Disusun Oleh :
Idha Kurniasih
H2A008025
Pembimbing :
dr. Zulfahmi Wahab, Sp.PD
AKTIF
Tanggal
14/05/2013
INAKTIF
1. Pola
makan
kurang terjaga
2. Kurang
menjaga
kebersihan kaki
5. Anemia normositik
normokromik
6. Trombositosis 545
7. Hipoalbumin 2,4
8. Hipocloremi
9. Hiponatremi
10. Leukositosis
I.
II.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. Ngatemi
Umur
: 61 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Pekerjaan
: tidak bekerja
Agama
: Islam
Bangsal
: Mawar
No RM
: 191756
Tanggal Masuk
: 5 Mei 2013
ANAMNESA
Anamnesis dilakukan di bangsal mawar tanggal 14 Mei 2013 pukul 14.00
secara autoanamnesis dan alloanamnesis
a.
Keluhan Utama
: disangkal
- Riwayat asma
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
- Riwayat operasi
: disangkal
e.
- Riwayat Hipertensi
:disangkal.
- Riwayat Asma
: disangkal
:disangkal
Riwayat kebiasaan :
-
Riwayat merokok
: disangkal
: disangkal
Riwayat olahraga
: disangkal
f.
g.
Riwayat Gizi
Sebelum sakit, pasien makan tidak teratur tiga hingga empat kali sehari
dengan nasi, sayur, tahu, dantempe, terkadang daging, telur dan ikan.
Jarang mengkonsumsi buah-buahan. Beberapa hari terakhir, sejak sakit
nafsu makan pasien menurun,makan dalam jumlah sedikit. Pasien
sering mengkonsumsi makanan asin dan manis, pasien belum menjaga
pola makannya.
Keluhan utama
Kepala
Sakit kepala (-), pusing (-), nggliyer (-), jejas(), leher kaku (-)
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
Sistem respirasi
Sistem kardiovaskuler :
Sistem gastrointestinal :
Sistem muskuloskeletal :
Sistem genitourinaria
Ekstremitas: Atas
Bawah
jari
dingin(-), kesemutan di
Sistem neuropsikiatri
Sistem Integumentum :
Kulit
kuning
bercakmerah
(-),
pucat
kehitaman
di
(+),gatal
bagian
(-),
dada,
: Compos mentis
C. Vital sign
:T
: 140/80 mmHg
: 20 x/menit
: 37,1C
Tinggi badan
: 150 cm
Berat badan
: 54 kg
Status Gizi
: normoweight
D. Kepala
mudah rontok
E. Mata
G. Hidung
: secret (-)
H. Mulut
I. Kulit
J. Leher
Jantung
Inspeksi : ictus codis tampak
Palpasi
Perkusi
Kanan jantung
Atas jantung
midclavicula sinistra
Auskultasi : BJ I-II regular, bising (-)
Kesan :normal
Paru-paru
Depan
Dextra
Sinistra
(-)
Vesikuler
Belakang
(-)
Aus:
suara
Depan
Belakang
SDV
RBH, (-),
SDV
melemah
Abdomen
Inspeksi
: datar
Auskultasi
: BU (+) N
Palpasi
Perkusi
1.
Ekstremitas
Superior
Inferior
Akral dingin
(-/-)
(-/-)
Edema
(-/-)
(-/-)
Sianosis
(-/-)
(-/-)
Ulkus
(-/-)
(-/+)
(+N /)
pedis
Pucat
(-/-)
(-/-)
Status Lokalis :
Inspeksi : terdapat dua buah luka terbuka di kaki kanan, luka pertama
pada telapak kaki dengan panjang 8 (delapan) sentimeter lebar 4
(empat) sentimeter. Terdapat jari nekrose berwarna hitam pada jari
kelingking pasien, mengenai lapisan dermis, epidermis, tidak mencapai
tendo kaki dan tulang. Luka bernanah. Luka kedua pada punggung kaki
kanan dengan panjang 7 (tujuh) sentimeter lebar 4 (empat) sentimeter,
luka mengenai epidermis, dermis dan tendo. Luka bernanah
Palpasi : perabaan hangat pada kulit (+), krepitasi (-), pulsasi arteri
dorsalis pedis melemah pada kaki kanan.
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin5 Mei 2013
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Lekosit
H 30,25
3,8 10,6
Eritrosit
L3,52
4,4 5,9
Hemoglobin
L 9,60
13,2 17,3
Hematokrit
L 28,90
40 52
MCV
82,18
80 100
MCH
27,38
26 34
MCHC
33,20
32 36
Trombosit
H 577
150 440
RDW
12,20
11,5 14,5
Eosinofil absolute
L 0,04
0,045 0,44
0,01
0 0,02
Basofil absolute
Neutrofil absolute
H 26,50
1,8 8
Limfosit absolute
1,48
0,9 5,2
Monosit absolute
H 1,72
0,16 1
Eosinofil
L 0,10
24
0,00
01
Neutrofil
H 87,70
50 70
Limfosit
L 6,50
25 40
Monosit
3,30
28
Basofil
Hasil
GDS
285
SGOT
11
SGPT
11
Kalium
L 3,7
Natrium
L 129
Albumin
L 2,4
c. Sero-imun (Serum)
HbsAg non-reaktif
d. EKG
i.
Ritme
: Normo sinus
ii.
Frekuensi
: 1500/16 = 94 x/menit
iii.
Regularitas
: Reguler
iv.
Axis
v.
Gel P
kecil normal
: 4 kotak kecil normal
vi.
Interval PR
vii.
viii.
Kesan
Segmen ST
: di garis isoelektris
: normo-sinus
Pemeriksaan penunjang
13. Leukosit H 30,25
14. Hb L 9,60
15. Ht L 28,90
16. eritrosit L 3,52
17. trombosit H 577
18. eosinofil L 0,10
19. neutrofil H 87,70
20. limfosit L 6,50
21. Natrium L 129
22. chlorida L 94
23. Albumin 2,4
24. GDS H285
VII. RESUME
Seorang perempuan berusia 61 tahun, datang poli RSUD Tugurejo
dengan keluhan Luka di telapak kaki kanan. pasien mengeluh luka pada
kaki tidak kunjung sembuh sejak 1,5 bulan yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan perut terasa sakit di ulu hati, mual dan badan semakin
lemas. Pasien hanya makan sedikit, tidak muntah, BAB dan BAK tidak
ada kelainan. Pasien mengaku badan masih sering menggigil.
Kemudian pasien disarankan oleh dokter untuk rawat inap.
Pada pemeriksaan mata didapatkan conjungtiva palpebra anemis.Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri pada regio epigastrium. Pada
pemeriksaan ekstremitas, terdapat ulkus pada kaki kanan, pulsasi arteri
dorsalis pedis melemah.
Pada darah rutin didapatkan: Leukosit H 30,25, Hb L 9,60, Ht L 28,90,
eritrosit L 3,52, trombosit H 577, eosinofil absolut L0,04, netrofil
absolut H26,50, monosit absolut 1,72 H, eosinofil L 0,10, neutrofil H
87,70, limfosit L 6,50, Natrium L 129, chlorida L 94, GDS 285.
Pada hasil EKG didapatkan: normo-sinus
11
Ass. Etiologi
Terdapat tiga factor sebagai latar belakang /yang berperan untuk
terjadinya ulkus diabetikumyaitu : angiopati, neuropati, dan infeksi
ipDx:
Grade
0
1
2
3
4
12
selulitis
Gangrene luas seluruh kaki
5
-
Ulkus grade II
Terdapat beberapa jenis pemeriksaan diantaranya, Angiografi, Doppler
Ultrasonik, Platismografi (pulse volume recording), Oksimetri
ranskutan, Doppler Laser, dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Angiografi
Merupakan pemeriksaan standar baku emas yang bersifat invasive
untuk mengetahui adanya oklusi, posisi dan luasnya oklusi serta
mempermudah tindakan bedah vaskuler yang dilakukan. Tindakan
invasive ini mudah terjadi thrombus sehingga tidak dilakukan
sebagai pemeriksaan diagnostik rutin.
Doppler Ultrasonik
Pemeriksaan dengan mengirimkan gelombang ultrasonic ke
pembuluh darah yang diperiksa. Apabila gelombang melanggar
objek yang bergerak seperti eritrosit, gelombang akan dipantulkan
kembali ke Doppler dengan frekwensi yang berbeda sesuai dengan
efek Doppler. Alat Doppler dipakai juga untuk pemeriksaan Ankle
Brachial Pressure Index (ABPI), yaitu rasio tekanan darah sistolik
di pergelangan kaki dengan tekanan sistolik di pergelangan tangan.
Nilai ABPI normal 0,9-1,1. Diagnosa PVP tegak bila nilainya 0,50,9, dikatakan berat jika nilainya < 0,5. Bila tekanan pergelangan
kaki < 50 mmHg, ABPI < 0,26 merupakan resiko besar untuk
kehilangan kaki.
13
Oksimetri Transkutan
Dasar pemeriksaannya adalah dengan dijumpainya perbedaan pada
tekanan partial oksigen transkutan di daerah tungkai dan di daerah
badan, alat ini dapat mengetahui perfusi ke tungkai secara
kuantitatif.
Doppler Laser
Mengukur secara kuantitatif kecepatan aliran di pembuluhpembuluh darah kulit pada tungkai.
untuk
menilai
pembuluh
darah,
mengevaluasi
ipTx:
Macam pengobatan pada umumnya tergantung pada stadiumnya,
namun yang utama adalah pengendalian kadar gula darah, hipertensi
dan dislipidemi.
Infus NaCl 0,9% 20 tpm
-
ipEX:
Perawatan kuku
14
PROBLEM : Dispepsi
-
Ass. Komplikasi
Adapun
komplikasi
dari
penyakit
Dispepsia
yaitu:
Ass. Etiologi :
1. Penyakit asam lambung
2. Kelainan motilitas : kelainan motilitas pada gastroduodenal
dapat berujung pada gangguan distribusi awal makanan, disritmia
lambung,
hipomotilitas
antral
dan
keterlambatan
dalam
pengosongan lambung.
3. Hiperalgesia viseral
4. Infeksi helicobacter pylory
5. intoleransi makanan
6. aerofagi
-
ipDx :
15
ipTx :
ipEx :
- Hindari makanan pencetus serangan
- Menghindari stress
16
ipDx
o gula darah puasa dan 2 jam post prandial
o A1c
o Profil lipid pada keadaan puasa
o Albuminuria
o Keton, sedimen dan protein dalam urin
o Elektrokardiogram
o Foto sinar x data
ipTx :
17
- retinopati
-
ass. Etiologi :
hipertensi essensial : tidak diketahui penyebabnya
hipertensi sekunder : karena adanya penyakit ginjal dsb
faktor yang mempengaruhi hipertensi :
faktor yang tidak dapat dimodifikasi : umur, jenis kelamin, ras,
genetik
faktor yang dapat dimodifikasi : obesitas, asupan garam, stress,
aktivitas fisik
ipDx :
pemeriksaan tekanan darah rutin
pemeriksaan kimia darah : kolesterol, TG, LDL, HDL, ureum,
kreatinin
pemeriksaan rutin mata
ipTx :
- furosemid 1-0-0
- captopril 3 x 25 mg
ipEx :
- menurunkan asupan garam
- meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan
asupan lemak
- latihan fisik
ass. Etiologi :
Anemia hemolitik
i. Anemia hemolitik intrakorpuskular
1. Ggg membran eritrosit
2. Ggg enzim eritrosit
3. Ggg hemoglobin c/ thalassemia
ii. Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
1. Anemia hemolitik autoimun
2. Anemia hemolitik mikroangiopati
3. Lain - lain
ipDx :
- Darah rutin dan hapusan darah tepi serta indeks eritrosit
(morfologi)
- Cek TIBC,ferritin serum, besi serum
ipTx :
19
ipEx :
- Istirahat dan diet tinggi protein
Ip Px : ad vitam
ad sanam
: dubia ad bonam
: dubia
ad fungsionam
: dubia
15 Mei 2013
O
Keadaan umum
Kesadaran
TD
130/70 mmHg
83 x/m
RR
20 x/m
36,0C
Kepala
mesochepal
Mata
Leher
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
20
Pemerksaan
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Penunjang
Lekosit
16,07
3,8 11
Eritrosit
3,40
3,8 - 5,2
Hemoglobin
9,30
11,7 15,5
Hematokrit
28,0
35 47
MCV
83,90
80 100
MCH
28,50
26 34
MCHC
33,90
32 36
583
150 440
14,90
11,5 14,5
Eosinofil
0,00
24
Basofil
0,20
02
Netrofil
59,70
50 70
Limfosit
5,70
25 40
Monosit
15,0
28
Trombosit
RDW
A
P
Natrium
128
135-145
Chlorida
3,5
3,5-5,0
Albumin
2,4
3,2 -5,2
Istirahat
21
furosemid 1-0-0
captopril 3 x 25 mg
diit garam
Tanggal
16 Mei 2013
O
Keadaan umum
Tampak baik
Kesadaran
Compos mentis
TD
140/80 mmHg
82 x/m
RR
19 x/m
36,8C
Kepala
mesochepal
Mata
Leher
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
A
Terapi lanjut
22
VI. PEMBAHASAN
23
insufisiensi vaskuler, serta infeksi. Penderita kaki diabetik yang masuk rumah
sakit umumnya disebabkan oleh trauma kecil yang tidak dirasakan oleh penderita
Ada banyak faktor yang berpengaruh dalam terjadinya kaki diabetik. Secara
umum faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi: 2
Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi daya tahan jaringan terhadap trauma seperti
kelainan makrovaskuler dan mikrovaskuler, jenis kelamin, merokok, dan
neuropati otonom.
Faktor yang meningkatkan kemungkinan terkena trauma seperti neuropati
motorik, neuropati sensorik, limited joint mobility, dan komplikasi DM yang
lain (seperti mata kabur).
Faktor presipitasi
Perlukaan di kulit (jamur).
Trauma.
Tekanan berkepanjangan pada tumit saat berbaring lama.
24
Tanpa tukak
atau pasca
tukak, kulit
intak/utuh
Luka
superfisial,
tidak sampai
tendon atau
kapsul sendi
Luka sampai
tendon atau
kapsul sendi
Luka sampai
tulang/sendi
----------------------------Dengan Infeksi----------------------------
---------------------------Dengan Iskemia---------------------------
1
2
3
None
PAD + but not critical
Critical limb ischemia
1
2
Size/Extent in mm2
Tissue Loss/Depth
1
2
3
25
Impaired Sensation
1
2
Absent
Present
PENATALAKSANAAN
A. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi pencegahan terjadinya kaki diabetik dan
terjadinya ulkus, bertujuan untuk mencegah timbulnya perlukaan pada kulit.
Pencegahan primer ini juga merupakan suatu upaya edukasi kepada para
penyandang DM baik yang belum terkena kaki diabetik, maupun penderita kaki
diabetik untuk mencegah timbulnya luka lain pada kulit.
Keadaan kaki penyandang DM digolongkan berdasarkna risiko terjadinya
dan risiko besarnya masalah yang mungkin timbul. Penggolongan kaki diabetik
berdasarkan risiko terjadinya masalah (Frykberg) yaitu: 1
1) Sensasi normal tanpa deformitas
2) Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi
3) Insensitivitas tanpa deformitas
4) Iskemia tanpa deformitas
5) Kombinasi/complicated
a) Kombinasi insensitivitas, iskemia, dan/atau deformitas
b) Riwayat adanya tukak, deformitas Charcot.
Pengelolaan kaki diabetik terutama ditujukan untuk pencegahan terjadinya
tukak, disesuaikan dengan keadaan risiko kaki.Berbagai usaha pencegahan
dilakukan sesuai dengan tingkat besarnya risiko tersebut. Dengan memberikan
alas kaki yang baik, berbagai hal terkait terjadinya ulkus karena faktor mekanik
akan dapat dicegah. 1
Penyuluhan diperlukan untuk semua kategori risiko tersebut.Untuk kaki
yang insensitif, alas kaki perlu diperhatikan benar, untuk melindungi kaki yang
insensitif tersebut.Jika sudah ada deformitas, perlu perhatian khusus mengenai
alas kaki yang dipakai, untuk meratakan penyebaran tekanan pada kaki.Untuk
kasus dengan permasalahan vaskular, latihan kaki perlu diperhatikan benar untuk
26
ulkus
PEDIS
dilakukan
setelah
debridement
yang
27
menjaga suasana kondusif bagi kesembuhan luka, dapat pula dipakai kasa yang
dibasahi dengan salin.Cara tersebut saat ini umum dipakai di berbagai tempat
perawatan kaki diabetik.1
3. Microbiological control (infection control)
Data mengenai pola kuman perlu diperbaiki secara berkala untuk setiap
daerah yang berbeda.Antibiotik yang dianjurkan harus selalu disesuaikan dengan
hasil biakan kuman dan resistensinya. Sebagai acuan, dari penelitian tahun 2004
di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, umumnya didapatkan pola kuman yang
polimikrobial, campuran Gram positif dan Gram negatif serta kuman anaerob
untuk luka yang dalam dan berbau. Karena itu untuk lini pertama pemberian
antibiotik harus diberikan antibiotik spektrum luas, mencakup kuman Gram
positif dan negatif (misalnya golongan sefalosporin), dikombinasikan dengan obat
yang bermanfaat terhadap kuman anaerob (misalnya metronidazol).1
4. Vascular control
Keadaan vaskular yang buruk tentu akan menghambat kesembuhan luka.
Berbagai langkah diagnostik dan terapi dapat dikerjakan sesuai keadaan dan
kondisi pasien. Umumnya kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui
berbagai cara sederhana seperti warna dan suhu kulit, perabaan arteri dorsalis
pedis, arteri tibialis posterior, arteri poplitea, dan arteri femoralis, serta
pengukuran tekanan darah. Di samping itu, saat ini juga tersedia berbagai fasilitas
mutakhir untuk mengevaluasi keadaan pembuluh darah dengan cara noninvasif
maupun invasif dan semiinvasif, seperti pemeriksaan ankle brachial index, ankle
pressure, toe pressure, TcPO2, dan pemeriksaan echo Doppler serta arteriografi. 1
Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya, dapat dilakukan
pengelolaan untuk kelainan pembuluh darah perifer dari sudut vaskular, yaitu
berupa:
Modifikasi Faktor Risiko1
Stop merokok
Memperbaiki faktor risiko terkait aterosklerosis (hiperglikemia, hipertensi,
dislipidemia)
Terapi Farmakologis
28
itu,
terapi
hiperbarik
dilaporkan
juga
bermanfaat
untuk
29
30
Hipertensi
Diabetes
Mellitus
Usia
Pola Makan
Neuropati
Angiopati
Infeksi
Mual
Nyeri tekan
epigastrium
Badan lemas
31
DAFTAR PUSTAKA
1. IPD FK UI
2. KONSENSUS DM 2011
3. GUIDELINE DIABETIC ULCER 2011
32