Anda di halaman 1dari 11

Tugas Manajemen Farmasi dan Kesehatan

Kebijakan Obat Nasional

Oleh : Masita Asma Kusuma(09040075)

Program Studi Farmasi

Fakultas Ilmu Kesehtan


Universitas Muhammadiyah Malang
2010/2011
Tugas Mahasiswa
1. Jelaskan keterkaitan antara pernyataan kesehatan adalah
hak asasi manusia dan akses terhadap obat esensial!
1.

Jawaban :. Pelayanan kesehatan adalah hak asasi manusia dan


setiap penduduk berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhannya tanpa memandang kemampuan
membayar.

Salah

satu

hal

yang

sangat

penting

dalam

pemenuhannya adalah penyediaan obat, sehingga penyediaan obat


terutama obat esensial harus dapat dijangkau oleh masyarakat.
ketersediaan,

pemerataan

dan

ketersediaan

obat

esensial

merupakan strategi pertama yang tercantum dalam kebijakan obat


nasional

(konas),

untuk

mewujudkan

tujuan

konas

yaitu

meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan obat secara


berkelanjutan agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya karena seperti yang tercantum dalam UU No.36
tahun 2009 bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia
2. Jelaskan

bahwa

obat

bukan

sekedar

komoditas

perdagangan biasa !
Obat berbeda dengan komoditas perdagangan lainnya karena
selain sebagai komoditas perdagangan juga memiliki fungsi
sosial sebagai bahan yang digunakan untuk memepngaruhi atau

menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam


rangka

penetapan

diagnosis,

pencegahan,

penyembuhan,

pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk


manusia (UU No.36 Tahun 2009) sehingga tidak boleh
diperlakukan secara sembarangan dalam produksi, distribusi,
ataupun penyerahannya pada masyarakat seperti komoditas
perdangan lainnya. sehingga Semua obat yang beredar harus
terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar memberikan
manfaat bagi kesehatan masyarakat. Bersamaan dengan itu
masyarakat harus dilindungi dari salah penggunaan dan
penyalahgunaan obat
3. Jelaskan mengapa penyediaan obat esensial merupakan
kewajiban pemerintah dan lembaga pelayanan kesehatan
publik maupun swasta !
Obat merupakan salah satu komponen yang tak
tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat adalah
bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau

keadaan

diagnosis,

patologi

pencegahan,

peningkatan

kesehatan

dalam

rangka

penetapan

penyembuhan,

pemulihan,

dan

kontrasepsi

termasuk

produk biologi. Akses terhadap obat terutama obat


esensial

merupakan

salah

satu

hak

azasi

manusia.Dengan demikian penyediaan obat esensial


merupakan kewajiban bagi pemerintah dan lembaga
pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta

Karena pemerintah dan lembaga kesehatan memiliki tanggung


jawab untuk memberikan hak berupa kesehatan kepada
masyarakat yang merupakan hak asasinyanya, oleh karenanya

untuk mewujudkannya diperlukan ketersediaan obat esensial


yang cukup, dan seperti yang disebutkan dalam konas maupun
UU tentang kesehatan pemerintah ataupun lembaga pelayanan
kesehatan harus menyediakkan obat esensial tersebut diatas.
4. Jelaskan keterkaitan antara pelaksanaan otonomi daerah
dapat berpengaruh pada ketersediaan obat esensial !
Penerapan otonomi daerah pada tahun 2000 berdasarkan
UU 22/1999, yang diperbaharui dengan UU 32/2004
tentang Pemerintahan Daerah, mengakibatkan beberapa
peran pemerintah pusat dialihkan kepada pemerintah
daerah sebagai urusan wajib dan tugas pembantuan,
salah satunya adalah bidang pelayanan kesehatan. Hal ini
mengakibatkan

penyediaan

dan

atau

pengelolaan

anggaran untuk pengadaan obat esensial yang diperlukan


masyarakat di sektor publik menjadi tanggung jawab
pemerintah

daerah

yang

sebelumnya

merupakan

tanggung jawab pemerintah pusat. Namun pemerintah


pusat masih mempunyai kewajiban untuk penyediaan obat
program kesehatan dan persediaan penyangga (buffer
stock) serta menjamin keamanan, khasiat dan mutu obat.
Pelaksanaan otonomi daerah telah membawa perubahan
mendasar yang perlu dicermati agar ketersediaan obat
esensial bagi masyarakat tetap terjamin. Untuk daerahdaerah terpencil, perbatasan, kepulauan

dan daerah

rawan bencana, perlu dikembangkan sistem pengelolaan


obat secara khusus.

5. Sebutkan tujuan pemerintah menetapkan harga obat


generik untuk pelayanan kesehatan !
Tujuan pemerintah menentukan harga obat generik
untuk pelayanan kesehatan adalah agar harga obat

yang penting dan sangat dibutuhkan masyarakat dapat


dijangkau oleh masyarakat.

6. Sebutkan dampak dari harmonisasi persyaratan teknis di


bidang farmasi sesuai yang tercantum pada KONAS
Harmonisasi persyaratan teknis membawa implikasi akan
adanya persyaratan teknis terkini yang makin canggih yang
mungkin tidak mendesak, dan yang menimbulkan beban
tambahan bagi perusahaan domestik serta bagi konsumen.
Berkenaan dengan itu Indonesia harus siap menghadapi
kemungkinan tersebut dengan kemampuan pengkajian teknis
ilmiah. Perdagangan bebas juga membawa implikasi pada
pengendalian dan pengawasan obat berupa ancaman akan
lolosnya obat yang tidak memenuhi standar. Menghadapi
ancaman tersebut, pengendalian dan pengawasan obat harus
senantiasa diperkuat kemampuan dan kapasitasnya sejalan
dengan perkembangan Iptek. Pemerintah perlu memiliki strategi
untuk memperkecil dampak dari ancaman tersebut.
7. Sebutkan stakeholder atau pelaku yang terkait dengan
penyusunan dan pelaksanaan KONAS !
Pelaku yang terkait dalam penyusunan dan pelaksanaan
KONAS adalah:
a. Pemerintah pusat
b. Pemerintah daerah
c. Industri farmasi
d. Profesi kesehatan
e. Institusi pelayanan kesehatan
f. Institusi pelayanan obat
g. Konsumen/Pasien
h. Institusi pendidikan
i. Organisasi Profesi

j. Berbagai LSM

8. Apa yang dimaksudkan dengan pengobatan rasional obat


dan contoh ketidakrasionalan obat?
Dalam pengobatan yang rasional pasien menerima obat yang
sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dengan dosis yang tepat,
untuk jangka waktu pengobatan yang sesuai, dengan biaya yang
terjangkau. Survei di sarana pelayanan kesehatan menunjukkan
bahwa ketidak-rasionalan penggunaan obat masih tinggi.
Ketidakrasionalan penggunaan obat yang sering terjadi adalah
polifarmasi, penggunaan obat non esensial, penggunaan
antimikroba yang tidak tepat,penggunaan injeksi secara
berlebihan, penulisan resep yang tidak sesuai dengan pedoman
klinis, ketidakpatuhan pasien (non-compliency) dan pengobatan
sendiri secara tidak tepat
9. Sebutkan apa saja potret kelemahan

dibidang Obat

Tradisional seperti yang disebutkan dalam analisa SWOT


Kotranas dan bagaimana cara mengatasai hal tersebut
diatas ?
a. Kurang ketersediaan standar & metode evaluasi mutu.
b. Belum dikelola scr optimal & profesional, iklim usaha tidak
kondusif, tak ada jaminan pasar & harga
c. Eksploitasi jenis tumbuhan OT tanpa budidaya
d. Mutu simplisia kurang memenuhi syarat
e. Kurang koordinasi unsur pemerintah, industri pendidikan &
f.
g.
h.
i.

penelitian, petani, provider kesehatan


Belum terakomodasi dlm kurikulum FK
Pembiayaan kurang untuk penelitian ilmiah
Produksi industri bahan baku kurang
IKOT dengan fasilitas dan Sumber daya minimal & hanya 69

dari 129 yang bersertifikat CPOTB


j. Industri OT kurang memanfaatkan hasil penelitian
k. Pasar Industri menekankan promosi dibanding dukungan
ilmiah

10. Bagaimana upaya Pemerinyah untuk menjamin

obat

tradisional yang aman, bermutu tinggi dan bermanfaat


serta

melindungi

masyarakat

dari

penggunaan obat

tradisional yang tidak tepat sebutkan .


Untuk menjamin obat tradisional yang aman pemerintah
melakukan hal-hal sbb:
a. Penilaian keamanan, mutu dan khasiat melalui proses
pendaftaran, pembinaan, pengawasan dan pengendalian impor,
ekspor, produksi, distribusi dan pelayanan obat tradisional
merupakan suatu kesatuan yang utuh, dilakukan dengan
kompetensi tinggi, akuntabel, transparan dan independen.
b. Adanya dasar hukum dan penegakan hukum secara konsisten,
dengan efek jera yang tinggi untuk setiap pelanggaran.
c. Penyempurnaan ketentuan sarana produksi bahan baku, dan
komoditi obat tradisional.
d. Pemberdayaan masyarakat melalui penyediaan dan
penyebaran informasi terpercaya sehingga terhindar dari resiko
penggunaan obat tradisional yang tidak memenuhi standard dan
risiko kesalahgunaan.
e.

Penyempurnaan

dan

pengembangan

berbagai

standar dan pedoman yang berhubungan dengan mutu


obat tradisional.

D. TATA
HUBUNGAN
LINGKUNGANNYA
Penyelenggaraan

SKN

ANTAR

SUBSISTEM

memerlukan

keterkaitan

DAN
antar

unsur-unsur SKN sebagai suatu tata hubungan yang


efektif. Keterkaitan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Subsistem Upaya Kesehatan diselenggarakan untuk
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Untuk penyelenggaraan subsistem
tersebut
diperlukan
berbagai
upaya
dengan
menghimpun seluruh potensi bangsa Indonesia.
Berbagai upaya tersebut memerlukan dukungan
pembiayaan, SDM Kesehatan, ketersediaan sediaan
26

farmasi, alat kesehatan, dan makanan, manajemen


dan informasi kesehatan, serta pemberdayaan
masyarakat.
2. Subsistem pembiayaan kesehatan diselenggarakan
guna
menghasilkan
ketersediaan
pembiayaan
kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi
secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna
dan berdaya guna untuk terselenggaranya upaya
kesehatan secara merata, terjangkau, dan bermutu
bagi seluruh masyarakat. Tersedianya pembiayaan
yang memadai juga akan menunjang terselenggaranya
subsistem sumber daya manusia kesehatan, subsistem
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan,
subsistem manajemen dan informasi kesehatan, serta
subsistem pemberdayaan masyarakat.
3. Subsistem
sumber
daya
manusia
kesehatan
diselenggarakan guna menghasilkan tenaga kesehatan
yang bermutu dalam jumlah yang mencukupi,
terdistribusi secara adil, serta termanfaatkan secara
berhasil guna dan berdaya guna, sehingga upaya
kesehatan dapat diselenggarakan sesuai dengan
kebutuhan seluruh lapisan masyarakat. Tersedianya
tenaga kesehatan yang mencukupi dan berkualitas
juga akan menunjang terselenggaranya subsistem
pembiayaan kesehatan, subsistem sediaan farmasi,
alat kesehatan dan makanan, subsistem manajemen
dan
informasi
kesehatan,
serta
subsistem
pemberdayaan masyarakat.
4. Subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan diselenggarakan guna menjamin keamanan,
khasiat, manfaat, dan mutu semua produk sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar;
menjamin
ketersediaan,
pemerataan,
dan
keterjangkauan obat, terutama obat esensial;
27

perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah


dan penyalahgunaan obat; serta penggunaan obat
yang rasional, dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan
masyarakat
yang
setinggi-tingginya.
Subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan saling terkait dengan subsistem upaya
kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya
kesehatan, manajemen dan informasi kesehatan, serta
pemberdayaan masyarakat, sehingga upaya kesehatan
dapat diselenggarakan dengan berhasil guna dan
berdaya guna.
5. Subsistem manajemen dan informasi kesehatan
diselenggarakan guna menghasilkan fungsi-fungsi
kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, informasi
kesehatan, dan hukum kesehatan yang memadai dan
mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan
secara berhasil guna dan berdaya guna. Dengan
manajemen kesehatan yang berhasil guna dan
berdaya guna dapat diselenggarakan subsistem upaya
kesehatan,
subsistem
pembiayaan
kesehatan,
subsistem
sumber daya manusia kesehatan,
subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan, serta subsistem pemberdayaan masyarakat,
sebagai suatu kesatuan yang terpadu dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
6. Subsistem
pemberdayaan
masyarakat
diselenggarakan
guna
menghasilkan
individu,
kelompok, dan masyarakat umum yang mampu
berperan aktif dalam penyelenggaraan
upaya
kesehatan. Masyarakat yang berdaya akan berperan
aktif dalam penyelenggaraan subsistem pembiayaan
kesehatan,
subsistem
sumber
daya
manusia
kesehatan, subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan,

28

dan makanan, serta subsistem manajemen dan informasi


kesehatan.
Dalam kaitan ini, hubungan SKN dengan lingkungan strategisnya
sangat
penting
artinya,
mengingat pembangunan kesehatan tidak
dapat mencapai tujuannya tanpa memperhatikan dengan seksama
interaksi dengan lingkungan strategis tersebut, yang meliputi: ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya,
dan
pertahanan keamanan.
Lingkungan tersebut terdapat di tingkat lokal, nasional, regional, maupun
global. Selain itu, lingkungan termaksud dapat sebagai peluang maupun
kendala.
Untuk
memperoleh
kejelasan
secara
umum
substansi berbagai
unsur-unsur
pembangunan
kesehatan
dan subsistem SKN
serta tata hubungannya dengan lingkungan strategis yang lebih spesifik dan
penting yang mempengaruhi SKN dapat dilihat pada skema di Gambar-2.

Anda mungkin juga menyukai