Pilihan pekerjaan itu berdasarkan motivasi yang kuat,


3. Memiliki

seperangkat

pengetahuan,

ilmu,

dan

keterampilan

khusus

yang

diperoleh malalui pendidikan dan latihan yang lama,


4. Membuat keputusan sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan dan menangani
klien,
5. Pekerjaan berorientasi kepada pelayanan, bukan untuk kepentingan pribadi,
6. Pelayanan berdasarkan kepada kebutuhan objektif klien,
7. Memiliki otonomi untuk bertindak dalam menyelesaikan persoalan klien,
8. Menjadi anggota organisasi profesi, sesudah memenuhi persyaratan atau kriteria
tertentu,
9. Memiliki kekuatan dan status yang tinggi sebagai eksper dan spesialisainya, dan
10. Keahlian itu tidak boleh diadvertensikan untuk mencari klien.
Jika diambil perilaku profesional guru secara pokok maka ada tiga
perilaku guru yang harusnya ada pada setiap guru, yaitu :

1) Thoughtfullness: perilaku seorang guru mestinya mencerminkan


landasan keilmuan

kepemilikan

dan keterampilan yang memadai yang dicapainya dalam

suatu proses panjang baik selama berada di dalam pendidikan prajabatan


maupun berbagai tambahan pengalaman yang didapatkan selama di dalam
jabatan. Harus disadari oleh guru bahwa mereka harus senantiasa berfikir
sebelum-sementara-dan setelah bekerja menjadi guru. Karenaya pemutakhiran
pengetahuan dan pengalaman adalah hal mutlak.

2) Adaptability: guru profesional dalam menjalankan tugasnya senantiasa melakukan


penyesuaian teknis situasional dan kondisional sesuai tuntutan situasi dan

kondisi, dengan berorientasi pada usaha tercapainya desired out-comes .


Atau paling tidak penyesuaian dapat dilakukan dalam bingkai pemikiran , bahwa
itu semua dilakukan demi untuk mendekatkan antara actual out-come dengan

desired out-come.

3) Cohesiveness: dalam melakukan

pekerjaan seorang guru profesional akan

menyikapi pekerjaan dengan penuh dedikasi dengan senantiasa berpedoman


pada kaidah-kaidah teknis, prosedural, dan kaidah filosofi sehingga menjadikan
untuk kerjanya taat azas dan tepat yang ditujukan sebagai layanan yang arif
bagi kemaslahatan orang lain.

Profesi pedidik tidak mungkun dapat dikenakan kepada sembarang orang


yang dipandang oleh masyarakat umum sebagai pendidik. Jadi ditinjau dari segi
rumusan profesi sudah jelas dapat dibedakan anatara pendidik dalam keluarga
dan di masyarakat dengan pendidik di lembaga-lembaga pendidikan yaitu guru
dan dosen. Akan tetapi jika ditinjau dari cara kerja kedua kelompok ini belum
menunjukkan perbedaan yang jelas. Hal ini karena pengertian mendidik belum
jelas sehingga membuat praktek pendidikan tidak tepat.
Mendidik adalah membuatkan kesempatan dan menciptakan situasi yang
kondusif agar anak-anak sebagai subjek berkembang sendiri. Mendidik adalah
suatu upaya membuat anak-anak mau dapat belajar atas dorongan diri sendiri
untuk mengembangkan bakat, pribadi, dan potensi-potensi lainnya secara
optimal. Dalam arti lain mendidik memusatkan diri pada upaya pengembanagn
afeksi anak-anak, dan kemudian pada pengembangan kognisi dan
keterampilannya. Berkembangnya afeksi yang positif terhadap belajar

merupakan kunci keberhasilan belajar berikutnya, termasuk keberhasilan dalam


meraih prestasi kognisi dan keterampilan.
Setelah memahami makna mendidik, lalu dikembangkan kriteria
keberhasilan mendidik. Keberhasilan itu tidak ditentukan oleh prestasi akademik
peserta didik. Prestasi akademik akan muncul ketika pendidika berhasil. Adapun
kriteria keberhasilan mendidik adalah:
1. Memiliki sikap suka belajar,
2. Tahu tentang cara belajar,
3. Memiliki rasa percaya diri,
4. Memiliki etos kerja,
5. Mencintai prestasi tinggi,
6. Produktif dan kreatif,
7. Puas akan sukses yang didapat.
Setelah mengenal kriteria keberhasilan, calon guru juga perlu diperkenalkan
untuk dipelajari, dipahami, dilatih, dan dilaksanakan setelah bertugas dilapangan
adalah sejumlah perilaku pendidik dalam proses pendidikan yang bisa dipilih
salah satu atau beberapa diantaranya yang cocok dengan tujuan pendidikan
saat tatap muka. Perilau-perilaku pendidik yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Pendidik bertindak sebagai mitra atau saudara tua peserta didik,
2. Melaksanakan disiplin yang permisif, ialah memberi kebebasan bertindak asal
semua peserta didik aktif belajar,
3. Member kebebasan kepada semua peserta didik untuk mengaktualisasi potensi
mereka masing-masing,
4. Mengembangkan cita-cita nyata para peserta didik atas dasar pemahaman
mereka tentang diri sendiri,
5. Melayani pengembangan bakat setiap peserta didik,
6. Melakukan dialog atau bertukar pikiran secara kritis dengan peserta didik,
7. Menghargai agama dalam dunia modern yang penuh dengan rasionalitas. Halhal di luar rasio dibahas lewat agama,
8. Melakukan dialektika nilai budaya lama dengan nilai-nilai budaya modern,

9. Mempelajari dan ikut memecahkan masalah masyarakat, yang mencakup


ekonomi, social, budaya, dan geografis, termasuk apliikasi filsafat Pancasila,
10. Mengantisipasi perubahan lingkungan

dan masyarakat oleh pendidik atau

bekerja sama dengan para peserta didik,


11. Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berkreasi,
12. Mempergunakan metode penemuan,
13. Mempergunakan metode pemecahan masalah,
14. Mempergunakan metode pembuktian,
15. Melaksanakan metode eksperimentasi,
16. Melaksakan metode berproduksi barang-barang nyata yang mungkin bisa
dipasarkan,
17. Memperhatikan dan membina perilaku nyata agar positif pada setiap peserta
didik.
2. Kode Etik Pendidik

Kode etik adalah tata etika/nilai yang menjadi pegangan suatu Profesi.

Beberapa profesi seperti Dokter, Pengacara, Pendidik/ guru dan profesi lainnya

memiliki kode etik. Kode etik ini akan memberi citra kepada seseorang yang
berprofesi

tertentu.

Kode

etik

ini

bersifat

mengikat.

Oleh

karena

itu

penyimpangan terhadap kode etik bisa diajukan ke meja hijau.


Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan dalam Kongres X111 t:ahun 1973 di
Jakarta, dan disempurnakan dalam Kongres XVI tahun 1989 di Jakarta, sebagai
berikut :
Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian
terhadap Tuhan Yang Maha Esa , Bangsa, dan Negara, serta kemanusiaan
pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada
Undang-undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu,
Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani
dasar-dasar sebagai berikut :

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia


Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru rnenciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
6. Guru

secara

pribadi

dan

bersama-sama

mengembangkan

dan

meningkatkan mutu dan martabat profesinya.


7. Guru

memelihara

hubungan

seprofesi,

semangat

kekeluargaan,

dan

kesetiakawanan sosial.
8. Guru

secara

bersama-sama

memelihara

dan

meningkatkan

mutu

organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.


9. Guru

melaksanakan

pendidikan.

segala

kebijakan

Pemerintah

dalam

bidang

Kode etik pendidik ini juga dapat diambil dari peraturan kenaikan jabatan
akademik ke jenjang guru besar IKIP Surabaya Tahun 1994 Bab I Pasal I
tentang Kelayakan Integritas Kepribadian sebagai berikut:
1. Mengutamakan tugas pokok dan atau tugas Negara lainnya,
2. Memelihara keharmonisan pergaulan dan kelancaran komunikasi,
3. Menjaga nama baik dan loyalitas kepada lembaga pendidikan,
4. Menghargai berbagai sikap, pendapat, dan pandangan,
5. Memiliki sifat kepemimpinan,
6. Menjadi teladan dalam berperilaku,

7. Membela kebenaran secara jujur dan objektif,


8. Menjunjung tinggi norma-norma kemasyarakatan.
Kode etik ini harus difahami dan dilaksanakan oleh setiap pemangku
profesi. Para guru harus berfikir dan bertindak atas dasar nilai-nilai, etika

pribadi dan professional, dan prosedur yang legal. Dalam hubungan inilah para
guru seharusnya memahami dasar-dasar kode etik guru sebagai landasan etika
moral dalam melaksanakan tugasnya.
Pada saat ini masih banyak guru yang belum memahami kode etik ini,
apalagi menerapkannya. Hal inilah yang menyebabkan turunnya citra guru di
masyarakat. Kita bisa mengecek apa yang terjadi di dunia pendidikan dikaitkan
dengan

kode

etik

diatas.

Para

guru

banyak

yang

hanya

transfer

ilmu

pengetahuan, belum menjalankan nilai-nilai keagamaannya, apalagi membimbing


siswanya menjadi manusia yang utuh. Kejujuran profesional dilanggar terbukti
beredarnya kunci-kunci jawaban Ujian Nasional, mengkatrol nilai, memberi nilai
tinggi untuk siswa-siswa yang dekat walaupun kenyataan nilainya rendah dan
ketidak obyektifan lainnya. Guru jarang yang mau mencari informasi mengenai
siswanya, seperti potensi, bakat, minat, kekurangan, kelebihan, dan lainnya.
Semuanya diserahkan total ke guru Bimbingan Konseling ( BK). Guru banyak
yang belum menciptakan suasana belajar yang baik, metode yang diterapkan
hanyalah berkisar ceramah, latihan, tugas saja. Tidak pernah memikirkan
bagaimana materi pelajarannya bisa diserap maksimum oleh siswanya dan
pembelajaran kurang menyenangkan. Demikian pula hubungan dengan orangtua
belum terjalin baik. Mereka hanya mengenal orangtuanya hanya beberapa
orang saja melalui Komite. Dalam masalah pengembangan diri, banyak guru
yang tidak suka membaca dan belajar sehingga ilmunya hanya sebatas buku
paket siswa saja. Pelatihan yang diikuti hanyalah untuk mendapatkan piagam
sertifikasi. Terhadap organisasi juga demikian. Organisasi ada tapi programnya
yang

berjalan

dipandangnya

hanya

rutinitas

menambah

saja.

beban,

Kebijakan-kebijakan

sehingga

dilakukan

dari

pemerintah

hanyalah

sebagai

formalitas belaka. Dan masih banyak lagi masalah-masalah guru di Indonesia.


3. Pengembangan dan Organisasi Profesi Guru

Pengembangan profesi pendidik berhubungan dengan organisasi pendidik.

Sebab pengembangan profesi itu, di samping dilakukan oleh para pendidik


secra

individual,

secara

konsep

dibantu,

diawasi,

dan

dikoordinasi

oleh

organisasi profesinya. Akan tetapi, fungsi organisasi profesi seperti ini di dalam
bidang

pendidikan

belum

tampak.

Karena

itu

kebanyakan

pendidik

mengembangkan profesinya sendiri-sendiri.


Kita semua memaklumi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
dunia ini begitu cepatnya sehingga kalau kita berhenti belajar yang terjadi
adalah bahwa kita menjadi orang ketinggalan jaman. Untuk itu diperlukan

pengembangan profesi guru. Pengembangan profesi guru dengan kata kunci


adalah belajar. Yang dimaksud belajar disini ialah usaha untuk memperoleh
pengetahuan atau kecakapan baru dengan berusaha sendiri. Usaha-usaha
melalui keaktifan sendiri untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan
sehingga akan berguna dalam menjalankan kewajiban sebagai guru, itulah yang
dimaksud sebagai pengembangan profesi guru. Kadang-kadang pengembangan
profesi ini dikatakan juga sebagai peningkatan profesi. Sehubungan dengan
peningkatan profesi ini, guru memang dituntut untuk selalu mengembangkan
dirinya baik yang mengenai materi pelajaran dari bidang studi yang menjadi
wewenangnya maupun keterampilan guru. Tanpa belajar lagi kemungkinan
resiko yang terjadi ialah tidak tepatnya materi pelajaran yang diajarkan dan
metodologi mengajar yang digunakan. Bentuk-bentuk pengembangan profesi
keguruan secara garis besar sebagai berikut:
1.Pengembangan profesi secara individual:
a. Pengembangan melalui pelatihan yang diselenggarakan oleh Departemen yang
terkait.
b. Pengembangan profesi melalui belajar sendiri, dalam hal ini para guru dapat
memilih sendiri sumber-sumber yang diperlukan dan sesuai bagi kepentingannya
untuk dipelajari sendiri.
c. Pengembangan profesi melalui media, berbagai media dapat dimanfaatkan
seperti media massa elektronik/cetak dan online yang banyak memuat artikelartikel pengetahuan atau keterampilan yang penting untuk dipelajari.
2.Pengembangan profesi keguruan melalui organisasi profesi:

Yang dimaksud organisasi profesi adalah organisasi atau perkumpulan yang


memiliki ikatan-ikatan tertentu dari satu jenis keahlian atau jabatan. Seperti para
guru yang menyatukan diri pada PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia),
Untuk lokal bisa disebut seperti PGSB (Persatuan Guru Swasta Balikpapan),
MGHB

(Musyawarah

Guru

Honor

dan

Bantu),

dan

banyak

lagi

lainnya.

Organisasi profesi ini bermanfaat untuk:


a. Tempat pertemuan antara guru yang mempunyai keahlian sama untuk saling
mengenal.
b. Tempat memecahkan berbagai masalah yang menyangkut profesinya.
c. Tempat peningkatan mutu profesi masing-masing.
Berkaitan dengan organisasi profesi pendidikan maka ada beberapa
macam organisasi profesi pendidikan yang ada di Indonesia. Secara kuantitas,
tidak berlebihan jika banyak kalangan pendidik menyatakan bahwa organisasi
profesi kependidikan di indonesia berkembang pesat bagaikan tumbuhan di
musim penghujan. Sampai sampai ada sebagian pengemban profesi pendidikan
yang tidak tahu menahu tentang organisasi kependidikan itu. Yang lebih dikenal
kalangan umum adalah PGRI.
Disamping

PGRI

yang

satu-satunya

organisasi

yang

diakui

oleh

pemerintah juga terdapat organisasi lain yang disebut Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) yang didirikan atas anjuran Departeman Pendidikan dan
Kebudayaan. Sayangnya, organisasi ini tidak ada kaitan yang formal dengan
PGRI. Selain itu ada juga organisasi profesional guru yang lain yaitu ikatan
serjana pendidikan indonesia (ISPI), yang sekarang sudah mempunyai banyak
devisi

yaitu

Ikatan

Petugas

Bimbingan

Belajar

(IPBI),

Himpunan

Serjana

Administrasi Pendidikan Indonesia (HSPBI), dan lain-lain, hubungannya secara


formal

dengan PGRI

didapatkan

kerjasama

juga belum tampak


yang

saling

secara nyata,

menunjang

anggotanya.
1. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

dalam

sehingga

meningkatkan

belum
mutu

PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan

Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi
Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.

Pada saat didirikannya, organisasi ini disamping memiliki misi profesi juga ada

tiga misi lainnya, yaitu misi politis-deologis, misi peraturan organisaoris, dan
misi kesejahteraan.

Misi profesi PGRI adalah upaya untuk meningkatkan mutu guru sebagai
penegak

dan

PP

38

pelaksana

pendidikan

nasional.

Guru

merupakan

pioner

organisasi

profesi

pendidikan sehinnga dituntut oleh UUSPN tahun 1989: pasal 31; ayat 4, dan
No.

kependidikan
profesinya.

tahun

serta

1992,

selalu

pasal

61

meningkatkan

agar

dan

memasuki

mengembagkan

kemampuan

Misi politis-teologis tidak lain dari upaya penanaman jiwa nasionalise, yaitu
komitmen terhadap pernyataan bahwa kita bangsa yang satu yaitu bangsa
indonesia, juga penanaman nilai-nilai luhur falsafah hidup berbangsa dan
benegara, yaitu pancasila. Itu sesungguhnya misi politis-ideologis PGRI, yang
dalam perjalanannya dikhawatirkan terjebak dalam area polotik praktis sehingga

tidak dipungkiri bahwa PGRI harus pernah menelan pil pahit, terperangkap oleh
kepanjangan tangan orde baru.
Misi peraturan organisasi PGRI merupakan upaya pengejawantahan peraturan
keorgaisasian , terutama dalam menyamakan persepsi terhadap visi, misi, dan
kode etik kejelasan sruktur organisasi sangatlah diperlukan.
Dipandang dari segi derajat keeratan dan keterkaitan antaranggotanya, PGRI
berbentuk persatuan (union). Sedangkan struktur dan kedudukannya bertaraf
nasional, kewilayahan, serta kedaerahan. Keanggotaan organisasi profesi ini
bersifat langsung dari setiap pribadi pengemban profesi kependidikan. Kalau
demikian, sesunguhnya PGRI merupakan organisasi profesi yang memiliki

kekuatan dan mengakar diseluruh penjuru indonesia. Arrtinya, PGRI memiliki

potensi besar untuk meningkatkan hakikat dan martabat guru, masyarakat, lebih
jauh lagi bangsa dan negara.
2. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) lahir pada pertengahan tahun 1960an. Pada awalnya organisasi profesi kependidikan ini bersifat regional karena
berbagai hal menyangkut komunikasi antaranggotanya. Keadaan seperti ini

berlangsung cukup lama sampai kongresnya yang pertama di Jakarta 17-19


Mei 1984.
Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI, yaitu: (a)
Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di seluruh
Indonesia; (b) meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para angotanya;
(c) membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi pendidikan dalam
rangka membantu pemerintah mensukseskan pembangunan bangsa dan negara;
(d) mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan dalam
bidang ilmu, seni, dan teknologi pndidikan; (e) melindungi dan memperjuangkan
kepentingan profesional para anggota; (f) meningkatkan komunikasi antar
anggota dari berbagai spesialisasi pendidikan; dan (g) menyelenggarakan
komunikasi antar organisasi yang relevan.
Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi Profesi Ilmiah
(FOPI) yang terlealisasikan dalam bentuk himpunan-himpunan. Yang telah ada
himpunannya adalah Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia
(HISPIPSI), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Alam, dan lain sebagainya.
3. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) didirikan di Malang pada tanggal 17
Desember 1975. Organisasi profesi kependidikan yang bersifat keilmuan dan
profesioal ini berhasrat memberikan sumbangan dan ikut serta secara lebih
nyata dan positif dalam menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai
guru pembimbing. Organisasi ini merupakan himpunan para petugas bimbingan
se Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta memajukan bimbingan
sebagai ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya.

Secara rinci tujuan didirikannya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)


adalah sebagai berikut ini.
1. Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi.
2. Mengidentifikasi dan menginventarisasi tenaga ahli, keahlian dan
keterampilan, teknik, alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di
Indonesia di bidang bimbingan, dengan demikian dimungkinkan

pemanfaatan tenaga ahli dan keahlian tersebut dengan sebaik-baiknya.


3. Meingatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan
profesi dan tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai
disiplin, maupun program layanan bimbingan (Anggaran Rumah Tangga
IPBI, 1975).
Untuk menopang pencapaian tujuan tersebut dicanangkan empat kegiatan, yaitu:
1. Pengembangan ilmu dalam bimbingan dan konseling;
2. Peningkatan layanan bimbingan dan konseling;
3. Pembinaan hubungan dengan organisasi profesi dan lembaga-lembaga
lain, baik dalam maupun luar negeri; dan
4. Pembinaan sarana (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).
Kegiatan pertama dijabarkan kembali dalam anggaran rumah tangga (ART IPBI,
1975) sebagai berikut ini.
1. Penerbitan, mencakup: buletin Ikatan Petugas Bimbingan Indoesia dan
brosur atau penerbitan lain.
2. Pengembangan alat-alat bimbingan dan penyebarannya.
3. Pengembangan teknik-teknik bimbingan dan penyebarannya.
4. Penelitian di bidang bimbingan.
5. Penataran, seminar, lokal karya, simposium, dan kegiatan-kegiatan lain
yang sejenis.
6. Kegiatan-kegiatan lain untuk memajukan dan mengembangkan bimbingan.

4. Penyelengara Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari profesionalisasi
pendidik. Sebab yang menjadi penyelenggara pendidikan adalah para pendidik
juga. Yang

dimaksud dengan penyelanggara pendidikan adalah mereka yang

menduduki jabatan struktural, seperti kepala sekolah, ketua jurusan, dekan,


rector.

Pejabat

struktural

di

kantor-kantor

pendidikan

juga

dapat

disebut

penyelenggara pendidikan, walaupun hanya menangani aturan dan kebijakan,


sebab

kedua

hal

ini

juga

mempengaruhi

bahkan

dalam

hal-hal

tertentu

menentukan pelaksanaan pendidikan di sekolah atau di perguruan tinggi.


Ada beberapa macam kewajiban sebagai seorang pendidik. Kewajibankewajiban tersebut adalah:
1. Menjadi manajer lembaga pendidikan bersangkutan dengan tugas-tugas sebagai
berikut:
a. Mngadakan

prediksi

tentang

kemungkinan

perubahan

lingkungan

seperti

perkembangan ilmu dan teknologi, tuntutan hidup, aspirasi masyarakat, dan


sebagainya.

b. Merencanakan dan melakukan inovasi dalam pendidikan.


c. Menciptakan strategi dan kebijakan lembaga agar proses pendidikan tidak
mengalami hambatan.
d. Mengadakan perencanaan dan menemukan sumber-sumber pendidikan.
e. Menyediakan dan mengkoordinasi fasilitas pendidikan.
f. Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan agar tidak terlanjur berbuat
salah.
2. Menjadi pemimpin lembaga pendidikan:
a. Memimpin semua bawahan.
b. Memotivasi agar bekerja dengan rajjin dan giat.
c. Meningkatkan kesejateraan para bawahan.
d. Mendisiplin para pendidik dan pegawai dalam melaksanakan tugasnya.
3. Sebagai supervisor atau pengawas:
a. Mengawasi dan menilai cara kerja dan hasil kerja pendidik dan pegawai.

b. Member supervisi dala meningkatkan cara kerja.


c. Mencari dan member peluang untuk menngkatkan profesi para pendidik.
d. D. mengadakan rapat-rapat untuk memperbaiki pendidikan dan pengajaran.
4. Sebagai pencipta iklim bekerja dan belajar yang kondusif denga tugas-tugas:
a. Menempatkan personalia secara benar sesuai dengan keahlian dan
keterampilannya.
b. Membina antar hubungan personalia yang positif.
c. Meningkatkan dan memperlancar komunikasi.
d. Menyelesaikan konflik.
e. Meningkatkan dan memelihara persatuan dan kesatuan personalia.
5. Sebagai pencipta lingkungan bekerja dan belajar yang kondusif, dengan tugastugas:
a. Menghipun dan memanfaatkan informasi tentang sumber belajar
b. Memperkaya alat-alat belajar, alat alat peraga, dan media pendidikan.
c. Memperkaya lingkungan seperti kebun, ohon pelindung, taman, dan sebagainya.
d. Mengharmoniskan lingkungan, lembaga dan ruangan kelas.
6. Menjadi administrator lembaga pendidikan dengan tugas menyelenggarakan
kegiatan rutin yang dioperasikan oleh para personalia lembaga, seperti:

a. Mengendalika stuktur organisasi.


b. Melaksanakan admistrasi substantive, yaitu administrasi:
1. Kurikulum
2. Kemahasiswaan/kesiswaan.
3. Personalia
4. Keuangan
5. Sarana umum/lain-lain
c. Melakukan pengawasan terhadap efektivitasdan efesiensi kerja.
d. Menilai efektivitas dan efesiensi kerja para personalia pendidikan.
7. Menjadi coordinator kerjasama lembaga pendidikan dengan masyarkat:
a. Berinisiatif membentu suatu badan kerjasama.
b. Mengadakan survey untuk menampungaspirasi masyarakat.
c. Menghimpun dukungan masyarakat.
d. Melaksanakan kerkasama dengan masyarakat.

e. Membentuk pengyuban sekolah dan masyarakat bila dipandang perlu.


Inilah kewajiban para penyelenggara lembaga pendidikan baik sekolah maupun
perguruan tinggi. Semua kewajiban ini harus dilaksanakan secara proporsional
sesuai dengan kebutuhan

agar misi pendidikan berhasil.

5. Dampak konsep pendidikan

Sesudah membahas profesi pendidik, etika pendidik, pengembangan

profesi dan organisasi profesi, serta penyelanggaraan pendidikan, kini tiba


saatnya mengemukakan dampak konsep-konsep pendidikan yang bersumber
dari pembahasan itu. Konsep-konsep pendidikan yang simaksud adalah sebagai
berikut :
1. Ciri-ciri profesi pendidikan yang lebih lengkap, antara lain plihan didasarkan atas
motifasi yang kuat untuk menjadi pendidik dan sebagai eksper yang diakui oleh
masyarakat. Pengakuan ini mengimplisitkan tidak ada orang lain yang bisa
melaksanakan tugas mendidik kecuali para pendidik profesional.
2. Karena pengertian pendidik bukanlah sekedar memberi nasehat, petunjuk,
motivasi,

atau

menjelaskan

sesuatu

dengan

ceramah,

melarang

dan

menganjurkan, serta menilai hasil belajar anak, maka mendidik adalah membuat
kesmpatan dan menciptakan situasi yang kondusip agar anak-anak mau dan
dapat belajar atas dorongan diri sendiri untuk
dan potensi-potensi lainnya secara optimal.
3. Kreteria keberhasilan mendidik adalah :
a. Memiliki sikap suka belajar.
b. Tahu tentang cara belajar.
c. Memiliki rasa percaya diri.
d. Mencintai prestasi tinggi.
e. Memiliki etos kerja.
f. Kretif dan produktif.

mengembangkan bakat, pribadi,

g. Puas akan sukses yang dicapai.


4. Prilaku

pendidik

yang

bisa

dipilih

satu

atau

bebrapa

diantaranya

ketika

melaksanakan pendidikan dilapangan adalah :


a. Menjadi mitra peserta didik.
b. Melaksanakn disiplin yang permisif.
c. Memberi kebebasan dalam mengaktualisasi diri.
d. Mengembangkan cita-cita riil peserta didik.
e. Melayani pengembangan bakat.
f. Berdialog agar peserta didik berfikir kritis.
g. Menghargai agama dalam dunia modern yang penuh dengan rasionalitas.
h. Melakukan dialektika nilai budaya lama dengan yang modern dengan peserta
didik.
i. Mempelajari dan ikut memcahkan masalah-masalah masyarakat dalam proses
pendidikan.
j. Mengantisipasi perubahan lingkungan dan masyarakat dalam proses pendidikan.
k. Memberi kesempatan kreatif.
l.

Menggunakan

metode

penemuan,

pemecahan

masalah,

pembuktian,

dan

eksperimen.
m. Membiasakan peserta didik memproduksi barang-barang nyata.
n. Membina prilaku sehari-hari agar positif.
5. Kode

etik

pendidik

yang

lebih

lengkap,

antara

lain

mengandung

unsur

menjunjung tinggi harkat dan martabat peserta didik, berbakti kepada peserta
didik,

menjadi

teladan

dalam

berperilaku,

mngembangkan

profesi

secara

kontinu, dan sebagainya.


6. Profesi pendidik perlu ditingkatkan, untuk itu perlu dicarikan berbagai jalan agar
bisa terlaksana.
7.

Dikembangkan

peranan

pendidik

kecenderungan pada masa depan.

baik

untuk

masa

sekarang

maupun

8.

Ada

sejumlah

mengembangkan

kewajiban
profesi

organisasi
pendidik,

profesi

antara

lain

pendidikan
mencari

dalam
peluang

rangka
untuk

memajukan profesi para anggota, mengadakan pembinaan profesi, mengawasi


pelaksanaan pendidikan mevbentuk konsep-konsep[ pendidikan melalui hasilhasil penelitian, dan sebagainya.
9. Penyelenggaraan lembaga-lembaga pendidikan tidak cukup memiliki profesi
pendidik, mereka harus profesional dalam manajemen pendidikan.
10. Manajemen pendidikan tidak sama dengan manajemen bisnis yang mengejar
keuntungan uang, tetapi bisa meniru manajemen itu dalam gerak dan dinamika
untuk mempertahankan kehidupan dan kemajuan pendidikan.
11. Manajemen pendidikan juga tidak sama dengan manajemen pemerintahan,
sebab manajemen kedua ini menangani manusia dewasa yang relatif sudah
paham akan budaya yang patut ditaati. Sementara itu manajemen pendidikan
adalah menangani peserta didik yang sedang berkembang pada individu-individu
yang serba unik. Untuk itu dibutuhkan banyak strategi, pendekatan, dan metode

yang sesuai, dibutuhkan pula sejumlah konsep, agar perkembangan setiap


peserta didik terealisasi secara relatif lancar dan optimal.

Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya,
artinya, tidak bias dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus
untuk melakukan pekerjaan itu.
2.1 Ciri Ciri Profesi
Dari definisi yang telah dikemukakan diatas,dapat diangkat beberapa kriteria untuk menentukan ciri
ciri suatu profesi, yaitu sebagai berikut :
1. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas
2. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program dan jenjang
pendidikan yang baku serta memiliki standar akademik yang memdai dan yang bertanggung jawab
tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu.
3. Ada organisasi profesi yang mewadahi para pelakunya untuk mempertahankan dan memperjuangkan
eksistensi dan kesejahteraannya.
4. Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku etik para pelakunya dalam memperlakukan kliennya.
5. Ada system imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku
6. Ada pengakuan masyarakat (professional, penguasa, dan awam) terhadap pekerjaan itu sebagai suatu
profesi (Rochman Natawidjajha,1989).

Dari uraian diatas tentang ciri ciri sutau profesi, maka profesi mempunyai ciri ciri sebagi berikut :
1. Fungsi dan signifikansi sosial : suatu profesi merupakan suatu pekerjaan yang memiliki fungsi dan
signifikansikan sosuial dan krusiasi.
2. keterampilan/ keahlian : untuk mewujudkan fungsi ini,dituntut derajat keterampilan /keahlian
tertentu.
3. Pemerolehan keterampilan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin, melainkan bersifat
pemecahan masalah atau penanganan situasi kritis yang menuntut pemecahan dengan menggunakan
teori atau metode ilmiah.
4. Batang tubuh ilmu : suatu profesi didasarkan kepada suatu disiplin ilmu yang jelas,sistematis dan
eksplisit(a systematic body of knowledge) dan bukan hanya common sense.
5. Masa pendidikan : upaya mempelajari dan menguasai batang tubuh ilmu dan keterampilan atau
keahlian tersebut membutuhkan masa latihan yang lama,bertahun tahun dan tidak cukup hanya
beberapa bulan.hal ini dilakukan pada tingkat perguruan tinggi.
6. Aplikasi dan sosialisasi nilai nilai professional : proses pendidikan tersebut juga merupakan wahana
untuk sosialisasi nilai nilai professional di kalangan para siswa / mahasiswa.

7. Kode etik dalam memberikan pelayanan kepada klien, seoramg professional berpengang teguh
kepada kode etik pelaksanaannya dikontrol oleh organisasi profesi. Setiap pelanggaran terhadap kode
etik dapat dikenakan sanksi.
8. Kebebasan memberikan judgement : anggota suatu profesi mempunyai kebebasan untuk
menetapkan judgement-nya sendiri dalam menghadapi atau memecahkan sesuatu dalam lingkup
kerjanya.
9. Tanggung jawab professional dan otonomi : Komitmen pada suatu profesi adalah melanyani klien dan
masyarakat dengan sebaik baiknya. Tanggung jawab professional harus diabadikan kepada mereka.
Oleh karena itu, praktek profesional itu otonom dari campur tangan pihak luar.
10. Pengakuan dan Imbalan : sebagai imbalan dari pendidikan dan latihan yang lama, komitmennya dan
seluruh jasa yang diberikan kepada klien, maka seseorang profesioanal mempunyai prestise yang tinggi
di mata masyarakat dan karenanya juga imbalan yang baik.
Omstein dan Levine bewrpendapat lain tentang ciri ciri profesi. Ciri ciri profesi menurut mereka
adalah sebagai berikut :
1. Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat(tidak berganti
ganti pekerjaan).
2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai(tidak setiap
orang dapat melakukannya).
3. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori kepraktek ( teori yang baru dikembangkan dari
hasil penelitian).
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.
5. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk (untuk menduduki
jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau ada persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat
mendudukinya).
6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu ( tidak diatur orang luar).
7. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dank lien : dengan penekanan terhadap layanan yang akan
diberikan.
8. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya : relative bebas dari supervise dalam
jabartan ( misalnya dokter memakai tenaga administrasi untuk mendata klien, sementara tidak ada
supervisi dari luar terhadap pekerjaan dokter sendiri).
9. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.
10. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elite untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan
anggotanya(keberhasilan tugas dokter dievaluasi dan dihargai oleh organisasi Ikatan Dokter Indonesia
(IDI),bukan oleh Departemen Kesehatan ).
11. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal hal yang meragukan atau menyanggsikan yang
berhubungan dengan layanan yang diberikan.
12. Mempunyai status social dan ekonomi yang tinggi ( bila dibanding dengan jabatan lainnya )
Tidak jauh berbeda dengan ciri ciri di atas, Sanusi et.al (1991), mengatakan ciri ciri profesi sebagai
berikut :
1. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi social yang menentukan (krusial).
2. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu.
3. Keterampilan /keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan masalah dengan

menggunakan teori dan metode ilmiah.


4. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik dan eksplisit,yang
bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.
5. Jabatan itu memerlukan pendidikan perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama.
6. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai nilai profesioanal
itu sendiri.
7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat anggota profesi itu berpegang teguh pada kode etik
yang dikontrol oleh organisasi profesi.
8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap permasalahan
profesi yang dihadapinya.
9. Dalam prakteknya melayani masyarakat,anggota profesi otonam dan bebas dari campur tangan orang
luar.
10. Jabatan ini mempunyai parties yang tinggi dalam masyarakat,dan karenanyamemperoleh imbalan
yang tinggi pula.
Ciri ciri suatu profesi menurut Robert W.Richey(1974) sebagai berikut :
1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal daripada kepentingan pribadi.
2. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan
dalam pertumbuhan jabatan.
3. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan,tingkah laku,sikap serta cara kerja.
4. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
5. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan,disiplin diri dalam profesi,serta
kesejahteraan anggotanya.
6. Memberikan kesempatan untuk kemajuan,spesialisasi dan kemandirian.
7. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup (a live career) dan menjadi seporang anggota yang
permanen.
Secara terperinci, ciri keprofesian ini dikemukakan ole D.Westby Gibson(1965) sebagai berikut:
1. Pengakuan oleh masyarakat terhadap layanan tertentu yang hanya dapat dilakukan oleh kelompok
pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi .
2. .Dimiliki sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan sejumlah teknik dan prosedur yang unik.
3. Diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis sebelum orang mampu melaksanakan suatu
pekerjaan professional.
4. Dimilikinya suatu mekanisme untuk menyaring sehingga hanya mereka yang dianggap kompeten yang
diperbolehkan bekerja untuk lapangan pekerjaan tertentu.
5. Dimilikinya organisasi professional yang disamping melindungi kepentingan anggotanya dari saingan
kelompok luar, juga berfungsi untukmeningkatkan kualitas layanan masyarakat,termasuk tindak etis
professional pada anggotanya
Setelah kita mempelajari berbagai macam pendapat para pakar tentang ciri ciri profesi, kita dapat
menyimpilkan bahwa ciri ciri profesi yaitu sebagai berikut :
1. Memiliki standar unjuk kerja yang baku atau dengan kata lain memiliki aturan yang jelas tentang hal
yang dikerjakannya.
2. Anggota profesinya memperoleh pendidikan tinggi yang memberikan dasar pengetahuan yang
bertanggung jawab.

3. Memiliki lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan tenaga profesi yang dibutuhkan. Contohnya :
Untuk menghasilkan tenaga gurumaka ada perguruan tinggi keguruan seperti UPI,IKIP,FKIP,dan STKIP.
2.2 Pengertian Profesi Guru
Guru harus dilihat sebagai profesi yang baru muncul , dan karena itu mempunyai status yang lebih tinggi
dari jabatan semiprofesional , bahkan mendekati jabatan profesional. Pada saat sekarang, sebagian
orang cenderung menyatakan guru sebagai suatu profesi , dan sebagian lagi tidak mengakuinya. Oleh
sebab itu, dapat dikatakan jabatan guru sebagian, tetapi bukan seluruhnya adalah jabatan profesional ,
namun sedang bergerak ke arah itu. Profesi kependidikan, khususnya profesi keguruan, tugas utamanya
adalah melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan alasan tersebut jelas kiranya
bahwa profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha
dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat.
2.3 Perlunya Profesionalisasi dalam Pendidikan
Bersedia atau tidak setiap anggota profesi harus meningkatkan kemampuannya, demikian pula dengan
guru, harus pula meningkatkan kemampuannya untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada
masyarakat.
Lebih khusus lagi sanusi et. al. (1991:23) mengajukan enam asumsi yang melandasi perlunya
profesionalisasi dalam pendidikan , yakni sebagai berikut :
1. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan , pengetahuan, emosi, dan perasaan dan
dapat dikembangkan sesuai dengan profesinya, sementara itu pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai
kemanusiaan yang menghargai martabat manusia .
2. Pendidikan dilakukan secara internasional, yakni secara sadar bertujuan, maka pendidikan menjadi
normatif yang didikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara universal, nasional, maupun
lokal, yang merupakan acuan para pendidik, pesrta didik dan pengelola pendidikan.
3. Teori-teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis dalam menjawab permasalahan
pendidikan .
4. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai potensi yang baik
untuk berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan itu adalah usaha untuk mengembangkan potensi unggul
tersebut.
5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi dialog antara peserta didik
dengan pendidik yang memungkinkan peserta didik tumbuh ke arah yang dikehendaki oleh pendidik
agar selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat.
6. Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yaitu menjadikan mnanusia sebagai
manusia yang baik ( dimensi intrinsik) dengan misi instrumental yakni yang merupakan alat untuk
perubahan atau pencapaian sesuatu.
Dalam keseluruhan perangkat tenaga penggerak di sektor pendidikan, nampaknya tenaga pelaksana
umumnya , dan guru pada khususnya merupakan salah satu mata rantai yang cukup lemah. Kalangan
guru sendiri pun menyadari akan hal ini. Oleh karena itu muncullah berbagai usaha untuk menghasilkan
guru yang lebih berkualitas .
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di suatu pihak, serta kemajuan dan
perkembangan yang dialami masyarakat serta aspirasi nasional dalam kemajuan bangsa dan umat
manusia di lain pihak, membawa konsekuensi serta persyaratan yang semakin berat dan kompleks bagi
pelaksana sektor pendidikan pada umumnya dan guru pada khusunya .

Pendidikan yang baik , sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat modern dewasa ini dan sifatnya
yang selalu menantang , mengharuskan adanya pendidik yang baik. Hal ini berarti bahwa di masyarakat
diperlukan pemimpin yang baik , di rumah diperlukan orang tua yang baik, dan di sekolah dibutuhkan
guru yang baik. Akan tetapi dengan ketiadaan pegangan tentang persyaratan pendidikan profesional
maka hal ini menyebabkan timbulnya bermacam-macam tafsiran orang tentang arti guru yang baik,
tegasnya guru yang profesional.
Dalam mencari jawaban tentang apa dan siapa itu guru yang baik memerlukan suatu tinjauan yang luas
serta melingkupi berbagai segi. Sesudah itu barulah disimpulkan profil guru yang bagaimana yang
dikehendaki. Jawabannya adalah guru yang profesional yang memiliki kemampuan profesional ,
personal, dan sosial. Hal ini jelas dikemukakan oleh Winarno Surachmad (1973) bahwa : Sebuah profesi,
dalam arti yang umum adalah bidang pekerjaan dan pengertian tertentu. Yang karena hakikat dan
sifatnya membutuhkan persyaratan dasar, keterampilan teknis dan sikap kepribadian tertentu. Dalam
bentuknya yang modern , profesi itu ditandai pula oleh adanya pedoman-pedoman tingkah laku yang
khusus mempersatukan mereka-mereka yang tergolong di dalamnya sebagai satu korps, ditinjau dari
pembinaan etik jabatan. Pelembagaan profesi serupa itu tidak saja dapat memperkuat pengaruh teknis ,
tapi juga pengaruh-pengaruh sosial dan politik, ke dalam maupun keluar. Umumnya dengan mudah
orang menyetujui bahwa tugas sebagai seorang guru baiknya dipandang sebagai tugas profesional .
Tetapi tidak semua menyadari bahwa profesionalisasi tenaga pelaksanaan itu bukan hanya terletak
dalam masa-masa persiapan (pendidikan paendahuluan), tetapi juga di dalam pembinaan dan cara-cara
pelaksanaan tugas sehari-hari. Dengan kata lain profesionalisasi guru tidak selesai dengan diberikannya
lisensi mengajar kepada mereka yang berhasil menamatkan pendidikannya . Untuk menjadi gur ini baru
mencakup aspeknya yang formal. Kualifikasi yang formal ini masih perlu dijiwai dengan kualifikasi riil dan
ini hanya mungkin diwujudkan dalam praktek.
2.4 Syarat Syarat Profesi Guru
Guru dianggap sebagai suatu profesi bila mana ia memiliki peryataan dasar, ketrampilan tehnik serta di
dukung oleh sikap kepribadian yang mantap.Dengan demikian, berarti guru yang profesional harus
memiliki kompetensi berikut ini :
1. Kompetensi profesional, artinya ia memiliki pengetahuan yang luas serta dalam bidang study yang
akan di ajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu
memilih metode yanng tepat serta mapu menggunakan berbagai metode dalam proses belajar
mengajar. Gurupun harus memiliki pengetahuan luas tentang landasan kependidikan dan pemahaman
terhadap murid.
2. Kompetensi personal, artinya memiliki sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi
sumber identifikasi bagi subjek.Dengan kata lain, guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani,
sehingga mampu melaksanakan kepemimpinan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara,yaitu tut
wuri handayani, ing madya mangun karso, dan ing ngarso sung tulodo.
3. Kompetensi sosial, artinya ia menunjukkan kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid muridnya maupun dengan sesama teman guru, dengan kepala sekolah bahkan dengan masyarakat luas.
4. Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya yang berarti mengutamakan nilai
kemanusiaan daripada nilai benda material.Apabila seorang guru telah memilikki kompetensi tersebut
diatas, maka guru tersebut telah memiliki hak profesional karena ia telah dengan nyata memenuhi
syarat-syarat berikut ini :

a. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum terhadap batas wewenang keguruan yang menjadi
tanggungjawabnya.
b. Memiliki kebebasan untuk mengambil langnkah- langkah interaksi edukatif dalam batas
tanggungjawabnya dan ikut serta dalam proses pengembangan pendidikan setempat.
c. Menikmati kepemimpinan teknis dan dukungan pengelolaan yang efektif dan efesien dlam ranngka
menjalankan tugas sehari- hari.
d. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-usaha dan prestasi yang
inovatif dalam bidang pengabdiannya.
e. Menghayati kebebasan mengmbangkan kompetansi profesionalnya secara individu maupun secara
institusional.
Pada hakikatnya tugas guru tidak saja seharusnya diperlukan sebagai suatu tugas yang profesional,
tetapi adalah wajar bilamana melihatnya sebagai suatu profesi utama, karena mengajar, antara lain
berarti turut menyiapkan subjek didik ke arah berbagai jenis profesi.Dikaitkan dengan angkatan kerja
maka implikasinya adalah guru merupakan angkatan kerja utama, karena guru merupakan tenaga yang
turut menyiapkan tenaga pembanguanan lainnnya
2.5 Ciri-Ciri Profesional Keguruan
Ciri-ciri profesionalisasi jabatan guru akan mulai nampak, seperti yang dikemukakan oleh Robert W.
Richey ( 1974 ) sebagai berikut :
1. Para guru akan bekerja hanya semata-mata memberikan pelayanan kemanusiaan daripada usaha
untuk kepentingan pribadi.
2. Para guru secara hukum dituntut untuk memenuhi berbagai persyaratan untuk mendapatkan lisensi
mengajar serta persyaratan yang ketat untuk menjadi anggota organisasi guru.
3. Paraa guru dituntut memiliki pemahaman serta ketrampilan yang tinggi dalam hal bahan pengajar,
metode,anak didik, dan landasan kependidikan.
4. Para guru dalam organisasi profesional, memiliki publikasi profesional yang dapat melayani para guru,
sehingga tidak ketinggalan, bahkan selalu mengikuti perkembangan yang terjadi.
5. Para guru, di usahakan untuk selalu mengikuti kursus- kursus, workshop, seminar, konvensi serta
terlibat secara luas dalam berbagai kegiatan in service.
6. Para guru di akui sepenuhnya sebagai suatu karir hidup.
7. Para guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional maupun secara lokal.
Khusus untuk jabatan guru ini sebenarnnya juga sudah ada yang mencoba menyusun ciricirinya.Misalnya National Education Association (NEA) (1948) menyarankan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
2. Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus.
3. Jabatan yang memerlukan persiapan latihan yang lama.
4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
5. Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
6. Jabatan yang menentukan bakunya sendiri.
7. Jabatan yang mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi.
8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin rapat.
2.6 Pola Belajar Siswa

Perubahan dalam belajar bisa berbentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan atau
apresiasi (penghargaan) perubahan tersebut bisa meliputi keadaan dirinya, pengetahuannya, atau
perbuatannya. Artinya; Orang yang sudah melakukan perbuatan belajar bisa merasa lebih bahagia, lebih
pandai menjaga kesehatan, memanfaatkan alam sekitar, meningkatkan pengabdian untuk kepentingan
umum, dapat berbicara lebih baik dapat memainkan suatu alat musik atau melakukan suatu perbedaan,
perubahan tersebut juga bisa bersifat pengadaan penambahan ataupun perluasan, pendek kata, di
dalam diri seorang pelajar terdapat perbedaan keadaan antara sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan belajar.
Pengertian di atas memberi petunjuk bahwa keberhasilan belajar dapat diukur berdasarkan perbedaan
cara berpikir merasa dan berbuat sebelum dan sesudah memperoleh pengalaman belajar dalam
menghadapi situasi yang serupa. Umpamanya sebelum belajar pelajar belum dapat berwudlu, kemudian
terjadi proses belajar mengajar, guru memberitahukan kepada pelajar syarat, rukun, bacaan dan tata
cara berwudlu lalu pelajar mempraktikannya dan berlatih sampai akhirnya pelajar mampu berwudlu.
Contoh lain pelajar diminta guru untuk berenang dari satu tepi kolam ke tepi yang lain, pelajar yang
belum mengenal sama sekali situasi kolam renang langsung terjun dan hampir tenggelam. Guru yang
memang sudah mengantisipasi bahwa hal itu akan terjadi segera membantunya dan mengajarinya cara
berenang. Setelah belajar ia akhirnya dapat berenang, dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan pada
cara pendekatan pelajar yang bersangkutan dalam menghadapi tugas-tugas selanjutnya merupakan
bukti bahwa kegiatan belajar telah berhasil.
Untuk mencapai interaksi belajar mengajar dibutuhkan komunikasi anatra guru dan peserta didik yang
memadukan dua kegiatan. Yaitu kegiatan mengajar (usaha guru) dan kegiatan belajar (tugas peserta
didik). Guru perlu mengembangkan pola komunikasi yang efektif dalam proses belajar mengajar, karena
seringkali kegagalan pengajaran disebabkan oleh lemahnya system komunikasi. Tujuan yang telah
dirumuskan dengan jelas sangat membantu guru dalam membuat perencanaan, demikian halnya
dengan prinsip-prinsip psikologi. Dalam perencanaan program pengajaran, banyaknya pengalaman guru
dalam memilih prosedur pengajaran akan sangat membantunya dalam mencapai hasil-hasil yang
diinginkan.
Sistem pengajaran di sekolah sekarang ini mengelompokkan tujuan pendidikan yang hendak dicapai ke
dalam tiga bidang, yaitu :
1. Segi kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan (aplikasi), analisis, sintesis dan
evaluasi.
2. Segi efektif yang meliputi memperhatikan, merespon, menghayati dan menginternalisasi nilai.
3. Segi psikomotorik yang meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa dan
gerakan (respons) kompleks.
BAB III
PENUTUP
3.1 Tanggapan
Menurut pendapat kami, profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala
daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada
masyarakat. Sedangkan aspek-aspek yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar jika
diidentifikasi melalui ciri-ciri kegiatan yang disebut belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilakn

perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun potensial, perubahan itu pada pokoknya
adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan yang jelas
perubahan itu terjadi karena proses dan usaha.
Kondisi fisiologis juga sangat berpengaruh terhadap belajar seseorang, orang yang sehat jasmaninya
akan lain belajarnya dari orang yang kurang sehat. Dan yang tidak kalah penting adalah kondisi panca
indera terutama penglihatan dan pendengaran.
Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar, beberapa faktor
psikologis yang utama meliputi: minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan
kognitif. Meski diakui tujuan pendidikan itu meliputi 3 aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan
aspek psikomotor namun yang terutama adalah aspek kognitif, dan bahkan aspek kognitif sajalah yang
perlu dikembangkan.
3.2 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini maka dapat disimpulkan bahwa guru sebagai profesi,
dituntut untuk mengembangkan siswa dalam pola mengajar dan kegiatan belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Http ://www.asmaras/profesi pendidikan.com
Sanjaya, wina. 2008. Perencanaan dan Desain System Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sucipto dan raffi kosasih.1999. Profesi keguruan. Jakarta : Rhineka cipta
Udin syafruddin, saud.2009.Pengembangan Profesi Guru. Bandung : alfabeta
Uno, Hamzah B. 2009. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai