Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN

Fenomena yang terjadi bahwa tidak ada satu organismepun di bumi ini yang hidup
tanpa ketergantungan pada organisme lain atau benda lain di sekitarnya. Hal ini
menunjukkan bahwa ada saling ketergantungan antara sesama organisme atau antara
organisme dengan benda lainnya. Manusia merupakan salah satu mahluk yang sangat
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, seperti adanya hubungan antara
gemuknya sapi dengan banyaknya gadis yang tidak kawin.
Secara umum hubungan antara biota dengan sesamanya maupun dengan
lingkungannya tidak selalu saling menguntungkan karena gangguan terhadap
lingkungan hidup tidak hanya karena adanya perubahan lingkungan secara alami, tetapi
justru banyak yang disebabkan oleh kemajuan kebudayaan yang dicapai oleh manusia.
Masalah lingkungan pada umumnya telah ditimbulkan karena aktivitas manusia yang
tidak mengindahkan prinsip ekologi. Fenomena itu terjadi, karena selama lingkungan
hidup dan dunia manusia masih dianggap tidak ada batas daya dukungnya maka
manusia tidak menghiraukan efek aktifitasnya terhadap alam lingkungan hidupnya.
Manusia merasa bahwa dengan kemampuan teknologi yang dimilikinya selama
evolusinya di dunia ini ia telah mengangkat derajat dan dirinya dari pengaruh timbal
balik antara mahluk hidup dengan sesamanya maupun dengan lingkungan hidupnya.
Manusia mengira bahwa hukum ekologi hanyalah berlaku bagi hewan dan tumbuhan
merupakan mahluk hidup yang rendah derajatnya, ternyata mulai abad ke-20 manusia
mulai merasa bahwa dunia adalah terbatas.

II.

EKOSISTEM PERAIRAN

A. Pengertian Ekosistem Perairan


Dasar dalam pembahasan ekosistem perairan, kita harus memahami pengertian
ekologi dan ekosistem secara umum. Secara ilmiah istilah ekologi pertama kali
diperkenalkan oleh Ernest Haeckel pada tahun 1869 dan bertahan sampai saat
sekarang bahkan lebih luas penggunaannya walaupun baru sekitar tahun 1900
ekologi merupakan suatu bidang biologi yang tersendiri dan pada tahun terakhir
dekade ke-7 abad ke-20 istilah ekologi masuk dalam kamus umum. Kata ekologi
berasal dari kata ecology yang berasal dari dua kata, yaitu: oikos (Greek Yunani)
yang berarti rumah atau tempat untuk hidup dan logos yang berarti ilmu.
Ekologi sama halnya dengan ekonomi yang mengandung kata yang sama
(oikos) yang berarti tempat tinggal.
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara mahluk hidup di rumahnya
sebagai tempat tinggal di alam atau di lingkungan hidupnya. Dengan kata lain
ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara mahluk hidup dengan
lingkungannya. Dalam ekologi kita mempelajari mahluk-mahluk hidup itu sebagai
kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Ekologi berkepentingan dalam menyelidiki interaksi organisme (tumbuhan dan
hewan) dengan sesamanya
tentang prinsip-prinsip

dan dengan lingkungannya. Dalam ekologi dibahas

yang terkandung dalam hubungan timbal balik. Prinsip

tersebut dapat digunakan sebagai dasar pemikiran bagi para ahli ekologi.
Perospektif kejadiannya seluas totalitas dari seluruh tempat hidup tumbuhan dan
hewan yang berkaitan dengan posisi sistimatikanya, reaksi terhadap sesamanya dan
lingkungan serta sifat-sifat kimiawi dan fisik dari alam sekitarnya.
Pengkajian yang berkaitan dengan ekologi harus melibatkan berbagai disiplin
ilmu (multidisipliner) yang mendasarkan pada bidang biologi tumbuhan dan hewan,
taksonomi, fisiologi, ilmu perilaku, geologi, klimatologi, meteorologi, kimia, fisika
sampai pada sosiologi walaupun kesemuanya telah memiliki identitas dan tempat
tersendiri dalam otoritas dan perkembangannya.
Bumi dengan segala isinya beserta atmosfer yang menyelubunginya dapat
dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem yang merupakan
suatu kesatuan komponen yang saling berhubungan secara fungsional dan
berkaitan secara teratur. Setiap sistem merupakan suatu perangkat elemen atau

satuan fungsional yang berada dalam berbagai keadaan dimana setiap elemen
dipengaruhi oleh keadaan elemen yang lain, sehingga terjadi pengaruh yang timbal
balik antara elemen yang satu dengan elemen yang lain.
Pemahaman terhadap batas ruang lingkup ekologi dalam bidang induknya
biologi perlu ditinjau tingkat organisasi dari sistem biologisnya, yaitu sistem yang
terdiri dari komponen-komponen makhluk hidup yang disebut dengan biosistem,
yang mempunyai sifat sebagai berikut: terbuka; membutuhkan makanan atau bahan
bakar untuk memperbaharui energi dan materi yang habis dipakai; mempunyaui
susunan sistem yang rumit; terdiri dari protoplasma; mengandung sejumlah
subsistem; mempunyai hubungan sisbiotik, parasitik atau komensalitik, baik dengan
sistim biotik lainnya maupun sistem abiotik; terdapat dalam lingkungan tertentu.
Kita mengenal ada 10 tingkat organisasi yang dapat dibayangkan
sebagai suatu spektrum biologi atau biosistem yang digambarkan oleh Odum
(1971) sebagai berikut:
Biosfeer

Ekosistem

Komunitas

Populasi

Organisme

Sistem

Organ

Jaringan

Sel

Protoplasma

Ekologi mempelajari bagian kanan dari spektrum, yaitu: taraf di atas organisme
sampai pada biosfir.
Ekosistem adalah dasar satuan fungsional yang meliputi organisme dan
lingkungannya yang tidak hidup (abiotik). Masing-masing mempengaruhi sesamanya
atau berinteraksi untuk mempertahankan kehidupan di dunia ini. Jadi ekosistem
tidak hanya kompleks organisme, tetapi meliputi juga semua faktor fisikokimia yang
membentuk lingkungannya.
Ekosistem perairan adalah kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungan
abiotik, dimana terjadi antar hubungan dalam lingkungan perairan. Jadi komunitas
dan lingkungan abiotik berfungsi bersama-sama sebagai suatu ekosistem pada
lapisan bumi dimana ekosistem berfungsi sehingga disebut sebagai biosfer.
B. Struktur Ekosistem Perairan
Perhatian yang utama dari para ekolog pada masa kini adalah kuantitas energi
dan materi yang mengalir dalam ekosistem, serta kecepatan (rate) dari proses-

prosesnya. Berdasarkan hal-hal tersebut maka Odum (1971), memberikan definisi


ekologi sebagai ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem.
Struktur ekosistem adalah :
1. Komposisi dari komunitas yang meliputi macam spesies, jumlah individu,
biomas, kehidupan dan penyebaran organisme;
2. kuantitas material abiotik, seperti: nutrisi, air dsb;
3. batas-batas dan gradien dari temperatur, cahaya dsb.
Fungsi ekosistem adalah : kecepatan aliran energi dalam ekosistem, seperti:
produksi material, respirasi populasi dan komunitas; kecepatan siklus material dalam
ekosistem dan regulasi organisme oleh lingkungan atau sebaliknya.
Komponen ekosistem perairan sama dengan komponen ekosistem pada
umumnya, yaitu:
1. Komponen autotrof
Pada komponen ini berlangsung fiksasi energi matahari dengan mempergunakan
substansi-substansi organik yang sederhana untuk membentuk substansisubstansi organik yang lebih kompleks.
2. Komponen heterotrof
Pada komponen ini terjadi penggunaan, penyusunan kembali dan penguraian zat
yang kompleks.
Ekosistem berdasarkan unsur yang ada didalamnya dapat dibagi pula menjadi
empat unsur, yaitu:
1. Produsen (producers)
Organisme autotrof yang dapat memproduksi zat-zat organik yang membentuk
tubuhnya,

dari

zat-zat

anorganik

(H2O,

CO2,

dan

mineral).

Proses

pembentukan zat organik dalam suatu ekosistem dilakukan melalui proses


fotosintesis dengan menyerap energi matahari. Komponen ini terdiri dari
tumbuhan hijau (daratan) dan fitoplankton dan alga/ganggang (perairan).
2. Unsur Konsumen (konsumers),
Organisme heterotrof yang menggunakan zat organik yang telah dibentuk oleh
produsen, sebagai sumber energi maupun untuk membentuk tubuhnya,
biasanya terdiri dari hewan.
3. Unsur Pengurai (decompocers, microconsumers)
Organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik (dari tumbuhan atau
hewan) menjadi zat-zat anorganik dalam proses mineralisasi yang dapat dipakai

kembali oleh produsen (tumbuhan). Organisme pengurai terdiri dari bakteri dan
fungi, yaitu organisme metabolic rate yang sangat tinggi.
4. Unsur abiotik;
Merupakan lingkungan fisik yang terdiri dari zat-zat organik dan anorganik yang
membentuk lingkungan tak hidup.
Konsep dasar ekologi modern akan menyadarkan manusia bahwa dirinya adalah
bagian integral dari suatu ekosistem dan bagian yang paling vital dalam siklus
biogeokimia biosfeer. Pengertian akan prinsip-prinsip ekologi dan tanggung jawab
moral

manusia

untuk

menimbulkan

perubahan

serta

konservasi

terhadap

sumberdaya alam merupakan aplikasi konsep ekologi melalui pemahaman terhadap


komponen ekosistem yang menyusunnya.
C. Pembagian Ekosistem Perairan
Pada umumnya ekosistem ada dua macam, yaitu: ekosistem aquatik dan
ekosistem terestrial. Pada makalah ini difokuskan pada ekosistem aquatik, yaitu:
1. Ekosistem marine (laut)
Luas wilayah Indonesia terdiri dari laut 70% sedangkan daratan hanya 30%,
kehidupan meluas sampai pada tempat-tempat yang dalam. Dengan demikian
ekosistem lautan jauh lebih tebal dan lebih luas dari ekosistem daratan. Air laut
mengandung kadar garam yang tinggi, terutama, NaCl. Kadar garam NaCl ratarata 3,5% (35 ). Laut dibagi menjadi beberapa daerah, yaitu:
a. daerah intertidal, yaitu daerah yang terletak antara air pasang
b. daerah terbuka, yaitu: daerah yang jauh dari pantai disebut daerah oceanic,
termasuk daerah euphotik, yang mendapat cukup banyak sinar matahari
untuk fotosintesis;
c. daerah yang mendapat sinar matahari, biasanya sampai 200 m dari
permukaan air dimana fotosintesa dapat berlangsung.
Organisme yang hidup di air dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk hidup
atau kebiasaan hidupnya, yaitu:
a. plangton (plankton), merupakan organisme yang pergerakannya sangat
dipengaruhi oleh arus air dan ukurannya sangat keci (fitoplankton dan
zooplankton). Kadang-kadang mempunyai alat gerak.
b. Nekton, merupakan organisme yang dapat berenang bebas sehingga dapat
dijumpai pada berbagai tempat dalam air.

c. Bentos, merupakan organisme yang ada di dasar, meliputi: hewan yang


bergerak di dasar maupun sesil.
d. Neuston, organisme yang hidup di permukaan air yang diam atau yang
bergerak.
e. Perifiton, yaitu: organisme yang menempel pada tanaman air.
2. Ekosistem air tawar
Secara umum ekosistem air tawar dapat dikelompokan atas :
a. habitat lotis (perairan yang mengalir);
b. habitat lentis (perairan yang diam), seperti: danau, kolam dan rawa.
Umumnya pada perairan yang luas/dalam terdapat daerah-daerah sebagai berikut:
a. Daerah litoral, yaitu daerah perairan yang dangkal dimana sinar matahari dapat
menembus sampai dasar perairannya, yang khas untuk daerah ini adalah:
adanya berbagai macam tumbuhan berakar.
b. Daerah limnetik, yaitu: daerah yang terbuka, yang tebalnya sampai kedalaman
tembusnya cahaya matahari yang efektif.
c. Daerah euphotik, yaitu: keseluruhan stratum yang kena cahaya matahari dari
daerah litoral maupun daerah limnetik.
d. Daerah profundal, yaitu: daerah perairan yang dalam yang tidak mendapat sinar
matahari.
III. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKOSISTEM PERAIRAN
Hubungan antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya dalam
ekosistem perairan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi ekosistem perairan. Misalnya : ekosistem kolam, walaupun
ekosistem ini sangat kompleks, namun dapat disederhanakan ke dalam empat unit,
yaitu: abiotik, produsen, konsumen dan pengurai.
Faktor-faktor tertentu seringkali menentukan macam organisme yang hidup dalam
suatu lingkungan, sehingga sering dijadikan sebagai indikator untuk memprediksikan
tentang hakekat suatu lingkungan fisik atau dasar organisme yang terdapat pada suatu
daerah. Seorang ekolog sering menggunakan organisme sebagai indikator dalam
eksplorasi situasi baru atau dalam evaluasi daerah luas, yaitu: a) organisme yang
mempunyai batas toleransi yang sempit adalah indikator yang baik.; b) spesies yang
besar merupakan indikator yang lebih baik dari pada spesies kecil; c) evaluasi suatu
daerah didasarkan pada analisis komunitas secara keseluruhan dan d) sebelum
6

memastikan suatu jenis sebagai indikator harus didukung oleh banyak kenyataan
bahwa keadaan tersebut terjadi pada banyak tempat.
Dengan memahami hubungan timbal balik antar komponen maka dapat
diketahui tentang faktor-faktor yang menyebabkan rusaknya ekosistem perairan, al:
A. Peningkatan Jumlah Penduduk
Meningkatnya jumlah penduduk dunia akan diikuti dengan meningkatnya kegiatan
dan pemanfaatan akan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan penduduk.
Untuk memenuhi kebutuhan itu tentu akan memanfaatkan sumberdaya alam yang
ada secara optimal, pada hal alam ini kemampuannya sangat terbatas untuk
menyediakan dan menanggung segala akibatnya.
Salah satu contoh permasalahan yang paling rumit dihadapi oleh penduduk dunia
pada saat ini adalah kekurangan air bersih untuk kebutuhan hidupnya. Sumberdaya
air yang ada sudah tercemar dengan berbagai macam limbah yang dihasilkan dari
aktivitas manusia, karena semakin tinggi jumlah manusia maka semakin tinggi pula
kebutuhan akan air dan limbah yang akan dihasilkan.
Pada umumnya kita sudah mengetahui bahwa pemanfaatan sumber daya alam
pasti akan menimbulkan kemungkinan-kemungkinan

yang akan terjadi, seperti :

sumberdaya alam akan rusak; sumberdaya alam akan habis dan

pemanfaatan

sumberdaya alam akan menimbulkan bahan pencemar yang berbahaya bagi


kelangsungan ekosistem.
B. Kesadaran Manusia yang Kurang
Limbah yang dihasilkan dari proses pemanfaatan sumberdaya alam merupakan
problem

yang

sangat

rumit

untuk

ditangani.

Pada

umumnya

manusia

berkecenderungan untuk memilih alternatif yang mudah dan murah tanpa memikirkan
tentang dampak yang akan ditimbulkan dari apa yang dilakukannya, sehingga untuk
membuang sampah misalnya akan memilih tempat yang murah dan mudah untuk
dilakukan, yaitu : pada got, kali, sungai, danau dan laut atau pada tempat-tempat
yang strategis sekalipun.
Pilihan

manusia untuk membuang limbah pada tempat-tempat tersebut

menunjukkan bahwa tingkat kesadaran manusia terhadap dampak dari setiap


kegiatannya sangat rendah, berarti faktor kesadaran sangat menentukan sikap
manusia untuk melakukan setiap kegiatan. Makin tinggi tingkat kesadaran manusia
dalam memahami tentang apa yang dilakukannya maka semakin tinggi pula harapan

kita untuk mempertahankan dan melestarikan lingkungan ini untuk anak-anak cucu ke
depannya.
Ingatlah bahwa bumi ini bukanlah warisan dari nenek moyang kita, tetapi
bumi ini adalah titipan dari anak-anak cucu kita. Untuk itu, sadarlah wahai
manusia apa yang kita lakukan pada hari ini sangat menentukan kelangsungan
hidup orang lain pada masa yang akan datang.
C. Meningkatnya Aktivitas Manusia
Sungai dan selokan merupakan aliran yang berperan dalam mempercepat
masuknya limbah ke laut sehingga setiap sungai/kali dan selokan sebagai terminal
perantara sangat potensial dalam mempercepat kerusakan ekosistem laut sebagai
terminal terakhir yang menampungnya. Pada hal, suatu saat hasil dari laut itu akan
kembali kepada manusia itu sendiri.
Gambaran bagi kita bahwa setiap tahunnya air sungai yang mengalir akan
mengirimkan air sekitar 35 triliun ton per-tahun yang mengandung sekitar 3,5 milyar
materi padat dan 10 65 milyar ton materi yang tersuspensi menuju ke laut sebagai
perairan yang menampung segalanya. Bersamaan dengan air sungai itu juga terbawa
sekitar 65 juta ton limbah cair yang masuk dalam laut. Pada hal laut itu sendiri
merupakan tempat untuk memenuhi sekitar 95% kebutuhan ikan sebagai sumber
protein bagi kehidupan manusia.
Berdasarkan fenomena yang terjadi bahkan mungkin pernah kita lakukan dan tidak
dapat dipungkiri bahwa limbah yang kita buang dimanapun pasti akan masuk ke
dalam ekosistem perairan terutama pada musim hujan yang pada akhirnya akan
kembali kepada manusia itu sendiri melalui sistem rantai dan jaring-jaring makanan.
Perkiraan 1,4 milyar km3 air yang terdapat di bumi, bagian yang terbesar (97%)
terdiri dari air laut dan lebih dari 2% berbentuk es. Sedangkan air tawar kurang dari
1% yang ditemukan di danau, sungai maupun air dalam tanah. Air yang ada pada
permukaan dan dekat permukaan tanah hanya sedikit, tetapi jumlah yang kecil inilah
yang menunjang kehidupan di darat, sehingga kerusakan terhadap sumberdaya air
akan merusak tatanan dari kehidupan bagi semua komponen yang ada dalam suatu
ekosistem baik ekosistem perairan maupun ekosistem darat.
D. Kegiatan Industri
Pencemaran air yang disebabkan oleh hasil buangan industri, berupa bahanbahan organik, logam-logam berat dan zat-zat kimia lainnya yang dibuang ke sistem
perairan, sampah buangan dari rumah tangga, kotoran manusia dan hewan, sisa

pupuk dan bahan pembasmi hama pertanian, semuanya dapat mengganggu


kehidupan organisme dalam parairan dan akan membahayakan kehidupan manusia
yang menggunakan air tersebut untuk keperluan hidupnya baik secara langsung
maupun secara tidak langsung.
E. Aktivitas Perhubungan Laut
Perairan Indonesia pada tempat-tempat tertentu sudah mengalami pencemaran
terutama perairan yang ada di jawa dan sekitarnya atau pada daerah-daerah yang
memiliki industri dan perhubungan yang padat dengan lalu lintas perairan serta pada
daerah-daerah pertambangan, seperti : di sekitar PT New Mont di Taliwang Sumbawa
Free Port di Irian Jaya atau pada kali/sungai yang ada di NTB, terutama di Mataram.
Danau Toba, rawa taliwang, rawa pening sudah ditumbuhi oleh tumbuhan eceng
gondok atau gulma air lainnya sebagai indikator dari aktivitas manusia yang tidak
terkendali baik dalam bidang pertanian, pariwisata, industri, pertambangan dan
limbah rumah tangga. Kesemuanya akan memberi dampak yang buruk terhadap
ekosistem perairan dan kehidupan manusia itu sendiri.
Dari industri kertas, menghasilkan limbah berupa air cucian yang mengandung
bahan padat dan klor, yang tidak bereaksi. Pabrik perakitan obat (farmasi)
menghasilkan limbah berupa detergen, sabun, HCl-pekat, soda api, dll, kesemuanya
melalui rantai makan akan kembali kepada manusia.
F. Kurang Perhatian Terhadap Ekosistem Perairan
Pemerintah harus mempertimbangkan apakah aneka ragam racun, asam logam
berat, persenyawaan beracun, suatu daftar dengan timah hitam dan air raksa yang
paling menonjol dibiarkan saja untuk dibuang sebagai kotoran ke sungai ataupun ke
tempat pembuangan sampah. Keputusan pelarangan untuk menetapkan denda yang
berat pada industri yang membiarkan limbah dibuang begitu saja ke tempat tertentu
apalagi ke perairan dan mendorong industri untuk memikirkan kembali proses
kegiatan yang dilakukan dalam industri atau perusahaannya.
Pelarangan umum penggunaan pencemar yang terkenal jahatnya seperti:
detergen atau obat pencuci modern lainnya. Walaupun dalam dasawarsa terakhir ini
detergen sekurang-kurangnya dapat terurai secara biologis dan dibeberapa perairan
pantai yang kekurangan pospat maka air riol yang mengandung fospat itu akan
bermanfaat, namun pada umumnya fospat dalam detergen itu masih merupakan
sebab utama berkembangbiaknya ganggang terutama didekat perairan tawar yang
menyebabkan pendangkalan waduk dan danau, dsb. Dalam penggunaan memaksa

perindustrian tersebut untuk mencari alternatif yang tak menimbulkan pencemaran,


sehinga penggunaan detergen dapat dikurangi dengan memberikan bantuan untuk
meneliti bahan-bahan alternatif yang tidak menimbulkan pencemaran. Limbah industri
yang dibuang ke daratan akan mengalir juga ke laut melalui sungai atau kali, untuk
pembuangan limbah industri yang tergolong bahan pencemaran harus diolah terlebih
dahulu sebelum dibuang ke lingkungan atau dicarikan alternatif pemanfaatannya
Dalam aspek yang fundamental suatu ekosistem menunjukkan proses sirkulasi
material dan transpformasi serta akumulasi energi melalui organisme berdasarkan
aktivitasnya, seperti: fotosintesis, dekomposisi, respirasi, dan predasi merupakan
aktivitas biologis terpenting sehubungan dengan transformasi serta akumulasi energi
serta materi dalam ekosistem. Dalam ekologi antara lain dipelajari macam-macam
organisme yang membentuk ekosistem tertentu dan peranan organisme tadi dalam
organisasi ekosistem. Perhatian yang utama dari para ekolog pada masa kini adalah
kuantitas energi dan materi yang mengalir dalam ekosistem, serta kecepatan (rate)
dari proses-prosesnya. Sedangkan bagaimana dampaknya terhadap berbagai
komponen ekosistim belum diperhatikan dengan baik
V. DAMPAK KEGIATAN MANUSIA TERHADAP EKOSISTEM PERAIRAN
Peningkatan jumlah penduduk manusia akan meningkatkan pemanfaatan terhadap
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga dapat dapat dilihat bahwa:
1. Kerusakan terhadap ekosistem Perairan
Banyak orang tidak menyadari bahwa makhluk hidup mempengaruhi dan
mengontrol lingkungan abiotik. Perubahan yang terjadi dalam sifat fisika dan kimia
dipermukaan bumi ini dipengaruhi oleh mahluk hidup. Terjadi kerusakan pada suatu
perairan sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia. Kandungan dan
konsentrasi zat dalam laut sebagian besar ditentukan oleh mahluk hidup yang ada
pada suatu perairan atau yang berasal dari luar lingkungan perairan.
Pada saat ini segala macam zat dapat ditemui dalam suatu ekosistem
perairan, sebagai terminal terakhir yang memikul beban terhadap semua buangan
yang dilakukan oleh manusia baik yang langsung ke laut maupun melalui daratan.
Bahan-bahan yang kita jumpai dalam bentuk yang terlarut atau tersuspensi dalam
air dipermukaan tanah maupun dalam air tanah.

10

2. Hilangnya Keseimbangan Dalam Ekosistem Perairan.


Hubungan antara komponen yang ada pada semua ekosistem merupakan suatu
hubungan yang timbal balik dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya.
Misalnya: konsumen tidak akan bisa melangsungkan kehidupannya tanpa produsen,
demikian juga sebaliknya, konsumen membutuhkan korbohidrat yang hanya dapat
dibuat dan dibentuk oleh tumbuhan atau tumbuhan dalam proses forosintesisnya
membutuhkan CO2 yang dihasilkan oleh konsumen. Hal ini terjadi juga antara
konsumen dengan pengurai maupun dengan unsur abiotik.
C. Munculnya Berbagai Macam Penyakit
Sebagai contoh yang sering kita dengar adalah : peristiwa Minamata pada tahun
1953, dimana para nelayan sekitar teluk Minamata di Jepang (suatu teluk yang
hampir terpisah dengan lautan), mulai menunjukkan gejala-gejala tukang topi gila
(mad hatter) dengan ciri: malu-malu, cemas, gampang tersinggung, halusinasi
kemudian disusul dengan penyakit urat syaraf dan mengalami kematian.
Penyebabnya adalah memakan kerang-kerangan dan ikan yang berasal dari
teluk minamata sebagai tempat pembuangan limbah yang mengandung Hg (air
raksa metil) atau merkury dari pabrik plastik (vinyl chlorida) yang menggunakan air
raksa (HgCl2) sebagai katalisatornya. Limbah industri tersebut mengandung air
raksa (Hg) yang digiring oleh air menuju Teluk Minamata. Di dalam laut air raksa
masuk dalam rantai makanan akhirnya kembali kepada manusia. Akibatnya
terjadilah pembantaian yang sangat mengerikan oleh manusia terhadap manusia
yang lainnya. Manusia memakan ikan di teluk tersebut berarti memakan ikan yang
mengandung Hg. Nelayan yang memakan ikan dan kerang yang mengandung
merkury mengalami pusing, anggota badan, gemetar, sakit gigi, badan semakin
kurus, rambut rontok, bengkak-bengkak akhirnya meninggal, berdasarkan hasil
penelitian maka penangkapan ikan di teluk itu dilarang.
III. PRINSIP PENANGANAN DAMPAK PADA EKOSISTEM PERAIRAN
Di dalam berbagai taraf organisasi hayati, kita lihat adanya mekanisme homeostasi,
yang menjaga keseimbangan baik antara proses yang berlangsung dalam sistem hayati
itu sendiri ataupun diantara sistem hayati dan lingkungannya. Sering orang berkata
tentang keseimbangan alam, mekanismenya menyangkut pengaturan penimbunan dan
pelepasan zat nutrisi dan pengaturan tumbuh organisme produksi dan dekomposisi
substansi organik.

11

Meskipun alam itu elastis, tetapi batas mekanisme homeostatis dapat dilampaui.
Jika dalam suatu ekosistem perairan dimasukan kotoran dalam jumlah tertentu,
ekosistem tersebut dapat membersihkan diri dan kembali lagi pada keadaan semula
tetapi membutuhkan waktu cukup sesuai dengan kemampuan dari ekosistem tersebut.
Bila bahan yang kita masukan terlampau besar dan banyak jumlahnya atau beracun
untuk beberapa komponen yang berperan dalam mekanismenya maka homeostasis
ekosistem tersebut akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pemulihannya.
Manusia karena evolusi sistem syaraf pusatnya yang sangat hebat menjadi
mahluk

yang

berkuasa

dalam

memodifisir

kerja

ekosistem.

Sering

kali

kemampuan manusia untuk mengubah dan mengontrol lebih cepat terjadinya dari
pada kesadaran dan pengertian manusia terhadap perubahan yang terjadi sebagai
dampak dari apa yang telah dilakukannya.
Berdasarkan berbagai fenomena yang terjadi maka sebagai alternatif dalam
penanganan dalam pengalolaan ekosistem perairan menurut berbagai pakar ekolog
dapat dilakukan pendekatan sebagai berikut:
1. Pendekatan ekosistem;
Hubungan yang timbal balik antara unsur dalam lingkungan perairan mengingatkan
pada kita bahwa perubahan terhadap salah satu unsur yang ada dalam ekosistem
perairan akan mempengaruhi unsur lainnya, sehingga akan merubah keseimbangan
dalam ekosistem perairan. Proses tersebut merupakan hukum alam, sehingga
penanganannya harus selalu memperhitungkan pengaruhnya terhadap unsur lain
dalam ekosistem perairan sebagai satu kesatuan yang terintegrasi berlaku hukum
tersebut. Pola penangan yang demikian disebut pendekatan ekosistem (pendekatan
holistik). Penggalian dan pemanfaatan sumberdaya alam baik pada ekosistem
perairan maupun pada ekosistem terestrial akan menimbulkan perubahan
lingkungan dalam berbagai skala yang pada akhirnya akan mempengaruhi seluruh
sistem kehidupan. Oleh sebab itu pemanfaatan sumberdaya alam harus dilakukan
dengan menerapkan pendekatan ekosistem bukan pendekatan lingkungan. Bila
dapat ditranformasikan ke dalam penyelenggaraan pemerintah, maka pendekatan
ekosistem itu akan berwujud suatu asas, yaitu: asas keterpaduan, sehingga
pengelolaan ekosistem perairan yang diselenggarakan oleh pemerintah harus
berlandaskan pada asas keterpaduan dengan melibatkan berbagai instansi terkait.

12

2. Pencegahan terhadap pencemaran


Analisis terakhir dalam pengelolaan lingkungan bertujuan memelihara kondisi
perairan agar tetap berfungsi sebagai ekosistem dalam menunjang pembangunan
yang berkelanjutan dan terpeliharanya suatu tingkat kualitas ekosistem perairan
yang dapat menjamin suatu tingkat kualitas hidup. Pengelolaan sumberdaya alam
harus dikelola dengan baik agar tidak mengganggu unsur dan kepentingan lainnya.
Kerusakan atau pencemaran lingkungan dipandang dari sudut pengelolaan
lingkungan merupakan suatu indikator terjadinya kebocoran dalam

sistem

pengelolaan sumberdaya alam dalam merusak kualitas lingkungan.


Pengelolaan yang difokuskan pada upaya pencegahan membutuhkan teknologi dan
instrumen pengelolaan lingkungan yang tidak mengabaikan sanksi terhadap
pelanggar pengelola lingkungan baik yang bersifat administrafi, perdata maupun
pidana. Penerapan sanksi dilakukan pada tahap penataan dan penegakan hukum
bagi pelanggarnya.
3. Pengaturan yang bertanggung jawab
Penyelenggaraan suatu pemerintahan merupakan tanggungjawab sentral dan
wewenang yang harus dipikirkan untuk menegakkan berbagai aturan main yang
menjadi sistem dalam pengelolaan lingkungan. Wewenang memerlukan kejelasan
mengenai dua hal, yaitu: materi yang tunjuk pada wewenang pengatur dan ruang
lingkup wilayah berlakunya suatu wewenang, agar tidak terjadi tumpang tindik
dengan berbagai kegiatan dan kepentingan lainnya.
a. Ruang lingkup, wewenang pengelolaan lingkungan yang meliputi: pokok materi
yang tercakup dalam rumusan pengertian pengelolaan lingkungan yang
berkaitan dengan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang menyangkut
hajat hidup orang banyak.
b. Ruang lingkup wilayah, berdasarkan UULH pasal i ayat 1 yang menjelaskan
tentang pengertian ekologi yang pada dasarnya tidak mengenal batas wilayah
administrasi atau negara, sehingga pada ekosistem perairan seperti laut
ditentukan daerah bebas internasional (penyanggah) dan pulau kalimantan.
Pengelolaan lingkungan memerlukan kejelasan mengenai batas lingkungan
hidup yang tunduk kepada wewenang pengelolaan daerah, wilayah, dan negara
sehingga konsep ekologik dapat dikembangkan sebagai konsep kewilayahan
lingkungan hidup Indonesia, yaitu ruang tempat negara RI melaksanakan
kedaulatan, hak berdaulat dan yuridisnya.

13

Undang-undang No.4 tahun 1960 tentang perairan Indonesia beserta semua


perjanjian antar negara mengenal batas laut teritorial antara RI dengan negara
tetangga. UU no.5 tahun 1983 tentang ZEE (Zona Eksklusif Indonesia, beserta
semua persetujuan antar negara mengenai batas ZEE dengan negara lain. UU
no.1 tahun 1973, tentang landasan kontinen Indonesia ZEE antar negara.
Dengan mengetahui batas lingkungan hidup tersebut maka batas wilayah
wewenang pengelolaan negara akan jelas. Hubungan timbal balik yang menjadi
tindakan dalam hubungannya dengan sumberdaya alam harus diatur dengan
peraturan perundang-undangan negara.
4. Pengelolaan lingkungan merupakan suatu proses
Pengelolaan

lingkungan

terutama

yang

diselenggarakan

oleh

pemerintah

merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa komponen yang saling terkait,
terutama dalam hal:
a. Penetapan kebijakan nasional dalam pengelolaan lingkungan yang dituangkan
dalam GBHN.
b. Penetapan peraturan perundang-undangan, kriteria baku mutu lingkungan dan
kerusakan yang ditimbulkan dalam pengelolaannya merupakan dasar hukum
dalam penyelenggaraan lingkungan hidup di Indonesia. Kriteria baku kerusakan
lingkungan sebagai tolok ukur atas kerusakan lingkungan (fisik biologik, kimia
dan sosial). Baku mutu lingkungan (baku mutu lingkungan ambien, seperti :
tanah, air, maupun udara dan baku mutu limbah cair, padat, dan gas) yang
menjadi pedoman untuk memberikan arahan dalam upaya pengendalian
pencemaran lingkungan.
c. Penetapan izin, merupakan ketentuan yang bersifat individual, konkrit dan final
sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan. Pemerintah harus berpedoman
pada pelaksanaan kegiatan agar ekosistem tetap berfungsi sebagaimana
mestinya.
d. Pemantauan, untuk mengetahui apakah penanggung jawab kegiatan (pemegang
ijin) sudah mentaati semua ketentuan yang telah ditentukan atau tidak, sehingga
dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan bentuk kebijakan yang
akan diambil.

14

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
1. Pengertian ekosistem pada umumnya mengandung unsur pengaruh timbal balik
antar komponen yang ada dalam ekosistem (produsen, konsumen, pengurai dan
abiotik). Kerusakan salah satu dari komponen tersebut akan mengganggu
komponen lain bahkan ekosistem lainnya. Kondisi lingkungan tergantung dari
aktivitas manusia, bila aktivitas manusia dalam mengelola dan memanfaatkan
SDA melebihi kemampuan ekosistem untuk melakukan pembenahan diri
(homeostasis) maka ekosistim itu nantinya pasti akan rusak, bila tidak maka
ekosistem tetap lestari.
2. Peningkatan

jumlah

penduduk

akan

meningkatkan

kerusakan

terhadap

lingkungan, terutama lingkungan perairan sehingga membutuhkan membutuhkan


waktu yang cukup untuk memulihkan diri (homeostasis).
3. Pengelolaan lingkungan hidup harus berpedoman pada prinsip ekologis
(ekosistem) bukan lagi berpedoman pada prinsip lingkungan saja.
4. Kewibawaan pemerintah dan dukungan dari masyarakat peduli lingkungan hidup
dalam menegakkan peraturan pengelolaan lingkungan akan memberi dampak
yang sangat positif terhadap kelestarian lingkungan, bila sebaliknya maka
tunggulah saat kehancurannya.
5. Penanganan lingkungan perairan harus dilakukan secara terpadu dengan
menerapkan

pendekatan

ekologis,

pencegahan

terhadap

pencemaran,

pengaturan yang bertanggung jawab dan harus dipahami bahwa pemulihannya


membutuhkan proses yang tidak sedikit waktunya.
2. Saran saran
Pengelolaan lingkungan diharapkan dapat dilakukan :
1. Secara terpadu dengan melibatkan berbagai instansi terkait dan unsur
masyarakat tentang pentingnya kelestarian lingkungan.
2. Peningkatan pendidikan masyarakat melalui : implementasi materi tentang
ekologi dan lingkungan hidup mulai dari TK sampai perguruan tinggi atau mata
pelajaran tersendiri.serta meningkatkan kegiatan pelatihan dan kursus-kursus.
3. Penelitian dan pengabdian tentang ekologi dan lingkungan hidup perlu
ditingkatkan;
4. Penegakan hukum oleh pemerintah dan masyarakat secara konsisten dan
konsekwen dalam penanganan terhadap pelanggaran peraturan tentang
lingkungan hidup.
15

Anda mungkin juga menyukai