PENDAHULUAN
Fenomena yang terjadi bahwa tidak ada satu organismepun di bumi ini yang hidup
tanpa ketergantungan pada organisme lain atau benda lain di sekitarnya. Hal ini
menunjukkan bahwa ada saling ketergantungan antara sesama organisme atau antara
organisme dengan benda lainnya. Manusia merupakan salah satu mahluk yang sangat
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, seperti adanya hubungan antara
gemuknya sapi dengan banyaknya gadis yang tidak kawin.
Secara umum hubungan antara biota dengan sesamanya maupun dengan
lingkungannya tidak selalu saling menguntungkan karena gangguan terhadap
lingkungan hidup tidak hanya karena adanya perubahan lingkungan secara alami, tetapi
justru banyak yang disebabkan oleh kemajuan kebudayaan yang dicapai oleh manusia.
Masalah lingkungan pada umumnya telah ditimbulkan karena aktivitas manusia yang
tidak mengindahkan prinsip ekologi. Fenomena itu terjadi, karena selama lingkungan
hidup dan dunia manusia masih dianggap tidak ada batas daya dukungnya maka
manusia tidak menghiraukan efek aktifitasnya terhadap alam lingkungan hidupnya.
Manusia merasa bahwa dengan kemampuan teknologi yang dimilikinya selama
evolusinya di dunia ini ia telah mengangkat derajat dan dirinya dari pengaruh timbal
balik antara mahluk hidup dengan sesamanya maupun dengan lingkungan hidupnya.
Manusia mengira bahwa hukum ekologi hanyalah berlaku bagi hewan dan tumbuhan
merupakan mahluk hidup yang rendah derajatnya, ternyata mulai abad ke-20 manusia
mulai merasa bahwa dunia adalah terbatas.
II.
EKOSISTEM PERAIRAN
tersebut dapat digunakan sebagai dasar pemikiran bagi para ahli ekologi.
Perospektif kejadiannya seluas totalitas dari seluruh tempat hidup tumbuhan dan
hewan yang berkaitan dengan posisi sistimatikanya, reaksi terhadap sesamanya dan
lingkungan serta sifat-sifat kimiawi dan fisik dari alam sekitarnya.
Pengkajian yang berkaitan dengan ekologi harus melibatkan berbagai disiplin
ilmu (multidisipliner) yang mendasarkan pada bidang biologi tumbuhan dan hewan,
taksonomi, fisiologi, ilmu perilaku, geologi, klimatologi, meteorologi, kimia, fisika
sampai pada sosiologi walaupun kesemuanya telah memiliki identitas dan tempat
tersendiri dalam otoritas dan perkembangannya.
Bumi dengan segala isinya beserta atmosfer yang menyelubunginya dapat
dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem yang merupakan
suatu kesatuan komponen yang saling berhubungan secara fungsional dan
berkaitan secara teratur. Setiap sistem merupakan suatu perangkat elemen atau
satuan fungsional yang berada dalam berbagai keadaan dimana setiap elemen
dipengaruhi oleh keadaan elemen yang lain, sehingga terjadi pengaruh yang timbal
balik antara elemen yang satu dengan elemen yang lain.
Pemahaman terhadap batas ruang lingkup ekologi dalam bidang induknya
biologi perlu ditinjau tingkat organisasi dari sistem biologisnya, yaitu sistem yang
terdiri dari komponen-komponen makhluk hidup yang disebut dengan biosistem,
yang mempunyai sifat sebagai berikut: terbuka; membutuhkan makanan atau bahan
bakar untuk memperbaharui energi dan materi yang habis dipakai; mempunyaui
susunan sistem yang rumit; terdiri dari protoplasma; mengandung sejumlah
subsistem; mempunyai hubungan sisbiotik, parasitik atau komensalitik, baik dengan
sistim biotik lainnya maupun sistem abiotik; terdapat dalam lingkungan tertentu.
Kita mengenal ada 10 tingkat organisasi yang dapat dibayangkan
sebagai suatu spektrum biologi atau biosistem yang digambarkan oleh Odum
(1971) sebagai berikut:
Biosfeer
Ekosistem
Komunitas
Populasi
Organisme
Sistem
Organ
Jaringan
Sel
Protoplasma
Ekologi mempelajari bagian kanan dari spektrum, yaitu: taraf di atas organisme
sampai pada biosfir.
Ekosistem adalah dasar satuan fungsional yang meliputi organisme dan
lingkungannya yang tidak hidup (abiotik). Masing-masing mempengaruhi sesamanya
atau berinteraksi untuk mempertahankan kehidupan di dunia ini. Jadi ekosistem
tidak hanya kompleks organisme, tetapi meliputi juga semua faktor fisikokimia yang
membentuk lingkungannya.
Ekosistem perairan adalah kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungan
abiotik, dimana terjadi antar hubungan dalam lingkungan perairan. Jadi komunitas
dan lingkungan abiotik berfungsi bersama-sama sebagai suatu ekosistem pada
lapisan bumi dimana ekosistem berfungsi sehingga disebut sebagai biosfer.
B. Struktur Ekosistem Perairan
Perhatian yang utama dari para ekolog pada masa kini adalah kuantitas energi
dan materi yang mengalir dalam ekosistem, serta kecepatan (rate) dari proses-
dari
zat-zat
anorganik
(H2O,
CO2,
dan
mineral).
Proses
kembali oleh produsen (tumbuhan). Organisme pengurai terdiri dari bakteri dan
fungi, yaitu organisme metabolic rate yang sangat tinggi.
4. Unsur abiotik;
Merupakan lingkungan fisik yang terdiri dari zat-zat organik dan anorganik yang
membentuk lingkungan tak hidup.
Konsep dasar ekologi modern akan menyadarkan manusia bahwa dirinya adalah
bagian integral dari suatu ekosistem dan bagian yang paling vital dalam siklus
biogeokimia biosfeer. Pengertian akan prinsip-prinsip ekologi dan tanggung jawab
moral
manusia
untuk
menimbulkan
perubahan
serta
konservasi
terhadap
memastikan suatu jenis sebagai indikator harus didukung oleh banyak kenyataan
bahwa keadaan tersebut terjadi pada banyak tempat.
Dengan memahami hubungan timbal balik antar komponen maka dapat
diketahui tentang faktor-faktor yang menyebabkan rusaknya ekosistem perairan, al:
A. Peningkatan Jumlah Penduduk
Meningkatnya jumlah penduduk dunia akan diikuti dengan meningkatnya kegiatan
dan pemanfaatan akan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan penduduk.
Untuk memenuhi kebutuhan itu tentu akan memanfaatkan sumberdaya alam yang
ada secara optimal, pada hal alam ini kemampuannya sangat terbatas untuk
menyediakan dan menanggung segala akibatnya.
Salah satu contoh permasalahan yang paling rumit dihadapi oleh penduduk dunia
pada saat ini adalah kekurangan air bersih untuk kebutuhan hidupnya. Sumberdaya
air yang ada sudah tercemar dengan berbagai macam limbah yang dihasilkan dari
aktivitas manusia, karena semakin tinggi jumlah manusia maka semakin tinggi pula
kebutuhan akan air dan limbah yang akan dihasilkan.
Pada umumnya kita sudah mengetahui bahwa pemanfaatan sumber daya alam
pasti akan menimbulkan kemungkinan-kemungkinan
pemanfaatan
yang
sangat
rumit
untuk
ditangani.
Pada
umumnya
manusia
berkecenderungan untuk memilih alternatif yang mudah dan murah tanpa memikirkan
tentang dampak yang akan ditimbulkan dari apa yang dilakukannya, sehingga untuk
membuang sampah misalnya akan memilih tempat yang murah dan mudah untuk
dilakukan, yaitu : pada got, kali, sungai, danau dan laut atau pada tempat-tempat
yang strategis sekalipun.
Pilihan
kita untuk mempertahankan dan melestarikan lingkungan ini untuk anak-anak cucu ke
depannya.
Ingatlah bahwa bumi ini bukanlah warisan dari nenek moyang kita, tetapi
bumi ini adalah titipan dari anak-anak cucu kita. Untuk itu, sadarlah wahai
manusia apa yang kita lakukan pada hari ini sangat menentukan kelangsungan
hidup orang lain pada masa yang akan datang.
C. Meningkatnya Aktivitas Manusia
Sungai dan selokan merupakan aliran yang berperan dalam mempercepat
masuknya limbah ke laut sehingga setiap sungai/kali dan selokan sebagai terminal
perantara sangat potensial dalam mempercepat kerusakan ekosistem laut sebagai
terminal terakhir yang menampungnya. Pada hal, suatu saat hasil dari laut itu akan
kembali kepada manusia itu sendiri.
Gambaran bagi kita bahwa setiap tahunnya air sungai yang mengalir akan
mengirimkan air sekitar 35 triliun ton per-tahun yang mengandung sekitar 3,5 milyar
materi padat dan 10 65 milyar ton materi yang tersuspensi menuju ke laut sebagai
perairan yang menampung segalanya. Bersamaan dengan air sungai itu juga terbawa
sekitar 65 juta ton limbah cair yang masuk dalam laut. Pada hal laut itu sendiri
merupakan tempat untuk memenuhi sekitar 95% kebutuhan ikan sebagai sumber
protein bagi kehidupan manusia.
Berdasarkan fenomena yang terjadi bahkan mungkin pernah kita lakukan dan tidak
dapat dipungkiri bahwa limbah yang kita buang dimanapun pasti akan masuk ke
dalam ekosistem perairan terutama pada musim hujan yang pada akhirnya akan
kembali kepada manusia itu sendiri melalui sistem rantai dan jaring-jaring makanan.
Perkiraan 1,4 milyar km3 air yang terdapat di bumi, bagian yang terbesar (97%)
terdiri dari air laut dan lebih dari 2% berbentuk es. Sedangkan air tawar kurang dari
1% yang ditemukan di danau, sungai maupun air dalam tanah. Air yang ada pada
permukaan dan dekat permukaan tanah hanya sedikit, tetapi jumlah yang kecil inilah
yang menunjang kehidupan di darat, sehingga kerusakan terhadap sumberdaya air
akan merusak tatanan dari kehidupan bagi semua komponen yang ada dalam suatu
ekosistem baik ekosistem perairan maupun ekosistem darat.
D. Kegiatan Industri
Pencemaran air yang disebabkan oleh hasil buangan industri, berupa bahanbahan organik, logam-logam berat dan zat-zat kimia lainnya yang dibuang ke sistem
perairan, sampah buangan dari rumah tangga, kotoran manusia dan hewan, sisa
10
11
Meskipun alam itu elastis, tetapi batas mekanisme homeostatis dapat dilampaui.
Jika dalam suatu ekosistem perairan dimasukan kotoran dalam jumlah tertentu,
ekosistem tersebut dapat membersihkan diri dan kembali lagi pada keadaan semula
tetapi membutuhkan waktu cukup sesuai dengan kemampuan dari ekosistem tersebut.
Bila bahan yang kita masukan terlampau besar dan banyak jumlahnya atau beracun
untuk beberapa komponen yang berperan dalam mekanismenya maka homeostasis
ekosistem tersebut akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pemulihannya.
Manusia karena evolusi sistem syaraf pusatnya yang sangat hebat menjadi
mahluk
yang
berkuasa
dalam
memodifisir
kerja
ekosistem.
Sering
kali
kemampuan manusia untuk mengubah dan mengontrol lebih cepat terjadinya dari
pada kesadaran dan pengertian manusia terhadap perubahan yang terjadi sebagai
dampak dari apa yang telah dilakukannya.
Berdasarkan berbagai fenomena yang terjadi maka sebagai alternatif dalam
penanganan dalam pengalolaan ekosistem perairan menurut berbagai pakar ekolog
dapat dilakukan pendekatan sebagai berikut:
1. Pendekatan ekosistem;
Hubungan yang timbal balik antara unsur dalam lingkungan perairan mengingatkan
pada kita bahwa perubahan terhadap salah satu unsur yang ada dalam ekosistem
perairan akan mempengaruhi unsur lainnya, sehingga akan merubah keseimbangan
dalam ekosistem perairan. Proses tersebut merupakan hukum alam, sehingga
penanganannya harus selalu memperhitungkan pengaruhnya terhadap unsur lain
dalam ekosistem perairan sebagai satu kesatuan yang terintegrasi berlaku hukum
tersebut. Pola penangan yang demikian disebut pendekatan ekosistem (pendekatan
holistik). Penggalian dan pemanfaatan sumberdaya alam baik pada ekosistem
perairan maupun pada ekosistem terestrial akan menimbulkan perubahan
lingkungan dalam berbagai skala yang pada akhirnya akan mempengaruhi seluruh
sistem kehidupan. Oleh sebab itu pemanfaatan sumberdaya alam harus dilakukan
dengan menerapkan pendekatan ekosistem bukan pendekatan lingkungan. Bila
dapat ditranformasikan ke dalam penyelenggaraan pemerintah, maka pendekatan
ekosistem itu akan berwujud suatu asas, yaitu: asas keterpaduan, sehingga
pengelolaan ekosistem perairan yang diselenggarakan oleh pemerintah harus
berlandaskan pada asas keterpaduan dengan melibatkan berbagai instansi terkait.
12
sistem
13
lingkungan
terutama
yang
diselenggarakan
oleh
pemerintah
merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa komponen yang saling terkait,
terutama dalam hal:
a. Penetapan kebijakan nasional dalam pengelolaan lingkungan yang dituangkan
dalam GBHN.
b. Penetapan peraturan perundang-undangan, kriteria baku mutu lingkungan dan
kerusakan yang ditimbulkan dalam pengelolaannya merupakan dasar hukum
dalam penyelenggaraan lingkungan hidup di Indonesia. Kriteria baku kerusakan
lingkungan sebagai tolok ukur atas kerusakan lingkungan (fisik biologik, kimia
dan sosial). Baku mutu lingkungan (baku mutu lingkungan ambien, seperti :
tanah, air, maupun udara dan baku mutu limbah cair, padat, dan gas) yang
menjadi pedoman untuk memberikan arahan dalam upaya pengendalian
pencemaran lingkungan.
c. Penetapan izin, merupakan ketentuan yang bersifat individual, konkrit dan final
sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan. Pemerintah harus berpedoman
pada pelaksanaan kegiatan agar ekosistem tetap berfungsi sebagaimana
mestinya.
d. Pemantauan, untuk mengetahui apakah penanggung jawab kegiatan (pemegang
ijin) sudah mentaati semua ketentuan yang telah ditentukan atau tidak, sehingga
dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan bentuk kebijakan yang
akan diambil.
14
jumlah
penduduk
akan
meningkatkan
kerusakan
terhadap
pendekatan
ekologis,
pencegahan
terhadap
pencemaran,