Anda di halaman 1dari 4

Patofisiologi (skema patof buku obgyn sarwono)

Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi
eritropoetin. Akibatnya, volume pasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat.
Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat
hemodilusi.
Ekspansi volume plasma merupakan penyebab anemia fisiologik pada kehamilan. Volume
plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht), konnsentrasi hemoglobin darah (Hb), dan
hitung eritrosit tetapi tidak menurunkan jumlah absolut Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Mekanisme
yang mendasari perubahan ini belum jelas. Ada spekulasi bahwa anemia fisiologik dalam kehamilan
bertujuan menurunkan viskositas daah maternal sehingga meningkatkan perfusi plasental dan
membantu penghantarab oksigen serta nutrisi ke janin.
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan mencapai maksimum pada
minggu ke-24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai minggu ke 37. Penurunan hematokrit,
konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritsrosit biasanya tampak pada minggu ke 7 sampai ke 8
kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke 16 sampai ke 22 ketika titik keseimbangan tercapai.
Gambar konsentrasi hemoglobin selama kehamilan

Klasifikasi anemia (IPD)


Klasifikasi anemia menurut etiopatogenesis
A. Anemia karena ganggguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
1. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit
-

Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi asam folat

Anemia defisiensi vitamin b12

2. Gangguan penggunaan besi


-

Anemia akibat penyakit kronik

Anemia sideroblastik

3. Kerusakan sumsum tulang


-

Anemia aplastik

Anemia mieloptisik

Anemia pada keganasan hematologi

Anemia diseritropoetik

Anemia pada sindrom mielodisplastik

Anemia akibat kekurangan eritropoetin: anemia pada gagal ginjal kronik


B. Anemia akibat perdarahan
1. Anemia pasca perdarahan akut
2. Anemia akibat perdarahan kronik
C. Anemia hemolitik
1. Anemia hemolitik intrakorpuskular
-

Gangguan membran eritrosit (membranopati)

Gangguan enzim eritrosit (enzimopati) : anemia akibat deefisiensi G6PD

Gangguan hemoglobin (hemiglobinopati) : thalassemia, hemoglobinopati struktural


HbS, HbE,dll

2. Anemia hemolitik ekstrakorpuskuler


-

Anemia hemolitik autoimun

Anemia hemolitik mikroangiopati

Lain-lain

D. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang kompleks

Klasifikasi anemia berdasarakan morfologi dan etiologi


A. Anemia hipokrom mikrositer
1. Anemia defisiensi besi
2. Thalassemia major
3. Anemia akibat penyakit kronik
4. Anemia sideroblastik
B. Anemia normokrom normositer
1. Anemia pasca perdarahan akut
2. Anemia aplastik
3. Anemia hemolitik didapat
4. Anemia akibat penyakit kronik
5. Anemia pada gagal ginjal kronik
6. Anemia pada sindrom mielodisplastik
7. Anemia pada keganasan hematologik
C. Anemia makrositer
1. Bentuk megaloblastik
-

Anemia defisiensi asam folat

Anemia defisiensi b12, termasuk anemia pernisiosa

2. Bentuk non-megaloblastik
-

Anemia pada penyakit hati kronik

Anemia pada hipotiroidisme

Anemia pada sindrom mielodisplastik

Tanda dan gejala anemia (ipd)


Gejala anemia dapat digolongkan menjadi tiga jenis gejala, yaitu:
1. Gejala umum anemia
Gejala umum anemia, disebut juga sebagai sindrom anemia, timbul karena iskemia organ
target serta akibat mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan kadar hemoglobin.
Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah penurunan hemoglobin sampai kadaar
tertentu (Hb <7g/dL). Sindrom anemia terdiri dari rasa lemah, lesu, cepat lelah, telingan
mendenging, mata berkunang-kunang, kaki terasa dinngin, sesak napas, dispepsia. Pada
pemeriksaan, pasien tampak pucat, yang mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa mulut,
telapak tangan dan jaringan bawah kuku. Sindrom anemia bersifat tidak spesifik karena
dapat ditimbulkan oleh penyakit di luar anemia dan tidak sensitif karena timbul setelah
penurunan hemoglobin yang berat (Hb<7g/dl).
2. Gejala khas masing-masing anemia
Gejala ini spesifik untuk masing-masing jenis anemia, sebagai contoh :
-

Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stommatitis angularis, dan kuku
sendok.

Anemia megaloblastik : glositis, gangguan neurologik pada defisienssi vitamin b12.

Anemia hemolitik : ikterus, splenomegali dan hepatomegali.

Anemia aplastik : perdarahan dan tanda-tanda infeksi.

3. Gejala penyakit dasar


Gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan anemia sangat bervariasi
tergantung dari penyebab anemia tersebut. Misalnya gejala akibat infeksi cacing tambang :
sakit perut, pembengkakakan parotis, dan warna kuning pada telapak tangan. Pada kasus
tertentu sering gejala penyakit dasar lebih dominan, seperti misalnya pada anemia akibat
penyakit kronik oleh karena artritis reumatoid.
Meskipun tidak spesifik, anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat penting pada kasus anemia
untuk mengarahkan diagnosis anemia. Tetapi pada umumnya diagnosis anemia memerlukan
pemerisaan laboratorium.

Program pemerintah tambahan yang terbaru

Teori kepatuhan

Anda mungkin juga menyukai