Anda di halaman 1dari 84

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam
menentukan tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa.Ada dua aspek
penting dari definisi di atas.Pertama,

evaluasi menunjuk pada proses yang

sistematik.Kedua, evaluasi mengasumsikan bahwa tujuan instruksional ditentukan


terlebih dahulu sebelum proses belajar mengajar berlangsung.Sesuai dengan
prinsip belajar yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses terjadinya
perubahan tingkah laku dalam diri siswa , dengan sendirinya evaluasi dapat
dijadikan alat untuk mengetahui perubahan tersebut.Ini berarti bahwa dalam
proses belajar mengajar harus ada kriteria tertentu yang dapat dijadikan patokan
untuk pelaksanaan evaluasinya.
Fungsi utama dari evaluasi itu sendiri adalah untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa baik dalam pelajaran harian, semesteran, maupun kenaikan
kelas. Untuk mengukur keberhasilan siswa tersebut perlu diadakan suatu tes,
diantaranya :
1. Tes formatif
Tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
terbentuk (kognitif, afektif, dan psikomotorik) setelah mengikuti suatu program
tertentu, dalam hal ini program pengajaran.
2. Tes sumatif
Tes yang bertujuan untuk mengetahui penguasaan siswa dalam sejumlah
materi pelajaran yang telah dipelajari.
Dari beberapa aspek penting yang diungkapkan diatas, hal ini
menunjukkan bahwa evaluasi memiliki peranan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Maka dari itu perlu adanya suatu alat evaluasi yang baik demi
tercapainya tujuan instruksional yang diinginkan.

1.2 Prosedur Evaluasi


Langkah-lagkah pokok yang harus ditempuh sebagai prosedur evaluasi
terdiri dari perencanaan (planning), pengumpulan data (collecting),verifikasi
data(verification),analisis data(analysis), dan penafsiran (interpretation).
1.

Perencanaan
Tahap ini meliputi kegiatan

merumuskan kegiatan evaluasi yang aka

dilaksanakan. Tujuan ini harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai
dalam program pendidikan tersebut. Hal lain yang termasuk tahap perencanaan
adalah menentukan aspek-aspek yang akan dievaluasi; metode evaluasi yang akan
dipakai seperti inventori, checklist, interview, observasi atau tes; menyusun alat
evaluasi yang akan digunakan misalnya pedoman observasi dan wawancara, kisikisi tes hasil belajar, menentukan kriteria yang akan digunakan.
2.

Pengumpulan data
Tahap ini terdiri dari pemeriksaan hasil dan pemberian skor.

3.

Verifikasi data
Setelah pemberian skor, kemudian dikelompokkan menurut tinggi

rendahnya, jenis kelamin, atau hal lainnya sesuai dengan tujuan pengelompokkan
tersebut.
4.

Analisis
Setelah diverifikasi data tersebut dianalisis atau diolah menggunakan

teknik analisis statistik atau analisis non statistik.


5. Penafsiran atau interpretasi
Hal ini dimaksudkan sebagai pernyataan atau keputusan tentang hasil
evaluasi. Data interpretasi ini dilakukan atas dasar kriteria tertentu yang telah
disusun secara rasional atau telah dibakukan. Interpretasi hasil evaluasi tersebut
bisa berupa pernyataan atau keputusan yang dinyatakan dengan kata-kata baikcukup-buruk, tinggi-rendah-sedang, lulus-tidak lulus, dan lain-lain.
1. 3 Rumusan Masalah
Hal-hal yang akan diketengahkan dalam laporan ini adalah sebagai
berikut:

a. Analisis hasil uji coba:


1. Validitas
2. Reliabilitas
3. Daya pembeda
4. Indeks Kesukaran
5. Efektifitas Option
b. Pemberian skor dan Penilaian
1. Pengertian skor
2. Pemberian skor
3. Pemberian Nilai
Skala lima
Skala sembilan
Skala sepuluh
Skala sebelas
Skala baku
Skala T
c. Peringkat dan taraf serap
1. Peringkat sederhana
2. Peringkat persen
3. Peringkat simpangan baku
4. Tarap serap
3

1. 4 Tujuan Pelaksanaan Uji Coba


Tujuan pelaksanaan ini terbagi kedalam dua kategori diantaranya :
a. umum
Tujuan pelaksaan uji coba ini secara umum adalah dalam rangka
menerapkan konsep-konsep yang sudah diperoleh dalam mata kuliah Evaluasi
Pendidikan Matematika. Yang tentunya diharapkan dapat menjadi bekal bagi kita
sebagai calon guru.
b. Khusus
Sedangkan tujuan uji coba ini secara khusus dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Mampu membuat alat evaluasi.
2. Mampu menganalisis alat evaluasi yang diujicobakan.
3. Mampu mengetahui kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam alat
evaluasi yang dibuat dan memperbaikinya.
4. Mampu mengolah alat evaluasi.
1. 5 Penjelasan Istilah
Istilah-istilah yang kami gunakan dalam laporan ini beserta penjelasannya
terhimpun sebagai berikut:
1. Analisis adalah pemisahan materi ke dalam bagian-bagiannya untuk
mencari dan mengamati hubungan antara bagian-bagian tersebut.
2. Daya Pembeda adalah kemampuan suatu soal dalam membedakan antara
siswa yang pandai dan kurang pandai.
3. Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukan mudah atau sukarnya
suatu soal.
4. Efektivitas adalah ketepatan pada sasaran yang ingin dicapai.
5. Evaluasi adalah proses sisematik dan berkesinambungan yang bertujuan
untuk mengetahui sampai sejauh mana terapainya kegiatan belajar
mengajar.
6. Indeks adalah ukuran atau daya.

7. Jenjang kognitif adalah tingkat kemampuan berpikir.


8. JBA adalah jumlah benar kelompok atas.
9. JBB adalah jumlah benar kelompok bawah.
10. JPA adalah jumlah pemilih kelompok atas.
11. JPB adalah jumlah pemilih kelompok bawah.
12. JS adalah jumlah siswa.
13. Klasifikasi adalah penggolongan.
14. Koefisien Korelasi adalah bilangan yang menunjukkan besarnya tingkat
kesejajaran dan kesesuaian patokan.
15. Kriteria adalah patokan.
16. KR-20 adalah salah stu rumus untuk mencari reliabiitas perangkat alat tes
evaluasi tpe objektif dengan proposi subjek yang menjawab benar dan
salah.
17. Nilai adalah angka ubahan dari skor berdasarkan aturan standar tertentu.
18. Omit adalah peserta tes yang tidak memilih optin yang tidak disediakan.
19. Option adalah jawaban yang bebas dipilih.
20. Option kunci adalah jawaban yang benar.
21. Option pengecoh adalah option lain selain option kunci yang terdapat
dalam alernatif jawaban.
22. PAN adalah penlaian acuan normatif yang orientasinya kepada kedudukan
siswa dalam kelompknya.
23. PAP adalah penilaian acuan patokan, yang orientasinya kepada tingkat
penguasaan siswa.
24. PAN-PAP adalah penilaian yang merupakan gabungan dari system PAP
dan PAN.
25. Peringkat adalah kedudukan atau letak siswa secara bertingkat dalam
kelompknya.
26. Peringkat persen adalah peringkat siswa berdasarkan banyaknya
persentase siswa lain yang berada dibawahnya.
27. Peringkat sederhana adalah urutan yang dinyatakan dengan nomor untuk
menunjukan letak kedudukan siswa dalam kelompoknya.

28. Peringkat simpangan baku adalah penggolongan siswa dalam kelompok


menjadi tiga peringkat bedasarkan kurva normal standar.
29. Rangking adalah peringkat.
30. Reliabilitas adalah tingkat ketepatan suatu alat evaluasi.
31. Skor adalah hasil yang diperoleh siswa dari suatu tes sebelum diubah
menjadi nilai.
32. Sor total adalah skor untuk keseluruhan butir soal dari suatu perangkat tes
yang diperoleh seseorang testi (perangkat tes).
33. SMI adalah skor maksimum ideal yang dapat diperoleh oleh testi.
34. Standar deviasi adalah simpangan baku.
35. Tarap serap adalah persentase penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran
yang dipelajarinya atau materi tes yang diujikan.
36. Tes adalah alat yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data
atau keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang
boleh diktakan cepat dan tepat.
37. Validitas adalah tingkat ketepatan.
1.6 Rumus-rumus yang digunakan
Rumus Koefisien validitas butir soal

r = koefisien korelasi antara variabel x dan y


N = jumlah subjek (testi)
X = skor tiap butir soal
Y = skor total
Menghitung validitas banding dengan rumus korelasi produk momen

r = koefisien korelasi antara variabel x dan y


N = jumlah subjek (testi)
X = nilai tes hasil uji coba
Y = rata-rata ni;ai harian siswa
Menghitung koefisien reabilitas teknik non-belah dua dengan rumus KR-20
Untuk pilihan ganda

n = banyak butir soal


Pi = proporsi banyak subjek yang menjawab benar pada butir soal ke i
qi = proporsi banyak subjek yang menjawab salah pada butir soal ke i
st = varians skor total
Menghitung koefisien reabilitas dengan rumus alpha
Untuk tes bentuk uraian

n = banyak butir soal


st2 = jumlah variansi skor setiap soal
st2 = variansi skor total
Rumus untuk menghitung validitas internal

Rumus untuk menghitung daya pembeda dengan mengunakan kelompok


atas dan kelompok bawah
Untuk soal objektif (pilihan ganda) adalah
DP =

atau

DP =

Dengan :

DP

: Daya Pembeda

JBA

: Jumlah benar kelompok atas

JBB

: Jumlah benar kelompok bawah

JSA

: Jumlah siswa kelompok atas

JSB

: Jumlah siswa kelompok bawah

Sedangkan untuk soal subjektif (uraian) adalah


DP =
Dengan :

DP

: Daya Pembeda

XBA : Jumlah skor untuk kelompok atas


XBB : Jumlah skor untuk kelompok bawah
SMI

: Skor maksimal ideal

JSA

: Jumlah siswa kelompok atas

Rumus untuk menghitung indeks kesukaran butir soal


Rumus untuk menentukan indeks kesukaran tipe soal objektif adalah:

Dengan :

IK

: Indeks Kesukaran

JBA

: Jumlah benar kelompok atas

JBB

: Jumlah benar kelompok bawah

JSA

: Jumlah siswa kelompok atas

JSB

: Jumlah siswa kelompok bawah


8

sedangkan untuk menentukan indeks kesukaran tipe soal subjektif adalah :


IK =
Dengan :

IK

: Indeks Kesukaran

JBA

: Jumlah benar kelompok atas

JBB

: Jumlah benar kelompok bawah

JSA

: Jumlah siswa kelompok atas

JSB

: Jumlah siswa kelompok bawah

SMI

: Skor Maksimal Ideal

Rumus skor untuk soal bentuk pilihan ganda (PG)

S = skor
JB = jumlah jawaban benar
JS = jumlah jawaban salah
b = bobot
n = banyak opso yang disediakan pada setiap butir soal
Rumus untuk menentukan penguasaan siswa

TPS =tingkat penguasaan siswa


S = skor yang diperoleh siswa
SMI = skor maksimal ideal

BAB II
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN UJI COBA
2.1 Persiapan Uji Coba
Untuk melakukan observasi ke sekolah guna menguji alat evaluasi,
sebelumnya kami melakukan persiapan terlebih dulu. Hal ini dilakukan agar
obeservasi tersebut berjalan lancar. Persiapan tersebut meliputi penentuan sekolah
yang akan diobservasi, waktu observasi, materi yang akan diujikan, dan lain-lain
yang akan menunujang keberhasilan observasi kami.
2.2 Penentuan Sekolah yang akan Diobservasi, waktu dan materi
Untuk menentukan tempat pelaksanaan observasi/ uji coba alat evaluasi
yang kami buat, kami memilih SMAN 1 CIMAHI dikarenakan salah satu anggota
kelompok kami adalah lulusan sekolah tersebut. Sedangkan untuk waktunya kami
sesuaikan dengan materi yang kami ajukan. Setelah berkonsultasi dengan pihak
sekolah dalam hal ini guru matematika, telah disepakati bahwa materi yang akan
diujicobakan adalah bab Limit. Adapun waktu pengujiannya adalah 19 April 2008.
Setelah mengetahui materi yang akan diujikan, kami berdiskusi untuk
membuat soal sebanyak 22 yang terdiri dari 20 soal berbentuk pilihan ganda dan
dua berbentuk uraian (sesuai yang telah direkomendasikan). Kemudian soal
tersebut dikonsultasikan ke guru Matematika SMAN 1 CIMAHI, beliau
menghendaki ada perubahan karena menurutnya, soal tersebut akan menyulitkan
para siswa. Dan akhirnya, soal pun direvisi dan telah siap diujicobakan.
2.3 Pelaksanaan Uji Coba
Pada hari pelaksanaan observasi yaitu Sabtu,19 april 2008, kami berangkat
dan harus berada disekolah sebelum pukul tujuh pagi. Di sana kami disambut
dengan baik dan mereka langsung mempersilakan kami untuk melakukan
observasi.

10

Kelas yang kami observasi adalah dua kelas. Kelas pertama ada 43 siswa
dan kelas kedua ada 40 siswa. Kami mulai observasi dari pukul 7:00 sampai pukul
8:30 untuk kelas pertama dan pukul 8:30 sampai 10:00 untuk kelas kedua. Seperti
para observer biasanya, kami memperkenalkan diri dan memberitahukan tujuan
kami datang ke sekolah mereka sebelum tes berlangsung. Dan, Alhamdulillah
observasi pun berjalan lancar.
Tapi sayangnya kami lupa mempersiapkan lembar jawaban untuk
dibagikan kepada para siswa sehingga mereka terpaksa harus mengerjakan di
lembar soal masing-masing. Ini sedikit menyulitkan pada saat pengolahan data.

11

BAB III
ANALISIS HASIL UJI COBA
Suatu alat evaluasi yang baik akan mencerminkan kemampuan
sebenarnya dari testi yang dievaluasi dan bisa membedakan antara siswa yang
pandai, siswa yang kemampuannya sedang, dan siswa yang kemampuannya
kurang.Dari beberapa persiapan dan pelaksanaan uji coba yang telah dipaparkan
pada bab sebelumnya, maka diperolehlah data hasil uji coba sebagai bahan
analisis yang akan kami paparkan dalam bab ini.Melalui analisis hasil uji coba ini
diharapkan dapat diketahui sejauh mana kualitas alat evaluasi yang telah kami
buat dan uji cobakan.
Untuk mendapatkan alat evaluasi yang kualitasnya

baik perlu

diperhatikan beberapa kriteria yang harus dipenuhi.Alat evaluasi yang baik dapat
ditinjau dari hal-hal berikut ini.
a) Validitas
b) Reliabilitas
c) Daya pembeda
d) Indeks kesukaran
e) Efektifitas option
3.1 Validitas
Perhatikan ilustrasi berikut.

Gunting kuku yang tajam valid digunakan untuk memotong kuku,


tapi meskipun ia tajam ia tidak valid untuk memotong
rumput.Sebaliknya gunting pemotong rumput yang tajam valid
digunakan untuk memotong rumput, tetapi tidak valid untuk
memotong kuku.

Soal-soal matematika dengan bahan SLTP valid jika digunakan


untuk mengevaluasi siswa SLTP sesuai dengan tingkat kelasnya,
12

tetapi tidak akan valid jika digunakan untuk mengevaluasi siswa


SLTA.
Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu alat untuk mengevaluasi
karakteristik X valid, apabila yang dievaluasi itu karakteristik X pula, dengan
hasil evaluasi yang mencerminkan keadaan sebenarnya dari karakteristik
itu.Alat evaluasi yang valid unuk suatu tujuan belum tentu valid untuk
tujuan(karakteristik) lain.Dengan kata lain suatu alat evaluasi disebut valid
(absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang
seharusnya dievaluasi.Dalam menentukan validitas suatu alat evaluasi
hendaklah dilihat dari berbagai aspek, diantaranya validitas isi, validitas muka
(luar), validitas ramal, dan validitas banding.Secara umum semua validitas di
atas dapat dikelompokan ke dalam dua jenis berdasarkan pelaksanaannya, yaiu
validitas logik (teoritik) dan validitas empirik.
1) Validitas Teoritik
Validitas teoritik atau validitas logik adalah validitas alat evaluasi yang
dilakukan berdasarkan pertimbangan teoritik atau logika.
a) Validitas Isi
Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau
dari segi materi yang dievaluasikan, yaitu materi (bahan) yang dipakai
sebagai alat evaluasi tersebut yang merupakan sampel representatif
dari pengetahuan yang harus dikuasai.
b) Validitas Muka
Validitas muka suatu alat evaluasi disebut pula validitas bentuk soal
(pertanyaan, pernyataan, suruhan) atau validitas tampilan, yaitu
keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas
pengertiannya atau tidak menimbulkan penafsiran lain.
c) Validitas Konstruksi Psikologik
Validitas konstruksi ini berkenaan dengan aspek sikap, kepribadian,
motivasi, minat, bakat.Berupa evaluasi nontes.
13

2) Validitas Kriterium
Validitas kriterium

adalah validitas yang ditinjau dalam hubungannya

dengan krierium tertentu.Validitas ini diperoleh melalui suatu observasi


atau pengalaman yang bersifat empirik.Kriterium itu digunakan untuk
menentukian tinggi-rendahnya koefisien validitas alat evaluasi yang dibuat
melalui perhitungan korelasi.Yang termasuk validitas krierium ini yaitu:
a) Validitas Butir Soal
b) Validitas Internal
c) Validitas Banding
Untuk menentukan ingkat (indeks) validitas kriterium ini ialah dengan
menghitung koefisien korelasinya.Cara mencari koefisien validitas dapat
digunakan tiga macam rumus, yaitu:
1. Korelasi produk moment memakai simpangan,
2. Korelasi produk moment memakai angka kasar,
3. Korelasi metode rank.
Klasifikasi nilai koefisien validitas adalah sebagai berikut:

14

3.1.1

Validitas Butir Soal


Dalam laporan ini, kami menghitung validitas butir soal dengan

menggunakan

rumus

korelasi

produk

moment

memakai

angka

kasar.Rumusnya yaitu:

Dengan:
r = koefisien korelasi antara variabel x dan y
N = jumlah subjek (testi)
X = skor yang diperoleh siswa pada setiap butir soa
Y = skor total yang diperoleh tiap siswa
Menghitung validitas butir soal pilihan ganda nomor 1
,
,

Jadi, soal nomor 1 validitasnya rendah.


Untuk lebih jelasnya, berikut ini tabel hasil tes matematika yang telah
dilaksanakan, dan tabel validitas butirnya.

No

Subjek

Pilihan Ganda

15

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
33
30
31
32
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

Endah
Erna
Mira
Novia
Ahmad
I Komang
Irene
Jinggan
Agstri
Terisya
Ridwan
Diana
Febrian
Nia
Arief
Risti
Siti
Rinaldy
Lia
Cut
Prita
Dailana
Yulyanti
Apriani
Anisa
Dicky
Dora
Jova
Chitra
Titik
Retno
Nur
Jessica
Riandhika
Gahayu
Prinska
Anggi
Kevin
Ira Dwi
Marfi
M. Shobirin
Novita
Resa S. F

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1

2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1

3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1

4
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0

5
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1

6
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0

7
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0

8
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1

9
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
0

Tabel Hasil Tes Matematika

16

10
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1

11
0
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
0

12
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0

13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1

14
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0

15
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

16 17
1 1
0 1
1 0
0 1
0 1
1 0
0 1
0 0
0 1
0 1
0 1
0 1
0 1
0 0
0 0
0 0
0 1
0 1
0 1
0 0
0 1
0 0
0 1
0 1
0 0
0 0
0 1
0 0
0 0
0 1
0 1
0 1
0 1
0 1
0 0
0 1
0 1
0 0
0 0
0 1
0 0
0 1
0 1

18
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0

19
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0

Tabel Validitas Butir Soal


No

43

28

28

446

5062

305

0,22

Rendah

43

42

42

446

5062

438

0,11

Sangat rendah

43

37

37

446

5062

402

0,38

Rendah

43

14

14

446

5062

188

0,67

Sedang

43

36

36

446

5062

380

0,13

Sangat rendah

43

30

30

446

5062

334

0,36

Rendah

43

16

16

446

5062

187

0,32

Rendah

43

20

20

446

5062

243

0,52

Sedang

43

29

29

446

5062

343

0,66

Sedang

10

43

25

25

446

5062

284

0,37

Rendah

11

43

10

10

446

5062

105

0,02

Sangat rendah

12

43

21

21

446

5062

260

0,62

Sedang

13

43

38

38

446

5062

405

0,25

Rendah

14

43

446

5062

106

0,43

Sedang

15

43

14

14

446

5062

184

0,60

Sedang

16

43

446

5062

48

0,48

Sedang

7
8

Validitas

17

3.1.2

Validitas Internal
Validias internal merupakan rata-rata dari validitas butir soal.Rumusnya

adalah :

Jadi, validitas internalnya rendah.

3.1.3

Validitas Banding
Subyek

Endah
Erna
Mia
Novia
Ahmad
I Komang
Irine
Jinggan
Agstri
Terisya
Nia
Ridwan
Diana
Febriani
Arief
Risti
Rinaldy
Dailana
Siti Latifah
Lia
Cut Hayatun
Prita
Yulyanti
Fitri

X
97,1
82,9
82,9
80
68,6
62,9
62,9
60
60
60
58,6
57,1
57,1
57,1
54,3
54,3
54,3
54,3
52,9
51,4
48,6
48,6
48,6
48,6
18

Y
89,5
73,5
89,5
75,5
53,5
55,2
65,2
51,2
43,8
64,2
53,3
51
70
60,3
37,2
60,2
68,7
60,5
63,2
66,7
53,5
70,3
63,2
72,2

Anisa
Dicky
Dona
Jova
Chitra
Titik
Retno
Nur afifah
Jessica
Riandika
Gahayu
Prinska
Anggi
Kevin
Ira
Marfi
M. Shobirin
Novita
Resa

45,7
44,3
42,9
42,9
42,9
41,4
40
40
37,1
34,3
32,9
32,9
31,4
28,6
28,6
27,1
27,1
25,7

41,3
67,2
53,7
60,5
55
65,3
76,2
78,5
51
23,7
71,2
40,2
65,3
53,3
58,7
48
70,5
43,2

Jadi, validitas bandingnya sedang.

3.2 Reliabilitas
Berkenaan dengan evaluasi, suatu alat evaluasi dikatakan reliable jika hasil
evaluasi tersebut relative tetap jika digunakan untuk subyek yang sama.Relatif

19

tetap disini dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi mengalami perubahan yang
tak berarti(tidak signifikan) dan bisa diabaikan.
Adapun cara untuk menentukan koefisien reliabilitas dapat digunakan dua
cara, yaitu:
1. Teknik Belah Dua,
2. Teknik Non-Belah Dua.
Dalam laporan ini, kami menggunakan teknik belah dua (ganjil-genap) dan
teknik non-belah dua, yaitu rumus KR -20 untuk soal tipe obyektif dan untuk
soal uraian digunakan rumus Alpha.
3.2.1 Reliabilitas Tes Bentuk Objektif
Teknik Belah Dua (Ganjil-Genap) dengan Formula Flanagan

=
Dengan:
r11 = koefisien reliabilitas
s12 = varians belahan pertama
s22 = varians belahan kedua
st2 = varians skor total

Subyek

Skor Nomor Ganjil

Skor Nomor Genap

Skor Total

Endah
Erna
Mia
Terisya
Novia
Ridwan
Chitra
I komang S
Irine
Rinaldy
Ahmad

( X1 )
9
9
7
9
9
7
8
7
8
7
6

( X2 )
10
7
9
9
6
8
6
6
5
6
6

( Xt )
19
16
16
16
15
15
14
13
13
13
12

20

Siti latifah
Fitri
Jova
Jessica
Diana
Lia
Prita
Dailana
Agsti
Febriani
Nia
Nur Afifah
Jinggan
Dicky
Anggi
Novita
Risti
Yulyanti
Retno
Riandika
Gahayu
Marfi
Resa
Arief
Annisa
Dona
Titik
Prinska
Kevin
M Shobirin
Cut Hayatun
Ira Dwi

6
6
5
6
6
6
7
6
6
6
5
6
6
4
6
7
5
4
4
5
6
5
5
4
4
3
4
4
3
4
3
2

6
6
7
6
5
5
4
4
4
4
5
4
3
5
3
2
3
4
4
3
2
3
3
3
3
4
3
3
4
3
3
3

= 2,78

21

12
12
12
12
11
11
11
11
10
10
10
10
9
9
9
9
8
8
8
8
8
8
8
7
7
7
7
7
7
7
6
5

= 3,65

= 10,14
Maka, koefisien reabilitasnya adalah:
=

=
= 0,73
Jadi, derajat reliabilitas untuk soal pilihan ganda tergolong tinggi.
Teknik Non-Belah Dua dengan Rumus KR-20

Dengan:
n = banyak butir soal
Pi = proporsi banyak subjek yang menjawab benar pada butir soal ke i
qi = proporsi banyak subjek yang menjawab salah pada butir soal ke i
st = varians skor total

Np
Nq
pi
qi
piqi

1
28
15
.65
.35

2
42
1
.98
.02

3
37
6
.86
.14

4
14
29
.33
.67

5
36
7
.84
.16

6
30
13
.70
.30

7
16
27
.37
.63

8
9
20 29
23 14
.47 .67
.53 .33
3,4871

= 0,67 (derajat reliabilitas tinggi)

22

Nomor Soal
10 11
25 10
18 33
.58 .23
.42 .77

12
21
22
.49
.51

13
38
15
.88
.12

14
8
35
.19
.81

15
14
29
.33
.67

16
3
40
.07
.93

17
27
16
.63
.37

18
35
8
.81
.19

19
8
35
.19
.81

20
5
38
.12
.88

3.2.2 Reliabilitas Tes Bentuk Uraian


Rumus Alpha

Dengan:
n = banyak butir soal
si2 = jumlah variansi skor setiap soal
st2 = variansi skor total
Subyek
Endah
Erna
Mia
Terisya
Novia
Ridwan
Chitra
I komang S
Irine
Rinaldy
Ahmad
Siti latifah
Fitri
Jova
Jessica
Diana
Lia
Prita
Dailana
Agsti
Febriani
Nia
Nur Afifah
Jinggan
Dicky
Anggi
Novita

21.a
2
2
1
2
2
1
1
2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
2
2
2
0
1
0,5

Nomor Soal Uraian


21.b
21.c
2
4
0
4
1
4
0
1
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
0,5
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
2
0
2
0
1,5
0
2
0
2
1
0
0
0
0
0
0

23

Total Skor
22
7
7
7
2
7
4
0
7
7
5
7
5
4
2
1
7
4
4
7
7
7
7
0
7
7
1,5
0

15
13
13
5
13
5
1
9
9
6
12
6,5
5
3
2
9
7
6
8
11
10
10,5
4
12
7
2,5
0,5

Risti
Yulyanti
Retno
Riandika
Gahayu
Marfi
Resa
Arief
Annisa
Dona
Titik
Prinska
Kevin
M Shobirin
Cut Hayatun
Ira Dwi

si2

2
1
1,5
1
2
2
1
2
2
2
2
1
1
1
2
0
61

2
1
1
0
0
0
0
2
2
0
1
1
0
0
1
0
28

0
0
0
0
0
0
0
1
0
3
1
0
0
0
3
1
29

7
7
4
4
2
0
0
7
6
3,5
4
2,5
3
1,5
5
4
191

11
9
6,5
5
4
2
1
12
10
8,5
8
4,5
4
2,5
11
5
309

101,5

46,5

89

1.117

2841

0,35

0,66
si = 8,87

1,61

6,25

14,43

Cara untuk mencari s2 adalah dengan menggunakan rumus satitistika, yaitu:

Dengan :
s2 = nilai variansi
n = Banyaknya subyek(data)
x = Jumlah nilai x
Maka, nilai koefisien reliabilitasnya adalah:

24

Jadi, derajat reliabilitas untuk soal uraian tergolong sedang.


3.3 Daya Pembeda
Daya pembeda (DP) dari sebuah soal menyatakan seberapa jauh
kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan antara test yang mengetahui
jawaban yang benar dari soal tersebut dengan test yang tidak mengetahui jawaban
yang benar dari soal tersebut atau dengan kata lain daya pembeda dapat
membedakan antara testi yang kurang pintar dan testi yang pintar. Pengertian ini
didasarkan pada asumsi dari Galton yang menyatakan bahwa perangkat alat test
yang baik haruslah dapat membedakan antara siswa yang pandai, menengah (ratarata), dan yang kurang pandai, karena dalam kelas siswa biasanya terdiri dari
ketiga kategori tersebut.
Daya pembeda suatu butir soal dinyatakan dengan indeks diskriminasi
yang bernilai antara -1.00 s.d 1.00. Dengan ketentuan bila indeks diskriminasi
mendekati 1.00, maka daya pembeda soal tersebut semakin baik, dan apabila
indeks diskriminasi mendekati 0.00, maka daya pembeda soal semakin jelek. Dan
bila indeks diskriminasi bernilai negatif, maka kelompok siswa kurang pandai
dapat menjawab soal tersebut dengan benar dan banyak siswa pandai yang
menjawab salah. Kemudian soal yang mempunyai derajat pembeda 0.00
mempunyai arti bahwa soal tersebut tidak mempunyai daya pembeda, atau dengan
kata lain soal tersebut tidak dapat member informasi kepada kita siswa mana yang
termasuk pandai, menengah dan kurang pandai.
Rumus untuk menentukan daya pembeda soal objektif (PG) adalah sebagai
berikut:
DP =

atau

DP =

Dengan :

DP

: Daya Pembeda

JBA

: Jumlah benar kelompok atas


25

JBB

: Jumlah benar kelompok bawah

JSA

: Jumlah siswa kelompok atas

JSB

: Jumlah siswa kelompok bawah

Sedangkan untuk soal subjektif (uraian) adalah


DP =
Dengan :

DP

: Daya Pembeda

XBA : Jumlah skor untuk kelompok atas


XBB : Jumlah skor untuk kelompok bawah
SMI

: Skor maksimal ideal

JSA

: Jumlah siswa kelompok atas

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang umumnya digunakan adalah


DP0.00 : sangat jelek
0.00<DP0.20 : jelek
0.20<DP0.40 : cukup
0.40<DP0.70 : baik
0.70<DP1.00 : sangat baik
Sebelum menghitung daya pembeda, terlebih dahulu kita harus
mengurutkan skor dari yang tertinggi sampai yang terendah. Setelah itu kita akan
membagi kelas tersebut menjadi 3 kelas, yakni kelas atas, kelas menengah, dan
kelas bawah. Karena jumlah testi yang diambil lebih dari 30 orang, maka untuk
menentukan jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing
diambil 27% dari jumlah testi (subjek). Pada laporan ini terdapat testi sebanyak
testi sebanyak 43 orang, sehingga kami menempatkan 12 orang siswa di
kelompok atas dan 12 orang di kelompok bawah.

Daya Pembeda tes objektif (PG)

Skor terurut hasil tes pilihan ganda siswa kelompok atas dan kelompok bawah
Kelompok atas
Subje
k

Nomor soal
Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

26

1
2
3
10
4
11
29
6
7
18
5
17

1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0

1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1

1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0

1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1

0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0

1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0

1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0

1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0

1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1

1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1

1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
0

1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0

19
16
16
16
15
15
14
13
13
13
12
12

Kelompok bawah
Subjek
40
43
15
25
27
33
34
36
38
41
20
39

1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0

2
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

3
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0

4
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0

5
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1

6
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1

7
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1

8
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1

9
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0

10
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0

Nomor soal
11 12 13
0 0 1
0 0 1
0 0 1
1 0 1
0 0 1
0 0 1
1 0 1
0 0 1
0 0 1
1 1 0
0 0 1
0 0 0

Total
14
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0

15
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0

16
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

17
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0

18
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0

19
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

20
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0

Berdasarkan tabel di atas diperoleh DP untuk tes objektif (PG) sebagai berikut:
Untuk soal nomor 1, didapat bahwa JBA = 9 dan JBB = 5, maka daya
pembeda untuk butir soal nomor 1 adalah : DP =

. Karena derajat

pembeda (DP) untuk soal nomor 1 bernilai 0.33, maka soal tersebut masuk ke
dalam kategori cukup. Dengan cara yang sama kita dapat memperoleh derajat
pembeda dari setiap butir soal. Berikut tabel derajat pembeda untuk tes objektif
(PG).
Nomor

JBA

JBB

Daya Pembeda (DP)

27

Klasifikasi

8
8
7
7
7
7
7
7
7
7
6
5

soal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

9
12
12
9
11
10
6
11
12
9
3
10
12
6
9
3
9
11
7
3

5
11
8
1
9
5
2
4
2
4
3
1
10
2
1
0
6
9
0
0

0.33
0.08
0.33
0.67
0.17
0.42
0.33
0.58
0.83
0.42
0.00
0.75
0.17
0.33
0.67
0.25
0.25
0.17
0.58
0.25

Cukup
Jelek
Cukup
Baik
Jelek
Baik
Jelek
Baik
Sangat Baik
Baik
Sangat Jelek
Sangat Baik
Jelek
Cukup
Baik
Cukup
Cukup
Jelek
Baik
Cukup

Daya pembeda butir soal subjektif (uraian)

Skor terurut hasil tes uraian siswa kelompok atas dan kelompok bawah
Kelompok atas
Subjek
1
2
3
4
5
8
15
9
16
20
14
13

1.a
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1

1.b
2
0
1
0
2
2
2
2
2
1
1.5
2

Nomor soal
1.c
2.a
4
2
4
2
4
2
4
2
1
2
1
2
1
2
0
2
0
2
3
1
0
2
0
2

Kelompok bawah

28

Total
2.b
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2

2.c
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

15
13
13
13
12
12
12
11
11
11
10.5
10

Subjek
1.a
0
2
2
1
1
1
1
1
2
1
1
0.5

39
31
35
38
28
41
37
32
40
29
43
42

Nomor soal
1.c
2.a
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

1.b
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Total
2.b
1
0
1
1
1
0.5
1.5
1
0
0
0
0

2.c
2
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0

5
4
4
4
3
2.5
2.5
2
2
1
1
0.5

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh DP untuk soal subjektif (uraian) sebagai


berikut :
Untuk soal nomor 1.a, didapat bahwa XBA = 22, XBB = 13.5, dan SMI =
2, maka daya pembeda untuk butir soal nomor 1.a adalah : DP =

Karena derajat pembeda (DP) untuk soal nomor 1.a bernilai 0.35, maka soal
tersebut masuk ke dalam kategori cukup. Dengan cara yang sama kita dapat
memperoleh derajat pembeda dari setiap butir soal tes subjektif. Berikut tabel
derajat pembeda untuk tes subjektif (uraian).
Nomor

XBA

XBB

SMI

Daya Pembeda (DP)

Klasifikasi

soal
1.a
1.b
1.c
2.a
2.b
2.c

22
17.5
22
23
23
36

13.5
2
1
5
7
3

2
2
4
2
2
3

0.35
0.65
0.44
0.75
0.67
0.92

Cukup
Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat Baik

3.4 Indeks Kesukaran


Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang
disebut indeks kesukaran (difficulty index). Bilangan tersebut adalah bilangan real
pada interval (kontinum) 0.00 sampai dengan 1.00. Soal dengan indeks kesukaran

29

mendekati 0.00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan
indeks kesukaran 1.00 berarti soal tersebut terlalu mudah.
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang umumnya digunakan adalah
IK= 0.00 : terlalu sukar
0.00<IK0.30 : sukar
0.30<IK0.70 : sedang
0.70<IK<1.00 : mudah
IK= 1.00 : terlalu mudah
Rumus untuk menentukan indeks kesukaran tipe soal objektif adalah:

Dengan :

IK

: Indeks Kesukaran

JBA

: Jumlah benar kelompok atas

JBB

: Jumlah benar kelompok bawah

JSA

: Jumlah siswa kelompok atas

JSB

: Jumlah siswa kelompok bawah

sedangkan untuk menentukan indeks kesukaran tipe soal subjektif adalah :


IK =
Dengan :

IK

: Indeks Kesukaran

JBA

: Jumlah benar kelompok atas

JBB

: Jumlah benar kelompok bawah

JSA

: Jumlah siswa kelompok atas

JSB

: Jumlah siswa kelompok bawah

SMI

: Skor Maksimal Ideal

Sama seperti menentukan daya pembeda, dalam menentukan indeks


kesukaranpun kita harus membagi kelas tersebut menjadi 3 kelas, yakni kelas atas,
kelas menengah, dan kelas bawah. Dan kita dapat menggunakan data kelas atas
dan kelas bawah dari daya pembeda.

Indeks kesukaran butir soal objektif (PG)

30

Berdasarkan perhitungan kelompok atas dan kelompok bawah, maka untuk


butir soal nomor 1 didapat bahwa indeks kesukarannya adalah : IK =
Artinya butir soal tersebut masuk ke dalam kategori sedang. Dengan cara yang
sama kita akan memperoleh indeks kesukaran dari setiap butir soalnya, dan
tabelnya adalah sebagai berikut :

Nomor

JBA

JBB

Indeks Kesukaran (IK)

Klasifikasi

soal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

9
12
12
9
11
10
6
11
12
9
3
10
12
6
9
3
9
11
7
3

5
11
8
1
9
5
2
4
2
4
3
1
10
2
1
0
6
9
0
0

0.58
0.96
0.83
0.42
0.83
0.63
0.33
0.63
0.58
0.54
0.25
0.46
0.92
0.33
0.42
0.13
0.63
0.83
0.29
0.13

Sedang
Mudah
Mudah
Sedang
Mudah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sukar
Sedang
Mudah
Sedang
Sedang
Sukar
Sedang
Mudah
Sukar
Sukar

Indeks kesukaran untuk soal subjektif (uraian)


Berdasarkan perhitungan kelompok atas dan kelompok bawah, maka

untuk butir soal nomor 1.a didapat bahwa indeks kesukarannya adalah : IK =

. Artinya butir soal tersebut masuk ke dalam kategori mudah.

31

Dengan cara yang sama kita akan memperoleh indeks kesukaran dari setiap butir
soalnya, dan tabelnya adalah sebagai berikut :
Nomor

JBA

JBB

SMI

Indeks Kesukaran (IK)

Klasifikasi

soal
1.a
1.b
1.c
2.a
2.b
2.c

22
17.5
22
23
23
36

13.5
2
1
5
7
3

2
2
4
2
2
3

0.74
0.36
0.24
0.58
0.63
0.54

Mudah
Sedang
Sukar
Sedang
Sedang
Sedang

3.5 Efektifitas Option


Suatu option dikatakan efektif jika memenuhi fungsinya atau tujuan
disajikannya option tersebut tercapai. Dalam hal ini, setiap option yang disajikan
masing-masing mempunyai kemungkinan yang sama untuk dipilih. Option yang
merupakan jawaban yang benar disebut option kunci (key option), sedangkan
option yang lainnya disebut option pengecoh (distractor option). Agar suatu
option yang disajikan efektif maka option-option tersebut haruslah homogen
(serupa), baik dari segi isi (materi), notasi, maupun panjang pendeknya kalimat
pada option tersebut. Kriteria option yang berfungsi secara efektif adalah sebagai
berikut :
Untuk option kunci (Key option);
1)

Jumlah pemilih kelompok atas harus lebih banyak daripada jumlah pemilih

kelompok bawah.
2)

Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah lebih dari 25% tetapi

tidak lebih dari 75% dari jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah.

Untuk option pengecoh (Distractor option);

1) Jumlah pemilih kelompok bawah harus lebih banyak daripada jumlah pemilih
kelompok atas.

32

2)

Jumlah minimal pemilih kelompok atas dan kelompok bawah dirumuskan

sebagai berukut :
JPA + JPB 25% x [2(n-1)] -1 x (JSA + JSB)
Keterangan :

3)

JPA

= Jumlah pemilih kelompok atas,

JPB

= Jumlah pemilih kelompok bawah,

= Jumlah option pengecoh,

JSA

= Jumlah subyek kelompok atas,

JSB

= Jumlah subyek kelompok bawah,

Option pengecoh harus dipilih oleh minimum 5% peserta tes dari kedua

kelompok tsb.

Peserta tes yang mengabaikan semua option (tidak memilih) disebut omit.

Suatu option dikatakan efektif jika jumlah omit tidak lebih dari 10% dari jumlah
seluruh siswa.
Nomor 1 :
Kelompok
Atas
Bawah
Option :

a
0
0

b
0
0

C
2
6

d
9
4

e
1
2

Omit
0
0

a,b sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA = JPB


c sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 8 0.25 x
=1
e sebagai opsi pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 3 0.25 x

=1

33

d sebagai kunci jawaban efektif karena JPA > JPB dan jumlah pemilih kedua
kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut lebih

dari 25% dan kurang dari 75%.


Untuk omit masih di bawah toleransi karena jumlahnya tidak lebih dari 2(10%
dari 24).
Nomor 2 :
Kelompok
Atas
Bawah
Option :

a
0
1

b
0
1

C
0
0

d
12
10

e
0
0

Omit
0
0

a,b sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 1 0.25 x

=1
c,e sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA = JPB
d sebagai kunci jawaban tidak efektif karena JPA > JPB tapi jumlah pemilih
kedua kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut

lebih dari 75%.


Untuk omit masih di bawah toleransi karena jumlahnya tidak lebih dari 2(10%
dari 24).
Nomor 3 :
Kelompok
Atas
Bawah
Option :

a
0
0

b
12
9

c
0
2

d
0
1

a,e sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA = JPB

34

e
0
0

Omit
0
0

b sebagai kunci jawaban tidak efektif karena JPA > JPB tapi jumlah pemilih
kedua kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut

lebih dari 75%.


c sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 2 0.25 x
=1
d sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 1 0.25 x

=1
Untuk omit masih di bawah toleransi karena jumlahnya tidak lebih dari 2(10%
dari 24).
Nomor 4 :
Kelompok
Atas
Bawah
Option :

a
9
0

b
2
5

c
1
4

d
0
0

e
0
2

Omit
0
0

a sebagai kunci jawaban efektif karena JPA > JPB dan jumlah pemilih kedua
kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut lebih dari

25% dan kurang dari 75%.


b sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 7 0.25 x

=1

c sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 5 0.25 x
=1

35

d sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA = JPB


e sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 2 0.25 x
=1
Untuk omit masih di bawah toleransi karena jumlahnya tidak lebih dari 2(10%
dari 24).
Nomor 5 :
Kelompok
Atas
Bawah
Option :

a
0
0

b
0
3

C
0
0

d
11
9

e
1
0

Omit
0
0

a,c sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA = JPB


b sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 3 0.25 x

=1
d sebagai kunci jawaban tidak efektif karena JPA > JPB tapi jumlah pemilih
kedua kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut

lebih dari 75%.


e sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA > JPB
Untuk omit masih di bawah toleransi karena jumlahnya tidak lebih dari 2(10%
dari 24).
Nomor 6 :
Kelompok
Atas
Bawah
Option :

a
10
7

b
0
1

C
2
1

d
0
1

36

e
0
2

Omit
0
0

a sebagai kunci jawaban efektif karena JPA > JPB dan jumlah pemilih kedua
kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut lebih

dari 25% dan kurang dari 75%.


b,d sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 1 0.25 x

=1
c sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA > JPB
e sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 2 0.25 x
=1
Untuk omit masih di bawah toleransi karena jumlahnya tidak lebih dari 2(10%
dari 24).
Nomor 7 :
Kelompok
Atas
Bawah
Option :

a
0
0

b
0
2

c
2
5

d
3
2

e
6
2

Omit
1
0

a sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA = JPB


b sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 2 0.25 x

=1

c sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 7 0.25 x
=1
d sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA > JPB

37

e sebagai kunci jawaban efektif karena JPA > JPB dan jumlah pemilih kedua
kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut lebih

dari 25% dan kurang dari 75%.


Untuk omit masih di bawah toleransi karena jumlahnya tidak lebih dari 2(10%
dari 24).
Nomor 8 :
Kelompok
Atas
Bawah
Option :

a
11
3

b
1
4

c
0
0

d
0
5

e
0
0

Omit
0
0

a sebagai kunci jawaban efektif karena JPA > JPB dan jumlah pemilih kedua
kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut lebih

dari 25% dan kurang dari 75%.


b,d sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 5 0.25 x

=1
c,e sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA = JPB
Untuk omit masih di bawah toleransi karena jumlahnya tidak lebih dari 2(10%
dari 24).
Nomor 9 :
Kelompok
Atas
Bawah
Option :

a
12
2

b
0
2

C
0
2

d
0
3

38

e
0
0

Omit
0
3

a sebagai kunci jawaban efektif karena JPA > JPB dan jumlah pemilih kedua
kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut lebih

dari 25% dan kurang dari 75%.


b,c sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 2 0.25 x

=1
d sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 3 0.25 x

=1
e sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA = JPB
Untuk omit tidak efektif karena jumlahnya lebih dari 2(10% dari 24).
Nomor 10 :
Kelompok
Atas
Bawah
Option :

a
2
6

b
0
0

C
0
3

d
1
1

e
9
0

Omit
0
2

a sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 8 0.25 x
=1
b,d sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA = JPB
c sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 3 0.25 x
=1

39

e sebagai kunci jawaban efektif karena JPA > JPB dan jumlah pemilih kedua
kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut lebih dari

25% dan kurang dari 75%.


Untuk omit masih di bawah toleransi karena jumlahnya tidak lebih dari 2(10%
dari 24).
Nomor 11 :
Kelompok
Atas
Bawah
Option :

a
3
2

b
0
0

c
5
3

d
3
0

e
1
3

Omit
0
4

a,c,d sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA > JPB


b sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA = JPB
e sebagai kunci jawaban tidak efektif karena JPA > JPB tapi jumlah pemilih
kedua kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut

kurang dari 25%.


Untuk omit tidak efektif karena jumlahnya lebih dari 2(10% dari 24).
Nomor 12 :
Kelompok a
b
c
d
Atas
0
10
0
1
Bawah
0
2
3
4
a sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA = JPB

e
1
3

Omit
0
1

b sebagai kunci jawaban efektif karena JPA > JPB dan jumlah pemilih kedua
kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut lebih dari

25% dan kurang dari 75%.


c sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 3 0.25 x
=1

40

d sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 5 0.25 x
=1
e sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 4 0.25 x
=1
Untuk omit masih di bawah toleransi karena jumlahnya tidak lebih dari 2(10%
dari 24).
Nomor 13 :
Kelompok
Atas
Bawah
Option :

a
0
0

b
0
2

C
0
0

d
0
0

e
12
10

Omit
0
0

a,c,d sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA = JPB


b sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 2 0.25 x
=1
e sebagai kunci jawaban tidak efektif karena JPA > JPB tapi jumlah pemilih
kedua kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut

lebih dari 75%.


Untuk omit masih di bawah toleransi karena jumlahnya tidak lebih dari 2(10%
dari 24).
Nomor 14 :
Kelompok
Atas
Bawah

a
3
4

b
0
1

C
1
4

d
7
2

e
1
0

Omit
0
1

a sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 7 0.25 x
=1

41

b sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 1 0.25 x
=1
c sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 5 0.25 x
=1
d sebagai kunci jawaban efektif karena JPA > JPB dan jumlah pemilih kedua
kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut lebih dari

25% dan kurang dari 75%.


e sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA > JPB
Untuk omit masih di bawah toleransi karena jumlahnya tidak lebih dari 2(10%
dari 24).
Nomor 15 :
Kelompok
Atas
Bawah

a
1
2

b
0
0

c
2
6

d
9
1

e
0
0

Omit
0
3

a sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 1 0.25 x
=1
b,e sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA = JPB
c sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 8 0.25 x
=1
d sebagai kunci jawaban efektif karena JPA > JPB dan jumlah pemilih kedua
kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut lebih dari

25% dan kurang dari 75%.


Untuk omit tidak efektif karena jumlahnya lebih dari 2(10% dari 24).
Nomor 16 :
42

Kelompok
Atas
Bawah
Option :

a
2
1

b
0
1

C
3
2

d
3
6

e
3
0

Omit
1
2

a,c sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA > JPB


b sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 1 0.25 x
=1
d sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 9 0.25 x
=1
e sebagai kunci jawaban tidak efektif karena JPA > JPB tapi jumlah pemilih
kedua kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut

kurang dari 25%.


Untuk omit tidak efektif karena jumlahnya lebih dari 2(10% dari 24).
Nomor 17 :
Kelompok a
b
C
d
Atas
0
9
2
0
Bawah
0
4
2
1
a,c,e sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA = JPB

e
1
1

Omit
0
4

b sebagai kunci jawaban efektif karena JPA > JPB dan jumlah pemilih kedua
kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut lebih dari

25% dan kurang dari 75%.


d sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 1 0.25 x
=1
Untuk omit tidak efektif karena jumlahnya lebih dari 2(10% dari 24).
Nomor 18 :
Kelompok

43

Omit

Atas
0
0
10
1
Bawah
0
0
7
0
a,b sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA = JPB

1
4

0
1

c sebagai kunci jawaban efektif karena JPA > JPB dan jumlah pemilih kedua
kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut lebih

dari 25% dan kurang dari 75%.


d sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA > JPB
e sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 5 0.25 x
=1
Untuk omit masih di bawah toleransi karena jumlahnya tidak lebih dari 2(10%
dari 24).
Nomor 19 :
Kelompok
Atas
Bawah

A
0
1

b
2
4

c
3
4

d
6
0

e
1
1

Omit
0
2

a sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 1 0.25 x
=1
b sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 6 0.25 x
=1
d sebagai kunci jawaban efektif karena JPA > JPB dan jumlah pemilih kedua
kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut lebih dari

sama dengan 25%


c sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 7 0.25 x
=1

44

e sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA = JPB


Untuk omit masih di bawah toleransi karena jumlahnya tidak lebih dari 2(10%
dari 24).
Nomor 20 :
Kelompok
Atas
Bawah
Option :

A
6
8

b
1
0

c
0
1

d
2
1

e
3
0

Omit
0
2

a sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 14 0.25 x

=1
b,d sebagai pengecoh tidak efektif, karena JPA > JPB
c sebagai pengecoh efektif, karena JPA < JPB dan JPA + JPB = 1 0.25 x
=1
e sebagai kunci jawaban tidak efektif karena JPA > JPB tapi jumlah pemilih
kedua kelompok tersebut adalah

. Dan jumlah tersebut

kurang dari 25%.


Untuk omit masih di bawah toleransi karena jumlahnya tidak lebih dari 2(10%
dari 24).

45

BAB IV
PEMBERIAN SKOR DAN NILAI
4. 1 Pengertian Skor
Sebelum kita membicarakan pengertian skor, terlebih dahulu akan dibahas
mengenai bobot. Bobot adalah berupa bilangan yang dikenakan terhadap setiap
butir soal yang nilainya ditentukan berdasarkan usaha siswa dalam menyelesaikan
soal itu Jika derajat kesukaran suatu butir soal makin tinggi, maka makin besar
pula bobot untuk butir soal tersebut karena memerlukan usaha yang derajatnya
lebih tinggi. Begitu pula jika penyelesaian soal memerluan waktu yang lebih lama
dari soal lainnya. Dan, sebaliknya jika derajat kesukarannya rendah dan waktu
penyelesaiannya relatif singkat maka bobotnya pun lebih kecil.
Bobot suatu butir soal disebut skor untuk butir-butir soal tersebut. Skor
untuk keseluruhan butir soal dari suatu perangkat tes yang diperoleh seorang testi
diebut skor tes dari testi tersebut. Skor ini disebut skor actual, artinya skor
kenyataan (empirik) yang diperoleh siswa. Jika skor tersebut paling rendah
diantara skor-skor yang diperoleh siswa-siswa lainnya, disebut skor minimal
actual. Sebaliknya jika tertinggi disebut skor maksimal actual. Jika seluruh soal
dalam perangkat tes itu dapat dijawab dengan benar (tanpa salah), sesuai dengan
harapan pembuat soal disebut skor maksimal ideal. Dan, sebaliknya jika tidak ada
satu butir soal pun yang dijawab dengan benar disebut skor minimal ideal.
Dengan demikian skor adalah bilangan yang merupakan data mentah (raw data)
dari suatu hasil evaluasi, diolah lebih lanjut. Jadi bersifat kuantitatif.

46

4.2 Pemberian Skor


Alat evaluasi yang kami buat terdiri dari 20 soal bentuk pilihan ganda dan
2 soal bentuk uraian. Untuk setiap butir soal plihan ganda, kami berikan bobot 1,
sedangkan untuk soal uraian, kami berikan bobot 8 untuk no. 21 dan 7 unuk no.
22. Untuk lebih jelasnya, lihatlah tabel di bawah ini.

No

Subjek

1 Endah
2 Erna
3 Mira
4 Novia
5 Ahmad
6 I Komang
7 Irene
8 Jinggan
9 Agstri
10 Terisya
11 Ridwan
12 Diana
13 Febrian
14 Nia
15 Arief
16 Risti
17 Siti
18 Rinaldy
19 Lia
20 Cut
21 Prita
22 Dailana
23 Yulyanti
24 Apriani
25 Anisa
26 Dicky
27 Dora
28 Jova
29 Chitra
33 Titik
30 Retno
31 Nur
32 Jessica
34 Riandhika
35 Gahayu

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1

2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0

4
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0

5
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1

6
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0

7
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0

8
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1

Pilihan Ganda
9 10 11 12 13
1 1 0 1 1
1 1 1 1 1
1 1 0 1 1
1 0 0 1 1
1 1 0 1 1
1 0 0 0 1
1 1 1 1 1
0 1 1 0 1
1 1 0 0 1
1 1 1 1 1
1 1 0 1 1
1 1 0 1 0
1 0 0 1 1
1 1 0 0 1
1 0 0 0 1
1 0 0 1 1
1 1 0 1 1
1 1 0 0 1
1 1 0 1 1
0 0 0 0 1
1 1 1 0 1
1 1 0 1 0
0 1 0 0 1
1 1 0 1 1
0 1 1 0 1
1 1 0 0 1
0 1 0 0 1
1 1 0 1 1
1 0 0 1 1
0 0 0 0 1
0 0 0 1 0
1 0 0 1 0
1 0 0 1 1
1 0 1 0 1
1 0 0 0 1

47

14
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0

15
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0

16 17
1 1
0 1
1 0
0 1
0 1
1 0
0 1
0 0
0 1
0 1
0 1
0 1
0 1
0 0
0 0
0 0
0 1
0 1
0 1
0 0
0 1
0 0
0 1
0 1
0 0
0 0
0 1
0 0
0 0
0 1
0 1
0 1
0 1
0 1
0 0

18
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

19
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1

Uraian
S
20 21.a 21.b 21.c 22.a 22.b 22.c
1 2
2
4
2
2
3
0 2
0
4
2
2
3
0 1
1
4
2
2
3
0 2
0
4
2
2
3
0 2
2
1
2
2
3
0 2
0
0
2
2
3
0 2
0
0
2
2
3
0 2
2
1
2
2
3
0 2
2
0
2
2
3
1 2
0
1
1
1
0
1 1
0
0
2
2
0
0 1
1
0
2
2
3
0 1
2
0
2
2
3
1 2
1,5
0
2
2
3
0 2
2
1
2
2
3
0 2
2
0
2
2
3
0 1
0,5
0
2
2
1
0 1
0
0
1
1
3
0 1
1
1
2
2
0
0 2
1
3
1
1
3
0 2
0
0
2
2
0
0 1
0
0
2
2
3
0 1
1
0
2
2
3
0 1
0
0
1
1
2
0 2
2
0
2
1
3
0 0
0
0
2
2
3
0 2
0
3
1
1 1,5
0 1
0
0
1
1
0
0 1
0
0
0
0
0
0 2
1
1
1
1
2
0 1,5
1
0
2
2
0
0 2
2
0
0
0
0
0 1
0
0
0
1
0
1 1
0
0
1
1
2
0 2
0
0
1
1
0

36 Prinska
37 Anggi
38 Kevin
39 Ira Dwi
40 Marfi
41 M. Shobirin
42 Novita
43 Resa S. F

0
1
0
0
1
1
1
1

1
1
1
1
0
1
1
1

1
1
1
0
1
1
1
1

0
0
1
0
0
0
0
0

1
1
0
1
1
1
0
1

1
0
0
1
1
0
0
0

0
0
0
1
0
0
0
0

0
1
1
1
1
1
1
1

0
0
0
0
0
1
1
0

0
1
0
0
0
0
0
1

0
1
0
0
0
1
1
0

0
0
0
0
0
0
1
0

1
1
1
0
1
0
1
1

0
0
1
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0

1
1
0
0
1
0
1
1

1
0
1
0
1
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0

0 1
0 1
0 1
0 0
0 2
0 1
0 0,5
0 1

1
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
1
0
0
0
0

Keterangan : Skor Maksimal Ideal = 35


Skor Minimal Ideal = 0
4.3

Pemberian Nilai
Skor merupakan data mentah hasil evaluasi yang tidak dapat

diinterpretasikan jika ia berdiri sendiri, tanpa informasi lain yang relevan. Jika
skor tersebut diolah lebih lanjut dengan menggunakan aturan dan criteria tertentu
dinamakan nilai. Nilai ini bisa berupa bilangan (kuantitatif) dan bisa pula berupa
huruf atau kategori (kualitatif).
Bobot untuk suatu butir soal disebut skor untuk butir soal tersebut. Skor
untuk keseluruhan butir soal dari suatu perangkat tes yang diperoleh seorang testi
disebut skor tes dari testi tersebut. Skor ini disebut skor actual, artinya skor
kenyataan yang diperoleh siswa.
Menurut Woodworth (1961: 28) ada dua jenis pedoman yang bisa
digunakan untuk menentukan nilai (mengubah skor menjadi nilai) sebagai hasil
evaluasi, yaitu:
1. Dengan cara membandingkan skor yang diperoleh seorang individu
(siswa) dengan suatu standar yang sifatnya mutlak (absolut), cara ini
disebut PAP (Penilaian Acuan Patokan). Orientasinya adalah tingkat
penguasaan siswa terhadap seluruh materi yang diteskan, sehingga nilai
yang diperoleh mencerminkan persentase tingkat penguasaannya. Standar
yang bersifat absolute tersebut adalah SMI yang sebelumnya telah
ditetapkan oleh guru atau pembuat soal. Nilai untuk setiap individu dicari
dengan membandingkan skor yang bersangkutan dengan SMI tersebut,
sehingga merupakan persentase tingkat penguasaannya.

48

1
0
1
1
0
1
0
0

1
1,5
1
1
0
0,5
0
0

0,5
0
1
2
0
0
0
0

2. Dengan cara membandingkan skor yang diperoleh seorang individu


(siswa) dengan skor yang diperoleh siswa lainnya dalam kelompok tes
tersebut, cara ini disebut dengan PAN (Penilaian Acuan Normatif).
Orientasinya adalah kedudukan siswa dalam kelompoknya, sehingga nilai
yang diperoleh dengan system ini tidak atau kurang mencerminkan tingkat
penguasaan siswa terhadap seluruh materi tes yang diberikan.
Untuk mengubah skor menjadi nilai digunakan teknik analisis tertentu dan
skala penilaian yaitu:
a. Skala Sebelas

4.3.1

b.

Skala Sepuluh

c.

Skala Sembilan

d.

Skala Lima

e.

Skala Baku

f.

Skala Seratus

SKALA SEBELAS
Skala sebelas diambil dari kata Standard Eleven yang disingkat Stanel

yang dipergunakan untuk mengubah skor mentah yang diperoleh siswa ke dalam
11 kelompok nilai, yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan 10. Skala ini paling sering
digunakan oleh guru. Nilai tersebut bisa secara langsungmencerminkan prestasi
penguasaan siswa terhadap materi tes. Ada beberapa cara pengolahan nilai dengan
menggunakan skala 11 ini, diantaranya:
a)

Dengan Menghitung Persentase Tingkat Penguasaan


Untuk menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang
diberikan, rumus yang di gunakan adalah :
TPS =

S x 100 %
SMI

Ket :

TPS

= tingkat penguasaan siswa

= skor siswa

49

SMI

= skor maksimal ideal

Tabel Tingkat Penguasaan Siswa

Subjek
AGSTI PRATIWI
AHMAD IBNU ALAN
ANGGI SUSILA
ARIF RIDWAN A
CITRA WIDIA
CUT HAYATUN N
DAILANA SAKTI .I
DIANA RAHAYU
DICKY ILHAM
DONA ERLAMBANG
ENDAH YUNITA SARI
ERNA
GUSTIANAWATI
FEBRIANI LAILATUL I
FITRI APRIANI
GAHAYU RIN INDRA
I. KOMANG SHANDY
IRA DWI LARASWATI
IRINE TRI AYU M
JESSICA MARTHA N
JINGGA RAYI S
JOVA ALGHANI A
KEVIN REZA I
LIA WILIANI
MARFI AFDI
MIA KHAERUNNISA
MUH. SHOBIRIN
NIA VENDAMI
NOVIA MUSTIKASARI
NOVITA SARI
NUR AFIFAH AZIZAH
PRINSKA DAMARA S
PRITA ANNISA UTAMI
RESA S. FADILAH
RETNO
INDRA

Skor
Objektif
10
12
9
7
14
6
11
11
9
7
19

TPS
Subjektif
11
12
2,5
12
1
11
8
9
7
8,5
15

Total
21
24
11,5
19
15
17
19
20
16
15,5
34

(%)
60
71,4
32,9
54,3
42,9
48,6
54,3
57,1
45,7
44,3
97,1

16

13

29

82,9

10
12
8
13
5
13
12
9
12
7
11
8
16
7
10
15
9
10
7
11
8
8

10
5
4
9
5
9
2
12
3
4
7
2
13
2,5
10,5
13
0,5
4
4,5
6
1
6,5

20
17
12
22
10
22
14
21
15
11
18
10
29
9,5
20,5
28
9,5
14
11,5
17
9
14,5

57,1
48,6
34,3
62,9
28,6
62,9
40
60
42,9
31,4
51,4
28,6
82,9
27,1
58,5
80
27,1
40
32,9
48,6
25,7
41,4

50

PUSPITASARI
RIDWAN MAULANA
RIANDIKA CHANDRA
RINALDY AULIA
RISTI SRI WAHYUNI
SITI
LATIFAH

15
8
13
8

5
5
6
11

20
13
19
19

57,1
37,1
54,3
54,3

12
BAZLINA
TERISYA DAMAYANTI 16
TITIK YUNIARTI
7
YULYANTI
NUR
8
AISYAH
ANNISA BUDIAWATI
7

6,5

18,5

52,9

5
8

21
15

60
42,9

17

48,6

10

17

48,6

b)

Dengan Menggunakan Pendekatan Distribusi Normal


Asumsi yang mendasari pengolahan nilai dengan menggunakan
kurva (distribusi) normal adalah asumsi yang dikemukakan oleh Cureton
(1971) bahwa tingkat penguasaan (pencapaian) belajar siswa akan tersebar
menurut kurva normal. Maka dapat ditentukan batas-batas perolehan nilai
dari 0 sampai 11. dalam kurva distribusi normal rentangan nilai terdiri dari
6 simpangan baku (s). jika akan digunakan system penilaian dengan skala
11, maka rentang tersebut di atas dibagi menjadi 11 selang bagian yang
sama sehingga jarak untuk tiap selang adalah :
6s
= 0,54s
11

(dibulatkan menjadi 0,5s)

Tabel konversi untuk skala 11 adalah sebagai berikut:


x + 2,25 S 10
x + 1,75 S 9 < x + 2,25 S
x + 1,25 S 8 < x + 1,75 S
x + 0,75 S 7 < x + 1,25 S

51

x + 0,25 S 6 < x + 0,75 S


x - 0,25 S 5 < x + 0,25 S
x - 0,75 S 4 < x - 0,25 S
x - 1,25 S 3 < x - 0,25 S
x - 1,75 S 2 < x - 1,25 S
x - 2,25 S 1 < x - 1,75 S
0 < x - 2,25 S
4.3.1.1 Skala sebelas dengan sistem PAP
Karena kurva berdistribusi normal, maka :
x = SMI

S = 1/3 x

x = x 35

S = x 17,5

x = 17,5

S = 5,83

Dengan mensubstitusikan nilai-nilai yang telah diketahui ke dalam


interval penilaian skala sebelas, dapat dibuat tabel konversi sebagai
berikut:
30,6175 10
27,7025 9 < 30,6175
24,7875 8 < 27,7025
21,8725 7 < 24,7875
18,9575 6 < 21,8725
16,0425 5 < 18,9575
13,1275 4 < 16,0425
10,2125 3 < 13,1275
7,2975 2 < 10,2125
4,3825 1 < 7,2975
0 < 4,3825
Dengan melihat skor yang diperoleh testi, dapat diketahui :
a. Yang mendapat nilai 10 ada orang 1

52

b. Yang mendapat nilai 9 ada orang 3


c. Yang mendapat nilai 8 ada orang 0
d. Yang mendapat nilai 7 ada orang 3
e. Yang mendapat nilai 6 ada orang 11
f. Yang mendapat nilai 5 ada orang 7
g. Yang mendapat nilai 4 ada orang 8
h. Yang mendapat nilai 3 ada orang 5
i. Yang mendapat nilai 2 ada orang 5
j. Yang mendapat nilai 1 ada orang 0
k. Yang mendapat nilai 0 ada orang 0
4.3.1.2. Skala sebelas dengan Aktual PAN
Untuk penilaian dengan aktual ini, nilai x (rata-rata) dan S (simpangan
baku) dicari dari skor aktual. Sehingga dari data yang diperoleh, nilai
rata-rata dan simpangan bakunya adalah :
x = 17,56

S = 5,65

Maka, tabel konversinya adalah sebagai berikut:


30,2725 10
27,4475 9 < 30,2725
24,6225 8 < 27,4475
21,7975 7 < 24,6225
18,9725 6 < 21,7975
16,1475 5 < 18,9725
13,3225 4 < 16,1475
10,4975 3 < 13,3225
7,6725 2 < 10,4975
4,8475 1 < 7,6725
0 < 4,8475
Dengan melihat skor yang diperoleh testi, dapat diketahui :
a. Yang mendapat nilai 10 ada orang 1
b. Yang mendapat nilai 9 ada orang 3
53

c. Yang mendapat nilai 8 ada orang 0


d. Yang mendapat nilai 7 ada orang 3
e. Yang mendapat nilai 6 ada orang 11
f. Yang mendapat nilai 5 ada orang 7
g. Yang mendapat nilai 4 ada orang 8
h. Yang mendapat nilai 3 ada orang 5
i. Yang mendapat nilai 2 ada orang 5
j. Yang mendapat nilai 1 ada orang 0
k. Yang mendapat nilai 0 ada orang 0
4.3.1.3. Skala sebelas dengan 54ctual Kombinasi PAP-PAN
Untuk penilaian dengan system kombinasi PAP-PAN, nilai X dan S
diperoleh dari skor 54ctual. Nilai rata-rata diperoleh dari jumlah ratarata PAP dan PAN kemudian dibagi dua, demikian juga dengan
simpangan bakunya.
x KOM = ( x PAP + x PAN) = (17,5+17,56) = 17,53
SKOM = (SPAP + SPAN) = (5,8+5,65) = 5,725
Sehingga tabel konversinya adalah sebagai berikut :
30,41125 10
27,54875 9 < 30,41125
24,68625 8 < 27,54875
21,82375 7 < 24,6862
18,96125 6 < 21,82375
16,09875 5 < 18,96125
13,23625 4 < 16,09875
10,37375 3 < 13,23625
7,51125 2 < 10,37375
4,64875 1 < 7,51125
0 < 4,64875
Dengan melihat skor yang diperoleh testi, dapat diketahui :
a. Yang mendapat nilai 10 ada orang 1
54

b. Yang mendapat nilai 9 ada orang 3


c. Yang mendapat nilai 8 ada orang 0
d. Yang mendapat nilai 7 ada orang 3
e. Yang mendapat nilai 6 ada orang 11
f. Yang mendapat nilai 5 ada orang 7
g. Yang mendapat nilai 4 ada orang 8
h. Yang mendapat nilai 3 ada orang 5
i. Yang mendapat nilai 2 ada orang 5
j. Yang mendapat nilai 1 ada orang 0
k. Yang mendapat nilai 0 ada orang 0
Tabel Perolehan Nilai Menurut Skala Sebelas
Subjek
AGSTI PRATIWI
AHMAD IBNU ALAN
ANGGI SUSILA
ARIF RIDWAN A
CITRA WIDIA
CUT HAYATUN NUFUS
DAILANA
SAKTI
IRIAWAN
DIANA RAHAYU
DICKY ILHAM
DONA ERLAMBANG
ENDAH YUNITA SARI
ERNA GUSTIANAWATI
FEBRIANI
LAILATUL
ISMI
FITRI APRIANI
GAHAYU RIN INDRA
I. KOMANG SHANDY
IRA DWI LARASWATI
IRINE TRI AYU MAULANI
JESSICA MARTHA N
JINGGA RAYI S

Skor

Sistem

Total
21
24
11,5
19
15
17
19
20
16
15,5
34
29
20
17
12
22
10
22
14
21

55

Sistem PAN

Sistem

PAP
6
7
3
6
4
5
6

6
7
3
6
4
5
6

PAN
6
7
3
6
4
5
6

6
4
4
10
9
6

6
4
4
10
9
6

6
4
4
10
9
6

5
3
7
2
7
4
6

5
3
7
2
7
4
6

5
3
7
2
7
4
6

PAP-

JOVA

ALGHANI

ARIYANSYAH
KEVIN REZA INDRAJAYA
LIA WILIANI
MARFI AFDI
MIA KHAERUNNISA
MUH. SHOBIRIN
NIA VENDAMI
NOVIA MUSTIKASARI
NOVITA SARI
NUR AFIFAH AZIZAH
PRINSKA DAMARA S
PRITA ANNISA UTAMI
RESA S. FADILAH
RETNO
INDRA
PUSPITASARI
RIDWAN MAULANA
RIANDIKA CHANDRA
RINALDY AULIA
RISTI SRI WAHYUNI
SITI LATIFAH BAZLINA
TERISYA DAMAYANTI
TITIK YUNIARTI
YULYANTI NUR AISYAH
ANNISA BUDIAWATI
4.3.2

15
11
18
10
29
9,5
20,5
28
9,5
14
11,5
17
9
14,5
20
13
19
19
18,5
21
15
17
17

3
5
2
9
2
6
9
2
4
3
5
2
4

3
5
2
9
2
6
9
2
4
3
5
2
4

3
5
2
9
2
6
9
2
4
3
5
2
4

6
3
6
6
5
6
4
5
5

6
3
6
6
5
6
4
5
5

6
3
6
6
5
6
4
5
5

SKALA SEPULUH
Untuk penilaian skala sepuluh, sama halnya pada skala 11. Skor yang

diperoleh siswa diubah ke dalam 10 kelompok nilai, yaitu 1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan


10. Skala ini dipakai di sekolah sesuai dengan anjuran pada kurikulum 1975,
bahwa seorang siswa yang sudah belajar tidak mungkin pengetahuannya tidak
bertambah, apalagi berkurang. Oleh karena itu, nilai 0 (nol) ditiadakan.
Pembagian interval untuk skala 10, bisa dilakukan dengan cara selang
pada kurva normal dibagi menjadi 10 selang bagian yang sama jaraknya, yaitu 0,6
s. Cara lain yang lebih mudah dan banyak dipakai adalah dengan menggunakan
selang konversi untuk skala 11, dengan membuang satu selang paling kiri (pada
kurva normal) atau paling bawah pada tabel konversi, sehingga selang untuk nilai
1 menjadi lebih panjang.

56

Tabel konversi untuk skala 11 adalah sebagai berikut:


x + 2,25 S 10
x + 1,75 S 9 < x +2,25 S
x + 1,25 S 8 < x + 1,75 S
x + 0,75 S 7 < x + 1,25 S
x + 0,25 S 6 < x + 0,75 S
x - 0,25 S 5 < x + 0,25 S
x - 0,75 S 4 < x - 0,25 S
x - 1,25 S 3 < x - 0,25 S
x - 1,75 S 2 < x - 1,25 S
1 < x - 1,75 S
4.3.2.1 Skala Sepuluh dengan Sistem PAP
Sama halnya dengan skala sebelas, kita peroleh data yaitu rata-rata dan
simpangan baku testi, sebagai berikut:
x = SMI

S = 1/3 x

x = x 35

S = x 17,5

x = 17,5

S = 5,83

Dengan mensubstitusikan nilai-nilai yang telah diketahui ke dalam


interval penilaian skala sebelas, dapat dibuat tabel konversi sebagai
berikut:
30,6175 10
27,7025 9 < 30,6175
24,7875 8 < 27,7025
21,8725 7 < 24,7875
18,9575 6 < 21,8725
16,0425 5 < 18,9575
13,1275 4 < 16,0425
10,2125 3 < 13,1275
7,2975 2 < 10,2125

57

1 < 7,2975
Dengan melihat skor yang diperoleh testi, dapat diketahui :
a.Yang mendapat nilai 10 ada orang 1
b.Yang mendapat nilai 9 ada orang 3
c.Yang mendapat nilai 8 ada orang 0
d. Yang mendapat nilai 7 ada orang 3
e. Yang mendapat nilai 6 ada orang 11
f. Yang mendapat nilai 5 ada orang 7
g. Yang mendapat nilai 4 ada orang 8
h. Yang mendapat nilai 3 ada orang 5
i. Yang mendapat nilai 2 ada orang 5
j. Yang mendapat nilai 1 ada orang 0
4.3.2.2. Skala Sepuluh dengan Sistem PAN
Untuk penilaian system ini, nilai x (rata-rata) dan S (simpangan baku)
dicari dari skor actual. Sama halnya pada skala sebelas maka :
x = 17,56

S = 5,65

Dari data tersebut, maka tabel konversinya adalah sebagai berikut:


30,2725 10
27,4475 9 < 30,2725
24,6225 8 < 27,4475
21,7975 7 < 24,6225
18,9725 6 < 21,7975
16,1475 5 < 18,9725
13,3225 4 < 16,1475
10,4975 3 < 13,3225
7,6725 2 < 10,4975
1 < 7,6725
Dengan melihat skor yang diperoleh testi, dapat diketahui :
58

a. Yang mendapat nilai 10 ada orang 1


b. Yang mendapat nilai 9 ada orang 3
c. Yang mendapat nilai 8 ada orang 0
d. Yang mendapat nilai 7 ada orang 3
e. Yang mendapat nilai 6 ada orang 11
f. Yang mendapat nilai 5 ada orang 7
g. Yang mendapat nilai 4 ada orang 8
h. Yang mendapat nilai 3 ada orang 5
i. Yang mendapat nilai 2 ada orang 5
j. Yang mendapat nilai 1 ada orang 0

4.3.2.3 Skala Sepuluh dengan Sistem Kombinasi PAP-PAN


Untuk penilaian dengan sistem ini, nilai X dan S diperoleh dari skor
aktual. Dengan ketentuan sebagai berikut:
x KOM = ( x PAP + x PAN) = (17,5+17,56) = 17,53
SKOM = (SPAP + SPAN) = (5,8+5,65) = 5,725
Sehingga tabel konversinya adalah sebagai berikut :
30,41125 10
27,54875 9 < 30,41125
24,68625 8 < 27,54875
21,82375 7 < 24,68625
18,96125 6 < 21,82375
16,09875 5 < 18,96125
13,23625 4 < 16,09875
10,37375 3 < 13,23625
7,51125 2 < 10,37375
1 < 7,51125
Dengan melihat skor yang diperoleh testi, dapat diketahui :
a. Yang mendapat nilai 10 ada orang 1
59

b. Yang mendapat nilai 9 ada orang 3


c. Yang mendapat nilai 8 ada orang 0
d. Yang mendapat nilai 7 ada orang 3
e. Yang mendapat nilai 6 ada orang 11
f. Yang mendapat nilai 5 ada orang 7
g. Yang mendapat nilai 4 ada orang 8
h. Yang mendapat nilai 3 ada orang 5
i. Yang mendapat nilai 2 ada orang 5
j. Yang mendapat nilai 1 ada orang 0
Tabel Perolehan Nilai Menurut Skala Sepuluh
Subjek
AGSTI PRATIWI
AHMAD IBNU ALAN
ANGGI SUSILA
ARIF RIDWAN A
CITRA WIDIA
CUT HAYATUN NUFUS
DAILANA
SAKTI
IRIAWAN
DIANA RAHAYU
DICKY ILHAM
DONA ERLAMBANG
ENDAH YUNITA SARI
ERNA GUSTIANAWATI
FEBRIANI
LAILATUL
ISMI
FITRI APRIANI
GAHAYU RIN INDRA
I. KOMANG SHANDY
IRA DWI LARASWATI
IRINE TRI AYU MAULANI
JESSICA MARTHA N
JINGGA RAYI S
JOVA
ALGHANI

Skor

Sistem

Total
21
24
11,5
19
15
17
19
20
16
15,5
34
29
20
17
12
22
10
22
14
21
15

60

Sistem PAN

Sistem

PAP
6
7
3
6
4
5
6

6
7
3
6
4
5
6

PAN
6
7
3
6
4
5
6

6
4
4
10
9
6

6
4
4
10
9
6

6
4
4
10
9
6

5
3
7
2
7
4
6
4

5
3
7
2
7
4
6
4

5
3
7
2
7
4
6
4

PAP-

ARIYANSYAH
KEVIN REZA INDRAJAYA
LIA WILIANI
MARFI AFDI
MIA KHAERUNNISA
MUH. SHOBIRIN
NIA VENDAMI
NOVIA MUSTIKASARI
NOVITA SARI
NUR AFIFAH AZIZAH
PRINSKA DAMARA S
PRITA ANNISA UTAMI
RESA S. FADILAH
RETNO
INDRA
PUSPITASARI
RIDWAN MAULANA
RIANDIKA CHANDRA
RINALDY AULIA
RISTI SRI WAHYUNI
SITI LATIFAH BAZLINA
TERISYA DAMAYANTI
TITIK YUNIARTI
YULYANTI NUR AISYAH
ANNISA BUDIAWATI
4.3.3

11
18
10
29
9,5
20,5
28
9,5
14
11,5
17
9
14,5
20
13
19
19
18,5
21
15
17
17

3
5
2
9
2
6
9
2
4
3
5
2
4

3
5
2
9
2
6
9
2
4
3
5
2
4

3
5
2
9
2
6
9
2
4
3
5
2
4

6
3
6
6
5
6
4
5
5

6
3
6
6
5
6
4
5
5

6
3
6
6
5
6
4
5
5

SKALA SEMBILAN
Skala sembilan diambil dari kata Standard Nine yang disingkat Stanin.

Seperti halnya pada skala sebelas, pada skala ini distribusi yang merupakan kurva
normal dibagi menjadi 9 daerah interval yang sama, yaitu: dalam hai ini, skor
siswa diubah menjadi sembilan kelompok nilai, yaitu 1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9.
sehingga daerah ujung kiri dan ujung kanan untuk nilai 1 dan nilai 9 intervalnya
lebih panjang. Hal in akan mengakibatkan nilai tertinggi 9 dan nilai terendah 1.
Tabel konversi untuk skala 11 adalah sebagai berikut:
x + 1,75 S 9
x + 1,25 S 8 < x + 1,75 S
x + 0,75 S 7 < x + 1,25 S

61

x + 0,25 S 6 < x + 0,75 S


x - 0,25 S 5 < x + 0,25 S
x - 0,75 S 4 < x - 0,25 S
x - 1,25 S 3 < x - 0,25 S
x - 1,75 S 2 < x - 1,25 S
1 < x - 1,75 S
4.3.3.1

Skala Sepuluh dengan Sistem PAP


Seperti yang telah diketahui pada skala sebelas dan sepuluh, rata-rata
dan simpangan baku testi adalah sebagai berikut:
x = SMI

S = 1/3 x

x = x 35

S = x 17,5

x = 17,5

S = 5,83

Sehingga tabel konversinya sebagai berikut:


27,7025 < 9
24,7875 8 < 27,7025
21,8725 7 < 24,7875
18,9575 6 < 21,8725
16,0425 5 < 18,9575
13,1275 4 < 16,0425
10,2125 3 < 13,1275
7,2975 2 < 10,2125
1 < 7,2975
Dengan melihat skor yang diperoleh testi, dapat diketahui :
a. Yang mendapat nilai 9 ada orang 4
b. Yang mendapat nilai 8 ada orang 0
c. Yang mendapat nilai 7 ada orang 3
d. Yang mendapat nilai 6 ada orang 11
e. Yang mendapat nilai 5 ada orang 7
f. Yang mendapat nilai 4 ada orang 8
62

g. Yang mendapat nilai 3 ada orang 5


h. Yang mendapat nilai 2 ada orang 5
i. Yang mendapat nilai 1 ada orang 0
Skala Sepuluh dengan Sistem PAN
Untuk penilaian system ini, nilai x (rata-rata) dan S (simpangan baku)
dicari dari skor actual. Sama halnya pada skala sebelas maka :
x = 17,56

S = 5,65

Dari data tersebut, maka tabel konversinya adalah sebagai berikut:


27,4475 < 9
24,6225 8 < 27,4475
21,7975 7 < 24,6225
18,9725 6 < 21,7975
16,1475 5 < 18,9725
13,3225 4 < 16,1475
10,4975 3 < 13,3225
7,6725 2 < 10,4975
1 < 7,6725
Dengan melihat skor yang diperoleh testi, dapat diketahui :
a. Yang mendapat nilai 9 ada orang 4
b. Yang mendapat nilai 8 ada orang 0
c. Yang mendapat nilai 7 ada orang 3
d. Yang mendapat nilai 6 ada orang 11
e. Yang mendapat nilai 5 ada orang 7
f. Yang mendapat nilai 4 ada orang 8
g. Yang mendapat nilai 3 ada orang 5
h. Yang mendapat nilai 2 ada orang 5
i. Yang mendapat nilai 1 ada orang 0
Skala Sepuluh dengan Sistem Kombinasi PAP-PAN
63

Untuk penilaian dengan sistem ini, nilai x dan S diperoleh dari skor
aktual. Dengan ketentuan sebagai berikut:
x KOM = ( x PAP + x PAN) = (17,5+17,56) = 17,53
SKOM = (SPAP + SPAN) = (5,8+5,65) = 5,725
Sehingga tabel konversinya adalah sebagai berikut :
27,54875 < 9
24,68625 8 < 27,54875
21,82375 7 < 24,68625
18,96125 6 < 21,82375
16,09875 5 < 18,96125
13,23625 4 < 16,09875
10,37375 3 < 13,23625
7,51125 2 < 10,37375
1 < 7,51125
Dengan melihat skor yang diperoleh testi, dapat diketahui :
a. Yang mendapat nilai 9 ada orang 4
b. Yang mendapat nilai 8 ada orang 0
c. Yang mendapat nilai 7 ada orang 3
d. Yang mendapat nilai 6 ada orang 11
e. Yang mendapat nilai 5 ada orang 7
f. Yang mendapat nilai 4 ada orang 8
g. Yang mendapat nilai 3 ada orang 5
h. Yang mendapat nilai 2 ada orang 5
i. Yang mendapat nilai 1 ada orang 0
Tabel Perolehan Nilai Menurut Skala Sepuluh
Subjek

Skor

AGSTI PRATIWI

Total
21

Sistem

Sistem PAN

Sistem PAP-

PAP
6

64

PAN
6

AHMAD IBNU ALAN


ANGGI SUSILA
ARIF RIDWAN A
CITRA WIDIA
CUT HAYATUN NUFUS
DAILANA SAKTI I
DIANA RAHAYU
DICKY ILHAM
DONA ERLAMBANG
ENDAH YUNITA SARI
ERNA GUSTIANAWATI
FEBRIANI LAILATUL I
FITRI APRIANI
GAHAYU RIN INDRA
I. KOMANG SHANDY
IRA DWI LARASWATI
IRINE TRI AYU M
JESSICA MARTHA N
JINGGA RAYI S
JOVA ALGHANI A
KEVIN REZA I
LIA WILIANI
MARFI AFDI
MIA KHAERUNNISA
MUH. SHOBIRIN
NIA VENDAMI
NOVIA MUSTIKASARI
NOVITA SARI
NUR AFIFAH AZIZAH
PRINSKA DAMARA S
PRITA ANNISA UTAMI
RESA S. FADILAH
RETNO INDRA P
RIDWAN MAULANA
RIANDIKA CHANDRA
RINALDY AULIA
RISTI SRI WAHYUNI
SITI LATIFAH BAZLINA
TERISYA DAMAYANTI
TITIK YUNIARTI
YULYANTI NUR AISYAH
ANNISA BUDIAWATI

24
11,5
19
15
17
19
20
16
15,5
34
29
20
17
12
22
10
22
14
21
15
11
18
10
29
9,5
20,5
28
9,5
14
11,5
17
9
14,5
20
13
19
19
18,5
21
15
17
17

7
3
6
4
5
6
6
4
4
9
9
6
5
3
7
2
7
4
6
4
3
5
2
9
2
6
9
2
4
3
5
2
4
6
3
6
6
5
6
4
5
5

65

7
3
6
4
5
6
6
4
4
9
9
6
5
3
7
2
7
4
6
4
3
5
2
9
2
6
9
2
4
3
5
2
4
6
3
6
6
5
6
4
5
5

7
3
6
4
5
6
6
4
4
9
9
6
5
3
7
2
7
4
6
4
3
5
2
9
2
6
9
2
4
3
5
2
4
6
3
6
6
5
6
4
5
5

4.3.4 Skala Lima


Skala lima disebut pula skala huruf, karena nilai akhir tidak
dinyatakan dengan angka (bilangan), melainkan dengan huruf A, B, C, D,
E.
Pada prinsipnya pengolahan data untuk skala lima ini persis sama
seperti cara pengolahan skala 11 yang telah dibahas dimuka. Perbedaannya
terletak pada pembagian interval kurva normal, yaitu menjadi lima bagian.
Daerah kuirva normal yang signifikan berada pada interval -3s sampai
dengan 3s, jadi panjang interval tersebut sama dengan 6s. Dengan demikian
untuk skala lima, panjang interval bagiannya masing-masing idealnya
adalah

atau 1,2 s. Tetapi beberapa pakar evaluasi banyak yang

menggunakan 1s, dengan memberikan bagian yang lebih panjang pada


ujung-ujungnya mengingat pada pada kedua bagian ujung itu frekuensinya
relative kecil. Disamping itu agar mempermudah perhitungan.
Tabel konversi untuk skala lima adalah:
x + 1,5 s
x

B < x + 1,5 s

C< x

D< x
E

4.3.4.1. Skala lima dengan sistem PAP


Dengan cara seperti pada skala sebelumnya, maka diperoleh x =
17,5, s =5,83
Sehingga tabel konversinya adalah sebagai berikut:

66

26,24
20,42

B < 26,24

14,58

C < 20,42

8,75

D < 14,58
E < 8,75

Dengan melihat skor yang diperoleh, dapat diketahui:


a.
b.
c.
d.
e.

Yang mendapat nilai A ada 4 orang


Yang mendapat nilai B ada 7 orang
Yang mendapat nilai C ada 19 orang
Yang mendapat nilai D ada 13 orang
Yang mendapat nilai E ada 0 orang

4.3.4.2. Skala lima dengan sistem PAN


Data untuk nilai x (rata-rata) dan s (simpangan baku) diperoleh
dari skor aktual. Karena itu tidak cukup diketahui SMInya saja.
Dengan menggunakan kalkulator didapat x = 17,56 dan s = 5,65 (n-1)
Dari kedua nilai tersenut dapat disusun tabel konversi sebagai berikut:
26,04 A
20,39 B < 26,04
14,74 C < 20,39
9,09 D < 14,74
E < 9,09
Dengan melihat skor yang diperoleh, dapat diketahui:
a.
b.
c.
d.
e.

Yang mendapat nilai A ada 4 orang


Yang mendapat nilai B ada 7 orang
Yang mendapat nilai C ada 19 orang
Yang mendapat nilai D ada 13 orang
Yang mendapat nilai E ada 0 orang

4.3.4.3. Skala lima dengan sistem PAP-PAN


x = 0,5 ( x pap + x pan) = 0,5 (17,5 + 17,56) = 17,53
S = 0,5 (Spap +Span) = 0,5( 5,83 + 5,65) = 5,74

67

Dari kedua nlai tersebut didapat tabel konversi sebagai berikut:


26,14 A
20.40 B < 26,14
14,66 C < 20,40
8,92 D < 14,66
E < 8,92
Dengan melihat skor yang diperoleh, dapat diketahui:
a.
b.
c.
d.
e.

Yang mendapat nilai A ada 4 orang


Yang mendapat nilai B ada 7 orang
Yang mendapat nilai C ada 19 orang
Yang mendapat nilai D ada 13 orang
Yang mendapat nilai E ada 0 orang

Tabel Perolehan Skala Lima


No

Subjek

Skor total

Sistem

Sistem PAN

Sistem

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Endah
Erna
Mia
Novia
Ahmad
I Komang
Irine
Jinggan
Agstri
Terisya
Nia
Ridwan
Diana
Febriani
Arief
Risti
Rinaldy
Dailana
Siti Latifah
Lia
Cut Hayatun
Prita

34
29
29
28
24
22
22
21
21
21
20.5
20
20
20
19
19
19
19
18.5
18
17
17

PAP
A
A
A
A
B
B
B
B
B
B
B
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C

A
A
A
A
B
B
B
B
B
B
B
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C

PAN
A
A
A
A
B
B
B
B
B
B
B
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C

68

PAP-

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

Yulyanti
Fitri
Anisa
Dicky
Dona
Jova
Chitra
Titik
Retno
Nur afifah
Jessica
Riandika
Gahayu
Prinska
Anggi
Kevin
Ira
Marfi
M. Shobirin
Novita
Resa

17
17
17
16
15.5
15
15
15
14.5
14
14
13
12
11.5
11.5
11
10
10
9.5
9.5
9

C
C
C
C
C
C
C
C
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D

C
C
C
C
C
C
C
C
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D

C
C
C
C
C
C
C
C
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D

4.3.5 Skala Baku


Skala baku disebut juga skala Z. Dasarnya adalah kurva normal
baku yang memiliki nilai rerata z = 0 dan simpangan baku s=1. Seperti
halnya distribusi normal lainnya, kurva normal baku mempunyai batas
signifikansi dari -3,00 z 3,00.
Kegunaan skala baku ini adalah untuk menentukan kedudukan
seorang testi dalam kelompoknya. Oleh karena itu perhitungan nilai z
diolah dari skor actual dengan pendekatan norma relatif. Kegunaan lainnya
adalah menentukan kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya pada tes
yang berlainan.
Untuk menentukan nilai Z digunakan rumus :

Z=

Dengan:

69

Z= nilai baku
S= skor actual
x = rata rata skor actual
S = simpangan baku
4.3.5.1. Skala Baku dengan sistem PAP
X = 17,5 dan S= 5,83
Dengan menyubstitusikan data ke rumas, nilai Z untuk siswa ke-1
yaitu Endah adalah sebagai berikut:
Z=

2,83

4.3.5.2. Skala Baku dengan sistem PAN


X =17,56 dan S=5,65.
Dengan menyubstitusikan data ke rumas, nilai Z untuk siswa ke-1
yaitu Endah adalah sebagai berikut:
Z=

2,91

4.3.5.3 Skala Baku dengan sistem PAP-PAN


X = 17, 53 dan S = 5,74
Dengan menyubstitusikan data ke rumas, nilai Z untuk siswa ke-1
yaitu Endah adalah sebagai berikut:
Z=

2,87

Tabel Perolehan Nilai Menurut Skala Baku


No
1
2
3

Subjek
Endah
Erna
Mia

Skor total

Sistem

34
29
29

PAP
2.83
1.97
1.97

70

Sistem PAN

Sistem

2.91
2.02
2.02

PAN
2.87
2
2

PAP-

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

Novia
Ahmad
I Komang
Irine
Jinggan
Agstri
Terisya
Nia
Ridwan
Diana
Febriani
Arief
Risti
Rinaldy
Dailana
Siti Latifah
Lia
Cut Hayatun
Prita
Yulyanti
Fitri
Anisa
Dicky
Dona
Jova
Chitra
Titik
Retno
Nur afifah
Jessica
Riandika
Gahayu
Prinska
Anggi
Kevin
Ira
Marfi
M. Shobirin
Novita
Resa

28
24
22
22
21
21
21
20.5
20
20
20
19
19
19
19
18.5
18
17
17
17
17
17
16
15.5
15
15
15
14.5
14
14
13
12
11.5
11.5
11
10
10
9.5
9.5
9

1.8
1.11
0.77
0.77
0.6
0.6
0.6
0.51
0.43
0.43
0.43
0.26
0.26
0.26
0.26
0.17
0.09
-0.09
-0.09
-0.09
-0.09
-0.09
-0.26
-0.34
-0.43
-0.43
-0.43
-0.51
-0.6
-0.6
-0.77
-0.94
-1.03
-1.03
-1.11
-1.29
-1.29
-1.37
-1.37
-1.46

4.3.6 Skala Seratus

71

1.85
1.4
0.79
0.79
0.61
0.61
0.61
0.52
0.43
0.43
0.43
0.25
0.25
0.25
0.25
0.17
0.08
-0.1
-0.1
-0.1
-0.1
-0.1
-0.27
-0.36
-0.45
-0.45
-0.45
-0.54
-0.63
-0.63
-0.8
-0.98
-1.07
-1.07
-1.16
-1.34
-1.34
-1.43
-1.43
-1.52

1.82
1.13
0.78
0.78
0.6
0.6
0.6
0.52
0.43
0.43
0.43
0.26
0.26
0.26
0.26
0.17
0.08
-0.09
-0.09
-0.09
-0.09
-0.09
-0.27
-0.35
-0.44
-0.44
-0.44
-0.53
-0.61
-0.61
-0.79
-0.96
-1.05
-1.05
-1.14
-1.31
-1.31
-1.4
-1.4
-1.48

Nilai dengan menggunakan skala seratus disebut skor T yang


bergerak pada interval 0 sampai dengan 100. Nilai ini didasari oleh nilai z
dengan hubungan
T = 50 + 10z
Atau
T = 50 + 10
Dengan: T = nilai dalam skala 100
X= skor total
x = rata-rata skor total
s = nilai simpangan baku
salah satu fungsi dari skala 100 ini adalah seperti skala z, yaitu
untuk membandingkan kedudukan dua orang siswa (atau lebih) pada suatu
kelompok tes, atau kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya pada tes
yang berlainan.
4.3.6.1. Skala seratus dengan sistem PAP
X = 17,5 dan S= 5,83
Dengan menyubstitusikan data ke rumas, nilai T untuk siswa ke-1
yaitu Endah adalah sebagai berikut:
T = 50 + 10

= 50 + 10
= 78.3
4.3.6.2. Skala seratus dengan sistem PAN
X =17,56 dan S=5,65.
Dengan menyubstitusikan data ke rumas, nilai T untuk siswa ke-1
yaitu Endah adalah sebagai berikut:

72

T = 50 + 10

= 50 + 10
= 79.1
4.3.6.3. Skala seratus dengan sistem PAP-PAN
X = 17, 53 dan S = 5,74
Dengan menyubstitusikan data ke rumas, nilai Z untuk siswa ke-1
yaitu Endah adalah sebagai berikut:
T = 50 + 10

= 50 + 10
= 78,7
Tabel Perolehan Nilai Menurut Skala Seratus
No

Subjek

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Endah
Erna
Mia
Novia
Ahmad
I Komang
Irine
Jinggan
Agstri
Terisya
Nia
Ridwan
Diana
Febriani

Skor total

Sistem

34
29
29
28
24
22
22
21
21
21
20.5
20
20
20

PAP
78.3
69.7
69.7
68
61.1
57.7
57.7
56
56
56
55.1
54.3
54.3
54.3

73

Sistem PAN

Sistem
PAN

79.1
70.2
70.2
68.5
61.4
57.9
57.9
56.1
561
56.1
55.2
54.3
54.3
54.3

78.7
70
70
68.5
61.4
57.9
57.9
56.1
56.1
56.1
55.2
54.3
54.3
54.3

PAP-

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

Arief
Risti
Rinaldy
Dailana
Siti Latifah
Lia
Cut Hayatun
Prita
Yulyanti
Fitri
Anisa
Dicky
Dona
Jova
Chitra
Titik
Retno
Nur afifah
Jessica
Riandika
Gahayu
Prinska
Anggi
Kevin
Ira
Marfi
M. Shobirin
Novita
Resa

19
19
19
19
18.5
18
17
17
17
17
17
16
15.5
15
15
15
14.5
14
14
13
12
11.5
11.5
11
10
10
9.5
9.5
9

52.6
52.6
52.6
52.6
51.7
50.9
49.1
491
49.1
49.1
49.1
47.4
46.6
45.7
45.7
45.7
44.9
44
44
42.3
40.6
39.7
39.7
38.9
37.1
37.1
36.3
36.3
35.4

BAB V

74

52.5
52.5
52.2
52.5
51.7
50.8
49
49
49
49
49
47.3
46.4
45.5
45.5
45.5
44.6
43.7
43.7
42
40.2
39.3
39.3
38.4
36.6
36.6
35.7
35.7
34.8

52.6
52.6
52.6
52.6
51.7
50.8
49.1
49.1
49.1
49.1
49.1
47.3
46.5
45.6
45.6
45.6
44.7
43.9
43.9
42.1
40.4
39.5
39.5
38.6
36.9
36.9
36
36
35.2

PERINGKAT DAN TARAF SERAP


5.1 Peringkat
Peringkat adalah terjemahan dai kata rank, yaitu suatu istilah untuk
menyatakan kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya menurut urutan
tingkatan. Proses penentuan peringkat tersebut diatasdisebut ranking, yaitu
dengan cara mengurutkan nilai-nilai siswa (misal dari suatu kelas) dari mulai
skor ayng paling tinggi menuju skor yang paling rendah, sehinga dapat dengan
mudah dapat dilihat kedudukan siswa dalam kelompoknya.
Dalam laporan ini.akan dibahas 3 macam cara untuk menentkan peringkat,
yaitu:
1. Peringkat sederhana (simple rank), merupakan urutan yang dinyatakan
dengan nomor (angka) untuk menunjukkan letak kedudukan seseorang
(siswa) dalam kelompoknya. Dalam penggunaannya sehari-hari, istilah
peringkat sederhana ini biasanya dikatakan peringkat saja.
Tabel Peringkat (Simple Rank)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Skor terurut
34
29
29
28
24
22
22
21
21
21
20.5
20
20
20
19
19
19
19
18.5
18
17

Rank (peringkat)
1
(2+3) = 2,5
2,5
4
5
(6+7) = 6,5
6,5
1/3(8+9+10) = 9
9
9
11
1/3(12+13+14) = 13
13
13
(15+16+17+18)= 16,5
16,5
16,5
16,5
19
20
1/5(21+22+23+24+25) = 23

75

Nama Siswa
Endah
Erna
Mia
Novia
Ahmad
I Komang
Irine
Jinggan
Agstri
Terisya
Nia
Ridwan
Diana
Febriani
Arief
Risti
Rinaldy
Dailana
Siti Latifah
Lia
Cut Hayatun

22

17

23

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

17
17
17
16
15.5
15
15
15
14.5
14
14
13
12
11.5
11.5
11
10
10
9.5
9.5
9

23
23
23
26
27
1/3 (28+29+30) = 29
29
29
31
(32+33) = 32,5
32,5
34
35
(36 +37) = 36,5
36,5
38
(39 + 40) = 39,5
39,5
(41+42) = 41,5
41,5
43

Prita
Yulyanti
Fitri
Anisa
Dicky
Dona
Jova
Chitra
Titik
Retno
Nur afifah
Jessica
Riandika
Gahayu
Prinska
Anggi
Kevin
Ira
Marfi
M. Shobirin
Novita
Resa

2. Peringkat persen (PP), menunjukkan kedudukan seorang siswa dalam


kelompoknya dilihat dari banyaknya persentase siswa yang berada di
bawahnya, termasuk dirinya sendiri. Jadi dalam peringkat persen ini siswa
tertentu dan siswa lain yang memiliki skor yang sama atau kurang dari
skor dirinya.Untuk mencari PP digunakan rumus:
PP =

jumlahsiswa peringkat
jumlahsiswa

Sebagai contoh akan dicari PP dari siswa yang menduduki pertama


yaitu Endah.
PP34 =

43 1
42
x 100 =
x 100 = 97,67
43
43

Maka PP dari siswa pertama adalah 97,67.. Ini berarti ada (97,67% x 43)
= 42 siswa yang prestasinya ada di bawah Endah.
Tabel peringkat persen
No

Skor terurut

PP

76

Nama Siswa

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

34
29
29
28
24
22
22
21
21
21
20.5
20
20
20
19
19
19
19
18.5
18
17
17

97,67
94,19
94,19
90,7
88,37
84,88
84,88
79,07
79,07
79,07
74,41
69,77
69,77
69,77
61,63
61,63
61,63
61,63
55,81
53,49
46,51
46,51

Endah
Erna
Mia
Novia
Ahmad
I Komang
Irine
Jinggan
Agstri
Terisya
Nia
Ridwan
Diana
Febriani
Arief
Risti
Rinaldy
Dailana
Siti Latifah
Lia
Cut Hayatun
Prita

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

17
17
17
16
15.5
15
15
15
14.5
14
14
13
12
11.5
11.5
11
10
10
9.5
9.5
9

46,51
46,51
46,51
39,53
37,21
32,56
32,56
32,56
27,91
24,42
24,42
20,93
18,6
15,12
15,12
11,63
8,14
8,14
3,49
3,49
0,00

Yulyanti
Fitri
Anisa
Dicky
Dona
Jova
Chitra
Titik
Retno
Nur afifah
Jessica
Riandika
Gahayu
Prinska
Anggi
Kevin
Ira
Marfi
M. Shobirin
Novita
Resa

77

3. Peringkat dengan Simpangan Baku (PSB)


Peringkat dengan menggunakan simpangan baku menggolongkan
siswa-siswa

dalam satu kelompok menjadi kelompok-kelompok kecil

yang dibatasi oleh suatu simpangan baku tertentu. Disini akan dibahas
pengelompokkan menjadi tiga peringkat. Pengelompokkan menjadi tiga
peringkat dasarnya adalah kurva normal standar, yaitu:
a. Kelompok atas sebanyak 15,37% yang berada pada peringkat lebih
dari atau sama dengan x + 1s
b. Kelompok tengah sebanyak 68,26% yang berada pada interval dari x1s sampai x + 1s
c. Kelompok bawah sebanyak 15,37% yang berada pada peringkat
kurang dari x- 1s
Dengan menggunakan kalkulator didapat bahwa x = 17,56 dan s =
5,65. Dengan demikian diperoleh interval
23,21 Kelompok Atas
11,91 Kelompok tengah < 23,21
Kelompik bawah < 11,91
Dengan melihat interval diatas kita simpulkan bahwa kelompok atas
sebanyak 5 orang, kelompok tengah sebanyak 30 orang dan kelompok
bawah sebanyak 8 orang.
Peringkat Simpangan Baku
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Skor terurut
34
29
29
28
24
22
22
21
21
21
20.5
20

PSB
Kelompok atas
Kelompok atas
Kelompok atas
Kelompok atas
Kelompok atas
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
78

Nama Siswa
Endah
Erna
Mia
Novia
Ahmad
I Komang
Irine
Jinggan
Agstri
Terisya
Nia
Ridwan

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

20
20
19
19
19
19
18.5
18
17
17

Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah

Diana
Febriani
Arief
Risti
Rinaldy
Dailana
Siti Latifah
Lia
Cut Hayatun
Prita

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

17
17
17
16
15.5
15
15
15
14.5
14
14
13
12
11.5
11.5
11
10
10
9.5
9.5
9

Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok tengah
Kelompok bawah
Kelompok bawah
Kelompok bawah
Kelompok bawah
Kelompok bawah
Kelompok bawah
Kelompok bawah
Kelompok bawah

Yulyanti
Fitri
Anisa
Dicky
Dona
Jova
Chitra
Titik
Retno
Nur afifah
Jessica
Riandika
Gahayu
Prinska
Anggi
Kevin
Ira
Marfi
M. Shobirin
Novita
Resa

5.2 Taraf Serap


Taraf serap adalah sebagai persentase penguasaan siswa terhadap bahan
pelajaran yang telah dipelajarinya atau materi tes yang disajikan. Dengan
adanya taraf serap kata dapat mengetahui materi atau konsep-konsep mana
yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai siawa.taraf serap terdiri dari 2,
yaitu:
a. Taraf Serap Bidang Studi atau Taraf Serap Khusus adalah taraf serap suatu
mata pelajaran tertentu yang diberikan dalam suatu kelas.

79

b. Taraf Serap Kelas atau Taraf Serap Umum membidarakan suatu bidang
studi secara khusus.
Untuk menghitung taraf serap soal pilihan jamak rumus yang digunakan
adalah:
TSB = JSB x 100 %
n
Ket :
n

= banyaknya testi

TSB

= taraf serap butir soal

JSB

= jumlah siswa yang menjawab benar

Menurut E.T Ruseffendi kriteria taraf serap diantara :


TS 75%

= Taraf Serap baik

50% TS < 75%

= Taraf Serap cukup

TS < 50%

= Taraf Serap jelek

Taraf Serap soal nomor 1


Dari data-data sebelumnya didapat :
JSB = 28
N

= 43

Sehingga, TSB = JSB x 100 %


n
= 28

x 100%

43
= 65,12
Berdasarkan kriteria di atas, taraf serap untuk soal nomor 1 cukup
Untuk setiap butir soal lainnya, hal yang sama dapat dilakukan. Hal itu dapat
dilihat pada tabel berikut :
Nomor soal
1
2
3

Taraf Serap Butir (%)


65,12
97,67
86,05
80

Keterangan
cukup
baik
baik

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

32,56
83,72
69,77
37,21
46,51
67,44
58,14
23,26
48,84
88,37
18,60
32,56
6,98
62,79
81,40
18,60
11,63

jelek
baik
cukup
jelek
jelek
cukup
cukup
jelek
jelek
baik
jelek
jelek
jelek
cukup
baik
jelek
jelek

Untuk menghitung taraf serap soal uraian rumus yang digunakan adalah:
TSB =

JS
x 100 %
b

Ket :
JS = jumlah bobot siswa
b = bobot dari seluruh siswa yang menjawab sempurna
Taraf Serap soal nomor 21
Dari data-data sebelumnya didapat :
JS = 118
b = 43 x 8 = 344
Sehingga, TSB =

JS
x 100 %
b

118
x 100%
344

= 0,34 x 100%
= 34,30

81

Berdasarkan kriteria di atas, taraf serap untuk soal nomor 1 jelek. Untuk setiap
butir soal lainnya, hal yang sama dapat dilakukan. Hal itu dapat dilihat pada tabel
berikut :
Nomor soal
1
2

Taraf Serap Butir (%)


34,30
64,46

Keterangan
jelek
cukup

Jadi taraf serap untuk pokok bahasan Limit Fungsi ialah:


65,12 + 9 7,67 + 86,05 + 32,56 + 83,72 + 69,77 + 37,21 + 46,51 + 67,44 + 58,14
+ 23,26 + 48,84 + 88,37 +1 8,60 + 32,56 + 6,98 + 62,79 + 81,40 + 18,60 + 11,63
+ 34,30 + 64,46
22
=

1135,98
22

= 51,64
Taraf Serap untuk pokok bahasan Limit Fungsi adalah cukup.

82

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka kriteria ala evaluasi yang
kami ujicobakan secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

Validitas alat evaluasi secara umum adalah rendah

Reliabilitas alat evaluasi secara umum secara umum tinggi.

Daya pembeda alat evaluasi secara umum sudah cukup baik.

Indeks kesukaran alat evaluasi secara umum adalah sedang.

Efektivitas option alat evaluasi secara umum sudah efektif.


Sehingga, secara umum dapat disimpulkan bahwa alat evaluasi yang kami

buat sudah cukup memadai meskipun masih terdapat kekurangan dalam


beberapa hal.
Dari pengalaman ini kami menyadari bahwa ternyata lembar jawaban
siswa yang terpisah dari soal ternyata penting untuk mempermudah pengolahan
hasil evaluasi. Tingkat kesukaran menurut kami ternyata tidak semuanya sesuai
dengan hasil analisis. Mudah menurut kami belum tentu mudah menurut para
siswa.
Setelah melaksanakan kegiatan uji coba ini kami mendapatkan banyak
pengetahuan baru diantaranya mengenai peranan seorang guru dalam
menyusun dan menganalisis suatu alat evaluasi yang baik. Selain itu kami pun
mendapatkan pelajaran baru tentang pentingnya kerjasama dan kesabaran untuk

83

mencapai hasil yang maksimal. Pengalaman ini sangat berharga bagi kami
sebagai motivasi untuk menjadi guru yang profesional di masa yang akan
datang.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil uji coba yang telah kami laksanakan di SMAN 1 Cimahi
ada beberapa hal yang perlu disampaikan guna perbaikan untuk membuat alat
evaluasi berikunya. Diantaranya:
1. Sebelum mebuat alat evaluasi hendaknya dibuat kisi-kisi soal untuk
memperjelas klasifikasi soal yang akan kita susun
2. Dalam membuat soal harus benar-benar diperhatikan tingkat penguasaan
siswa terhadapa materi dan kondisi psikologis siswa
3. Sebelum melakukan evaluasi hendak diperiksa lagi kelengkapan alat
evaluasi yang diperlukan agar tidak mempersulit pada saat pengolahan
data hasil evaluasi.

84

Anda mungkin juga menyukai