Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

NEFROLITIASIS

A. PENGERTIAN
Batu ginjal atau bisa disebut nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang
terjadi pada saluran perkemihan karena terjadi pembentukan batu di dalam
ginjal, yang terbanyak pada bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan
pada saluran dan proses perkemihan.
Nefrolithiasis adalah batu yang terbentuk pada tubuli ginjal kemudian
berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi seluruh
pelvis serta kaliks ginjal yang mampu menimbulkan obstruksi saluran kemih
dan menimbulkan kelainan struktur saluran kemih sebelah atas.
Berdasarkan pengertian diatas bahwa Nefrolithiasis adalah batu yang
terbentuk dari pengkristalan pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi seluruh pelvis serta
kaliks ginjal yang mampu menimbulkan obstruksi saluran kemih dan
menimbulkan kelainan struktur saluran kemih sebelah atas.
B. ETIOLOGI
a. Etiologi Nefrolithiasis
Terbentuknya batu ginjal diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap. Secara
epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
batu ginjal (nefrolithiasis) pada seseorang, yaitu :
1) Faktor Intrinsik :
a) Herediter
Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya
b) Umur
Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
c) Jenis kelamin

Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan


dengan pasien perempuan
2) Faktor Ekstrinsik :
a) Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu ginjal
lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika selatan
hampir tidak dijumpai.
b) Iklim dan temperatur
c) Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada
air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu ginjal.
d) Diet
Diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
batu ginjal
e) Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.
C. PATOFISIOLOGI
Batu yang terletak pada sistem pelvikalises mampu menimbulkan
obstruksi di pielum ataupun kaliks mayor dapat menyebabkan kaliektasis pada
kaliks yang bersangkutan ataupun dapat menjadi hidronefrosis. Jika disertai
dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses
ginjal, abses perinefrik, abses paranefrik ataupun pielonefritis. Bila salah satu
bagian saluran kemih tersumbat, yang dalam kasus ini adalah obstruksi pada
renal maka batu akan menyebabkan peningkatan tekanan pada struktur ginjal
termasuk arteri renalis yang berada diantara korteks renalis dan medula
sehingga aliran darah yang membawa nutrisi dan oksigen ke ginjal menurun.
Jika hal ini berlangsung lama akan berakibat iskemik pada sebagian jaringan

ginjal / nefron. Sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja normal karena harus
mempertahankan homeostatis.
Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap
ancaman ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Pertama sisa nefron yang
utuh mengalami hipertrofi dalam usahanya melaksanakan seluruh beban kerja
ginjal. Kedua terjadi peningkatan kecepatan filtrasi, beban solut, reabsorpsi
tubulus dalam setiap nefron meskipun GFR untuk seluruh massa nefron yang
terdapat dalam ginjal turun dibawah nilai normal. Namun bila hal ini
berlangsung lama, akan terjadi penambahan kerusakan nefron dan jika 75 %
massa nefron sudah hancur, kecepatan filtrasi dan beban solut bagi setiap
nefron menjadi demikian tinggi, sehingga keseimbangan glomerulus-tubulus
tidak dapat dipertahankan lagi. Akhirnya terjadi kegagalan fungsi ginjal
/nefron secara keseluruhan. Kegagalan

fungsi ginjal akan mengakibatkan

penurunan GFR (Glomerulus Filtration Rate), selanjutnya kemampuan


tubulus untuk pengaturan ekskresi dan reabsorpsi menurun yang pada
gilirannya

asam

dan

sisa

metabolisme

akan

meningkat,

sehingga

keseimbangan cairan dan elektrolit akan terganggu.


D. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan pada penderita nefrolitiasis yaitu :
a. Nyeri dan pegal di daerah pinggang : Lokasi nyeri tergantung dari
dimana batu itu berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat
dari hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan.
Terutama timbul pada costovertebral.
b. Hematuria : Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena
adanya trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik
c. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi
pelvis ginjal serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik.
d. Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi
saluran kemih: demam dan menggigil.

e. Gejala gastrointestinal, meliputi:


1. Mual
2. Muntah
3. Diare
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suyono, S., dkk, (2001:430) untuk memperkuat diagnosis
diperlukan pemeriksaan penunjang, diantaranya :
a.

Pemeriksaan Laboratorium
Pemerikasaan laboratorium dilakukan untuk menetapkan adanya
gagal ginjal kronik, menetapkan ada tidaknya kegawatan, menetukan
derajat gagal ginjal kronik, menetapkan gangguan sistem, dan
membantu menetapkan etiologi. Dalam menetapkan ada atau
tidaknya gagal ginjal, tidak semua faal ginjal perlu diuji. Untuk
keperluan praktis yang paling lazim diuji adalah laju filtrasi
glomerulus (LFG) atau Glomerulo Filtration Rate (GFR).

b.

Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)


Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tandatanda perikarditis (misalnya voltase rendah), aritmia, dan gangguan
elektrolit
(hiperkalemia, hipokalsemia).

c.

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)


Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mencari adanya faktor yang reversible seperti obstruksi oleh karena
batu atau massa tumor, juga untuk menilai apakah proses sudah
lanjut (ginjal yang lisut). USG ini sering dipakai karena merupakan
tindakan yang non-invasif dan tidak memerlukan persiapan khusus.

d.

Foto Polos Abdomen


Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi dapat memperburuk
fungsi ginjal. Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu
atau obstruksi lain.

e.

Pemeriksaan Pielografi Retrogad


Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversible.

f.

Pemeriksaan Foto Dada


Dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat penumpukan
cairan (fluid overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi
perikardial.

F. PENATALAKSANAAN
a.

Penatalaksanaan Nefrolithiasis
Menurut

Purnomo, Basuki.B., (2003 : 57) dan Smeltzer,

S.C.,dan Bare, B.G., alih bahasa : Kuncara H.Y., dkk, (2001:1464)


nefrolithiasis

harus

dikeluarkan

segera

mungkin

agar

tidak

menimbulkan penyulit yang lebih berat. Batu dapat dikeluarkan


dengan cara medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui
tindakan endourologi, pelarutan batu, atau pengangkatan bedah.
1) ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) adalah
prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu
di kaliks ginjal menggunakan amplitudo tekanan energi tinggi
dari gelombang kejut yang dibangkitkan melalui pelepasan energi
yang kemudian disalurkan ke air atau jaringan lunak. Setelah batu
tersebut pecah menjadi bagian kecil seperti pasir, sisa-sisa batu
tersebut dikeluarkan secara spontan. Tidak jarang pecahanpecahan batu sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik
dan menyebabkan hematuria. Alat ini dapat memecah batu ginjal
tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan.

2) Tindakan Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal
untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas
memecah batu kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih
melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih.
Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada
kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara
mekanik, dengan memakai energi hidralik, energi gelombang
suara atau dengan energi laser. Beberapa tindakan eudourologi itu
adalah :
f) PNL (Percutaneous Nephro Lithopaxy)
Mengeluarkan batu yang berada pada saluran ginjal dengan
cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui
insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah
terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
g) Litotripsi
Memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan
alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan
batu dikeluarkan dengan Evakuator Ellik.
h) Ureteroskopi atau Uretero-renoskopi
Memasukkan alat ureteroskopi peruretram guna melihat
keadaan ureter atau sistem pielo-kaliks ginjal. Dengan
memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureteoskopi-ureterorenoskopi.
3) Pelarutan Batu
Menggunakan infus cairan kemolitik misalnya agen pembuat
basa (alkylating) atau pembuat asam (acidifying) untuk
melarutkan batu, digunakan sebagai alternatif penanganan untuk
pasien kurang beresiko terhadap terapi lain atau jenis batu yang
mudah larut (struvit). Nefrostomi perkutan terus dilakukan dan

cairan peririgasi yang hangat dialirkan terus-menerus melalui


ureter. Tekanan di dalam piala ginjal dipantau selama prosedur.
4) Pengangkatan Bedah
Diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon pada
tindakan lain. Dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas
anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin. Bila
batu terletak dalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan
nefrolitotomi yaitu insisi pada ginjal untuk mengangkat batu atau
nefrektomi jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau
hidronefrosis.

Batu

dalam

piala

ginjal

pielolitotomi.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Resiko infeksi
4. Nyeri akut
5. Cemas
6. Defisit perawatan diri

diangkat

dengan

H. PATHWAY
Nefrolitiasis

Tindakan

Pembedahan

Konservatif

Nefrolithotomi

Ruang
Pemulihan

Anestesi

Luka terbuka

luka sayatan

Tidak adekuat
informasi

Kelemahan
fisik

Kurangnya
pengetahuan

kurang perawatan
diri

Sel rusak
Aspirasi

Peristaltik
Usus me

Organisme
dientre
Inflamasi

Akumulasi
Skret

Penurunan
nafsu makan

Resiko infeksi

Mediator
Bradikinin
Cerotamin

Edema
Stimulasi
resptor

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas

Gangguan
nutrisi

Compresi
Nyeri
Nyeri

Cemas

I. INTERVENSI KEPERAWATAN
No

Diagnosa Keperawatan

Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif

Tujuan dan kriteria Hasil

Intervensi

NOC :
NIC :
Respiratory status : Ventilation
Airway suction
Definisi
:
Ketidakmampuan
untuk
Respiratory status : Airway patency
Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
membersihkan sekresi atau obstruksi dari
Aspiration Control
Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
saluran pernafasan untuk mempertahankan
suctioning.
kebersihan jalan nafas.
Kriteria Hasil :
Informasikan pada klien dan keluarga tentang
Mendemonstrasikan batuk efektif dan
suctioning
Batasan Karakteristik :
suara nafas yang bersih, tidak ada Minta klien nafas dalam sebelum suction
- Dispneu, Penurunan suara nafas
sianosis dan dyspneu (mampu
dilakukan.
- Orthopneu
mengeluarkan sputum, mampu Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
- Cyanosis
bernafas dengan mudah, tidak ada
memfasilitasi suksion nasotrakeal
- Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
pursed lips)
Gunakan alat yang steril sitiap melakukan
- Kesulitan berbicara
Menunjukkan jalan nafas yang paten
tindakan
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
(klien tidak merasa tercekik, irama Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
- Mata melebar
nafas, frekuensi pernafasan dalam
dalam setelah kateter dikeluarkan dari
- Produksi sputum
rentang normal, tidak ada suara
nasotrakeal
- Gelisah
nafas abnormal)
Monitor status oksigen pasien
- Perubahan frekuensi dan irama nafas
Mampu mengidentifikasikan dan Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan
mencegah factor yang dapat
suksion
Faktor-faktor yang berhubungan:
menghambat jalan nafas
Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila
- Lingkungan : merokok, menghirup asap
pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan
rokok, perokok pasif-POK, infeksi
saturasi O2, dll.
- Fisiologis : disfungsi neuromuskular,
hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan
Airway Management
nafas, asma.
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau

Obstruksi jalan nafas : spasme jalan


nafas, sekresi tertahan, banyaknya
mukus, adanya jalan nafas buatan,
sekresi bronkus, adanya eksudat di
alveolus, adanya benda asing di jalan
nafas.

Ketidakseimbangan
kebutuhan tubuh

nutrisi

kurang

jaw thrust bila perlu


Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2

dari NOC :
NIC :
Nutritional Status : food and Fluid Nutrition Management
Intake
Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk Kriteria Hasil :
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
keperluan metabolisme tubuh.
Adanya peningkatan berat badan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
sesuai dengan tujuan
pasien.
Batasan karakteristik :
Berat badan ideal sesuai dengan Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah
tinggi badan
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
ideal
Mampu mengidentifikasi kebutuhan
dan vitamin C

- Dilaporkan adanya intake makanan yang


kurang dari RDA (Recomended Daily
Allowance)
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat
- Kelemahan otot yang digunakan untuk
menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada rongga mulut
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah
mengunyah makanan
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan
makanan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi
rasa
- Perasaan
ketidakmampuan
untuk
mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan makanan cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa
patologi
- Kurang berminat terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup banyak
(rontok)
- Suara usus hiperaktif

nutrisi
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
Tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti

Berikan substansi gula


Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan

- Kurangnya informasi, misinformasi


Faktor-faktor yang berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan
atau
mencerna makanan atau mengabsorpsi zatzat gizi berhubungan dengan faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.

Resiko infeksi
Definisi : Peningkatan resiko masuknya
organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
- Prosedur Infasif
- Ketidakcukupan pengetahuan untuk
menghindari paparan patogen
- Trauma
- Kerusakan jaringan dan peningkatan
paparan lingkungan
- Ruptur membran amnion
- Agen farmasi (imunosupresan)
- Malnutrisi
- Peningkatan
paparan
lingkungan
patogen
- Imonusupresi

kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

NOC :
NIC :
Immune Status
Infection Control (Kontrol infeksi)
Knowledge : Infection control
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
Risk control
lain
Kriteria Hasil :
Pertahankan teknik isolasi
Klien bebas dari tanda dan gejala Batasi pengunjung bila perlu
infeksi
Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
Mendeskripsikan proses penularan
tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
penyakit,
factor
yang
meninggalkan pasien
mempengaruhi penularan serta Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
penatalaksanaannya,
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
Menunjukkan kemampuan untuk
tindakan kperawtan
mencegah timbulnya infeksi
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
Jumlah leukosit dalam batas
pelindung
normal
Pertahankan lingkungan aseptik selama
Menunjukkan perilaku hidup sehat
pemasangan alat
Ganti letak IV perifer dan line central dan
dressing sesuai dengan petunjuk umum

Ketidakadekuatan imum buatan


Tidak adekuat pertahanan sekunder
(penurunan
Hb,
Leukopenia,
penekanan respon inflamasi)
Tidak adekuat pertahanan tubuh primer
(kulit tidak utuh, trauma jaringan,
penurunan kerja silia, cairan tubuh
statis,
perubahan
sekresi
pH,
perubahan peristaltik)
Penyakit kronik

Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan


infeksi kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)


Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap penyakit menular
Partahankan teknik aspesis pada pasien yang
beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi

Nyeri akut
Definisi :
Sensori yang tidak menyenangkan dan
pengalaman emosional yang muncul secara
aktual atau potensial kerusakan jaringan
atau menggambarkan adanya kerusakan
(Asosiasi Studi Nyeri Internasional):
serangan
mendadak
atau
pelan
intensitasnya dari ringan sampai berat yang
dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat
diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6
bulan.
Batasan karakteristik :
- Laporan secara verbal atau non verbal
- Fakta dari observasi
- Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
- Gerakan melindungi
- Tingkah laku berhati-hati
- Muka topeng
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak
capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri

Laporkan kecurigaan infeksi


Laporkan kultur positif

NOC :
NIC :
Pain Level,
Pain Management
pain control,
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
comfort level
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil :
kualitas dan faktor presipitasi
Mampu mengontrol nyeri (tahu Observasi
reaksi
nonverbal
dari
penyebab
nyeri,
mampu
ketidaknyamanan
menggunakan
tehnik Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
nonfarmakologi untuk mengurangi
mengetahui pengalaman nyeri pasien
nyeri, mencari bantuan)
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Melaporkan bahwa nyeri berkurang Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
dengan menggunakan manajemen Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
nyeri
tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
Mampu mengenali nyeri (skala,
lampau
intensitas, frekuensi dan tanda Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
nyeri)
menemukan dukungan
Menyatakan rasa nyaman setelah Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri berkurang
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
Tanda vital dalam rentang normal
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi

Fokus menyempit (penurunan persepsi


waktu, kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan orang dan
lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh : jalanjalan, menemui orang lain dan/atau
aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
Respon autonom (seperti diaphoresis,
perubahan tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
Perubahan autonomic dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang dari lemah ke
kaku)
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah,
merintih, menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan dan
minum

Faktor yang berhubungan :


Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)

Ajarkan tentang teknik non farmakologi


Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
nyeri

Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala

(efek samping)
5

Cemas
Definisi :
Perasaan gelisah yang tak jelas dari
ketidaknyamanan atau ketakutan yang
disertai respon autonom (sumner tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
perasaan keprihatinan disebabkan dari
antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini
merupakan peringatan adanya ancaman
yang akan datang dan memungkinkan
individu untuk mengambil langkah untuk
menyetujui terhadap tindakan
Ditandai dengan
Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
Cemas

NOC :
NIC :
Anxiety control
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
Coping
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Impulse control
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Kriteria Hasil :
pelaku pasien
Klien mampu mengidentifikasi dan
Jelaskan semua prosedur dan apa yang
mengungkapkan gejala cemas
dirasakan selama prosedur
Mengidentifikasi, mengungkapkan
Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres
dan menunjukkan tehnik untuk
Temani pasien untuk memberikan keamanan
mengontol cemas
dan mengurangi takut
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya Dorong keluarga untuk menemani anak
Lakukan back / neck rub
kecemasan
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

Defisit perawatan diri Definisi :


Gangguan kemampuan untuk melakukan
ADL pada diri
Batasan karakteristik : ketidakmampuan
untuk mandi, ketidakmampuan untuk
berpakaian, ketidakmampuan untuk makan,
ketidakmampuan untuk toileting
Faktor yang berhubungan : kelemahan,
kerusakan kognitif atau perceptual,
kerusakan neuromuskular/ otot-otot saraf

NOC :
NIC :
Self care : Activity of Daily Living Self Care assistane : ADLs
(ADLs)
Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri
Kriteria Hasil :
yang mandiri.
Klien terbebas dari bau badan
Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
Menyatakan kenyamanan terhadap
untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,
kemampuan untuk melakukan
toileting dan makan.
ADLs
Sediakan bantuan sampai klien mampu secara
Dapat melakukan ADLS dengan
utuh untuk melakukan self-care.
bantuan
Dorong klien untuk melakukan aktivitas seharihari yang normal sesuai kemampuan yang
dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi
beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, L.J. 2009. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
3. Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam
RSUP dr.Sardjito, Yogyakarta
.
4. NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia,
USA
5. Lesmana, L,A. 2005. PIT Ilmu Penyakit Dalam. FKUI. Jakarta.
6. Sjamsuhidajat, Jong Wim De. 2006. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC
7. Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta EGC
8. Purnomo, Basuki. 2011. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto
9. Tucker, Susan Martin. 2007. Standar Perawatan Pasien Perencanaan kolaboratif &
Intervensi Keperawatan. Jakarta : EGC.
10. Baradero, Mary et al. 2008. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai