Anda di halaman 1dari 12

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI, MAGISTER KEPENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA

Hubungan Demonstrasi
Mahasiswa Dengan
Pendidikan Di Perguruan
Tinggi Universitas
Mulawarman
MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN
IMA NURANI dan RITA MAGDALENA

2014

[Hubungan Demonstrasi Mahasiswa Dengan Pendidikan Di Perguruan


Tinggi Universitas Mulawarman]

2014

HUBUNGAN DEMONSTRASI MAHASISWA DENGAN PENDIDIKAN DI


PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS MULAWARMAN

Ima Nurani, Rita Magdalena


Prodi Pendidikan Biologi, Magister Kependidikan Universitas Mulawarman
nurani28@gmail.com, rita.biologi@yahoo.com

PENDAHULUAN
Perguruan tinggi merupakan satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi.
Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan
tinggi disebut dosen. Perguruan tinggi dibagi menjadi dua yaitu negeri dan swasta, biasanya
status perguruan tinggi sangat membedakan kualitas mahasiswanya.
Mahasiswa dalam suatu perguruan tinggi dapat dikatakan sebagai agen perubahan
negeri di masa yang akan datang dan juga sebagai penyalur aspirasi masyarakat ke hadapan
pemerintahan dengan cara yang tertib dan sehat. Namun pada kenyataan yang terjadi saat ini,
banyak mahasiswa melakukan aksi demonstrasi yang tidak tertib dan mengganggu ketertiban
masyarakat, sehingga masyarakat selalu menganggap aksi demonstrasi mahasiswa sebagai
suatu tindakan yang sangat merugikan, karena tidak hanya merusak fasilitas umum namun
juga kerap melakukan tindak kekerasan.
Aksi demonstrasi mahasiswa yang anarkis

sangat erat hubungannya dengan

pendidikan yang didapatkan saat perkuliahan, misalnya fakultas ilmu pemerintahan dimana
hampir setiap hari mempelajari tentang politik dan tata pemerintahan. Dalam setiap
pembelajaran akan ada pembentukan karakter dan bagaimana harus bertindak saat
mengahadapi suatu permasalahan, sehingga para pendidik selalu memberikan contoh sikapsikap dalam mengambil sebuah keputusan dan selalu mengajak mahasiswa berfikir
bijaksana.

[Hubungan Demonstrasi Mahasiswa Dengan Pendidikan Di Perguruan


Tinggi Universitas Mulawarman]

2014

Akan tetapi, mahasiswa tidak selalu mengkaitkan teori dengan dunia nyata yang
mereka hadapi, kebanyakkan mahasiswa tidak memiliki karakter-karakter yang sering
disampaikan di dalam kelas saat proses pembelajaran. Sehingga karakter dan sifat yang
sering dibawa saat aksi demo oleh mahasiswa terutama saat mereka merasakan bahwa suara
rakyat tidak lagi didengar oleh pemerintah yaitu, tindakan anarkis dan karakter-karakter yang
tidak layak dimiliki oleh seorang yang berintelektual.
Kegiatan mahasiswa tidak hanya berdemonstrasi , tetapi ada kegiatan atau kewajiban
lain seperti ujian-ujian, kuis, UKM, serta tugas-tugas dari dosen yang harus dilaksanakan.
Walaupun aksi demonstrasi hanya sebagian dari kegiatan diluar kampus yang diperbolehkan
tetapi demonstrasi hendaknya dilakukan secara tertib dan sehat. Universitas Mulawarman
Samarinda yang merupakan salah satu universitas yang mahasiswanya sering melakukan
aksi demo yang bersifat merugikan masyarakat. Maka, hal itu yang kemudian mendasari
kami untuk membahas mengenai hubungan demonstrasi mahasiswa dengan pendidikan di
perguruan tinggi khususnya di Universitas Mulawarman Samarinda.

METODE
Penulisan karya tulis ini dilakukan dengan mengikuti kaidah metode
penulisan ilmiah yang berlaku sesuai aturan pedoman karya tulis yang ditetapkan.
Karya tulis ini disusun secara cermat dengan menggunakan dua bentuk metode yang
saling mendukung, yaitu :
1. Metode kepustakaan ( library search )
Yaitu suatu bentuk metode penulisan yang disususn berdasarkan atas studi
pustaka. Bahan-bahan kepustakaan yang dipergunakan meliputi berbagai
sumber, yakni dengan menggunakan buku-buku bacaan (teks book) berbagai
makalah yang terkait dan relevan dengan tulisan. Sebagai sumber pelengkap
dan pendukung dalam metode ini, digunakan berbagai informasi ilmiah

[Hubungan Demonstrasi Mahasiswa Dengan Pendidikan Di Perguruan


Tinggi Universitas Mulawarman]

2014

tertulis dari beberapa situs website di internetdan berita serta opini publik dari
berbagaio media cetak dan elektronik yang berhubungan dengan topik
bahasan
2. Metode wawancara ( interview )
Untuk mencapai sasaran penulisan, maka penulis aktif melakukan wawancara
dengan bebarapa orang dengan latar belakang berbeda, untuk lebih
mendalami bagaimana pendapat orang-orang mengenai aksi demo dengan
pendidikan di perguruan tinggi. Wawancara kami lakukan secara intensif
untuk mencari informasi dan opini publik mengenai aksi demonstrasi yang
dilakukan mahasiswa, utamanya melalui mahasiswa dan masyarakat secara
umum.

HASIL PENELITIAN
Berdasarakan wawancara singkat tak terstruktur yang sudah kami lakukan sehingga
mencapai titik jenuh, dimana hampir semua sumber data telah menjawab beberapa
pertanyaan dengan jawaban yang sama.
a. Sumber Data Mahasiswa, mengatakan bahwa kaitan aksi demo mahasiswa
dengan pendidikan di perguruan tinggi, jika dilihat dari kaitannya, jarang sekali
mahasiswa yang melakukan aksi demo menerapkan ilmu-ilmu yang sudah
didapatkan pada saat di kampus, seperti pendidikan karakter, moral,
budaya,sosial.
b. Sumber Data Masyarakat, jika dilihat dari kaitannya dengan pendidikan aksi
demo mahasiswa tidak mencerminkan seorang yang berpendidikan, karena
pendidikan karakter dan moral yang selalu diajarkan oleh pendidik tidak

[Hubungan Demonstrasi Mahasiswa Dengan Pendidikan Di Perguruan


Tinggi Universitas Mulawarman]

2014

terlihat. Tetapi masyarakat mengatakan bahwa aksi demo mahasiswa hanya


mengganggu aktivitas masyarakat.

PEMBAHASAN
Mahasiswa, menurut KBBI pengertian mahasiswa adalah orang yang belajar
di perguruan tinggi, secara adminitrasi mereka terdaftar sebagai murid di perguruan
tinggi. Tapi pengertian itu tidak hanya sebatas itu, Mahasiswa itu mengandung
pengertian yang lebih luas dari sekedar terdaftar secara administrasi. Akan tetapi
menjadi mahasiswa itu mengandung arti yang sangat luas, mahasiswa adalah agen
pembawa perubahan. Menjadi mahasiswa

itu merupakan kebanggaan dan juga

sebagai tanggung jawab besar sebagai agen pembawa perubahan. Menjadi seseorang
yang akan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat.
Hal ini sejalan dengan pendapat Arbi Sanit (1999) yang menyatakan bahwa
gerakan mahasiswa mempunyai peranan yang sangat besar untuk perubahan
masyarakat. Mahasiswa selalu mengambil peran sebagai pelopor dalam setiap
perubahan. Gerakan mahasiswa yang memberi perubahan besar yang pernah tercatat
dalam sejarah misalnya, turunnya mantan presiden Soeharto pada era reformasi,
terjadi karena mahasiswa yang menuntut agar orde baru berakhir dan diganti dengan
reformasi. Turunnya almarhum Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pun, juga terjadi
karena mahasiswa melakukan demonstrasi demi perbaikan bangsa Indonesia tercinta
ini.
Gerakan tersebut dilakukan mahasiswa sebagai bentuk perwakilan dari
pendapat rakyat yang merasa tidak mendapat keadilan dari suatu pemerintahan.
Gerakan yang paling sering digelar oleh mahasiswa sebagai penyalur aspirasi rakyat

[Hubungan Demonstrasi Mahasiswa Dengan Pendidikan Di Perguruan


Tinggi Universitas Mulawarman]

2014

disebut dengan demonstrasi. Dikutip dari Wikipedia (2014) Demonstrasi (demo) atau
unjuk rasa adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di
hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat
kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau
dapat

pula

dilakukan

sebagai

sebuah

upaya

penekanan

secara politik oleh kepentingan kelompok.


Pada dasarnya, demonstrasi adalah suatu hal yang wajar di sebuah negara
yang menganut paham demokrasi di Indonesia. Sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 yang ditegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan
rakyat. Maka ketika pendapat rakyat sudah tidak mampu lagi tersampaikan melalui
badan-badan perwakilan rakyat, maka peran mahasiswa di sini dibutuhkan sebagai
penyalur aspirasi rakyat. Rakyat juga berperan penting sebagai pendukung
mahasiswa untuk melakukan aksi tersebut.
Namun yang terjadi saat ini demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa
cenderung tidak mengedepankan pendapat rakyat. Demonstrasi digelar dengan cara
yang tidak tertib dan mengganggu kepentingan masyarakat. Terlebih lagi tindakan
brutal kerap kali mendampingi mahasiswa dalam aksi demonstrasinya. Akibatnya
sejumlah fasilitas rusak dan masyarakat merasa tidak aman. Tentu saja rakyat merasa
terganggu dan enggan mendukung gerakan tersebut. Hal ini berbeda pada saat
mahasiswa pada orde lama melakukan aksi demonstrasi. Aksi mahasiswa pada masa
itu sangat didukung oleh rakyat. Seperti yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Halide,
Rektor Universitas Fajar dalam Asnawin (2008) Mahasiswa yang melakukan
demonstrasi pada zaman Orde Lama dan Orde Baru memang murni aksi
demonstrasi, yakni turun ke jalan untuk menyalurkan aspirasi dan aksi tersebut

[Hubungan Demonstrasi Mahasiswa Dengan Pendidikan Di Perguruan


Tinggi Universitas Mulawarman]

2014

mendapat dukungan masyarakat memprotes kebijakan pemerintah. Sekarang,


mahasiswa bukan melakukan aksi demonstrasi, melainkan melakukan tekanan
(pressure) kepada pemerintah. Sayangnya, tekanan yang dilakukan mahasiswa juga
salah-salah karena tidak berhasil. Lebih ironis lagi, mahasiswa sekarang selalu
mengatasnamakan rakyat dan mengaku memperjuangkan hak-hak rakyat, tetapi aksi
mereka saat turun ke jalan justru tidak mendapat simpati dan dukungan rakyat,
karena mereka mengganggu kepentingan dan hak rakyat. Prof. Dr. Halide juga
menambahkan, Seharusnya, dalam menyampaikan aspirasi demonstran terlebih
dahulu mengidentifikasi masalah, mencari akar masalah, lalu tawarkan solusinya.
Kalau aspirasinya betul dan bagus, pihak universitas akan membantu untuk
memperjuangkan aspirasi para demonstran.
Pendapat Prof. Dr. Halide tersebut sejalan dengan pendapat Anwar (2014)
yang mengatakan, Mahasiswa sebetulnya tidak perlu lagi melakukan tindakan
anarkis, sebab sudah tidak ada pressure militer atau pengekangan seperti pada jaman
orde baru dan awal reformasi. Sekarang semua orang bebas menyuarakan pendapat,
sehingga tidak perlu lagi menggalang kuatan massa secara berlebihan untuk menekan
pemerintah. Sangat disesali akibat demontrasi brutal mahasiswa kita di Makassar,
penduduk pulau-pulau lain mengidentikkan kita sebagai orang Makassar sebagai
orang-orang dengan temperamen brutal. Mendekati tahun 2014, dimana ada pilpres
dan pileg, mahasiswa seharusnya melakukan aksi presure politis tanpa terjun ke
dunia politik. Seperti mengimbau masyarakat untuk tidak memilih parpol yang korup
dan calon pemimpin yang tidak kompeten. Itu jauh lebih intelek.
Penulis berpendapat bahwa untuk menyampaikan suatu aspirasi agar didengar
oleh pemerintah, sebenarnya dapat dilakukan oleh beberapa cara, seperti menulis

[Hubungan Demonstrasi Mahasiswa Dengan Pendidikan Di Perguruan


Tinggi Universitas Mulawarman]

2014

artikel, melalui lagu, melalui gambar, hingga bertumpu pada demonstrasi. Jadi
demonstrasi adalah cara akhir yang dapat dilakukan jika cara-cara sebelumnya tidak
berhasil. Namun ingat, demonstrasi yang dibicarakan disini adalah demonstrasi yang
terorganisir. Yakni demonstrasi yang berdasar pada landasan ilmiah bukan hanya
omongan belaka, dimana demonstran memberikan solusi untuk permasalahan yang
sedang mereka angkat dalam aksinya. Seperti yang dikemukakan oleh Edward W.
Said (1995) dalam bukunya Representation of The Intellectual merumuskan
intelektual sebagai individu yang dikaruniai bakat untuk merepresentasikan pesan,
pandangan, sikap kepada publik yang tujuan dari aktualisasi tersebut melahirkan
kebebasan untuk memotivasi dan menggugah rasa kritis orang lain agar berani
menghadapi ortodoksi, dogma, serta tidak mudah dikooptasi kuasa tertentu, sehingga
intelektual harus selalu aktif bergerak dan berbuat dengan ketajaman nalarnya.
Hal tersebut diperkuat oleh Jamal (2008) yang menyatakan Konteks
mahasiswa sebagai representasi dari kaum intelektual berdasar pada pertimbanganpertimbangan ilmiahnya sudah seharusnya mampu mengelaborasi antara teori dan
praktik. Demonstrasi sebagai sebuah gelaran demokrasi hanya akan menjadi garang
dan menyeramkan manakala mahasiswa sebagai kaum intelektual belum mampu
memfungsikan

intelektualitas

yang

dimilikinya

secara

maksimal,

karena

intelektualisme yang hampa dari agenda humanisasi adalah sebuah pengkhianatan


terhadap nurani kemanusiaan.
Seperti yang kita ketahui, mahasiswa-mahasiswa pada masa ini ternyata tidak
menerapkan teori dalam praktik demonstrasinya. Hal yang terjadi adalah mahasiswa
bertindak anarkis dan mengesampingkan moral yang tidak mencerminkan mahasiswa
sebagai kaum intelektual. Mahasiswa tak ubahnya seperti preman yang

[Hubungan Demonstrasi Mahasiswa Dengan Pendidikan Di Perguruan


Tinggi Universitas Mulawarman]

2014

berpendidikan. Jadi, pembentukan karakter bagi mahasiswa dirasa perlu agar


mahasiswa tidak mengalami krisis identitas. Pembentukan karakter memang sudah
ditanamkan mulai dari lingkup keluarga, pendidikan dasar hingga menengah. Akan
tetapi, dengan kemampuan mahasiswa sebagai agen perubahan di masa ini dirasa
perlu adanya pendidikan yang khusus diberikan kepada mahasiswa untuk
membentuk kepribadian yang intelek dan selalu berpegang prinsip pada nilai nilai
kebaikan agar tidak merugikan masyarakat.
Hal ini sejalan dengan pendapat Rakka, (2008) Peran perguruan tinggi yang
sangat strategis untuk membina generasi muda dalam pengembangan karakternya,
terlebih di era globalisasi menuntut pembelajaran sosial dan politik lebih pro-aktif
dalam mewujudkan perannya dalam membangun budaya dan karakter bangsa.
Universitas sebagai lembaga resmi yang membina generasi muda perlu direncanakan
pelaksanaan pembelajaran serta konseptualnya, sehingga upaya membangun budaya
dan karakter bangsa bisa lebih efektif sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
Sebagai salah satu universitas yang mahasiswanya sering berdemo,
Universitas mulawarman perlu menerapkan pendidikan karakter. Pendidikan karakter
di perguruan tinggi yang dapat diberikan di lingkungan Universitas Mulawarman
perlu diajarkan untuk membekali mahasiswa sebelum terjun ke masyarakat.
Pendidikan karakter bisa saja diajarkan sebagai salah satu mata kuliah dasar atau
dapat pula diseminarkan di lingkungan universitas yang dapat diikuti oleh seluruh
mahasiswa Universitas Mulawarman. Selain itu, pendidikan karakter dapat
diselipkan dalam suatu mata kuliah dan ditekankan oleh dosen ketika mengajar.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan

[Hubungan Demonstrasi Mahasiswa Dengan Pendidikan Di Perguruan


Tinggi Universitas Mulawarman]

2014

digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani
bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Pengembangan budaya
dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan dan selalu
diselipkan pada saat proses pembelajaran didalam kelas berlangsung dan tidak
pandang dengan mata kuliah yang akan diajarkan oleh pendidik (Suhanaji dan
Waspodo, 2005).
Jadi sangatlah jelas bahwa kegiatan demonstrasi mahasiswa memiliki
hubungan dengan pendidikan di perguruan tinggi. Dengan berlandaskan ilmu
pengetahuan dan moral yang baik karakter mahasiswa yang berpindidikan ketika
dihadapkan kepada suatu masalah yang terjadi pada masyarakat akan mencari akar
permasalahan, kemudian mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Mahasiswa berpendidikan akan menyatakan aspirasinya dengan berbagai cara kreatif
yang tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Caracara kreatif tersebut dapat berupa lagu, gambar, artikel, jejak pendapat, diskusi
publik dan lain sebagainya. Sekiranya dari cara tersebut aspirasi mahasiswa tidak
didengar, maka demonstrasi sah dilakukan sebagai langkah akhir. Tentu saja dengan
cara yang tertib. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan faktor
yang sangat penting dalam pembentukan sebuah karakter. Hal ini sejalan dengan
pendapat Supriya, (2008) yang menyatakan bahwa Pendidikan adalah juga suatu
usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi
keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan.
Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki
masyarakat dan bangsa.

10

[Hubungan Demonstrasi Mahasiswa Dengan Pendidikan Di Perguruan


Tinggi Universitas Mulawarman]

2014

Selain kepribadian dan karakter yang baik menurut Anies Baswedan dalam
(Hidayati, 2014) pola pikir pemuda juga harus diubah karena zaman sudah berubah
dan cara perjuangannya pun berbeda. Di era modern ini tentunya menuntut kesiapan
pemuda untuk mengahadapi berbagai arus globalisasi yang signifikan. Semakin
ketatnya persaingan dalam ilmu pengetahuan dan juga pekerjaan menuntut pemuda
untuk berinovasi dan terus mengembangkan kemampuannya, agar para pemuda
dapat bersaing tidak hanya dalam kancah nasional tetapi juga internasional.
Ketika moral dan pola pikir pemuda sudah terbentuk, secara tidak langsung
pemuda dalam hal ini mahasiswa, akan memahami perannya sebagai pemuda yang
pantang menyerah dan terus memperjuangkan kemajuan bangsa. Kegiatan seperti
demonstrasi sekiranya akan dirasa tidak penting karena banyak hal-hal positif yang
dapat dilakukan demi memajukan bangsa. Pemuda seperti inilah yang akan menjadi
penerus estafet kepemimpinan menuju masa depan bangsa yang lebih baik.

KESIMPULAN
Terdapat hubungan antara aksi demonstrasi mahasiswa dengan pendidikan di
perguruan tinggi. Demonstrasi mahasiswa yang bersifat anarkis adalah bentuk dari
gerakan mahasiswa yang mengesampingkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral.
Untuk membentuk kepribadian dan karakter yang baik dalam diri mahasiswa perlu
diajarkan pendidikan karakter di perguruan tinggi.

11

[Hubungan Demonstrasi Mahasiswa Dengan Pendidikan Di Perguruan


Tinggi Universitas Mulawarman]

2014

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Ahyar. 2014. Sosiologi Pendidikan. Makassar: UNM Press.


Arbi, Sanit 1999. Gerakkan Mahasiswa di Era Demokrasi. Jakarta
Asnawin. 2008. Dulu, Demonstrasi Mahasiswa Didukung Rakyat. Terdapat di
http://pedomanrakyat.blogspot.com/2008/12/dulu-demonstrasi-mahasiswadidukung.html diakses pada Tanggal 28 November 2014.
Edward W. Said, 1995. Representation of The Intellectual. Usa unyversity
Hidayati, Sri. 2014. Krisis Identitas dan Revitalisasi Pemuda. Terdapat di
http://hidayatiidda.blogspot.com/2014/05/krisis-identitas-dan-revitalisasiperan.html diakses pada Tanggal 28 November 2014.
Jamal, Abdul. 2008. Demokrasi Pemerintahan. Yogyakarta: Kepel Press.
Raka, I.I.D.G. 2008. Pembangunan Karakter dan Pembangunan Bangsa: Menengok
Kembali Peran Perguruan Tinggi. Bandung: Majelis Guru Besar ITB.
Supriya. 2008. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Rosdakarya.
Waspodo, Tjipto. 2005. Modernisasi dan Globalisasi. Surabaya: Insan Cendikia.
Wikipedia. 2014. Unjuk Rasa. Terdapat di http://id.wikipedia.org/wiki/Unjuk_rasa
diakses pada Tanggal 28 November 2014.

12

Anda mungkin juga menyukai