Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Kredit Macet

Berdasarkan undang undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992
tentang perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat disamakan, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank
dengan pihak lain yaitu mewajibkan pihak peminjaman untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Pengertian kredit bermasalah
Kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar
sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan.

Penyebab kredit macet


a. Error Omission (EO)
Timbulnya kredit macet yang ditimbulkan oleh adanya unsur kesengajaan untuk melanggar
kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan.
b. Error Commusion
Timbulnya kredit macet karena memanfaatkan lemahnya peraturan atau ketentuan yaitu memang
belum ada atau sudah ada, tetapi tidak jelas.
Kredit-kredit yang disalurkannya jika banyak yang macet akan menimbulkan kerugian yang
besar. Kerugian yang besar ini akan menghambat operasi perusahaan. Dan supaya kegiatan
perbankan tidak terganggu, maka nanti Pemerintah juga yang harus memberi injeksi modal.
Artinya, rakyat juga yang harus menanggung beban yang ditimbulkan oleh kredit macet itu.
Selain itu, bank-bank Pemerintah hingga kini masih dominan dalam jumlah asset terhadap
keseluruhan aset perbankan nasional.
Biasanya di saat kredit macet terjadi dan dilakukan pemeriksaan, maka persoalannya tidak akan
lepas dari EO dan EC atau bahkan karena dua-duanya. Berdasarkan pengalaman kasus-kasus
perbankan nasional yang berkaitan dengan kredit macet menimbulkan semacam persepsi yang
cenderung menjadi suatu mitos yang masih dianut, antara lain adalah :
1). Bahwa bank tidak mengalami kerugian akibat resiko kredit. Atas pemahaman ini, maka
merupakan kesalahan sekaligus kejahatan besar apabila pada sebuah bank tercatat adanya
kredit macet. Padahal risiko kredit jelas merupakan risiko yang selalu ada dan tidak bisa
dihindari.
2). Dalam setiap kasus kredit macet, maka selalu diartikan itu karena terjadi kolusi dan atau
korupsi apakah oleh pihak oknum bankir ataupun oknum nasabahnya. Hal tersebut bisa saja
terjadi, tetapi tidak semua kredit macet karena kolusi dan korupsi.
3). Dalam setiap penanganan kredit macet selalu mengutamakan pendekatan sapu jagat di
mana going concern baik bank dan perusahaannya menjadi diabaikan. Kalau kredit macet itu
karena ulah oknumnya, maka bukan berarti bank ataupun perusahaannya harus dimatiin. Bank
yang tercemar akan menimbulkan efek domino berupa terjadi krisis kepercayaaan terhadap
industri perbankan. Efek domino itu sering negative melalui pencairan dana dan melarikannya ke
luar negeri.
4). Ada kecenderungan kajian atas kredit macet mengabaikan term of reference masa lalu. Kredit
yang diputus tahun 2000, misalnya, dan kemudian macet tahun 2004, maka berusahalah dikaji
atas dasar term of reference pada tahun 2000. Misalnya, hal-hal yang berkaitan dengan asumsi.
Dengan pedekatan term of reference, biasanya akan diketehui apakah redit macet itu karena error

omission atau error commission. Jadi kesalahannya bias saja bukan pada dasar keputusannya,
tetapi karena masalah monitoring dan pembinaan bank terhadap nasabahnya. Sama-sama salah,
tetapi esensi- nya menjadi lebih jelas dan memudahkan menemukan siapa yang bertanggung
jawab, bukan siapa yang dipersalahkan.
Harusnya kalau kredit macet itu terbukti memang karena oknumnya yang salah, maka segera saja
proses secara hukum terhadap oknumnnya. Itu pun dengan tetap menjaga asa praduga tak
bersalah. Adalah sangat bijak kalau bank dan perusahaannya bisa dibiarkan berjalan terus apakah
oleh manajemen baru atau kalau perlu ditunjuk dari kalangan professional atas dasar penugasan
dari Negara. Sebab sangatlah tidak tepat dan bijaksana kalau perusahaannya harus ditutup di
mana para pekerjanya yang sama sekali tidak bersalah akan ikut menjadi korbannya. Kredit
macet adalah suatu keadaan dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit bank
tepat pada waktunya.[1]
Keadaan di atas dalam hukum perdata disebut ingkar janji atau wanprestasi. Wanprestasi seorang
debitur dapat berupa :
a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.
b. Melakukan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan.
c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.
d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.[2]
Jika dihubungkan dengan kredit macet ada 3 poin yang berkenaan dengan wanprestasi di atas:
a. Debitur sama sekali tidak bisa membayar angsuran kredit.
b. Debitur membayar sebagian saja angsuran kredit.
c. Debitur membayar lunas setelah jangka waktu diperjanjikan berakhir (terlambat).
Jadi pada intinya kredit macet merupakan kredit bermasalah dimana karena suatu hal seorang
debitur mengingkari janji mereka membayar kredit yang telah jatuh tempo sehingga terjadi
keterlambatan atau sama sekali tidak ada pembayaran maka timbulah apa yang disebut kredit
macet. Dalam kehidupan perbankan betapa kecilnya selam massa hidupnya bank tidak dapat
terlepas sama sekali dari resiko menghadapi kasus kredit bermasalah maka perlu dilakukan usaha
menekan risiko tersebut dengan menjadi mutu kredit yang disalurkan.

Penggolongan kredit macet


1. Kredit lancar
Kredit lancar yaitu kredit yang perjalanannya lancar atau memuaskan, artinya segala kewajiban
(bunga atau angsuran utang pokok diselesaikan oleh nasabah secara baik).
2. Kredit dalam perhatian khusus

Kredit dalam perhatian khusus yaitu kredit yang selama 1-2 bulan mutasinya mulai tidak lancar,
debitur mulai menunggak.
3. Kredit tidak lancar
Kredit tidak lancar yaitu kredit yang selama 3 atau 6 bulan mutasinya tidak lancar, pembayaran
bunga atau utang pokoknya tidak baik. Usaha-usaha approach telah dilakukan tapi hasilnya tetap
kurang baik.
4. Kredit diragukan
Kredit diragukan yaitu kredit yang telah tidak lancar dan telah pada jatuh temponya belum dapat
juga diselesaikan oleh debitur yang bersangkutan.
5. Kredit macet
Kredit macet sebagai kelanjutan dari usaha penyelesaian atau pengaktivan kembali kredit yang
tidak lancar dan usaha itu tidak berhasil, barulah kredit tersebut dikategorikan kedalam kredit
macet.
Penyelesaian kredit macet
Untuk menyelesaikan kredit macet, pertama harus dipelajari latar belakang penyebabnya, sehingga
penyelesaiannya disesuaikan dengan penyebabnya.A. Penyebab Kredit MacetSecara umum Penyebab
kredit macet pada Bank dikelompokkan dalam dua bagian (yang akibatnya juga akan berbeda-beda)
yaitu :1. Akibat Internal2. Akibat External1. Akibat internalSecara umum para pejabat Bank menyalurkan
pinjaman kepada peminjam (Debitur) melanggar Standart Operasional (SOP) bank dimaksud, misalnya :
memberikan pinjaman tidak meneliti debiturnya dengan seksama (mengabaikan 5 c), pejabat
mempunyai kepentingan pribadi dengan debitur dalam memberikan pinjaman yang akibatnya
melalaikan rambu hukum dan lain-lain.2. Akibat externalDebitur mengalami gempa bumi, debitur
usahanya yang merugi akibat manajemen yang lalai atau pelanggannya yang tidak membayar tagihan,
debitur yang tidak mau membayar kewajibannya, dan akibat kebijakan pemerintah.B. Penyelesaian
Kredit MacetSecara umum penyelesaian kredit macet ada dua cara1. Penyelesaian secara damai / diluar
pengadilan (non litigasi)2. Penyelesaian melalui Pengadilan (litigasi)1. Penyelesaian secara damai / diluar
pengadilan (non litigasi)a. Bila debitur macet karena usahanya merugi dikarenakan pelanggannya yang
menunggak tentu di usahakan penyelesaiannya disesuaiakan dengan kemampuan debitur yang dimulai
dengan- Bank secara internal memanggil atau mendatangi debitur agar menyelesaikan kewajibannya
atau- restrukturisasi : memperpanjang waktu pinjaman, memberikan potongan denda, bunga atau
Modal.- bila penyebab macet dikarenakan gempa dan usahanya masih mempunyai prospek yang baik,
tentu Bank dapat melakukan pendapingan manajemen dan atau menambah modal sehingga usaha dari
debitur tetap berjalan.b. Bila penyelesaian upaya di atas hasilnya tidak sesuai dengan yg diharapkan,
maka cara penyelesaian berikutnya Bank dan debitur menjual jaminan(eksekusi fidusia /Hak
Tanggungan) secara bersama-sama baik di bawah tangan maupun melalui lelang umum untuk
mendapatkan harga yg terbaik.c. Bila usaha bagian (B 1a dab b) di atas tidak tercapai maka penyelesaian
berikutnya dapat di lakukan mengumumkan melalui koran agar debitur melunasi hutangnya.d. Atau bila
dengan cara bagian (B1 a s/d d) tidak tercapai, maka cara berikutnya Bank dapat menjual piutangnya

dengan cara cessie atau subrogasi.e. Bila seluruh cara di atas tidak berhasil / tdk dapat dilakukan, maka
Bank dapat melakukan hapus buku dan hapus tagih selanjutnya mengambil alih jaminan dari kreditur
(Barang Jaminan Diambil Alih /BJDA/AYDA).2. Penyelesaian melalui PengadilanBila penyelesaian dengan
cara damai / diluar pengadilan (non litigasi) tidak tercapai maka cara berikutnya dengan cara :a. Melalui
Pengadilan NegeriEksekusi jaminan melalui Pengadilan Negeri dengan dengan dasar hukum- Pasal 1131
KUHPerdata yang intinya segala harta dari debitur baik yang ada maupun yang akan ada menjadi
jaminan dari hutang dari peminjam.- Eksekusi Hak tanggungan (UU HT No. 4 thn 1996 Pasal 6 dan atau
Fidusia (UU No. 42 thn 1999 Pasal 29) yang dilanjutkan menjual melalui lelang.b. Melalui Pengadilan
NiagaUntuk penyelesaian pengadilan niaga hal ini dilakukan dengan cara mengajukan kepailitan atau
PKPU dengan dasar hukum (UU No. 37 tahun 2004 Pasal 2 jo. Pasal 1131 KUH Perdata).c. Bila Bank
menemukan debitur melakukan data fiktif guna mengajukan pinjaman, bank dapat menekan debitur
dengan cara melaporkan debitur kepada kepolisian.Demikian di sampaikan semoga
bermanfaat.Pendapat di atas berdasarkan pengalaman pribadi sebagai mantan officer Bank yang pernah
bertugas sebagai penyalur kredit, penyelesaian kredit macet dan terakhir sebagai officer legal litigasi.

Anda mungkin juga menyukai