Diare Dapat Disebabkan Oleh Berbagai Hal Diantaranya Infeksi
Diare Dapat Disebabkan Oleh Berbagai Hal Diantaranya Infeksi
efek obat-obatan dan lain-lain. Menurut world gastroenterology organisation global guidelines 2005, etiologi
diare akut dibagi dalam 4 penyebab: bakteri, virus, parasit dan noninfeksi (Setiawan. 2006).
Gambaran klinis diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau lebih dalam sehari, yang sering
disertai dengan muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam
kotoranrasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh virus (Vila J et all, 2000).
Sebuah studi lain juga menyimpulkan CRO menangani dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) dan asidosis
(keasaman darah meningkat) lebih cepat dan aman dibandingkan cairan infus (Meadows et
all, 2005). Penelitian lain menunjukkan keuntungan lain oralit pada diare dengan dehidrasi ringan-sedang
adalah mengurangi lamanya diare, meningkatkan (mengembalikan) berat badan anak, dan efek samping lebih
minimal dibandingkan cairan infus (Payne et all, 2004).
Prinsip tatalaksana dalam menangani diare akut menurut WHO terdapat empat hal yaitu: 1) penggantian cairan
(rehidrasi), yang diberikan secara oral untuk mencegah dehidrasi dan mengatasi dehidrasi yang sudah
berlangsung; 2) pemberian makanan terutama ASI selama diare dan masa penyembuhan; 3) tidak menggunakan
obat anti diare, antibiotika digunakan hanya pada kasus kolera dan disentri; 4) petunjuk bagi orang tua serta
pengasuhnya tentang bagaimana merawat anak sakit terutama cara pembuatan oralit, tanda-tanda penyakit diare
yang mengharuskan dibawa ke petugas kesehatan, pencegahan diare.
Departemen kesehatan (2002) membuat pedoman tatalaksana diare yang dijelaskan sebagai berikut, tahap
pertama adalah menilai derajat dehidrasi dan tahap kedua menentukan rencana pengobatan
PENYEMBUHAN DIARE dan GASTROENTERITIS
1.Minum dan makan secara normal untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang;pasien diare tidak boleh
dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering, prinsipnya: berikan makanan yang mudah dicerna
yang tidak membebani usus dan mengiritasi usus, seperti: rendah serat, banyak kuah, hindari santan dan hindari
bumbu-bumbu menyengat, berikan buah-buahan terutama pisang dan apel, karena kedua buah tersebut
mengandung kaolin, pektin, dan kalium yang dapat mengurangi diare.
2.Untuk bayi dan balita, teruskan minum ASI (Air Susu Ibu);
3.Cairan Rumah Tangga (CRO) dan oralit. Oralit merupakan salah satu cairan pilihan untuk mencegah dan
mengatasi dehidrasi. Cairan yang biasa disebut sebagai cairan rumah tangga ini harus segera diberikan pada saat
mulai diare. Jika terjadi muntah, pemberian cairan dapat dihentikan selama kurang lebih 10 menit, selanjutnya
cairan diberikan perlahan-lahan (misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit).Oralit sudah dilengkapi dengan elektrolit,
sehingga dapat mengganti elektrolit yang ikut hilang bersama cairan. Oralit dapat mengurangi BAB sebesar
20% dan mengurangi muntah 30%, dan dapat mengurangi kebutuhan cairan infus sebesar 33%. Cairan rumah
tangga bisa meliputi air mineral, kuah sup, air teh encer, jus buah segar, sebaliknya, larutan-larutan yang
kandungan gulanya tinggi tidak boleh diberikan, contohnya adalah teh yang sangat manis, soft drink dan
minuman buah komersial yang manis.
4.Suplementasi seng (zinc), dapat mempercepat penyembuhan serta mengurangi angka kekambuhan diare. Seng
membantu pemulihan vili-vili usus yang rusak akibat diare.
5.Antimikroba yang sesuai dengan diagnosis diare. Diare karena infeksi virus, tidak rasional bila diberikan
antimikroba, cukup dengan pengobatan penunjang saja.
6.Bila diare sangat frekuen dapat diberikan obat-obat yang berfungsi untuk mengurangi pergerakan usus, tetapi
dengan pengawasan dokter.
7.Bisa diberikan juga obat-obat yang bersifat absorben, seperti arang aktif, dan kaolin pectin, yang dijual bebas.
2.9
Berat total
20.5
13.5
2.6
1.5
Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan itu harus
dibuang
Menunjukkan pada ibu cara memberikan oralit:
1) Memberikan satu sendok teh tiap 1-2 menit untuk anak < 2 tahun
2) Memberikan beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih besar
3) Apabila anak muntah, menunggu 10 menit, kemudian memberikan cairan lebih lama
(misalkan satu sendok tiap 2-3 menit)
4) Apabila diare berlanjut setelah oralit habis, beritahu ibu untuk memberikan cairan lain
seperti dijelaskan pada cara pertama atau kembali kepada petugas kesehatan untuk
mendapatkan tambahan oralit
B.
PENYEBAB
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab
diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1.
Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan
vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang
disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas,
terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan
sebagainya.
b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya
berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2.
1.
Faktor infeksi
a)
Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus
(enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi
parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia
lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA)
tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2.
Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
3.
Faktor makanan
4.
Faktor psikologis
B. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat
terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
2.
3.
Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya
telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen
dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa
darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4.
Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
-
Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan
terlalu lama.
Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
5.
Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak,
kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
Dibaca: 10141
Komentar: 4
Diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam,
tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi. Rotavirus merupakan 50% penyebab diare pada anak balita di
Negara maju. Di negara berkembang seperti Brazil dan Indonesia angkanya berkisar 30% - 40% (tahun
1970an).(1)
Rotavirus adalah virus dengan ukuran 100 nanometer yang berbentuk roda yang termasuk dalam family
Reoviridae. Virus ini terdiri dari grup A, B, C, D, E dan F. grup A sering menyerang bayi dan grup B jarang
menyerang bayi. Terdapat empat serotipe major dan paling sedikit 10 serotipe minor dari rotavirus grup A pada
manusia. Pembagian serotipe ini didasarkan pada perbedaan antigen pada protein virus 7 (VP7). Virus ini terdiri
dari tiga lapisan yaitu kapsid luar, kapsid dalam dan inti. Rota virus terdiri dari 11 segmen, setiap segmen
mengandung RNA rantai ganda, yang mana setiap kode untuk enam protein struktur ( VP1, VP2, VP3, VP4,
VP6, VP7 ) dan lima protein nonstruktur (NSP1, NSP2, NSP3, NSP4, NSP 5). Dua struktur protein yaitu VP7
yang terdiri dari protein G dan glikoprotein dan VP4 yang terdiri dari protein P dan protease pembelahan
protein, merupakan protein yang melapisi bagian luar dari virus dan merupakan pertimbangan yang penting
untuk membuat vaksin dari rotavirus. Protein pembuat kapsid bagian dalam paling banyak adalah VP6, dan
sangat mudah ditemukan dalam pemeriksaan antigen, sedangkan protein nonstruktur kapsid bagian dalam
adalah NSP4 yang merupakan sebagai faktor virulensi dari rotavirus, meskipun protein lain juga terlibat dalam
mempengaruhi virulensi dari rotavirus.(2)
Rotavirus menyerang dan memasuki sel enterosit yang matang pada ujung vili usus kecil. Virus ini
menyebabkan perubahan pada struktur dari mukosa usus kecil, berupa pemendekan villi dan terdapatnya infiltrat
sel-sel radang mononuklear pada lamina propria. Kelainan morfologis ini dapat minimal, dan hasil penelitian
baru menunjukan bahwa infeksi rotavirus tanpa kerusakan sel epitel dari usus halus. Rotavirus menempel dan
masuk dalam sel epitel tanpa kematian sel yang dapat menimbulkan diare. Sel epitel yang dimasuki oleh virus
mensintesis dan mensekresi sitokin dan kemokin, yang mana langsung menimbulkan respon imun dari penderita
dalam bentuk perubahan morfologi dan fungsi sel epitel. Peneletian baru juga mengatakan diare terjadi pada
infeksi rotavirus karena adanya protein nonstruktural dari virus yang mirip dengan enterotoksin yang
menyebabkan sekresi aktif dari klorida melalui peningkatan kosentrasi kalsium intra sel(2).
Infeksi rotavirus khas mulai sesudah masa inkubasi kurang dari 48 jam dengan demam ringan sampai sedang
dan muntah yang disertai dengan mulainya tinja cair yang sering. Muntah dan demam khas mereda selama hari
kedua sakit, tapi diare sering berlanjut selama 5-7 hari. Tinja tanpa sel darah merah atau darah putih yang nyata.
Dehidrasi mungkin terjadi dan memburuk dengan cepat, terutama pada bayi. Walaupun kebanyakan neonatus
yang terinfeksi dengan rotavirus tidak bergejala (3).
Dalam pandangan klinis infeksi rotavirus terus berkembang dari diare ringan sampai diare berat yang
mengakibatkan dehidrasi, kekurangan elektrolit, shock dan kematian pada bayi dan anak-anak. Pada anak
berumur diatas tiga bulan akan menimbulkan gastroenteritis, ketika terjadi reinfeksi akan gejalanya tidak
muncul (asimptomatik). Masa inkubasi dari rotavirus adalah 1-3 hari. Dengan serangan tiba-tiba dan
memberikan gejala demam, muntah dan diare berair (watery diarrhoea). Gejala gastrointestinal akan hilang
setelah 3-7 hari, tetapi penyembuhan infeksi rotavirus mungkin bisa sampai 2-3 minggu (4).
Berdasarkan penelitian dari Virdayanti 2002, didapatkan bahwa angka kejadian diare akibat Rotavirus adalah
merata sepanjang tahun sedangkan diare yang non Rotavirus angka kejadiannya tergantung dari adanya
perubahan musim. Hal ini membuktikan bahwa faktor dalam tubuh individu sangat berpengaruh didalam
terjadinya infeksi Rotavirus. Dalam hal ini faktor imunitas seseorang menjadi salah satu penentu terjadinya
infeksi ini. Dimana seseorang dengan imunitas yang rendah memiliki kemungkinan terbesar untuk mendafat
infeksi Rotavirus.(1)
Anamnesis sangat penting untuk menegakkan diagnosis dari diare oleh karena infeksi virus khususnya rotavirus.
Dari anamnesis dapat diketahui onset, frekuensi dari diare, durasi, volume, apakah diare berair (watery
diarrhea), diare berdarah atau berlemak. Dalam melakukan anamnesis pada pasien diare harus lebih fokus pada
beratnya diare dan dehidrasi. Intake sangat perlu ditanyakan, jumlah buang air kecil, kehilangan berat badan.
riwayat makanan.(5)
Untuk menegakkan diagnosis dari diare akut karena infeksi rotavirus diperlukan pemeriksaan feses dengan
metode rapid antigen tests, salah satunya dengan enzyme immunoassay (EIA) dengan sensitivitas dan spesifik
lebih dari 98 % atau latex agglutination test yang kurang sensitif dibanding EIA. Antibodi anti rotavirus yaitu
imunoglobulin A dan M diekresikan difeses setelah hari pertama terinfeksi rotavirus. Tes antibodi masih positif
sampai 10 hari setelah infeksi pertama dan dapat lebih lama lagi jika terjadi infeksi berulang. Oleh karena itu
pemeriksaan tes antibodi dapat digunakan untuk mendiagnosa rotavirus. (5)
Anak yang terinfeksi rotavirus biasanya mendapatkan terapi suportif untuk menghilangkan gejala dan
komplikasi. Contoh, terjadinya dehidrasi yang merupakan komplikasi paling potensial dari infeksi rotavirus,
keadaan ini sering ditangani dengan terapi redidrasi oral. Pada kasus-kasus berat yang diikuti oleh adanya
muntah, terapi oral sulit dilakukan dan ini memberikan indikasi untuk dilakukan pemberian cairan intravena
serta perawatan di rumah sakit Tujuan utama terapi adalah mencegah dehidrasi (rumatan), mengkoreksi
kekurangan cairan elektrolit secara cepat dan mencegah gangguan nutrisi (6).
Sampai sekarang pun belum ditemukan obat yang mampu untuk membunuh Rotavirus, sehingga metode
pengobatan yang digunakan adalah pengobatan suportif, dimana sistem imun tubuh yang berperan utama
didalam proses penyembuhan.
Salah satu dari pengobatan suportif yang saat ini mulai banyak digunakan adalah penggunaan probiotik (Lactic
acid bacteria) yaitu bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada host dengan cara
meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus
telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus, sehingga tidak terdapat tempat lagi
untuk bakteri patogen untuk melekatkan diri pada sel epitel usus sehingga kolonisasi bakteri patogen tidak
terjadi. Bakteri baik yang termasuk ke dalam kelompok ini seperti Bifidobacterium, Eubacterium, dan
Lactobacillus. Dengan mencermati fenomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai sebagai cara untuk
pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain,
pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional
rasional (antibiotic associated diarrhea) (7,8).
Mikroekologi yang rusak oleh karena pemakaian antibotika dapat dinormalisir kembali dengan pemberian
bakteri probiotik. Mekanisme kerja bakteri probiotik dalam meregulasi kekacauan atau gangguan keseimbangan
mikrobiota komensal melalui 2 model kerja rekolonisasi bakteri probiotik dan peningkatan respon imun dari
sistem imun mukosa untuk menjamin terutama sistem imun humoral lokal mukosa yang adekuat yang dapat
menetralisasi bakteri patogen yang berada dalam lumen usus yang fungsi ini dilakukan oleh secretory IgA
(SIgA) (9).
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan tatalaksana diare akut pada anak. Isolauri dan kawan-kawan
meneliti 71 anak yang dirawat dengan diare akut. Pasien secara acak diberikan probiotik (Lactobacillus GG),
atau lactobacillus GG diberikan sebagai bubuk kering, atau diberikan yogurt yang telah dipasteurisasi sebagai
plasebo. Lama diare berkurang dari 2,4 pada kelompok plasebo menjadi 1,4 hari pada kelompok yang
disuplementasi. Pada penelitian ini ditemukan juga bahwa 82% diare disebabkan oleh rotavirus, ternyata reduksi
lamanya diare lebih nyata bila yang dianalisis hanya kasus diare yang disebabkan oleh rotavirus (10).
Mekanisme efek probiotik pada diare
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Saat ini pencegahan terhadap infeksi Rotavirus sudah banyak digunakan terutama di Negara - Negara maju.
Untuk mencegah diare akibat rotavirus, bisa diberikan vaksin rotavirus peroral yaitu. Tetravalent-Rhesus based
rotavirus vaccine (RRV-TV) yang telah diizinkan digunakan untuk bayi di Amerika Serikat. Vaksin ini
sebaiknya diberikan pada usia 6 minggu - 1 tahun. Jadwal yang disarankan adalah 3 dosis berurutan pada usia
2,4 dan 6 bulan. Pemberian imunisasi rutin dengan vaksin tersebut akan menurunkan jumlah pasien diare yang
dirawat akibat rotavirus secara bermakna. Imunisasi ini di Amerika Serikat dan Filipina telah diwajibkan,
sementara itu di Indonesia vaksinasi rotavirus belum ada, tetapi vaksin rotavirus keluaran MERK dan GSK
sedang menunggu proses izin dari Badan POM. Vaksin diberikan 2-3 kali pada bayi usia 6-8 minggu. Harganya
memang masih mahal.
Perilaku hidup bersih dan sehat mencegah penularan penyakit melalui fekal-oral tidak efektif dalam mencegah
penularan virus ini, oleh karena virus dapat hidup untuk jangka lama pada permukaan yang keras, pada air
terkontaminasi dan di tangan. Rotavirus relatif kebal terhadap disinfektan yang umum digunakan tetapi dapat
diinaktivasi dengan klorin.
Di tempat-tempat penitipan anak, mengenakan baju yang dapat menutup seluruh bagian tubuh bayi termasuk
menutup popok bayi, diketahui dapat menurunkan angka penularan infeksi.
Mencegah terjadinya pemajanan dari bayi dan anak kecil dengan orang yang menderita diare akut di dalam
lingkungan keluarga dan intitusi (11).
Infeksi rotavirus bersifat self-limited disease yang terjadi setelah 3-9 hari gejala muncul. Namun pada kasus ini
dapat terjadi dehidrasi berat yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Dengan rehidrasi yang tepat
akan dapat mencegah komplikasi yang serius (8,12).
Dr. Darryl Virgiawan Tanod