Anda di halaman 1dari 3

Minimally Invasive Autopsy: An Alternative to Conventional Autopsy?

ABSTRAK
Tujuan : Menentukan minimally invasive autopsy (MIA) sebagai alat diagnostik dan mengetahui
kelayakan MIA sebagai alternative terhadap conventional autopsy (CA)
Materi dan Metode : 30 pasien (19 pria, 11 wanita; usia : 46-79 tahun), dengan izin keluarga
untuk CA, dilakukan MIA terlebih dahulu sebelum CA. MIA terdiri dari 16 bagian seluruh tubuh
CT dan 1,5 T MRI, dilanjutkan dengan USG jantung, paru, ginjal dan lien.
Hasil : Pada 23 pasien (77%), MIA dan CA sepakat menentukan penyebab kematian. Sensitivitas
MIA 93% dan 94% dan spesifitas 99%. MIA gagal untuk mengetahui infark miokard akut pada
empat pasien. CT lebih baik dibanding MRI untuk mendeteksi pneumothorax dan kalsifikasi.
MRI lebih baik dibanding CT untuk mendeteksi keabnormalan otak dan emboli paru.
Kesimpulan : MIA merupakan prosedur yang layak dengan performa diagnostik yang tinggi
untuk mendeteksi penyebab umum kematian seperti pneumonia dan sepsis; MIA gagal untuk
menjelaskan penyakit jantung, seperti infark miokard akut dan endocarditis sebagai penyebab
kematian

PENGENALAN
Otopsi telah dilakukan untuk memantau kesehatan masyarakat, menghasilkan statistik vital yang
akurat, menilai kualitas praktek medis, meyakinkan anggota keluarga, dan melindungi terhadap
kemungkinan klaim palsu.
Menanggapi kekhawatiran keluarga tentang mutilasi tubuh dikarenakan oleh CA, pengembangan
metode pemeriksaan minimal invasif pasca kematian dapat berkontribusi untuk pengembalian
reputasi rumah sakit otopsi. Teknik pencitraan setelah kematian semakin digunakan dalam
bidang forensik. Beberapa studi klinis telah dilaporkan menggunakan computed tomography
(CT) setelah kematian atau magnetic resonance (MR) imaging. Tujuan dari studi kami adalah
untuk menentukan kinerja diagnostik otopsi minimal invasif (MIA) untuk mendeteksi penyebab
kematian dan untuk menyelidiki kelayakan MIA sebagai alternatif untuk CA dalam diagnosis
klinis.

BAHAN DAN METODE


Metode penelitian pada jurnal ini menggunakan prospective cohort study. Sampel berasal dari
pasien meninggal, seizin keluarga untuk dilakukan CA dengan alasan medis menjalani evaluasi
tambahan dengan MIA sebelum dilakukan CA. Kriteria inklusi adalah berusia 18 tahun atau

lebih dan berat kurang dari 100 kg. Kriteria eksklusi adalah sebagai berikut: tidak ada informed
consent dari keluarga, forensik sebagai penyebab kematian, diketahui atau diduga "berisiko
tinggi" mayat yang terinfeksi (hepatitis B dan C, human immunodeficiency virus, tuberkulosis),
dan luka perut terbuka. Dua kriteria eksklusi terakhir ini ditetapkan untuk melindungi personil
berkolaborasi dalam proyek penelitian ini. Kasus yang dirujuk selama akhir pekan dan pada hari
Jumat juga diekslusi karena hambatan logistik untuk CT dan MRI karena teknologi radiologi
yang tersedia hanya dari Senin hingga Kamis untuk melakukan pencitraan di luar jam kerja
biasa.

HASIL
Penemuan Intrakranial
Perdarahan serebral pada satu pasien dan perubahn substansia alba iskemik pada dua pasien,
diobservasi dengan MIA dan CA. 26 pasien tanpa CA di otak, radiologis menemukan perubahan
substansia alba pada 6 pasien.

Kinerja Diagnostik
Kinerja diagnostik MIA secara keseluruhan dan penemuan besar, dengan CA sebagai referensi
standar, sangat baik. Hanya 18 dari 2056 observasi, termasuk 137 penemuan besar, yang tidak
ditemukan pada MIA, menghasilkan sensitivitas 93% dan spesifisitas 99%.
Penyebab Kematian
Terdapat kesepakatan yang sangat baik terhadap penyebab kematian (77%, 23 dari 30 pasien)
antara MIA dan CA, akan tetapi MIA gagal untuk menjelaskan infark miokard akut.
Biaya
MIA dan CA $1497 148 dan $2274 104.

DISKUSI
Penemuan menenjukkan MIA dapat dipercaya untuk menentukan penyebab umum kematian,
seperti sepsis atau pneumonia. Namun, gagal untuk infark miokard akut.

Anda mungkin juga menyukai