Anda di halaman 1dari 18

DYSPNEA

BY: SEPTI DEWI RACHMAWATI

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

OUTLINE
Definition & Etiology
Classification
Patofisiologi & Clinical manifestation
Diagnostic test
Treatments
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

DEFINITION
Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan
sulit bernapas, merupakan gejala yang utama
terkait dengan dengan gangguan
kardiopulmonal
Terminology lain: difficult or labored
breathing, shortness of breath

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Etiology
Berdasarkan penyakit yang menyebabkan:
Cardiac disorders:
Heart Failure, cardiac tampone
Respiratory diseases:
Severe asthma, COPD, Chest infection, pulmonary embolism,
pneumothorax, pleural effusion, chest trauma, haemothorax,
near drowning
Other causes:
Poisoning, fever, anaphylaxis, hyperventilation syndrome/
Hyperventilation attack/ Panic attack/Psychogenic
hyperventilation
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Etiology cont
Berdasarkan kondisi gangguan yg terjadi:
1. Faktor psikis.
2. Peningkatan kerja pernapasan.
- Peningkatan ventilasi (Latihan jasmani, hiperkapnia,
hipoksia, asidosis metabolik).
- Sifat fisik yang berubah ( Tahanan elastis paru
meningkat, tahanan elastis dinding toraks meningkat,
peningkatan tahanan bronkial).
3. Otot pernapasan yang abnormal.
- Penyakit otot ( Kelemahan otot, kelumpuhan otot,
distrofi).
- Fungsi mekanis otot berkurang.
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

CLASSIFICATION
1. Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba
merupakan penyebab umum kunjungan ke ruang
gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya
penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan),
penyakit jantung atau trauma dada.
2. Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan
oleh asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK),
emfisema, inflamasi paru-paru, tumor, kelainan pita
suara.
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

CLASSIFICATION cont
Dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Inspiratori dispnea, yakni kesukaran bernapas pada waktu inspirasi yang
disebabkan oleh karena sulitnya udara untuk memasuki paru-paru.
Ekspiratori dispnea, yakni kesukaran bernapas pada waktu ekspirasi yang
disebabkan oleh karena sulitnya udara yang keluar dari paru-paru.
Kardiak dispnea, yakni dispnea yang disebabkan primer penyakit jantung.
Exertional dispnea, yakni dispnea yang disebabkan oleh karena olahraga.
Exspansional dispnea, dispnea yang disebabkan oleh karena kesulitan exspansi
dari rongga toraks.
Nokturna Paroksismal dispnea, yakni dispnea yang terjadi pada malam hari,
muncul setelah beberapa jam dalam posisi tidur
Ortostatik dispnea, yakni dispnea yang berkurang pada waktu posisi duduk.

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

CLASSIFICATION cont
Berdasarkan etiologi, yakni:
Kardiak dispnea, yakni dispnea yang disebabkan oleh karena
adanya kelainan pada jantung.
Pulmunal dispnea, dispnea yang terjadi pada penyakit paru
Hematogenous, dispnea yang disebabkan oleh karena adanya
asidosis, anemia atau anoksia, biasanya dispnea ini berhubungan
dengan latihan.
Neurogenik, dispnea terjadi oleh karena kerusakan pada jaringan
otot-otot pernapan

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Pathophysiology
Oksigenasi jaringan menurun
Kebutuhan oksigen meningkat
Kerja pernapasan meningkat
Rangsangan pada sistem saraf pusat
Gangguan neuromuskuler

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Peningkatan
tahanan jalan
nafas/
penurunan
komplain paru

Pathophysiology
TEORI TEGANG-PANJANG
TEORI UTANG-OKSIGEN
Tegangan otot tidak
Kemoreceptor untuk
cukup untuk satu
panjang (volume nafas tegangan CO2 dan O2
(PCO2 dan PO2)
tercapai)

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Clinical manifestation/
Physical findings
Nafas pendek dan penggunaan otot bantu
pernafasan
Batuk, peningkatan produksi sputum,
hemoptysis, wheezing, Stridor dan chest pain
Jari tabuh, sianosis
Sign/symptom Penyebab dyspnea
IPPA THORAX findings
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Orthopnea: Heart disease, COPD


Dyspnea with an expiratory wheeze: COPD
Ex & Ins wheez : Asthma
Noisy breathing: localized obstruction (tumor)

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

ASSESSMENT
The circumstance that produces the dyspnea
must be determined.
It is important to ask the patient the following
questions:
How much exertion triggers shortness of breath?
Is there an associated cough?
Is dyspnea related to other symptoms?
Was the onset of shortness of breath sudden or
gradual?
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

At what time of day or night does the dyspnea


occur?
Is the shortness of breath worse when the
patient is flat in bed?
Does the shortness of breath occur at rest?
With exercise? Running? Climbing stairs?
Is the shortness of breath worse while
walking? If so, when walking how far? How fast?

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

DIAGNOSTIC TEST

Pemeriksaan Sputum
Blood analysis
Foto thorax
ECG
USG/ Ct Scan

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

TREATMENT/ STABILIZATION
Start with identifying and correcting its cause
Use ABC approach and resusitation as necessary
The history is needed (exaxerbation and relieving
factors, associated symptoms)
Applying a pulse oximeter & monitor RR
Investigation guided by diagnostic test findings
Disposition depends on the diagnosis (refer to
cardiologyst as an outpatient, psychiatric referral)
Positioning. Placing the patient at rest with the
head elevated (high Fowlers position) & loose
tight clothes
In severe cases: administering oxygen
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

THANK YOU

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai