Anda di halaman 1dari 6

Keperawatan pada Ibu Postpartum

Post partum dimulai saat birth to pregnant condition dalam waktu 6 minggu. Masa
postpartum merupakan saat yang penting untuk memberikan informasi kepada para ibu
sehingga mereka yang baru melahirkan dapat membuat perencanaan dan mengetahui
permasalahan yang akan dihadapi selama melewati masa postpartum. Fokus asuhan
keperawatan postpartum meliputi proses penyembuhan fisik, psycologic well-being dan
kemampuan untuk merawat dirinya dan bayinya. Waktu yang dianggap kritis bagi ibu dan
bayinya adalah satu sampai dua jam setelah proses persalinan. Oleh karena itu perawat perlu
memonitor proses penyembuhan ibu dan infant serta mengidentifikasi kemungkinan
terjadinya ketidaknormalan.
Alat dan bahan:
-

Sarung tangan

- Termometer

Spigmonanometer

- Timbangan BB

Stetoskop

- Tali pengukur

Prosedur keperawatan pada ibu postpartum:


1. Persiapkan perlengkapan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Cuci tangan.
4. Menjaga privasi klien.
5. Pastikan posisi klien dalam keadaan nyaman.
6. Lakukan pemeriksaan fisik meliputi:
A. Perubahan Fisik
Pengkajian
Pengkajian pada postpartum dilakukan dengan melihat kembali catatan pada prenatal,
melahirkan dan jumlah kelahiran. Faktor predisposisi seperti perdarahan, partus prematurus,
bayi besar, dan grand multipara perlu untuk diketahui.
a. Keadaan umum
Kaji kondisi ibu secara umum, apakah ibu merasa kelelahan atau ibu merasa segar. Hal
ini memengaruhi penerimaan ibu terhadap bayi serta kemampuan ibu dalam menyusui
dan mengasuh bayi.
b. Tanda vital
Tanda vital klien harus dimonitor dengan hati-hati sehingga status kesehatan klien dapat
terlihat. Tekanan darah dipantau setiap 15 menit pada 1 jam pertama setelah melahirkan.

Apabila tekanan darah stabil, pemantauan diulang 30 menit pada jam kedua. Selanjutnya
dipantau 1 jam sekali selama 4 jam. Pengukuran tanda-tanda vital dilakukan setiap 8 jam
sampai ibu diperbolehkan pulang. Tekanan darah yang menurun menandakan adaya
kehilangan banyak darah. Tekanan darah yang cenderung meningkat dan dapat disertai
edema protinuria, sakit kepala, dan penglihatan kabur adalah tanda terjaidnya PIH
(Pregnancy Incude Hypertensi). Penggunaan obat selama intrapartum, spertu oxytocin
dapat menyebabkan tekanan darah cenderung meningkat.
c. Suhu
Selama kala IV, banyak ibu postpartum yang mengalami tremor dan kedinginan. Hal
tersebut dapat terjadi karena penurunan dati tekanan saraf pelvic setelah melahirkan
secara tiba-tiba, respon antara fetus dan ibu yang terjadi selama pelepasan plasenta dan
reaksi dari produksi adrenalin ibu saat melahirkan, setelah melahirkan atau karena reaksi
anastesia epidural (Novita, R.V.T, 2011). Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan
peraxilla/peroral. Pengukuran suhu dilakukan untuk mengetahui status dehidrasi (ringan
sampai berat) karena proses melahirkan terjadi selama 24 jam.
d. Nadi
Kaji frekuensi dan kuat/lemahnya denyut nadi. Bila terjadi perdarahan maka nadi mulai
cepat dan lemah. Nadi normal selama 1 jam setelah melahirkan dan selama fase
istirhat/tidur, nadi dapat turun dan melambat hingga 50 kali per menit setelah 2-4 jam
melahirkan (Novita, R.V.T, 2011).
e. Pernapasan
Pernapasan jarang mengalami penurunan, apabila terjadi kenaikan frekuensi pernapasan
dapat dicurigai adanya perdarahan pada uterus.
f. Berat badan
Idealnya, berat badan pasien akan kembali mendekati berat badan sebelum hamil (Ralph,
C., Benson & Martin, L, 2008) Tonus otot perut akan membaik, tetapi hal ini bergantung
pada latihan yang dilakukan oleh ibu postpartum
g. Kepala dan wajah
- Mata: konjungtiva yang anemis menunjukkan adanya anemia karena perdarahan saat
persalinan.
- Hidung: Kaji dan tanyakan pada ibu ,apakah ibu menderita pilek atau sinusitis.infeksi
pada ibu postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi
- Telinga: kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada telinga.

- Mulut dan gigi: tanyakan pada ibu apakah mengalami stomatitis atau gigi yang
berlubang. Gigi yang berlubang dapat menjadi pintu masuk bagi mikroorganisme dan
bisa beredar secara sistemik.
- Leher: Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran kelenjar tiroid.
Kelenjar limfe yang membesar dapat menunjukkan adanya infeksi, ditunjang dengan
adanya data yang lain seperti hipertermi,nyeri dan bengkak.
h. Payudara
Kaji ukuran dan bentuk, perhatikan bila terdapat kelainan, seperti pembesaran masif,
gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi. Kaji kondisi permukaan yang tidak
rata seperti adanya depresi, retraksi atau ada luka pada kulit payudara perlu dipikirkan
kemungkinan adanya tumor. Kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat menandakan
adanya peradangan. Perhatikan kelainan puting susu, laktasi, penyokong yang memadai
dan adanya kemerahan, nyeri tekan, atau massa (Ralph C., Benson & Martin L.;2008) .
Konsistensi payudara pada ibu postpartum lebih keras karna memproduksi laktasi.
i. Abdomen
Kaji adakah strie dan linia alba. Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau keras.
Abdomen yang keran menunjukkan kontraksi uterus dalam keadaan baik sehingga
perdarahan dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukkan keadaan yang
kurang baik dan dapat di massase untuk merangsang kontraksi. Pantau kondisi luka
sectio caesar apakah terdapat tanda-tanda infeksi. Pada pengkajian abdomen juga perlu
dipantau diastasis rektus abdominis. Diastasis rektus abdominis adalah rengangan pada
otoot rektus abdominis akibat pembesaran uterus. Jika dipalpasi, renggangan ini
menyerupai celah memanjang dari prosessus Xiphoideus ke umbilicus sehingga dapat
diukur panjang dan lebarnya. Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali seperti sebelum
hamil tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu untuk melakukan senam nifas. Cara
memeriksa diastasis rektus abdominis adalah dengan meminta ibu untuk tidur terlentang
tanpa bantal dan mengankat kepala tanpa diganjal. Kemudian palpasi abdomen dari
bawah prosessus xipoideus ke umbilikus kemudian ukur panjang dan lebar diastasis.
j. Uterus
pengeluaran plasenta dan fetus akan menimbulkan perubahan yang drastis pada uterus
untuk kembali ke keadaan nonpregnant. Perubahan terjadi pada miometrium dan
endometrium. Miometrium akan kembali ke ukuran normal melalui proses involusi yang
terjadi secara perlahan. Proses involusi merupakan proses kontraksi otot dan autolisis sel
atau jaringan miometrium.

k. Endometrium
Pada tahap involusi, kontraksi miometrium menekan pembuluh darah yang melalui
decidua dam pada perlekatan plasenta menimbulkan terjadinya hemostatis (penghentian
perdarahan). Kontraksi pada dinding arteriolar setelah proses persalinan dapat
mempercepat proses hemostatis. Vena dan arteriola pada tempat perlekatan plasenta
mengalami hialinisasi. Oklusi pada pembuluh darah decidua menimbulkan nekrosis pada
bagian superfisial yang akhirnya mengelupas dan menjadi bagian dari lochea.
l. Lochea
Kaji jumlah, warna, konsistensi, dan bau lochea pada ibu postpartum. Ada 3 tahap
pengeluaran lochea (Novita, R.V.T.; 2011), yaitu lochea rubra (1-3 hari) berwarna merah
terang yang mengandung sisa dari deciduas dan tropoblastic, lochea serosa (3-4 hari)
berwarna pink atau coklat, berisi darah tua, leukosit, dan sisa jaringan, serta lochea alba
(hari ke 10 setelah melahirkan) berwarna kuning sampai putih. Berisi leukosit, sel epitel,
mucus, serum, dan bakteri. Terjadi selama enam minggu setelah melahirkan. Jumlah
lochea dapat dihitung dengan (a) scant (<2,5 cm), (b) light (1-4), moderate (4-6), dan
(d) heavy (pembalut penuh dalam 1 jam). Lokhea yang berbau busuk menunjukan
adanya infeksi disaluran reproduksi dan harus segera ditangani.
m. Bladder
Kaji bladder dengan melakukan palpasi. Kaji distensi bledder yang dapat menyebabkan
perubahan posisi dari uterus diatas umbilicus. Kaji pengembangan bladder dengan
memperhatikan lokasu dan kekerasan fundus uteri dan mengobservasi serta mempalpasi
kandung kemih (Bobak, Irene M. & Lowdermilk, 2004). Bladder yang mengembang
akan tampak sebagai tonjolan bulat di suprapubis, jika diperkusi akan terdengar suara
redup dan berfluktuasi seperti balon yang diisi air. Bladder yang mengalami distensi
akan terlihat menonjol yang mengeliling supra pubic. Kandung kemih yang bulat dan
lembut menunjukan jumlah urine yang tertampung banyak dan hal ini dapat menganggu
involusi uteri sehingga harus dikeluarkan. Kesulitan saat berkemih sering terjadi akibat
efek dari persalinan.
n. Vagina
Pada vagina akan terjadi edema akibat epiostomi atau tidak. Pada keadaan postpartum
akan terjadi perubahan menjadi atropi pada minggu ke 3-4 akibat dari peningkatan
hormon esterogen. Pada klien yang tidak menyusui akan mengalami perbaikan selama 6
sampai 10 minggu setelah melahirkan karena esterogen kembali normal. Kadar esterogen

yang menurun saat periode laktasi akan menimbulkan gejala atropi vagina seperti
penurunan lubrikasi vagina dan penurunan respon seksual.
o. Perineum
Kaji kondisi perineum apakah utuh atau terdapat luka epiostomi, atau ruptur. Kaji adanya
tanda-tanda REEDA (Redness, Edema, Ekimosis, Discharge, dan Aproximation).
Kebersihan perineum harus diperhatikan karena merupakan penunjang proses
penyembuhan.
p. Ekstemitas
Kaji apakan ada varises dan tanda homan, tanda homan positif menunjukkan adanya
tromboflebitis sehingga dapat menghambat sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa
tanda homan adalah memposisikan ibu terlentang dengan tungkai ekstensi, kemudian
didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri pada betis, jika nyeri maka
tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi untuk mobilisasi dini agar sirkulasi lancar.

B. Ambulasi
Ambulasi dini dapat menurunkan terjadinya tromboembolism dan mempercepat
penyembuhan. Trombus dapat terjadi pada klien yang berbaring lebih dari 8 jam.
Ambulansi secara sederhana dapat dilakukan dengan cara fleksi dan ektensi pada telapak
kaki, rotasi telapak kaki, fleksi dan ekstensi pada kaki, dan tekan lutut di atas tempat tidur.
Kaji dan catat adanya Human sign positif apabila ada rasa nyeri pada saat kaki dilakukan
dorsofleksi, kemerahan, dan hangat pada kaki.
- Kegel Pelvic Exercise
Kegel exercise adalah untuk mengencangkan atau menguatkan otot vagina. Dengan
menguatkan otot-otot pelvic, seorang wanita dapat mencegah atau mengurangi kejadian
kehilangan urine. Teknik kegel exercise seperti menahan flatus, mengencangkan otototot sekitar vagina dan bagian atas pelvis, rasakan otot dapat naik dan turun. Lakukan
latihan kegel exercise 15 menit/hari. Kontraksi dilakukan 30-80 kali per menit dengan
hasil yang baik akan dicapai dalam waktu 30 hari. Kegel exercise sebaiknya dilakukan
dalam posisi tidur berbaring dengan kaki ditekuk.
- Senam Nifas
Senam nifas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Pernafasan perut
dengan berbaring dan kaki ditekuk. Tarik napas mulai hidung dan perut dikencangkan
lalu buang nafas dengan perut dikendurkan. (b) Berbaring dengan mengkontraksikan
perut dan daerah bokong dalam beberapa detik. (c) Dagu diangkat ke arah dada, dengan

menjaga bahu tetap datar. Tahan dalam beberapa detik, kemudian kembali ke awal lagi.
(d) Sit up. (e) Angkat daerah pangkal paha dan perlahan-lahan diletakkan kembali ke
lantai. (f) Peregangan dada dengan cara mengangkat kedua tangan di atas dada, tangan
kiri ditekuk, ditekan oleh tangan kanan dan dilakukan bergantian selama tiga detik. (g)
Putar lutut bersamaan secara perlahan sampai menyentuh lantai.

Anda mungkin juga menyukai