METODE BERMAIN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan ridha serta karunia-Nya,
sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penelitian Tindakan Kelas yang
berjudul: Peningkatkan Kualitas Pembelajaran Penjasorkes Kompetensi Dasar Lompat Jauh
Gaya Jongkok Dengan Strategi Pendekatan Permainan Pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1
Punung Kabupaten Pacitan Tahun Pelajaran 2013/2014 untuk memenuhi tugas dalam rangka
progran Blockgrant PTK DIKDAS.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya arahan, bimbingan serta bantuan dari berbagai
pihak, PTK ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat:
1.
Drs. Mudjiono, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Punung Pacitan, bapak dan ibu guru serta staf
tata usaha yang telah mengizinkan siswanya dan menyediakan sarana dan prasarananya sehingga
penelitian dapat berjalan dengan lancar.
2.
Saudara. Haryono, S.Pd. Kolaborator, Suyitno, S.Pd. Guru Penjasorkes SMP Negeri 1 Punung
Pacitan, dan Edy Haryanto, S.Pd. Kameramen, yang telah meluangkan waktu bekerjasama dalam
penelitian ini.
3.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang juga telah memberikan dorongan
serta bantuan selama penyusunan PTK ini.
Semoga berbagai amal kebaikan dari beberapa pihak yang tak mampu penulis sebutkan
satu persatu, mendapatkan pahala yang berlipat dari Allah SWT. Penulis juga sangat menyadari
dengan keterbatasan penulis dalam penulisan PTK ini, saran dan kritik yang konstruktif selalu
diharapkan demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut, dan semoga PTK ini bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya. Amin.
Penulis.
ABSTRAK
Kata kunci: Lompat jauh gaya jongkok, strategi pendekatan permainan, hasil
belajar.
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ......................................................................
ABSTRAK .......................................................................................
ii
iii
iv
vi
a.
18
12
13
14
a.
14
16
c.
17
5.
a.
Permainan ............................................
18
18
19
23
23
25
27
27
28
31
32
32
33
34
35
I.
35
39
39
41
41
a.
41
41
c.
43
45
e.
48
f.
49
50
a.
50
50
c.
51
54
e.
55
f.
57
57
a.
57
57
c.
59
61
e.
63
C. Pembahasan ...............................................................
63
1. Siklus I .................................................................
64
2. Siklus II ................................................................
66
69
BAB V
PENUTUP ......................................................................
74
A. Simpulan ....................................................................
74
B. Implikasi .....................................................................
75
C. Saran ...........................................................................
75
77
LAMPIRAN ....................................................................................
77
DAFTAR TABEL
No
Tabel
1.
Tabel 1
Nama Tabel
Data Hasil Proses Pembelajaran Lompat Jauh Gaya
Jongkok Sebelum Diberikan Tindakan
2.
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
42
4.
39
3.
Hal
50
Tabel 5
58
72
DAFTAR SINGKATAN
No
Singkatan
Kepanjangan
Hal
1.
KTSP
2.
SMP
3.
Penjasorkes
2
4
4.
KKM
5.
PAIKEM
6.
MPR
12
7.
Mendikbud
12
8.
SMA
15
9.
PTK
27
28
10. PPL
DAFTAR LAMPIRAN
No
Lampiran
1.
77
2.
78
3.
79
Lampiran
4. 4, Hasil Proses Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok
Hal
Sebelum
Diberikan Tindakan
79
5.
81
6.
85
7.
89
8.
92
9.
94
96
98
BAB I
PENDAHULUAN
terutama kekuatan otot kaki bagian bawah sangat rendah, (2) kurangnya model-model
pembelajaran yang dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa, (3) kurangnya
komunikasi antara guru dan siswa, sehingga pembelajaran hanya terpusat pada guru saja
tidak ada timbal baliknya, dan (4) kemampuan motorik atau gerak siswa masih rendah
sehingga menyulitkan siswa untuk melakukan gerakan.
Peranan dan fungsi guru Penjasorkes yang baik akan terwujud apabila guru
tersebut memiliki inisiatif, kreativitas dan inovasi serta dapat menentukan jenis
pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan tingkat perkembangan
siswanya. Guru harus mampu menyajikan program pembelajaran dengan metode atau
model yang menarik dan inovatif bagi siswanya. Siswa akan merasa senang dalam proses
belajarnya jika seorang guru menggunakan alat-alat atau media pembelajaran yang
menarik, walaupun alat atau media tersebut sangat sederhana bentuknya.
Terkait dengan hal tersebut di atas, maka dibutuhkan Penelitian mengenai metode
yang tepat untuk pembelajaran Penjasorkes khususnya nomor lompat jauh. Dengan
demikian melalui penelitian ini diharapkan akan didapat solusi atau jawaban tentang
metode pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan lompat jauh kepada siswa SMP,
khususnya bagi siswa SMP Negeri 1 Punung.
Pendekatan dengan permainan adalah model yang akan digunakan dalam
penelitian ini, khususnya untuk nomor lompat jauh gaya jongkok. Bermain adalah sesuatu
yang menyenangkan bagi siswa, dengan bermain siswa tidak merasakan lelah ataupun
terbebani dalam melakukan aktivitas. Dalam olahraga atletik yang mengasyikkan adalah
utamanya dicurahkan kepada aspek kandungannya dari aktivitas bermain yang
menyenangkan. Permainan dalam atletik khususnya nomor lompat jauh adalah bertujuan
agar siswa dalam melakukan permainan terfokus pada model proses pembelajarannya. Di
sini siswa dalam melakukan gerakannya walaupun penuh kegembiraan dan keceriaan,
tujuan dari proses pembelajarannya tetap tercapai.
Metode yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
lompat jauh dengan strategi pendekatan perrmainan melompati rintangan. Adapun
rintangan yang digunakan adalah kardus yang tidak terpakai lagi
yang berukuran
panjang 35 cm dan tinggi 25 cm. Dengan menerapkan metode bermain ini siswa akan
lebih tertarik untuk melakukan materi pembelajaran, sehingga diharapkan kualitas
belajarnya akan meningkat.
B.
Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok sebagai
berikut:
1. Kemampuan fisik siswa terutama power otot kaki bagian bawah sangat rendah,
sehingga hal ini akan mempersulit siswa untuk melakukan tolakan dalam lompat
jauh.
2. Belum diterapkannya model-model pembelajaran, terutama model bermain
melewati rintangan.
3. Kurangnya komunikasi antara siswa dan guru di lapangan dalam proses
pembelajaran.
4. Masih rendahnya kemampuan motorik siswa.
5. Belum optimalnya kualitas pembelajaran lompat jauh, dilihat dari belum
terpenuhinya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
C. Pembatasan Masalah
Mengingat permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini sangat luas dan
komplek, maka perlu pembatasan masalah. Adapun yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah: model-model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan srategi pendekatan
permainan melewati rintangan pada siswa SMP Negeri 1 Punung.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian
tindakan kelas ini sebagai berikut:
1.
Apakah dengan strategi pendekatan permainan pada lompat jauh gaya jongkok dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran Penjasorkes ?
2.
Apakah dengan strategi pendekatan permainan pada lompat jauh gaya jongkok dapat
meningkatkan hasil pembelajaran Penjasorkes ?
E.
Tujuan Penelitian
Tujuan Dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar
mengajar mata pelajaran Penjasorkes khususnya untuk lompat jauh.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran
lompat jauh gaya jongkok dengan strategi pendekatan permainan pada siswa kelas VIII A
SMP Negeri 1 Punung .
F.
Manfaat Penelitian.
Penelitian ini akan bermanfaat baik secara teotitis maupun praktis. Secara
teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah (kontribusi) dalam
mengajar
di lapangan, sehingga
d.
Dalam proses pembelajaran yang diutamakan adalah peran siswa yang aktif. Guru
bertindak sebagai pengawas atau pemantau kegiatan pembelajaran.
2. Bagi Siswa
a.
Siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran karena pembelajaran
sangat menarik untuk dilaksanakan.
b.
Siswa akan selalu mempunyai keinginan untuk selalu mencoba setelah melaksanakan
model-model pembelajaran dengan permainan.
c.
BAB II
KAJIAN TEORI
Dalam bab ini dibahas tentang kajian teori, kerangka pikir, dan hipotesis tindakan.
Kajian teori dalam penelitian ini merupakan kerangka
1. Awalan
Faktor yang perlu diperhatikan dalam awalan adalah:
(a) Panjang lari awalan bervariasi antara 10 langkah bagi pemula dan lebih dari 20
langkah bagi atlit kelas unggulan (30 40 m),
(b) Teknik lari adalah mirip dengan lari sprint, (c) Kecepatan meningkat terus menerus
sampai mencapai balok tumpuan. Adapun tujuan dari awalan ini adalah guna mencapai
kecepatan maximum yang terkontrol.
(a) Kaki bebas dipertahankan ada di posisi bertolak, (b) Badan tetap tegak ke atas dan
vertikal, (c) Kaki penolak mengikuti selama waktu melayang, (d) Kaki tumpuan
dibengkokkan dan ditarik ke depan dan ke atas mendekati akhir gerak melayang, (e) Baik
kaki bebas maupun kaki tumpu diluruskan ke depan untuk mendarat. Tujuan dari phase
melayang adalah guna mempersiapkan diri untuk mendarat yang efisien.
bermain (play) dan segala aktivitas untuk mengembangkan kualitas manusia melalui
gerak.
Dalam pendidikan jasmani (Physical Education) mempunyai unsur bermain dan
olahraga, tetapi tidak semata-mata hanya bermain dan olahraga saja melainkan kombinasi
keduanya. Dengan nama pendidikan jasmani aktivitas fisik berorientasi pada tujuan
pendidikan, yaitu mencoba melakukan kegiatan mendidik melalui aktivitas fisik, akan
tetapi pada kegiatan bermain dan olahraga tidak berorientasi pada tujuan pendidikan.
Dengan demikian yang dimaksud pendidikan jasmani dalam penelitian ini adalah
suatu proses aktivitas jasmani siswa yang dilakukan secara sadar dan sistematik, untuk
meningkatkan perkembangan gerak, kecerdasan, emosional atau tingkah laku yang positif.
3. Konsep Belajar Keterampilan Gerak
Konsep belajar ketrampilan gerak dapat berupa gagasan dan prinsip yang
berhubungan dengan gerak. Gagasan dan prinsip ini benar-benar bersifat kognitif dan
dapat diterapkan pada konteks atau situasi yang berbeda. Menurut Samsudin (2008: 27)
terdapat enam katagori konsep gerak yang berguna dalam pendidikan jasmani yang harus
tercakup dalam pengajaran konsep, yaitu : a. Rangkaian aksi (action words), b. Kualitas
gerak (movement qualities), c. Prinsip gerak (movement principles), d. Strategi gerak
(movement strategies),
(movement affects).
Dengan demikian yang dimaksud belajar keterampilan gerak dalam penelitian ini
adalah siswa belajar keterampilan gerak harus melalui beberapa tahap, pertama tahap
kognitif yaitu tahap permulaan belajar gerak, kedua tahap asosiasi siswa sudah dapat
menyesuaikan diri dengan keterampilan yang dilakukannya, ketiga tahap otomatis pada
tahap ini siswa sudah dapat melakukan gerakan dengan baik dan lancar.
4. Pengertian Belajar, Mengajar dan Pembelajaran.
a.
Pengertian Belajar
Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan
sikap. Belajar dimulai masa kecil memperoleh sejumlah ketrampilan yang sederhana,
setelah masa kanak-kanak dan remaja memperoleh sejumlah sikap, nilai dan ketrampilan
hubungan sosial maupun kecakapan yang diperoleh di sekolah. Usia dewasa orang
diharapkan telah mahir mengerjakan tugastugas pekerjaan tertentu dan ketrampilan
ketrampilan fungsional yang lain. Kemampuan belajar itu memberikan manfaat bagi
individu dan juga bagi masyarakat.
Kegiatan belajar dalam lompat jauh harus diciptakan suatu metode yang tepat
sehingga siswa dalam menerima materi pembelajarannya dapat mengerti. Untuk
meningkatkan kemampuan siswa belajar lompat jauh banyak pendekatan-pendekatan
atau model-model pembelajaran. Salah satu model yang sering digunakan adalah dengan
latihan melompati rintangan. Menurut Dikdik Zafar Sidik (2010: 63) latihan lompat
melewati rintangan merupakan unsur yang penting dari latihan lomba dalam atletik. Bila
ini disajikan dengan cara dan bentuk yang menarik, latihan ini merupakan kesempatan
yang baik bagi tugas-tugas holistis, yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan
melompat, ketangkasan melompat dan irama/ritme. Apalagi model-model latihan tersebut
di buat dengan pendekatan permainan akan membuat siswa lebih bersemangat dalam
belajar lompat jauh.
Rintangan yang dianjurkan untuk latihan lompat jauh adalah dengan beberapa
kardus. Keuntungan rintangan dari kotak-kotak kardus adalah tidak akan menyebabkan
siswa cidera atau luka, sehingga akan membuat siswa merasa aman untuk melakukannya.
Dengan menggunakan alat bantu kardus, para siswa dipaksa atau terpaksa harus
mengangkat lututnya lebih tinggi agar tidak menendang kardus. Jadi tuntutan tehnik
dasar lari cepat sudah lebih difasilitasi lagi, yaitu anak terbiasa untuk mengangkat lutut
sewaktu berlari. (Samsudin, 2008: 71).
Dengan demikian untuk mencapai keberhasilan siswa dalam mempelajari lompat
jauh, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan. Salah satunya adalah dengan
pendekatan permainan melompati beberapa kardus.
b.
Pengertian Mengajar
Mengajar telah menjadi persoalan para ahli pendidikan sejak dahulu sampai
dilakukan karena dari pengamatan sehari-hari terkesan bahwa dalam mengajar, guru
cenderung mengutamakan mengajar secara mekanistis, dan agak melupakan tugas
mendidik.
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu bahwa mengajar adalah merupakan tugas
guru yang sangat unik, berhadapan dengan sekelompok siswa, yang merupakan makhluk
hidup memerlukan bimbingan dan pembinaan untuk menuju kedewasaan. Siswa setelah
mengalami proses pendidikan dan pengajaran diharapkan telah menjadi manusia dewasa
yang sadar tanggung jawab terhadap diri sendiri, dapat mandiri, berpribadi dan
bermoral.
c.
Pengertian Pembelajaran
Dalam UU No 20 tahun 2003 tentang sisdiknas pasal 1 ayat 20, pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar (Depdiknas, 2003: 7). Oleh karena itu ada lima jenis interaksi yang
dapat berlangsung dalam proses belajar dan pembelajaran, yaitu: 1) interaksi antara
pendidik dengan peserta didik, 2) interaksi antar semua peserta didik atau antar sejawat,
3) interaksi antar peserta didik dengan nara sumber, 4) interaksi peserta didik bersama
pendidik dengan nara sumber yang sengaja dikembangkan, dan 5) interaksi peserta didik
bersama pendidik dengan lingkungan sosial dan alam (Miarso, 2008: 3). Interaksi peserta
sikap
(afektif), dan
keterampilan (psikomotor) yang dimiliki peserta didik sebagai hasil belajar, atau setelah
mereka menyelesaikan pengalaman belajarnya.
Dengan demikian pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang sistematik
dan terarah yang dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
5. Konsep Dasar Model Pembelajaran dengan Pendekatan Permainan
a.
manusia tanpa memandang usia manusia tersebut. Khususnya untuk anak-anak kegiatan
bermain merupakan suatu kegiatan yang bersifat sangat penting, sebab melalui kegiatan
bermain potensi yang dimiliki oleh anak dapat tergali secara optimal.
Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli tentang definisi bermain, dapat
disimpulkan bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang dapat merangsang
kreativitas serta daya fikir anak secara optimal tanpa anak tersebut merasa terpaksa
untuk melakukannya. Kegiatan bermain untuk bagi anak-anak dapat memberi
pengalaman bagaimana beradaptasi baik itu dengan lingkungan, orang lain, maupun
dengan dirinya sendiri. Dalam kegiatan bermain anak-anak tidak sungguh-sungguh,
melainkan bertindak sesuai perannya, akan tetapi walaupun demikian bermain
merupakan suatu hal yang serius bagi mereka.
b. Model Permainan Lompat Jauh Gaya Jongkok
Dalam penelitian ini ada tiga model permainan yang digunakan dalam pendekatan
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok.
1.
Tujuan dari pembelajaran ini untuk meningkatkan koordinasi gerakan lari dan lompat
serta untuk membuat siswa merasa senang dan termotivasi untuk melaksanakan gerakan.
Tujuan yang paling penting adalah untuk meningkatkan proses hasil belajar lompat jauh
gaya jongkok.
Alat yang digunakan: 20 buah kardus, cara melaksanakan permainannya: siswa
melakukan lari dan lompat melewati kardus yang tersusun sedemikian rupa, dipasang
dengan jarak antar kardus 1,50 m, jumlah kardus yang dipasang 5 buah kardus/baris.
Model permainannya dapat dilakukan secara individu atau perorangan dan dapat pula
dilakukan dengan sistem kompetisi atau perlombaan dan dilaksanakan secara
berkelompok. masing-masing siswa harus melakukan lari melewati kardus sebanyak 3-5
kali, setelah itu istirahat 1-2 menit, selanjutnya dapat dilakukan permainan seperti yang
telah dilakukan tadi. Alokasi pembelajaran ini 10-15 menit.
Tujuan pembelajaran untuk mencapai gerakan yang harmonis dan untuk mendapatkan
gerakan yang otomatis, artinya gerakannya dapat dilakukan dengan kontinyu tidak
terputus-putus. Untuk pembelajaran lompat jauh permainan ini dapat melatih koordinasi
antara awalan, tolakan, saat di udara dan pendaratan.
Alat yang digunakan: 20 buah kardus, cara melakukan permainanya hampir sama
dengan permainan yang pertama, perbedaannya pada permainan ini kardus yang
dipasang menjadi 4 baris dan dipasang 5 banjar jarak antar banjar 1,5 cm. Model
permainannya siswa lari melewati kardus secara bersama-sama 4 orang/seri, dapat
dilakukan secara berulang-ulang. Alokasi waktu pembelajaran 10-15 menit.
kardus disetiap pos dengan beberapa bagian kaki, seri pertama dengan langkah biasa, seri
kedua dengan salah satu kaki, dan seri ketiga dengan kedua kaki secara bersama-sama.
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian teoritis, penulis mengajukan kerangka pemikiran penelitian ini
adalah sebagai berikut: bahwa dengan pendekatan permainan yang menarik seperti
melompati kardus, siswa akan aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Secara
nyata siswa bermain tetapi sebenarnya mereka sedang melakukan latihan untuk
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok, tahap-tahap dalam lompat jauh yang terdiri dari
awalan, tolakan, saat di udara dan pendaratan Permainan disini tentunya bukan
permainan yang tidak terarah, tetapi permainan untuk mencapai tujuan yaitu hasil proses
belajar lompat jauh siswa meningkat.
Oleh sebab itu model pembelajaran lompat jauh dengan pendekatan permainan
dikembangkan, salah satunya dengan tujuan supaya siswa dalam melakukan gerakan
lompatan tidak merasa terbebani. Melalui pendekatan permainan ini secara tidak sengaja
siswa telah melakukan tahap-tahap dalam lompat jauh, yaitu mulai dari awalan, tolakan,
saat melayang dan pendaratan. Pelaksanaan model pembelajaran ini akan dilaksanakan
dengan beberapa siklus, sampai dengan proses pembelajaran tercapai.
Evaluasi proses pembelajaran akan dilaksanakan setiap 2 kali pertemuan dengan
model penilaian proses keterampilan lompat jauh (Tabel pada lampiran 8 halaman 95).
Setiap selesai evaluasi, guru, kolaborator dan siswa melakukan repleksi dengan berdiskusi
untuk melaksanakan siklus selanjutnya.
Dengan demikian diduga dengan pendekatan permainan melompati kardus hasil
proses belajar keterampilan lompat jauh gaya jongkok siswa SMP Negeri 1 Punung
meningkat.
Secara rinci diilustrasikan kerangka pemikiran penelitian seperti terlihat pada
gambar berikut ini:
Gambar 9. Bagan ilustrasi kerangka fikir
Keterangan:
X : strategi pendekatan permainan
Y : kualitas pembelajaran
D. Hipotesis Tindakan.
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka pemikiran di atas, hipotesis tindakan
dalam penelitian ini adalah : Dengan model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok
melalui strategi pendekatan permainan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII
A SMP Negeri 1 Punung . Indikator keberhasilan hasil pembelajaran lompat jauh gaya
jongkok, yaitu : siswa mampu menguasai 4 tahapan dalam melakukan lompat jauh gaya
jongkok, antara lain : dari proses melakukan awalan, tolakan/ tumpuan, saat di udara, dan
pendaratan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research
yang berfokus pada upaya untuk mengubah kondisi nyata yang ada sekarang ke arah yang
diharapkan.
Kemmis dan Mc Taggart (1988: 5) menyebutkan bahwa,
Action researh is a form of collective self-reflective inquiry undertaken by participants in social
situation in order to improve the rationality and justice of their own social or educational
practice, as well as their understanding of these practice and situations in which these practices
are carried out.
Artinya penelitian tindakan kelas merupakan salah satu bentuk penelitian refleksi diri (self
reflectiv) yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial untuk meningkatkan
kemampuan berfikir dalam proses maupun praktek pendidikan juga pemahaman terhadap
praktek serta situasi tempat praktek dilaksanakan.
Hal ini mengandung pengertian bahwa penelitian tindakan adalah proses yang mana guru
mengkombinasikan praktek dan mengevaluasi secara bersamaan. Meningkatkan kesadaran atas
teori personal,
memberikan nilai-nilai yang dieskpresikan pada praktek-praktek yang lebih konsisten. Dengan
nilai-nilai pendidikan yang mendukung, merekam/mencatat pekerjaan mereka dalam sebuah
bentuk yang disediakan, biar dimengerti oleh guru-guru lain, dan kemudian membangun teori
yang baru.
Penelitian ini diharapkan dapat mengungkap berbagai informasi kualitatif dengan analisis
yang teliti dan penuh makna. Seorang guru yang profesional tidak akan membiarkan masalah
yang dihadapinya terus berlanjut. Oleh karena itu guru perlu melakukan tindakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya agar proses pembelajaran berlangsung lancar, sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efisien. Melalui pendekatan penelitian tindakan kelas
ini permasalahan-permasalahan yang dirasakan dan ditemukan oleh guru dan siswa dapat
dicarikan solusinya.
B. Desain dan Siklus Penelitian Tindakan
Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Punung Pacitan. Ada beberapa
pertimbangan untuk menjadikan sekolah ini sebagai tempat penelitian antara lain: (1) Peneliti
adalah guru Penjasorkes di SMP Negeri 1 Punung, (2) SMP Negeri 1 Punung merupakan
Sekolah Menengah Pertama di Punung yang berstandar Nasional, (3) SMP Negeri 1 Punung
telah memiliki guru-guru Pendidikan Jasmani berijazah S1 (Strata 1), yang mampu
melaksanakan pembelajaran secara efektif, (4) SMP Negeri 1 Punung telah dijadikan tempat
PPL untuk para mahasiswa jenjang Strata 1 (S1), sehingga diharapkan dalam proses
pembelajaran Pendidikan Jasmani sudah mencakup kompetensi-kompetensi aspek kognitif,
afektif maupun psikomotor.
Desain model Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah
desain yang dikemukakan oleh (Kemmis & Taggart l988: 11-14) yang menggambarkan bahwa
penelitian tindakan dilaksanakan melalui beberapa siklus, dan tiap-tiap siklus terdiri dari 4 tahap.
Adapun tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan ini
Pengamatan yang
keberhasilan yang diinginkan adalah kualitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok meningkat
yang berakibat peningkatan hasil belajar yaitu nilai hasil belajar dapat di atas KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yaitu: 70 (Tujuh puluh).
C. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Punung berjumlah 32 siswa,
dan guru sebagai kolaborator. Dalam penelitian PTK ini juga dilakukan wawancara terhadap
guru, kepala sekolah dan siswa, di samping pengamatan di lapangan dengan maksud agar
mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Pengambilan subyek penelitian dilakukan di kelas
VIII A SMP Negeri 1 Punung dengan alasan sebagai berikut : (1) di kelas ini keterlibatan siswa
dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga dan Kesehatan masih kurang, (2) Strategi
pembelajaran yang dilakukan guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan belum
memberikan motivasi pada siswa, (3) Pengembangan materi, penggunaan model-model dalam
pembelajaran Pendidikan Jasmani belum di terapkan guru Penjasorkes.
D. Data dan Sumber Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar observasi, catatan
lapangan, lembar wawancara dan tes hasil belajar lompat jauh gaya jongkok.
E. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam prakteknya penelitian tindakan kelas ini lebih didominasi oleh data kualitatif
dibandingkan data kuantitatif. Peneliti bertindak sebagai pengamat pelaksana kegiatan dalam
penelitian ini, sebab peneliti secara langsung mengumpulkan data atau informasi dilapangan
sampai terungkap makna perilaku dan berbagai upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan
hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sesuai dengan jenis dan sifat data
yang akan dikumpulkan maka dalam penelitian ini dipergunakan teknik pengumpulan data yang
berupa observasi partisipatif pasif terhadap berbagai kegiatan yang terkait dengan studi, untuk
mengamati berbagai kegiatan dan peristiwa di lapangan dalam proses pembelajaran Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Hal-hal yang diobservasi adalah mengenai sikap, keaktifan
siswa dan model-model pembelajaran yang digunakan.
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengamat pelaksana kegiatan, sedangkan
kolaborator mengamati jalannya kegiatan dengan menggunakan lembar panduan observasi dan
catatan lapangan. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengumpulkan data mengenai aktifitas guru
dan siswa selama pengembangan tindakan dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan.
F. Tehnik Penyajian Data
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode triangulasi untuk teknik pengecekan
keabsahan data. Pengertian triangulasi adalah teknik untuk pemerikasaan keabsahan data yang
memenfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek
penelitian (Moleong, 2004: 330). Triangulasi dapat dilakukan dengan cara yang berbeda
(Nasution, 2003: 115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi adalah pemantapan
data melalui tiga sudut.
Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga digunakan untuk
memperkaya data. Masih menurut Nasution, triangulasi juga berguna untuk menyelidiki validitas
tafsiran peneliti terhadap data, karena sifatnya yang reflektif. Triangulations is qualitative
cross-validation. It assasses the sufficiency of the data according to the convergence of multiple
data sources or multiple data collection procedures (Wiliam Wiersma dalam Sugiyono, 2007:
273). Triangulasi dengan sumber aslinya membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif.
Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut
:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil tes
2. Membandingkan data hasil tes dengan hasil wawancara
3. Membandingkan data hasil wawancara dengan hasil dokumentasi
G.
dilaksanakan oleh guru dan siswa di dalam kelas. Data kualitatif dalam catatan lapangan diolah
menjadi kalimat-kalimat yang bermakna dan dianalisis secara kualitatif. Teknik analisis data
yang digunakan secara berturutan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data dalam penelitian ini meliputi penyeleksian data melalui ringkasan atau
uraian singkat dan pengolahan data ke dalam pola yang lebih terarah. Dengan demikian reduksi
data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Penyajian data dilakukan dalam rangka
mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan informasi secara sistimatis dari hasil
reduksi data mulai dari perencanaan tindakan, observasi dan refleksi pada masing-masing siklus.
Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data. Data yang terkumpul disajikan
secara sistimatis dan perlu diberi makna.
H.
Indikator Kinerja
Diharapkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran siswa, sebagai akibat peningkatan
kualitas pembelajaran yaitu adanya peningkatan hasil belajar siswa.. Pada kondisi awal/ sebelum
penelitian terdapat 25% siswa yang mampu melakukan lompatan, setelah siklus 1, terdapat 35%
siswa yang mampu melakukan lompatan. Setelah siklus 2 terdapat peningkatan 65% siswa yang
mampu melakukan lompatan, dan setelah siklus 3 terdapat 80% siswa yang mampu melakukan
lompatan.
I.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dilakukan dengan tiga siklus, di mana masing-
masing siklus terdiri dari empat komponen yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Setiap siklus dilakukan dengan lama tindakan sesuai dengan peningkatan
keberhasilan
siswa
setelah
dilaksanakan
refleksi.
Pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan model-model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan strategi pendekatan
permainan. Tindakan akhir pembelajaran guru melakukan klarifikasi dengan menyimpulkan
laporan hasil dan proses nilai siswa.
1. Tahap Perencanaan.
Pada tahap perencanaan ini peneliti bersama kolaborator berdiskusi untuk menetapkan
bahwa dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok diperlukan pendekatan. Adapun jenis
pendekatannya adalah melalui model-model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan
strategi pendekatan permainan. Harapannya melalui model-model pembelajaran lompat jauh
gaya jongkok dengan strategi pendekatan permainan dapat menjawab kesulitan atau masalah
yang dihadapi bagi siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Punung.
Rencana tindakan dilaksanakan dalam tiga siklus adapun yang dilakukan pada masingmasing siklus adalah sebagai berikut: (1) Siklus pertama, proses pembelajaran lompat jauh gaya
jongkok
dengan
strategi
pendekatan
permainan
melompati
kardus.
Adapun
model
pembelajarannya adalah siswa lari melompati kardus yang telah dipasang 4 banjar, masingmasing banjar 5 kardus berjarak 1,5 m per kardusnya. (2) Siklus kedua, proses pembelajaran
lompat jauh gaya jongkok dengan pendekatan permainan melompati kardus. Model
pembelajarannya siswa lari melompati kardus yang dipasang 4 baris sebanyak 5 banjar dengan
jarak antar banjarnya 5 m. (3) Siklus ketiga, proses pembelajaran lompat jauh gaya jongkok
dengan pendekatan permainan melompati kardus. Model pembelajarannya siswa lari melompati
kardus dengan sistem sirkuit, pos pertama melompati 2 kardus, pos kedua melompati 3 kardus,
pos keempat melompati 4 kardus. pos kelima melompati 2 kardus.
3. Observasi
Selama proses pembelajaran berlangsung kolaborator pertama melakukan pengamatan
atau observasi dengan berpedoman pada lembar observasi yang sudah dibuat dapat dilihat pada
lampiran 9, 10, 11 pada halaman 97, 98, 99. Sedangkan kolaborator kedua membuat catatan
lapangan untuk kegiatan yang tidak dicatat dalam lembar observasi.
Sasaran pengamatan
dilakukan terhadap aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran Penjasorkes dalam
beberapa siklus.
4. Refleksi.
Pada tindakan refleksi ini, hasil dari observasi didiskusikan bersama oleh peneliti dan
kolaborator sebagai pengamat. Hasil diskusi digunakan sebagai dasar bagi penyusunan rencana
tindakan pada siklus berikutnya agar dapat berjalan dengan baik, lancar, dan memperoleh hasil
sesuai yang diharapkan oleh peneliti.
BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data
Kondisi awal siswa SMP Negeri 1 Punung dinyatakan bahwa kemampuan siswa kelas
VIII A SMP Negeri 1 Punung dalam melakukan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok belum
memuaskan. Masih banyak siswa yang tidak dapat mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal
70. Hal tersebut membuat peneliti sekaligus guru Penjasorkes di SMP Negeri 1 Punung mencari
penyebabnya mengapa siswa tidak dapat mencapai batas nilai yang telah ditentukan.
Tabel 1
DATA HASIL PROSES PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK
SEBELUM DIBERIKAN TINDAKAN
No
NAMA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
ADYTYA WISNU I
AGUS ANDRIANTO
AGUSTIAN WIJAYA P
APRILIAN W
ARUM PUTRI C
BAGUS ADI P
DANU NUR W
DWI HENDRO P
DWI OVIANA
DWI WAHYU L
DYAH AYU W
EKA RULIANA K
ETIK NUR APRILIANI
FAJAR MEI LESTARI
GALANG PRISMA
HENI PRASTIKA
HILMAN NUR HAKIM
IFNU PRIATMOKO
No.
Nama
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
KRISTIAN TAWANG P
LINDA MAHARANI
MITAHUNIAM
PANJI BIMANTORO
SULISTIAWAN
TRI SURYANI
VIKI ROZAK K
WAHYU WINARSIH
WIDYA RAHAYU TRI
YASTINA EKA M
YULIANA SETYA B
YULIANA SARI
ZAHRA PRI NUR
NONA DEA SUSAN
Jumlah Nilai
Rata-rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
L
P
L
L
L
L
P
L
L
L
P
P
P
P
P
P
L
P
L
L
NILAI
awalan
1.5
1.5
1.5
1.5
1
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
awalan
P
P
L
L
L
P
L
P
P
P
P
P
P
P
1.5
1.5
1.5
1
1.5
1.5
1.5
1.5
1
1.5
1.5
1.5
1.5
2
saat
diudara
2
2
2
2
2
1.5
2.5
1.5
2
2
1.5
2
2.5
2
1.5
1.5
2
1.5
2
2
2
2
1.5
1
1.5
1.5
2
2
1
1
2
2
2.5
2
1.5
1.5
NILAI
saat
tumpuan
diudara
1.5
1.5
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1.5
1.5
2
2
1.5
1.5
1.5
1.5
2
2
2
2
2
2
2
2
tumpuan
Jml
NP
Ket.
7
7
6,5
7
6
6,5
7,5
6
6,5
7
7
4,5
6
7
4,5
7
7,5
6
70
70
65
70
60
65
75
60
65
70
70
45
60
70
45
70
75
60
L
L
TL
L
TL
TL
L
TL
TL
L
L
TL
TL
L
TL
L
L
TL
Jml
NP
Ket.
6
7
7
6,5
7
7
6
7
5
5,5
7
7
7
8
210
6,6
4,5
60
70
TL
L
70
65
70
70
60
70
50
55
70
70
70
80
2095
65,5
L
TL
L
L
TL
L
TL
TL
L
L
L
L
mendarat
1.5
1.5
1.5
1.5
1
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1
1.5
1.5
1
1.5
1.5
1.5
mendarat
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1
1
1.5
1.5
1.5
2
yang dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa, (3) kurangnya komunikasi antara guru dan
siswa pembelajaran hanya terpusat pada guru saja tidak ada timbal baliknya, (4) kemampuan
motorik atau gerak siswa masih rendah sehingga menyulitkan siswa untuk melakukan gerakan.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi tersebut diatas, maka perlu dilakukan suatu tindakan
upaya meningkatkan kualitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan strategi
pendekatan permainan.
Penelitian ini berlangsung selama tiga siklus, pada siklus pertama 3 kali, kedua dan
ketiga dilaksanakan dengan 2 kali tatap muka, setiap tatap muka menggunakan waktu dua jam
pelajaran per minggu. Setiap akhir siklus diadakan evaluasi proses pembelajaran lompat jauh
gaya jongkok, yang penekannya pada awalan, tolakan, pada saat diudara dan pendaratan.
Kegiatan pembelajaran ditekankan pada model-model pembelajaran dengan strategi pendekatan
permainan.
B. Analisa Data
1.
Tindakan Siklus I
a. Pokok Kajian Siklus I
Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan rancangan yang telah dibuat bersama-sama
dengan strategi pendekatan permainan yaitu upaya meningkatkan kualitas pembelajaran
khususnya pembelajaran atletik nomor lompat jauh, sub pokok pembelajaran lompat jauh gaya
jongkok pada siswa SMP Negeri 1 Punung. Selama tindakan kelas, peneliti dan kolaborator
selalu mengevaluasi pelaksanaan tindakan tersebut, apakah sudah sesuai dengan rencana atau
tidak. Peneliti sekaligus sebagai guru bersama kolaborator melaksanakan observasi dengan
mencatat segala kejadian yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
atletik nomor lompat jauh, sub pokok pembelajaran lompat jauh gaya jongkok.
Tabel 2
Kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran Penjasorkes pada Siklus I
No
1
Tahap
Pembelajaran
Kegiatan Guru
Inti
Kegiatan Siswa
a. Berbaris dan
berdoa
b. Presensi dan menjelaskan
b. Mendengarkan
tujuan pembelajaran
penjelasan guru
c. Menyuruh siswa
c. Melakukan
melakukan pemanasan
pemanasan
a. Membentuk siswa
a. Menempati
menjadi 4 kelompok
kelompoknya
b. Memberi aba-aba pada
b. Melompati kardus
siswa untuk melompati
yang telah
kardus yang telah disusun
disusun
c. Memberi motivasi
c. Termotivasi
d. Meminta kepada siswa
d. Melakukan
untuk mengulangi lagi
ulangan gerakan
gerakan yang sama
melompati kardus
e. Meminta kepada siswa
e. Melakukan lompat
melakukan lompat jauh
jauh gaya
jongkok.
Penutup
a. Menyuruh siswa
melakukan pendinginan
b. Tanya-jawab
c. Menyuruh siswa lebih
siap dan bersemangat lagi
dalam pertemuan
berikutnya
d. Menyuruh siswa berdoa
a. Melakukan
pendinginan
b. Siswa bertanya
c. Menyatakan
ketersediannya
untuk mengikuti
pertemuan
berikutnya
d. Melakukan berdoa
kardus. Pada sesi ini siswa melewati kardus dengan satu kaki pertama dengan kaki kanan terlebih
dahulu setelah itu dengan kaki kiri. Aturannya sama dengan sesi yang pertama dengan sistem
kompetisi. Sesi yang ketiga siswa melewati kardus dengan dua kaki secara bersamaan. Seluruh
siswa terlibat aktif dalam permainannya, setiap kelompok siswa berusaha untuk menjadi
pemenangnya, walaupun demikian aturan dan tata cara melaksanaannya tetap tidak boleh
dilanggar. Apabila kelompok siswa melakukan pelanggaran maka kelompok tersebut di nyatakan
kalah dan harus melakukan pus up sebanyak 3 kali.
Akhirnya setelah siswa melakukan aktivitasnya selama 45 menit dan telah
menyelesaikan tugasnya kegiatan selanjutnya penutup. Pada kegiatan penutup siswa melakukan
pendinginan (colling down), setelah itu melakukan tanya jawab tentang materi pembelajaran
yang baru saja dilaksanakannya. Seluruh siswa merasa puas dan senang dengan materi
pembelajaran yang baru saja dilaksanakannya, mereka menginginkan pada pertemuan berikutnya
dapat ditambah lagi variasi-variasi dalam melompati kardus. Sebelum ditutup dengan berdoa
guru berpesan kepada seluruh siswa untuk lebih siap lagi untuk mengikuti pertemuan berikutnya.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 17 Januari 2013, pada pertemuan
kedua ini guru masih memberikan materi tentang lompat jauh gaya jongkok dengan pendekatan
permainan. Rencana pelaksanaan pembelajaran Penjasorkes pada pertemuan kedua ini dapat
dilihat pada lampiran 5, halaman 80. Sebagai persiapan guru membuka pelajaran dengan berdoa,
mengadakan absensi, apersepsi dan menjelaskan tujuan kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada pertemuan kedua ini. Setelah itu siswa melakukan pemanasan dengan lari
mengelilingi lapangan basket dan melakukan streching atau peregangan otot. Pada pertemuan
kedua ini materi pokok pembelajaran hampir sama dengan pertemuan pertama hanya pada
pertemuan kedua ini jarak antar kardus menjadi 2,5 m, kardus dipasang dua lapis banyaknya
banjar antara kardus 5 kardus. Aturan dan pelaksanaanya sama seperti pada pertemuan pertama.
Pertemuan ketiga dilaksanakan 7 Pebruari 2013, pada pertemuan ketiga ini dilaksanakan
evaluasi proses belajar lompat jauh gaya jongkok. Penilaian proses lompat jauh gaya jongkok
penekanannya hanya pada cara siswa melakukan awalan, tolakan, saat diudara, dan pendaratan.
Seluruh siswa melakukan proses lompat jauh gaya jongkok masing-masing tiga kali kesempatan.
d.
1)
Pengamatan Terhadap Guru ( Panduan Lembar Observasi Kelas Terhadap Guru pada
lampiran 9 halaman 94).
Berdasarkan pengamatan kolaborator terhadap guru di lapangan selama proses pembelajaran
berlangsung maka dapat diperoleh gambaran sebagai berikut:
a.
Guru telah berusaha memberikan materi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan
pendekatan permainan
selalu
melaksanakan aktivitasnya.
b.
Guru telah berusaha membuat suasana pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan
(PAIKEM).
Contohnya
pada
saat
proses
pembelajaran
guru
selalu
menekankankan kepada siswa bahwa kelompok yang menang adalah kelompok yang
mempunyai selalu aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
c.
Guru telah berusaha memberikan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan siswa baik secara
umum maupun secara khusus. Contonya koreksi yang dilakukan secara khusus diberikan secara
individu adalah ketika siswa pada saat melompati kardus posisi langkah kakinya mengalami
kesalahan.
d. Guru memberikan reward kepada kelompok siswa yang melakukan gerakan melompati kardus
dengan benar dengan membebaskan tugas setelah selesai proses pembelajaran.
e.
Guru mengevaluasi siswa dalam melakukan lompat jauh gaya jongkok dengan penekanan pada
awalan, tolakan, saat diudara
dan pendaratan.
2)
Siswa tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam melakukan setiap gerakan melompati
kardus dan semua siswa terlibat aktif karena alat yang digunakan tidak membahayakan bagi
siswa.
c)
Komunikasi siswa dengan teman-teman terjalin dengan baik begitupun juga terhadap guru,
sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik.
d)
Siswa selalu hadir tepat pada waktunya, sehingga proses pembelajaran tidak mengalami
hambatan dan berjalan sesuai dengan skenario yang telah dibuat.
e) Siswa melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok dengan penekanan yang harus dilakukan
oleh siswa adalah pada awalan, tolakan, saat diudara dan pendaratan.
e.
Refleksi Siklus I
Setelah selesai pelaksanaan siklus pertama, peneliti bersama kolaborator mendidkusikan
hasil pelaksanaan tindakan. Masing-masing pihak menyampaikan pendapat dan pandangannya
selama tindakan diberikan. Adapun hasil refleksi pada siklus I adalah sebagai berikut.
Pada siklus pertama pembelajaran lompat jauh gaya jongkok melalui permainan
melompati kardus dapat dikatakan berhasil dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada
perkembangan kegiatan guru dari pertemuan pertama sampai kedua ada kemajuan baik dari
metode mengajarnya, variasi permainannya maupun interaksi antara guru dengan siswa.
Kemampuan siswa dalam melakukan proses lompat jauh gaya jongkok pada siklus I
sudah mengalami peningkatan nilai rata-rata siswa sebelum diberikan tindakan 65.5 meningkat
menjadi 67.34 pada siklus pertama, hasil lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 14 halaman
118. Walaupun sudah ada peningkatan, namun demikian hasil tersebut belum memuaskan dan
mencapai sasaran yang ingin dicapai karena masih ada siswa yang belum dapat melakukan
dengan benar.
Dari hasil refleksi pembelajaran pada siklus I, hasilnya belum optimal sehingga peneliti
sekaligus sebagai guru dan kolaborator merasa perlu untuk melanjutkan tindakan pada siklus
kedua. Adapun yang harus dilakukan oleh guru pada siklus kedua adalah:
1) Guru harus meningkatkan proses pembelajaran Penjasorkes dengan materi pokok lompat jauh
gaya jongkok melalui permainan melompati kardus dengan lebih banyak variasi lagi.
2) Guru dalam pembelajaran Penjasorkes dengan materi pokok lompat jauh gaya jongkok melalui
permainan melompati kardus, harus berupaya lagi untuk meningkatkan perhatian, motivasi dan
lebih aktif lagi pada saat melakukan aktivitas permainan.
3)
Guru harus membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan dan mengembirakan yaitu
dengan mengatur kelompok siswa sesuai dengan tinggi rendahnya tubuh siswa, sehingga siswa
dalam melakukan kegiatan permainan lebih tertantang lagi.
f. Hipotesis Tindakan
Dengan pengembangan dan variasi permaianan melompati kardus dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siklus berikutnya, akan
dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 1 Punung .
2. Tindakan Siklus II
a.
Dari hasil
refleksi pada siklus pertama diambil pokok permasalahan, yaitu siswa masih perlu ditingkatkan
lagi kemampuan proses belajar lompat jauh gaya jongkok dengan pendekatan permainan
melompati kardus.
b. Rencana Tindakan Siklus II
Pada siklus kedua ini direncanakan masih menggunakan pendekatan permainan dengan
melompati kardus yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran lompat jauh gaya
jongkok. Siklus kedua ini dilaksanakan 2 kali pertemuan, dan selama proses tindakan peneliti
bersama kolaborator mengamati dan merekam kegiatan yang terjadi melalui catatan lapangan
(field note), foto dan rekaman video, agar hasil pengamatan dapat direfleksikan.
Pada tabel 2 berikut ini menggambarkan kegiatan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran Penjasorkes siklus kedua dengan materi pokok: Proses pembelajaran tentang
atletik nomor lompat jauh.
Tabel 3
Kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran Penjasorkes pada Siklus 2
No
1
No
2
Tahap
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Pembelajaran
Pendahuluan a. Membariskan siswa dan a. Berbaris dan
memimpin berdoa
berdoa
b. Presensi, menjelaskan
b. Mendengarkan
tujuan pembelajaran
penjelasan guru
c. Menyuruh siswa
c. Melakukan
melakukan pemanasan
pemanasan
Tahap
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Pembelajaran
Inti
a. Membentuk siswa
a. Menempati
menjadi 4 kelompok
kelompoknya
b. Memberi aba-aba pada
masing-masing
siswa untuk melompati b. Melompati kardus
kardus
c. Memberi dorongan
c. Termotivasi dan
dan motivasi
lebih bergairah
d. Meminta kepada siswa
melompati kardus
untuk mengulangi lagid. Melakukan ulangan
gerakan yang telah
gerakan melompati
dilakukan
e. Memperbaiki
e. Mengoreksi kesalahan
kesalahan yang
gerakan siswa
dilakukannya
f. Menyuruh siswa
f.
Melakukan
melakukan lompatan
lompat jauh gaya
jongkok
Penutup
a. Menyuruh siswa
a. Melakukan
melakukan
pendinginan
pendinginan
b. Memberikan
b. Tanya-jawab
komentar
c. Menyuruh siswa lebih c. Menyatakan
siap dan bersemangat
ketersediannya
d. Menyuruh berdoa
d. Melakukan berdoa
c.
penekanannya hanya pada cara siswa melakukan awalan, tolakan, saat melayang diudara, dan
pendaratan.
d.
Guru selalu memberikan koreksi terhadap kesalahan yang siswa baik secara individu maupun
kelompok.
d) Guru selalu menjelaskan dan memberikan contoh setiap gerakan yang benar.
e)
Guru selalu melayani pertanyaan yang diajukan oleh siswa, baik itu secara individu maupun
secara kelompok.
f)
Guru menyuruh siswa melakukan lompat jauh gaya jongkok dengan penekanan pada awalan,
tolakan, saat melayang diudara dan pendaratan.
d) Kemampuan siswa dalam melompati kardus sudah semangkin baik. Gerakan kaki dan badan
siswa sudah semangkin lentur dan fleksibel.
e) Kemampuan siswa melakukan proses lompat jauh gaya jongkok terutama pada saat melakukan
awalan, tolakan, pada saat melayang diudara dan pendaratan sudah semakin baik.
e. Refleksi Siklus II
Pada akhir siklus kedua peneliti dan kolaborator melakukan refleksi bersama atas
tindakan yang telah dilakukan selama siklus kedua dilaksanakan. Proses pembelajaran yang telah
dilakukan pada siklus kedua ini sudah meningkat bila dibandingkan dengan proses pembelajaran
pada siklus pertama.
Pada siklus kedua kualitas pembelajaran atletik nomor lompat jauh, sub pokok
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan strategi pendekatan permainan melompati
kardus sudah semakin baik. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata kemampuan siswa 67.34
pada siklus pertama meningkat menjadi 71.25 pada siklus kedua, hasil lebih lengkap dapat
dilihat pada lampiran 13 halaman 101.
Dari hasil refleksi kualitas pembelajaran pada siklus kedua sudah ada peningkatan ratarata kemampuan siswa dalam melakukan proses lompat jauh gaya jongkok, tetapi kemampuan
tersebut perlu ditingkatkan lagi mengingat nasih ada siswa yang belum mampu melaksanakan
lompat jauh gaya jongkok dengan benar. Dengan demikian atas saran dan masukan dari
kolaborator perlu dilakukan tindakan lagi pada siklus ketiga. Adapun yang harus dilakukan oleh
guru pada siklus ketiga adalah:
a) Guru harus menambah variasi permainan melompati kardus lagi sehingga siswa ada pengalaman
baru dalam melakukan gerakan gerakan melompati kardus.
b) Guru harus mempertahankan hasil proses belajar siswa yang sudah baik dan memperbaiki yang
belum mencapai hasil yang diharapkan.
c)
Guru harus berupaya membuat siswa termotivasi dan lebih aktif lagi dalam mengikuti proses
pembelajaran.
f.
Hipotesis Tindakan
Dengan banyak variasi permainan melompati kardus dan meningkatkan motivasi siswa,
akan meningkatkan kualitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siklus berikutnya,
pada siswa SMP Negeri 1 Punung .
melakukan proses lompat jauh gaya jongkok harus ditingkatkan lagi dengan strategi pendekatan
permainan melompati kardus yang lebih banyak variasi lagi.
b) Rencana Tindakan Siklus III
Berdasarkan hipotesis tindakan siklus kedua tersebut di atas maka pada pelaksanaan
siklus ketiga ini dilakukan selama 2 kali pertemuan. Tujuan pada siklus ketiga untuk
meningkatkan kemampuan siswa melakukan proses lompat jauh gaya jongkok. Adapun untuk
meningkatkan kemampuan siswa tersebut diadakan pendekatan pembelajaran melompati kardus
dengan lebih banyak variasi lagi.
Pada tabel 3 berikut ini menggambarkan kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran
Penjasorkes siklus ketiga dengan materi pokok tentang lompat jauh gaya jongkok.
Tabel 4
Kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran Penjasorkes pada Siklus 3
No
1
No
Tahap
Kegiatan Guru
Pembelajaran
Pendahuluan a. Membariskan siswa dan
memimpin berdoa
b. Presensi, menjelaskan
tujuan pembelajaran
c. Menyuruh siswa
melakukan pemanasan
Inti
a. Membentuk siswa
menjadi 4 kelompok
b.Memberi aba-aba
pada siswa untuk
Tahap
Kegiatan Guru
Pembelajaran
melompati kardus
c. Memberi dorongan
dan motivasi
d. Meminta kepada siswa
untuk mengulang
gerakan yang telah
dilakukan
e.Mengoreksi kesalahan
gerakan siswa
f. Meminta kepada siswa
melakukan lompat
jauh gaya jongkok
Penutup
a. Menyuruh siswa
melakukan
pendinginan
b. Tanya-jawab
c. Menyuruh siswa lebih
siap lagi
d. Menyuruh siswa
berbaris dan berdoa
Kegiatan Siswa
a. Berbaris dan berdoa
b. Mendengarkan
penjelasan guru
c. Melakukan
pemanasan
a. Menempati
kelompoknya
b. Melompati kardus
c. Termotivasi dan
Kegiatan Siswa
lebih bergairah
melompati kardus
d. Melakukan ulangan
gerakan melompati
kardus
e. Memperbaiki
kesalahan yang
dilakukannya
f. Melakukan lompat
jauh gaya jongkok
a. Melakukan
pendinginan
b. Memberikan
komentar
c. Menyatakan
ketersediannya
d. Melakukan berbaris
Tindakan siklus ketiga dimulai pada hari Senin tanggal 9 Mei 2013, guru memberikan
materi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan pendekatan permaianan. Rencana
pelaksanaan pembelajaran Penjasorkes pada pertemuan pertama siklus ketiga ini dapat dilihat
pada lampiran 7, halaman 89. Sebagai persiapan guru membuka pelajaran dengan berdoa,
mengadakan absensi, apersepsi dan menjelaskan tujuan kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada pertemuan pertama ini. Setelah itu siswa melakukan pemanasan dengan lari
mengelilingi lapangan basket dan melakukan streching atau peregangan otot. Kegiatan
selanjutnya inti pembelajaran siswa terbagi menjadi empat kelompok dan siap untuk
melaksanakan melompati kardus. Bentuk permainan hampir sama pada siklus pertama dan siklus
kedua, pada siklus ketiga ditambah lagi menjadi 1 variasi. Cara permainannya siswa lari
melewati kardus yang disusun dengan model sistem sirkuit, pos 1 melewati dua kardus, pos 2
melewati tiga kardus, pos 3 melewati empat kardus, pos 4 melewati tiga kardus dan pos 5
melewati dua kardus. Jarak antar kardu 1,5 m dan dilakukan sebanyak 3 kali kesempatan.
Akhirnya setelah siswa melakukan aktivitasnya selama 45 menit dan telah menyelesaikan
tugasnya kegiatan selanjutnya penutup. Pada kegiatan penutup siswa melakukan pendinginan
(colling down), setelah itu melakukan tanya jawab tentang materi pembelajaran yang baru saja
dilaksanakannya. Seluruh siswa merasa puas dan senang dengan materi pembelajaran yang baru
saja dilaksanakannya, mereka menginginkan pada pertemuan berikutnya dapat ditambah lagi
variasi-variasi dalam melompati kardus. Sebelum ditutup dengan berdoa guru berpesan kepada
seluruh siswa untuk lebih siap pada pertemuan berikutnya.
Pertemuan kedua siklus ketiga dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 Mei 2013, pada
pertemuan kedua ini guru masih memberikan materi tentang lompat jauh gaya jongkok dengan
pendekatan permainan. Rencana pelaksanaan pembelajaran Penjasorkes pada pertemuan kedua
siklus ketiga ini dapat dilihat pada lampiran 7, halaman 89. Sebagai persiapan guru membuka
pelajaran dengan berdoa, mengadakan absensi, apersepsi dan menjelaskan tujuan kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan kedua ini. Setelah itu siswa melakukan
pemanasan dengan lari mengelilingi lapangan basket dan melakukan streiching atau peregangan
otot. Kegiatan selanjutnya inti pembelajaran siswa terbagi menjadi empat kelompok dan siap
untuk melaksanakan melompati kardus.
Bentuk permainannya sama dengan pertemuan kelima hanya pada pertemuan keenam ini
kardus dipasang 2 lapis dan jarak antar kardus menjadi 2,5 m. Pada pertemuan kedua siklus
ketiga ini dilaksanakan evaluasi proses belajar lompat jauh gaya jongkok, penekanannya hanya
pada cara siswa melakukan awalan, tolakan, saat diudara, dan pendaratan.
Akhirnya setelah siswa melakukan aktivitasnya selama 45 menit dan telah menyelesaikan
tugasnya kegiatan selanjutnya penutup. Pada kegiatan penutup siswa melakukan pendinginan
(colling down), setelah itu melakukan tanya jawab tentang materi pembelajaran yang baru saja
dilaksanakannya. Sebelum ditutup dengan berdoa guru berpesan kepada seluruh siswa untuk
lebih banyak lagi melakukan aktivitas fisik dengan bermain.
d. Hasil Tindakan Siklus III
1)
a)
Guru berusaha memberikan materi variasi melompati kardus dalam upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok.
b)
c)
Guru selalu memberikan koreksi dan perbaikan terhadap siswa yang mengalami kesalahan
dalam melakukan gerakan baik secara individu maupun secara kelompok.
d) Guru selalu memberikan motivasi kepada siswa agar siswa bersemangat dalam melakukan
setiap gerakan.
e)
Guru selalu melayani dan menanggapi setiap pertanyaan yang diajukan siswa baik secara
individu maupun secara kelompok.
f)
Guru menyuruh siswa melakukan lompat jauh gaya jongkok dengan penekanan pada awalan,
tolakan, saat melayang diudara, dan pendaratan.
Siswa sangat senang dan gembira dalam melakukan beberapa variasi permainan melompati
kardus.
b)
Siswa sudah dapat beradaptasi dengan permainannya sehingga dalam melakukan permainan
melompati kardus tidak banyak lagi yang melakukan kesalahan.
c) Siswa tampak lebih termotivasi lagi dalam melakukan setiap gerakan melompati kardus.
d) Siswa tidak mengalami kesulitan lagi dalam melakukan permainan melompati kardus.
e) Kemampuan siswa melakukan proses lompat jauh gaya jongkok sudah lebih baik. Hal ini dapat
dilihat dari kemampuan siswa dalam melakukan awalan, tolakan, saat diudara, dan pendaratan
sudah meningkat dibandingkan pada siklus pertama dan kedua.
e. Refleksi Siklus III
Pada akhir siklus ketiga peneliti dan kolaborator melakukan refleksi bersama atas
tindakan yang telah dilakukan. Pada siklus ketiga proses pembelajaran lompat jauh gaya jongkok
dengan pendekatan permainan sudah dapat dikatakan berhasil dengan baik. Kemampuan siswa
dalam melakukan proses belajar lompat jauh gaya jongkok mengalami peningkatan yang berarti.
Hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh oleh siswa ada peningkatan dari dari pada siklus
sebelumnya. Siklus kedua kemampuan siswa melakukan proses lompat jauh gaya jongkok ratarata skor 71.25, meningkat menjadi 77.03 pada siklus ketiga, hasil lebih lengkap pada Lampiran
14 halaman 102.
Dari jumlah 32 orang siswa yang diteliti dengan tindakan kelas 100% siswa berhasil
memenuhi kriteri Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu mencapai skor atau nilai 70.
Dengan demikian tindakan pada siklus ketiga ini sudah dianggap cukup dan tidak perlu lagi
diadakan tindakan pada siklus berikutnya.
C. Pembahasan
Proses penelitian tindakan di SMP Negeri 1 Punung, peneliti bersama kolaborator
melakukan observasi terhadap proses pembelajaran Penjasorkes dalam upaya meningkatan
kualitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok melalui pendekatan permainan yang dilakukan
selama tiga siklus. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama 1 semester.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan mulai tanggal 10 Januari 2013 sampai dengan tanggal
18 Juni 2013. Adapun tindakan Siklus pertama dilaksanakan 3 kali pertemuan, siklus kedua 2
kali pertemuan dan siklus ketiga 2 kali pertemuan. setiap akhir siklus dilaksanakan evaluasi
proses pembelajaran lompat jauh gaya jongkok.
Siklus pertama
1. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan fokus penelitian,
membuat skenario pembelajaran dan menyiapkan sarana dan prasarana yang akan diperlukan
dalam proses pembelajaran. Pada tahap ini peneliti dan kolaborator sudah mendata dan
mengidentifikasi serta menganalisis yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan pada siklus
pertama ini. Skenario pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 84.
Pelaksanaan tindakan proses pembelajaran pada siklus pertama tiga kali pertemuan.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 2013, dua jam pelajaran (80). Materi
pokok pembelajaran tentang atletik nomor lompat jauh, sub pokok pembelajaran lompat jauh
gaya jongkok dengan pendekatan permainan dengan menggunakan alat kardus. Adapun bentuk
permainannya; masing-masing kelompok siswa melewati beberapa kardus yang telah disusun 5
baris dengan jarak antar baris 1,5 m dan banyaknya kelompok 4 kelompok dengan sistem
kompetisi. Sesi pertama siswa melewati kardus dengan langkah biasa, berlomba antar kelompok,
regu yang kalah mendapat hukuman pus up 3 kali, gerakan ini dilakukan 2 kali ulangan. Sesi
kedua posisi kardus sama dengan sesi pertama perbedaannya terletak pada cara siswa melewati
kardus. Pada sesi ini siswa melewati kardus dengan satu kaki pertama dengan kaki kanan terlebih
dahulu setelah itu dengan kaki kiri. Aturannya sama dengan sesi yang pertama dengan sistem
kompetisi. Sesi yang ketiga siswa melewati kardus dengan dua kaki secara bersamaan.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 24 Januari 2013, dua jam pelajaran (80).
Materi pokok hampir sama dengan pertemuan pertama hanya pada pertemuan kedua ini jarak
antar kardus menjadi 2,5 m, dan disusun dua lapis, banyaknya banjar antara kardus 5 kardus.
Aturan dan pelaksanaanya sama seperti pada pertemuan pertama. Masing-masing kelompok
siswa melakukan dua kali ulangan pada setiap sesi.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 7 Pebruari 2013, dua jam pelajaran (80).
Materi pokok hampir sama dengan pertemuan pertama, hanya pada pertemuan ketiga ini lebih
banyak pada evaluasi proses belajar lompat jauh gaya jongkok, dan penekanannya hanya pada
cara siswa melakukan awalan, tolakan, saat diudara, dan pendaratan.
3. Observasi (Observation)
Pada siklus pertama ini, kolaborator mengamati, mencatat dan mendokumentasikan halhal yang terjadi selama tindakan berlangsung. Pengamatan yang dilakukan kolaborator dengan
berpedoman pada lembaran observasi. Lembaran observasi dapat dilihat pada lampiran 9, 10, 11,
halaman 94, 96 98.
4. Refleksi (Reflection)
Setelah selesai tindakan pada siklus pertama peneliti dan kolaborator mendiskusikan hasil
pengamatan yang telah dilakukan. Proses pembelajaran pada siklus pertama sudah ada
peningkatan siswa dalam melakukan belajar lompat jauh. Kualitas pembelajaran yang dicapai
siswa meningkat yang dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar dari sebelum
diberikan tindakan rata-rata nilai siswa 65.47 menjadi 67.34 berarti masih ada 11 siswa yang
belum mencapai nilai 70, data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 96.
Kendala siswa dalam melaksanakan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yaitu pada
tahapan tumpuan, saat diudara, dan pendaratan.Dengan pertimbangan dan masukan dari
kolaborator maka perlu dilaksanakan lagi tindakan pada siklus kedua dengan menambah
beberapa variasi permainan melompati kardus.
Siklus kedua
1. Perencanaan (Planning)
Setelah peneliti dan kolaborator melakukan refleksi pada siklus pertama maka perlu
dilakukan lagi tindakan pada siklus kedua. Sebagai dasar untuk melaksanakan tindakan siklus
kedua adalah dengan melihat hasil proses belajar yang dicapai siswa pada siklus pertama belum
memenuhi nilai yang diharapkan yakni 70. Pada siklus pertama nilai rata-rata siswa 67.34. Pada
siklus kedua tahap perencanaan yang akan dilakukan, yakni dengan menambah variasi
permainan melompati kardus, dan menyiapkan skenario pembelajaran dapat dilihat pada
lampiran 6 halaman 85.
2. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pelaksanaan tindakan proses pembelajaran pada siklus kedua dilaksanakan dua kali
pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2013, selama dua jam
pelajaran (80). Materi pokok pembelajaran tentang atletik nomor lompat jauh, sub pokok
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan pendekatan permainan dengan menggunakan
alat kardus. Bentuk permainan melompati kardus kardus sama seperti pada siklus pertama, pada
siklus kedua ini jarak antar kardus menjadi 5 meter, sebanyak 5 baris. Masing-masing kelompok
siswa harus berlari melewati susunan kardus yang disusun berjarak 5 meter antar kardus. Seri
pertama dengan lari biasa, seri yang kedua dengan satu kaki, dan seri ketiga dengan dua kaki,
dilakukan sebanyak 3 kali kesempatan.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2013, selama dua jam pelajaran
(80). Bentuk permainan hampir sama dengan pertemuan pertama perbedaannya pada pertemuan
kedua ini kardus disusun menjadi dua lapis. Masing-masing kelompok siswa harus berlari
melewati susunan kardus yang disusun dua lapis tersebut. Seri pertama dengan lari biasa, seri
yang kedua dengan satu kaki, dan seri ketiga dengan dua kaki, dilakukan sebanyak 2 kali
kesempatan.
Pada pertemuan kedua ini dilaksanakan evaluasi proses belajar lompat jauh gaya
jongkok, penekanannya hanya pada cara siswa melakukan awalan, tolakan, saat diudara, dan
pendaratan.
3. Observasi (Observation)
Pada siklus kedua ini, kolaborator mengamati, mencatat dan mendokumentasikan hal-hal
yang terjadi selama tindakan berlangsung. Pengamatan yang dilakukan kolaborator dengan
berpedoman pada lembaran observasi. Lembaran observasi dapat dilihat pada lampiran 9, 10, 11,
halaman 94, 96, 98.
4. Refleksi (Reflection)
Pada akhir siklus kedua peneliti dan kolaborator melakukan
tindakan yang telah dilakukan selama siklus kedua dilaksanakan. Pada siklus kedua kualitias
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan strategi pendekatan permainan melompati
kardus sudah semakin baik. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata kemampuan siswa 67.34
pada siklus pertama meningkat menjadi 71.25 pada siklus kedua, hasil lebih lengkap dilihat pada
lampiran 13 halaman 101.
Kendala yang dialami oleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran lompat jauh gaya
jongkok yaitu masih pada tahapan tumpuan, saat diudara, dan pendaratan. Ada 7 siswa yang
belum mampu melakukan.
Dari hasil refleksi pembelajaran pada siklus kedua, walaupun sudah ada peningkatan
kualitas pembelajaran yang dibuktikan dengan rata-rata kemampuan siswa dalam melakukan
proses lompat jauh gaya jongkok, tetapi kualitas pembelajaran perlu ditingkatkan lagi. Dengan
demikian atas saran dan masukan dari kolaborator perlu dilakukan tindakan lagi pada siklus
ketiga.
Siklus ketiga
1. Perencanaan (Planning)
Setelah peneliti dan kolaborator melakukan refleksi pada siklus kedua maka perlu
dilakukan lagi tindakan pada siklus ketiga. Sebagai dasar untuk melaksanakan tindakan siklus
ketiga adalah dengan melihat hasil proses belajar yang dicapai siswa pada siklus kedua belum
memenuhi nilai yang diharapkan yakni 70. Pada siklus kedua nilai rata-rata siswa 71.25, masih
terdapat 7 siswa yang belum mencapai nilai 70, data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 13
halaman 101. Pada siklus ketiga tindakan yang akan dilakukan, yakni dengan meningkatkan dan
menambah variasi permainan melompati kardus. Skenario pembelajaran dapat dilihat pada
lampiran 7 halaman 89.
2. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pelaksanaan tindakan proses pembelajaran pada siklus ketiga, dilaksanakan 2 kali
pertemuan. Pertemuan pertama pada tanggal 9 Mei 2013, dua jam pelajaran (80). Materi pokok
pembelajaran tentang atletik nomor lompat jauh, sub pokok pembelajaran lompat jauh gaya
jongkok dengan pendekatan permainan dengan menggunakan alat kardus. Bentuk permainan
hampir sama pada siklus pertama dan siklus kedua, pada siklus ketiga ditambah lagi menjadi 1
variasi. Cara permainannya siswa lari melewati kardus yang disusun dengan model sistem
sirkuit, pos 1 melewati dua kardus, pos 2 melewati tiga kardus, pos 3 melewati empat kardus, pos
4 melewati tiga kardus dan pos 5 melewati dua kardus. Jarak antar kardus 2 m dan dilakukan
sebanyak 3 kali kesempatan.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2013, dua jam pelajaran (80).
Bentuk permainannya sama dengan siklus kedua hanya pada siklus ketiga ini kardus dipasang 2
lapis dan jarak antar kardus menjadi 2,5 m. Pada pertemuan kedua ini dilaksanakan evaluasi
proses belajar lompat jauh gaya jongkok, penekanannya hanya pada cara siswa melakukan
awalan, tolakan, saat diudara, dan pendaratan. Observasi (Observation)
Pada siklus ketiga ini, kolaborator mengamati, mencatat dan mendokumentasikan hal-hal
yang terjadi selama tindakan berlangsung. Pengamatan yang dilakukan kolaborator dengan
berpedoman pada lembaran observasi. Lembaran observasi dapat dilihat pada lampiran 9, 10, 11,
halaman 94, 96, 98.
3. Refleksi (Reflection)
Pada akhir siklus ketiga peneliti dan kolaborator melakukan refleksi bersama atas
tindakan yang telah dilakukan. Masing-masing pihak menyampaikan pendapat dan
pandangannya selama tindakan diberikan. Pada siklus ketiga kualitas pembelajaran atletik nomor
lompat jauh, sub pokok pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan strategi pendekatan
permainan sudah dapat dikatakan berhasil dengan baik. Keberhasilan pembelajaran pada siklus
ketiga ini dibuktikan dengan hasil belajar yaitu : pada siklus kedua nilai siswa rata-rata 71.25
meningkat menjadi 77.03 pada siklus ketiga, hasil lebih lengkap pada Lampiran 14 halaman 102.
Dari jumlah 32 siswa yang diteliti dengan tindakan kelas 100% siswa berhasil memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu mencapai nilai 70. Dengan demikian tindakan pada
siklus ketiga ini sudah dianggap cukup dan tidak perlu lagi diadakan tindakan pada siklus
berikutnya.
Berdasarkan hasil refleksi dan analisis data tiap-tiap siklus, maka hasil penelitian
tindakan menunjukkan bahwa hasil pada siklus III sudah terlihat menunjukkan peningkatan yang
berarti dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Pada siklus III telah tercapai tujuan kualitas
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan strategi pendekatan permainan terlihat dari nilai
rata-rata siswa telah mencapai diatas 70 dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Jika
dipersentase hasil lompat jauh gaya jongkok dengan strategi pendekatan permainan yang dicapai
siswa pada siklus III ini adalah 100% mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dengan
demikian dinyatakan bahwa strategi pendekatan permainan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran pada lompat jauh gaya jongkok. Berikut perkembangan hasil proses belajar lompat
jauh gaya jongkok dari siklus I, II, dan III.
Tabel 5
Data Peningkatan Kualitas Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok
Kelas VIII A SMP Negeri 1 Punung
No.
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Siklus II
Siklus III
75
70
70
70
70
65
75
60
70
70
70
55
60
70
55
70
75
60
60
70
70
65
75
75
75
75
70
70
80
65
70
75
70
60
65
75
60
75
85
65
65
70
75
70
80
80
80
85
75
75
85
70
75
80
75
70
70
80
70
80
90
70
70
80
80
75
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
SULISTIAWAN
TRI SURYANI
VIKI ROZAK KUMAINI
WAHYU WINARSIH
WIDYA RAHAYU TRI L
YASTINA EKA M
YULIANA SETYA B
YULIANA SARI
ZAHRA PRI NURTANTRI
NONA DEA SUSAN
Jumlah Nilai
Rata-rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
70
70
60
70
60
60
70
70
70
80
2155
67.34
80
55
70
75
65
70
70
65
70
75
70
85
2280
71.25
85
60
75
85
70
75
75
70
75
80
75
90
2465
77.03
90
70
Dari hasil yang telah dilaksanakan dan hasil yang dicapai siswa pada siklus pertama,
kedua, dan ketiga sangat jelas sekali adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang dicapai.
Dengan demikian tindakan proses belajar lompat jauh khususnya lompat jauh gaya jongkok
dengan strategi pendekatan permainan dengan melompati kardus yang diberikan pada siswa
kelas VIII A SMP Negeri 1 Punung dapat dikatakan berhasil yaitu adanya peningkatan kualitas
pembelajaran.
Setelah dilakukan evaluasi terhadap tindakan kelas yang telah dilaksanakan selama tiga
siklus, dapat dilaporkan segi-segi penelitian yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan dan
segi-segi lain yang dianggap kurang memenuhi harapan. Tindakan yang telah menunjukkan
kualitas sesuai dengan harapan kiranya dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk proses
pembelajaran selanjutnya. Sedangkan tindakan yang kurang berhasil diharapkan menjadi bahan
telah untuk perbaikan dan penyempurnaan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui model
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan strategi pendekatan permainan melewati
rintangan, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Punung
. Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Proses peningkatan kualitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok diawali dengan melompati
kardus yang dipasang 5 banjar dengan jarak 1,5 sampai 2 m. Siswa terbagi menjadi 4 kelompok
berlari melewati kardus
pembelajaran ini dilakukan pada siklus pertama sebanyak tiga kali pertemuan. Pada siklus
pertama ini kemampuan siswa dalam melakukan proses lompat jauh gaya jongkok ada
peningkatan sebelum diberikan tindakan.
2. Proses peningkatan kualitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siklus kedua diawali
dengan melompati kardus yang dipasang 5 banjar dengan jarak 5 m antar banjar. Pelaksanaan
dan cara melompati kardus sama seperti pada siklus pertama. Pada siklus kedua ini kemampuan
siswa melakukan proses belajar lompat jauh gaya jongkok semangkin meningkat dibandingkan
dari pada siklus pertama. Proses pembelajaran pada siklus kedua ini dilakukan sebanyak dua kali
pertemuan.
B. Implikasi
Proses pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan strategi pendekatan permainan
melompati kardus memberi implikasi terhadap meningkatnya kualitas pembelajaran lompat jauh
gaya jongkok siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Punung . Dengan meningkatnya kualitas
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok mendorong siswa lebih termotivasi untuk melakukan
lompatan lebih baik lagi. Dengan demikian dapat disimpulkan jika ingin meningkatkan kualitas
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok maka dapat dilakukan dengan strategi pendekatan
permainan melompati kardus.
C. Saran
Setelah disimpulkan dari hasil penelitian ini, maka perlu kiranya dibuat saran-saran
untuk menjadi perhatian dalam menetapkan kebijaksanaan yang berhubungan dengan mutu
pembelajaran, khususnya bidang studi Penjasorkes. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kepada guru Penjasorkes, bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
permainan melompati kardus dapat digunakan sebagai alternatif dalam memilih dan menetapkan
strategi atau metode pembelajaran lompat jauh gaya jongkok. Hal ini akan memberikan
keuntungan diantaranya: bahan atau alat yang digunakan yakni kardus banyak dijumpai dimanamana dan tidak membahayakan bagi siswa, kesempatan bergerak setiap siswa akan lebih banyak,
dan dapat menumbuhkan gairah dan semangat serta tidak mudah membuat siswa jenuh dan
membosankan dalam melakukan aktivitas dilapangan.
2. Kepada lembaga khususnya sekolah bahwa proses pembelajaran dengan strategi pendekatan
permainan melompati kardus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran lompat jauh gaya
jongkok dan dapat dijadikan salah satu model pembelajaran Penjasorkes, mengingat banyak
keuntungan dan manfaat yang diperoleh baik bagi guru maupun bagi siswa dalam proses belajar
lompat jauh gaya jongkok.
3. Agar proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien, peneliti mengharapkan kepada guru
Penjasorkes dapat mencoba strategi pendekatan permainan melompati kardus untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran
merangsang siswa dengan banyak variasi-variasi untuk melakukan melompati kardus, sehingga
siswa merasa senang dan tujuan pembelajaran cepat tercapai dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Moh. (2011) Panduan Praktis Penelitian Tindakan Kelas untuk Penilaian Angka Kredit Guru.
Inspirasi. Yogyakarta
Elliot Jhon. (2008). Class Action Research. diambil tanggal 27 oktober 2008 dari www.madison.com.
IAAF. (2000). Pedoman Mengajar Lari, Lompat, Lempar level I. Jakarta: Development Programme.
Kemmis, Stephen & Mc. Taggart, Robin. (l988). The Action Research Planner. Victoria:
University.
Deakin
Martinis Yamin. (2004). Strategi Pembelajaran Berbasis Kompeten. Jakarta: Gaung Persada Press.
Mayke S. Tedjasaputra. (2007). Bermain, Mainan, dan Permainan untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta:
PT. Grasindo.
Mochamad Djumidar A. Widya. (2002). Belajar Berlatih Gerak-Gerak Dasar Atletik dalam Bermain.
Jakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta.
Montague, Earl J. (l987). Fundamentals of Secondary Classroom Instruction. Columbus, Ohio: Merrill
Publishing Company.
Moura, N.A., & Paula Moura, T.F. (2001). IAAF New Studies in Athletics (The IAAF Technical
Quarterly), 16:4; 51-61, 2001.
Naskah Standar Pembelajaran Pendidikan Jasmani SMP. (2003). Azas dan Falsafah Penjas. Jakarta:
Depdiknas.
Purnomo, Eddy. Dkk. (2011) Dasar-Dasar Gerak Atletik. Alfamedia. Yogyakarta.
Samsudin (2008). Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan SMA/ MA. PT. Fajar
Interpratama. Jakarta.
Sujarwadi dan Dwi Sarjiyanto. (2010) Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan untuk SMP.
Kementrian Pendidikan Nasional. Jakarta
Sutama. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D. Fairus Media.
Surakarta
Sugiyono. (2007) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Subandono. (2006). Perbedaan pengaruh latihan plyometrics dan fleksibilitas togok terhadap
peningkatan prestasi lompat jauh. Tesis magister, tidak diterbitkan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Surakarta.
Arikunto, Suharsimi dkk. (2006). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Supriyono. (2006). Pengaruh latihan plyometrics dan power otot-otot tungkai terhadap prestasi lompat
jauh. Tesis magister, tidak diterbitkan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.
Tadkiroatun Musfiroh. (2008). Cerdas Melalui Bermain (Cara Mengasah Multiple Intelligence pada
Anak Sejak Usia Dini). Jakarta: PT. Grasindo.
Yoyo Bahagia dkk. (2000). Atletik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Zafar Sidik, Dikdik. (2010) Mengajar dan Melatih Atletik. PT. Remaja Rosdakarya. Bandungs