PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan
Di rumah sakit data kejadian trauma abdomen masih cukup tinggi. Dalam
kasus dimana dibutuhkan suatu penanganan yang profesional yaitu cepat,
tepat, cermat dan akurat, baik di tempat kejadian (pre hospital), transportasi
sampai tindakan definitif di rumah sakit. Pertolongan penderita gawat darurat
dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit,
dalam penanganannya melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk
masyarakat awam.(2)
1.2
Definisi
Trauma abdomen adalah kerusakan organ abdomen (lambung, usus halus,
pancreas, colon, hepar, limpa, ginjal) yang disebabkan oleh trauma tembus,
biasanya tikaman atau tembakan; atau trauma tumpul akibat kecelakaan mobil,
pukulan langsung atau jatuh.(3)
Trauma tajam abdomen adalah suatu trauma yang biasanya berhubungan
dengan tusukan luka, luka karena peluru, maupun ledakan.(4) Setiap trauma tajam
yang memasuki rongga peritoneum atau retroperitoneum menimbulkan kerusakan
pada isi perut. Secara umum, luka karena cedera perut mulai dari ruang intercostal
lima sampai ke perineum.(4)
Trauma tajam abdomen terbagi atas dua, yaitu :(5)
1. Luka tusuk, seperti menggunakan pisau, pena, gantungan baju, botol rusak.
Organ yang dapat terkena antara lain hati, usus kecil, dan limpa
2. Luka tembak, organ yang terkena biasanya usus kecil, usus besar dan dapat
menyebabkan perforasi usus.
1.3
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, bunuh diri dan pembunuhan secara konsisten
pembunuhan dan 14% kasus bunuh diri dengan senjata api melibatkan cedera
pada tubuh.(6)
Pelacakan trauma lingkup Pusat Nasional untuk Pencegahan Cedera dan
Pengendalian (NCICP). Data yang dikumpulkan oleh organisasi ini menunjukkan
bahwa cedera traumatis adalah penyebab utama ketiga kematian keseluruhan dan
nomor satu penyebab kematian pada orang berusia 1-44 tahun. Salah satu trauma
yang banyak terjadi adalah trauma pada abdomen. Insiden signifikans morbiditas
dan mortalitas pasien. Sekitar 75-78% berupa trauma tumpul dengan kematian
sekitar 5-9%. Trauma tembus akibat peluru (80-95%) dengan kematian 5%.
Kematian berkaitan dengan waktu yaitu triple peak death time (mendadak, segera,
dan lambat). Penanganan yang cepat dan tepat, kondisi pasien pra operasi dan
derajat operasi akan mempengaruhi keluaran pasien. Diagnosa dini diperlukan
untuk pengelolaan secara optimal. Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi
terkadang cukup sulit karena adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang
terkait.(6)
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI ABDOMEN
2.1
ANATOMI
Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan
meluas dari atas mulai dari drafragma sampai pelvis di bawah. Batas-batas rongga
abdomen adalah di bagian atas diafragma, di bagian bawah pintu masuk panggul
dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi otot-otot abdominal, tulang-tulang
illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang punggung dan otot
psoas dan quadratus lumborum. Berikut ini bagian dari rongga abdomen dan
pelvis beserta regio-regionya.(2)
Abdomen depan
Sebagian abdomen tertutup oleh rongga bawah thorax; abdomen anterior
dibatasi oleh area antara transnipple line di superior, ligamentum inguinal dan
symphisis pubis di inferior, linea axillaris anterior di lateral. Flank adalah area di
antara linea axillaris anterior dan posterior dari sela iga ke enam sampai krista
iliaka. Dinding abdomen di daerah ini cukup tebal dengan lapisan otot, sedangkan
di abdomen anterior terdapat aponeurosis yang lebih tipis, yang berperan sebagai
barrier terhadap luka penetrans, terutama luka tusuk.(2)
b.
Pinggang
Ini merupakan daerah yang berada diantara linea axillaris anterior dan linea
axillaris posterior, dari sela iga ke-6 di atas, ke bawah sampai crista iliaca. Di
lokasi ini adanya dinding otot abdomen yang tebal, berlainan dengan dinding otot
yang tipis di bagian depan, menjadi pelindung terutama terhadap luka tusuk.(2)
c.
Punggung
Daerah ini berada di belakang dari linea axillaris posterior, dari ujung bawah
scapula sampai crista iliaca. Seperti halnya daerah flank, di sini otot-otot
punggung dan otot paraspinal menjadi pelindung terhadap trauma tajam.(1)
Gambar 3. Punggung
Dikutip dari kepustakaan 7
Rongga peritoneal
Rongga peritoneal secara praktis dapat dibagi menjadi dua bagian atas dan
bawah. Rongga peritoneal atas, yang ditutupi oleh tulang-tulang thorax,
termasuk diafragma, liver, limfa, gaster, dan kolon transversum. Area ini
b.
Rongga Pelvis
Dilindungi oleh tulang tulang pelvis, sebenarnya merupakan bagian bawah
c.
Rongga Retroperitoneal
Rongga yang berada di belakang dinding peritoneum yang melapisi
daerah ini pada awalnya tidak menunjukkan gejala yang jelas, dan juga didaerah
retroperinoneal tidak bisa didiagnosa dengan Diagnostic Peritoneal Lavage.(2)
2.2
Fisiologi
a.
c.
rectum.
Pada
caecum
terdapat
valvula
ileocaecalis
yang
mengendalikan aliran kimus dari ileum ke dalam usus halus juga ada
appendix vermiformis melekat pada ujungya. Sedangkan kolon terdiri dari
segmen colon ascenden, transversal, descenden dan sigmoid. Bagian
utama usus besar yang terakhir disebut rektum yang membentang dari
colon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh). Fungsi primer
dari usus besar adalah absorpsi air dan elektrolit.(9)
d.
Hati terletak di kuadran kanan atas abdomen. Hati, saluran empedu, dan
pancreas berkembang dari cabang usus depan fetus dala suatu tempat yang
kelak menjadi duodenum. Ketiga struktur ini dibicarakan bersama karena
letak anatominya berdekatan dan fungsinya saling terkait dan terdapat
kesamaan kompleks gejala akibat gangguan ketiga struktur ini. Hati adalah
kelenjar terbesar dalam tubuh, diperdarahi kurang lebih 1450 ml permenit
atau 29% dari cardiac output. Memiliki banyak fungsi yaitu selain
merupakan organ parenkim yang paling besar, fungsi utama hati adalah
10
11
BAB III
INITIAL ASSESMENT
Initial assessment adalah proses evaluasi secara cepat pada penderita
gawat darurat yang langsung diikuti dengan tindakan resusitasi dan dikerjakan
secara sistematis.(10)
Kegiatannya meliputi :(2)
1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey (ABCDE)
4. Resusitasi
5. Secondary survey (pemeriksaan head to toe dan anamanesis)
6. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan
7. Penanganan definitif
3.1 PERSIAPAN
1. Fase Pra Rumah Sakit
Harus ada koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dengan
petugas lapangan sehingga rumah sakit dapat mempersiapkan diri. Pada fase
ini dititikberatkan pada stabilisasi pasien yang menyangkut penjagaan jalan
nafas, control perdarahan dan syok, immobilisasi pasien dan transportasi
pasien.(11)
2. Fase Rumah Sakit
Harus dilakukan perencanaan
12
3.2 TRIASE
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera
atau penyakit (berdasarkan yang paling mungkin akan mengalami perburukan
klinis segera) untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat medic
serta prioritas transportasi (berdasarkan ketersediaan sarana untuk tindakan).
Tindakan ini berdasarkan prioritas ABCDE yang merupakan proses yang
sinambung sepanjang pengelolaan gawat darurat medic. Proses trise inisial
harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba/ berada ditempat dan tindakan
ini harus diinilai ulang terus menerus karena status triase pasien dapat
berubah. Bila kondisi memburuk atau membaik, lakukan retriase.(10)
Triase
harus
mencatat
tanda
vital,
perjalanan
penyakit
pra
13
d. Sudah meninggal
Prioritas Pertolongan(10)
Untuk memindahkan korban mana yang harus didahulukan digunakan
labelalisasi warna. Pertolongan pada pelayanan gawat darurat sehari-hari
dahulukan korban yang kondisinya berat sekali.
Ada empat kategori dalam metode triage START (Simple Triage And Rapid
Treatment) :
1. Prioritas Pertama Merah(12)
Pasien cedera berat yang memerlukan penilaian cepat serta tindakan medik
dan transport segera untuk tetap hidup seperti :
1. Gagal nafas
2. Cedera torako-abdominal
3. Cedera kepala atau maksilo-fasial berat
4. Shock atau perdarahan berat
5. Luka bakar berat
2. Prioritas 2 Kuning(12)
Diberikan pada korban dengan kondisi yang mendesak seperti ;
1. Luka bakar tanpa ada masalah jalan napas
2. Rasa sakit yang amat sakit dibeberapa bagian tubuh
3. Ada bengkak dan perubahan bentuk terutama pada anggota ekstremitas
4. Cedera punggung
5. Kejang
6. Cedera mata
3. Prioritas 3 Hijau
Diberikan pada korban yang tidak mengalami cedera serius, memerlukan
perawatan sedikit dan dapat menunggu perawatan tanpa bertambah parah
seperti ;(12)
1. Rasa sakit ringan
2. Luka bakar ringan
3. Bengkak
4. Cedera jaringan lunak
14
4. Prioritas 0 Hitam(12)
Diberikan pada korban yang sudah meniggal.
Dalam sistem START, pertama katakan pada korban yang bisa jalan pindah
ke daerah khusus yang sudah ditetapkan, kemudian alihkan kepada korban
yang tidak bisa jalan dengan penilaian awal.
Pemeriksaan kesadaran juga perlu dilakukan untuk menentukan
tindakan yang selanjutnya akan dilakukan. Seseorang dianggap sadar bila ia
sadar terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Tingkat kesadaran dibagi atas:
kesadaran yang normal (kompos mentis), somnolen, spoor, koma ringan, dan
koma.(13)
-
15
Skor
Spontan
2
1
Skor
5
4
bapak....)
Skor
6
5
16
GCS
GCS
: 3-8
Menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa apakah sadar baik (alert),
berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri (pain),
atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun diberi
rangsang nyeri (unresponsive).(14)
17
3.3.1. AIRWAY
a.
18
Jalur udara pernapasan dimulai dari Cavum nasi, kemudian menuju Pharynx
yang merupakan tabung muscular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian
dasar tengkorak sampai Oesophagus. Kemudian Larynx yang menghubungkan
Pharynx dan Trachea, yaitu tabung pendek berbentuk kotak triangular dan
ditopang oleh Sembilan kartilago; tiga berpasangan dan tiga tunggal. Trachea
merupakan tuba dengan panjang 10 12 cm dan diameter 2,5 cm serta terletak di
atas permukaan anterior Oesophagus. Merentang dari Larynx hingga area vertebra
kelima yang kemudian bercabang menjadi Bronchus principalis dextra dan
Bronchus principalis sinistra, dan selanjutnya menuju ke Pulmo.(8)
Bronchus principalis dextra berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan lebih
vertikal dibandingkan dengan Bronchus principaslis sinistra. Hal ini disebabkan
karena arkus aorta membelokkan trakea bawah ke kanan. Setiap Bronchus
principalis bercabang 9 hingga 12 kali membentuk Bronchus lobaris kemudian
Bronchus segmentalis dengan diameter yang semakin kecil.(8)
Bronchus segmentalis kemudian membentuk Bronchiolus terminalis yang
merupakan saluran udara terkecil. Bronchiolus terminalis kemudian dilanjutkan
oleh Bronchiolus respiratorius yang merupakan tempat terjadinya pertukaran gas,
lalu menuju ductus alveolaris, kemudian berakhir di saccus alveolaris terminalis.(8)
Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 dari atmosfer ke
dalam sel-sel tubuh (inspirasi) dan untuk mentranspor CO2 yang dihasilkan dari
metabolisme kembali ke atmosfer (ekspirasi).(8)
Sebelum inspirasi dimulai, tekanan udara atmosfer (sekitar 760 mmHg)
sama dengan tekanan udara dalam alveoli yang disebut sebagai tekanan intraalveolar. Sementara tekanan intrapleura dalam rongga pleura adalah tekanan subatmosfer atau kurang dari tekanan inta-alveolar. Peningkatan atau penurunan
volume rongga toraks mengubah tekanan intrapleura dan intra-alveolar yang
secara mekanik menyebabkan pengembangan atau pengempisan paru-paru.(8)
Otot-otot inspirasi memperbesar rongga toraks dan meningkatkan
volumenya. Otot-otot inspirasi terdiri dari Diaphragma, M. intercostalis externa,
M. pectoralis major, M. sternocleidomastoideus, M. serratus anterior, dan M.
19
scalenus. Ekspirasi yang tenang dipengaruhi oleh relaksasi otot dan disebut proses
pasif. Otot-otot ekspirasi meliputi M. rectus abdominis, M. obliquus abdominis,
M. transversus abdominis, dan M. intercostalis interna.(8)
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara
(inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan
dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.
Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.(8)
1. Pernapasan Dada, yaitu pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot
antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang
rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan
di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar,
sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.(8)
20
bernada
sedang.(8)
21
2.
Ronchi adalah suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan nafas
yang penuh cairan / mukus, terdengar saat inspirasi maupun
ekspirasi.(8)
Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak pernah sampai pada
daerah pertukaran gas, tetapi hanya mengisi saluran napas yang tidak
mengalami pertukaran gas, seperti pada hidung, pharynx, dan trachea.
Udara ini disebut udara ruang rugi sebab tidak berguna untuk pertukaran
gas.(8)
Ruang rugi terbagi atas dua, yaitu ruang rugi anatomis dan ruang rugi
fisiologis. Ruang rugi anatomis terdiri dari seluruh ruang sistem
pernapasan selain alveoli dan daerah pertukaran gas lainnya yang
berkaitan erat. Ruang rugi fisiologis adalah sebagian alveoli yang tidak
berfungsi karena tidak adanya atau buruknya aliran darah yang melewati
kapiler paru yang berdekatan.(8)
b. Pemeriksaan airway
Telinga didekatkan ke mulut dan hidung penderita sambil menjaga jalan
napas tetap terbuka. Kemudian pada saat yang sama mengamati dada penderita
dengan cara look, listen, and feel.
1) Lihat (look). Apakah penderita mengalami agitasi atau kesadarannya menurun.
Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh kekurangan
oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku dan kulit sekitar mulut.
Lihat adanya retraksi dan penggunaan otot-otot napas tambahan yang apabila
ada merupakan bukti tambahan adanya gangguan airway.
2) Dengar (listen). Adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang berbunyi
(napas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat. Suara mendengkur
(napas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat. Suara mendengkur
(snoring), berkumur (gurgling) dan bersiul (crowing sound, stridor) mungkin
22
berhubungan dengan sumbatan parsial pada faring atau laring. Penderita yang
melawan dan berkata-kata kasar (gaduh gelisah) mungkin mengalami hipoksia
dan tidak boleh dianggap karena keracunan/batuk.
3) Raba (feel). Lokasi trakea dan dengan cepat menentukan apakah trakea ada
ditengah. Juga merasakan adanya atau tidaknya, hembusan nafas penderita.
Dengan look listen feel kita dapat mengetahui beberapa hal diantaranya
ada sumbatan jalan nafas partial / sumbatan total karena memang kedua hal inilah
yang kita cari dan temukan pada pemeriksaan jalan nafas. Obstruksi jalan nafas
dapat disebabkan oleh benda asing, cairan, lidah jatuh ke belakang pada penderita
tidak sadar, kelainan adsnatomis dan beberapa fraktur di daerah wajah dan
trachea, luka bakar ( trauma inhalasi ), dsb.(15)
Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus melindungi vertebra servical, karena
kemungkinan patahnya tulang servical harus selalu diperhitungkan.
Adapun kemungkinan patahnya tulang servikal diduga bila :(15)
1. Trauma dengan penurunan kesadaran
2. Adanya luka / trauma tumpul diatas klavikula
3. Multi trauma
4. Biomekanik trauma yang mendukung
c.
Permasalahan(15)
Terjadinya sumbatan sumbatan jalan nafas dapat mengakibatkan
kematian kurang dari 4 menit jika tidak diberikan pertolongan, masalah
yang terjadi pada jalan nafas adalah :
-
Sumbatan total
benda asing yang mengganjal atau menghalangi jalan nafas. Keadaan ini
sering disebut tesedak / chocking.
-
Sumbatan Parsial
23
tetapi jalan nafas cenderung tertutup. Dalam keadaan tidak sadar otot
menjadi rileks dan lidah jatuh kea rah dinding belakang mulut.
Keadaan gawat nafas akibat sumbatan jalan nafas atas mulai
hidung sampai ke karina, dapat terjadi pada bayi, anak dan orang dewasa.
Berat ringan gejala yang timbul tergantung dari derajat sumbatan dan lokasi
sumbatan. Gawat nafas lebih cepat trerjadi pada bayi dan anak, karena
adanya perbedaan bentuk anatomi yang memudahkan terjadinya sumbatan
total. Pada bayi, diameter saluran pernafasan relative lebih kecil, submukosa
daerah subglotik lebih banyak mengandung jaringan ikat sehingga mudah
mebengkak serta letak laring relative lebih tinggi dengan epiglottis yang
kecil dan panjang sehingga ujungnya mudah menekuk dan mengganggu
saluran nafas pada inspirasi.(11)
Tanda tanda obstruksi jalan napas :(15)
Retraksi trakea.
Retraksi thoraks
d. Penanganan(15)
Snoring :
Jaw Trust
OPA/ NPA
24
Crowing :
Airway definitif
Intubasi
Nidle cricothiroidotomi
Gargling :
Miringkan (logroll)
Suction
Finger sweep
Jika yang terjadi adalah sumbatan total, maka dapat dilakukan beberapa
muka
ke
atas.
Penolong
berlutut
di
sisi
paha
25
26
Back Blow
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila
nafas tidak efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan
keras pada punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan
tulang punggung/vertebrae).(16)
27
ChestThrust
Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang
dada dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah
garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila penderita sadar,
tidurkan terlentang, lakukanchest thrust, tarik lidah apakah ada benda
asing, beri nafas buatan.(16)
Keluarkan benda padat dengan jari telunjuk sementara jari tangan pada
tangan yang lain mempertahankan lidah dan rahang atas.
Apabila terdapat cairan dalam jalan napas misalnya darah dapat dilakukan
suction.(16)
Penyebab obstruksi saluran napas bagian atas adalah lidah yang jatuh ke
belakang dan menutup nasofarings. Selain itu bekuan darah, muntahan,
edema atau trauma dapat juga menyebabkan obstruksi tersebut. Ada tiga
cara untuk membebaskan obstruksi jaan napas:(16)
28
Jika dengan cara di atas kurang berhasil, maka dapat digunakan jalan
napas buatan, sebagai berikut:
Nasopharyngeal airway
Oropharyngeal airway
29
Laringoskop
Endotracheal tube
30
Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan
nafas bebas
Pada prinsipnya apabila kita curiga fraktur servikal maka tidak boleh
dilakukan ekstensi, fleksi, head tilt-chin lift ataupun rotasi.
Adapun langkah-langkah dalam pemasangan neck collar adalah sbb:(15)
1. Penolong pertama melakukan immobilisasi secara manual pada kepala dan
leher
Penolong kedua mengukur leher dengan cara membuat garis khayal - dari
dagu ke arah sudut rahang (angulus mandibula) lalu tempatkan jari sampai
pangkal leher (clavicula)
2. Tempatkan jari di tempat untuk mengukur pada neck collar, lalu ganti
ukuran pada neck collar
3. Masukkan neck collar di bawah leher dengan perlahan jangan sampai
posisi leher berubah
4. Lakukan sapuan dada lalu posisikan pada dagu sehingga neck collar
mengelilingi leher.
5. Setelah itu amankan neck collar dengan velcro
6. Pastikan collar pada posisi nyaman
7. Jaga posisi leher dan kepala selama proses pemasangan
3.3.2. BREATHING
a. Pemeriksaan
Memastikan pasien / korban tidak bernafas dengan cara melihat naik
turunnya dada, mendengar bunyi nafas, dan merasakan hembusan nafas, dengan
31
teknik penolong mendekatkan telinga di atas mulut dan hidung pasien / korban
sambil tetap mempertahankan jalan nafas tetpa terbuka. Dilakukan tidak lebih
dari 10 detik. Untuk menilai seseorang bernafas secara normal dapat dilihat dari
bebrapa kali seseorang bernafas dalam satu menit, secara umum:(15)
b. Permasalahan
1. Tidak ada tanda-tanda pernapasan
2. Tidak ada gerakan dada
3. Tidak ada suara napas
4. Tidak dirasakan hembusan napas
5. Sesak napas
a) Penderita mengeluh sesak
b) Bernafas cepat (tachypneu)
c) Pernafasan cuping hidung
d) Pemakaian otot pernafasan tambahan :
1) Retraksi suprasternal
2) Retraski intercostalis
3) Retraksi sternum
4) Retraksi infrasternal
c. Penanganan
32
33
penyelamat
dari
menjadi
terkena
cairan
tubuh
korban.
Masker saku biasanya terbuat dari plastic dan mengandung nilai salah satu cara
yang dirancang untuk membatasi paparan penyelamat untuk dihembuskan udara,
cairan tubuh, dan proses penyakit.(15)
c. Ventilasi mulut ke alat pelindung
34
35
Jantung adalah organ berongga dan memiliki empat ruang yang terletak
antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga toraks. Dua per tiga jantung
terletak di sebelah kiri linea midsternal. Jantung dilindungi mediastinum. Posisi
jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah dada, bertumpu
pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus
xiphoideus.(18)
Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III
dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi
cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri
cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi
lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di
kiri linea medioclavicularis. Jantung dibungkus oleh kantong berdinding ganda
yang dapat membesar dan mengecil, disebut perikardium. Sementara dindingnya
tersusun dari tiga lapisan, yaitu epikardium, miokardium, dan endokardium.(18)
Pada orang dewasa, jumlah volume darah yang mengalir di dalam system
sirkulasi mencapai 5-6 liter (4,7-5,7 liter). Darah terus berputar mengalir di dalam
sistem sirkulasi sistemik dan paru-paru tanpa henti. Sistem sirkulasi tubuh terbagi
atas dua, yaitu sirkulasi paru dan sirkulasi sistemik.(9)
1. Sirkulasi Paru
Darah di atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan melalui katup
katup semilunaris. Dari vetikel kanan mengalir melalui katup pulmonaris
kearteri pulmonaris. Arteri pulmonaris bercabang-cabang menjadi arteri
pulmonaris kiri dan kanan yang masing-masing mengalir ke paru-paru kiri
dan kanan. Di paru-paru arteri pulmonaris becabang-cabang berkali-kali
menjadi ateriol kemudian kapiler. Setiap kapiler memberi perfusi kepada
satuan pernafasan melalui sebuah alveolus. Semua kapiler menyatu
kembali menjadi venula, kemudian vena. Vena-vena menyatu untuk
membentuk vena pulmonaris besar dan kembali ke atrium kiri.(9)
36
2. Sirkulasi Sistemik
Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonaris. Darah di atrium kiri
mengalir ke dalam ventrikel kiri melalui katup atrioventrikel (AV), yang
terletak di sambungan atrium dan ventrikel (katup mitralis). Darah dari
ventrikel kiri menuju aorta melalui katup aorta. Darah di aorta diteruskan ke
seluruh sirkulasi sistemik melalui arteri, arteriol dan kapiler yang kemudiaan
menyatu kembali untuk membentuk vena-vena.(18)
Vena-vena dari bagian bawah tubuh mengembalikan darah ke vena
terbesar, vena cava inferior, sedangkan vena dari bagian atas tubuh
mengembalikan darah ke vena cava superior. Kedua vena bermuara ke atrium
kanan.(18)
37
b. Pemeriksaan
Memastikan ada tidaknya denyut jantung pasien/korban ditentukan
dengan meraba arteri karotis didaerah leher pasien/korban dengan cara dua
atu tiga jari penolong meraba pertengahan leher sehingga teraba trakea,
kemudian digeser kearah penolong kira-kira 1-2 cm, raba dengan lembut
selama 5 10 detik. Bila teraba penolong harus memeriksa pernapasan,bila
tidak ada nafas berikan bantuan nafas 12 kali/menit.bila ada nafas
pertahankan airwaypasien/korban.(19)
Perdarahan merupakan sebab utama kematian pasca bedah yang
mungkin dapat diatasi dengan terapi yang cepat dan tepat di rumah sakit.
Ada 3 penemuan klinis yang dalam hitungan detik dapat memberikan
informasi yakni: (19)
38
Permasalahan
Pada kasus trauma dikenal adanya perdarahan luar (eksternal) dan
39
Nafas cepat
JVP rendah
40
41
d. Penanganan
Dengan meninggikan ekstrimitas bawah 45 derajat, kalau tidak ada respon
cari sumber perdarahan dan hentikan, tambah lagi cairan kristaloid, apabila tidak
berhasil juga berikan tranfusi darah tipe spesific.(10)
Langkah-langkah ini juga bisa dilakukan pada penderita dengan shock
karena perdarahan internal. Sedangkan perdarahan eksternal dapat kita lakukan
dengan balut cepat/ balut tekan, elevasi daerah yang luka atau kombinasi dengan
penekanan pada arteri yang besar.(10)
Untuk torniquet sudah tidak dianjurkan lagi karena bisa merusak jaringan, kecuali
pada luka amputasi yang tidak mungkin disambung kembali.(10)
Pada penderita fraktur dibeberapa bagian tubuh bisa kita lakukan
pembidaian.
Resusitasi Kardio Pulmonal(17)
Resusitasi kardio pulmonal adalah tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi henti nafas dan henti jantungsehingga dapat pulih kembali.(17)
Resusitasi kardio pulmonal dilakukan bila:(17)
1. Henti nafas (Respiratory Arrest), henti nafas yang bukan disebabkan
gangguan pada jalan nafas dapat terjadi karena gangguan pada sirkulasi
(asistole, bradikardia, fibrilasi ventrikel)
2. Henti jantung (Cardiac Arrest) dapat disebabkan oleh beberapa hal
seperti:
a.
b.
c.
d.
RKP merupakan proses serial, yang menimbulkan aliran darah dengan cara
meningkatkan tekanan dalam rongga dada atau langsung menekan jantung. Darah
bersirkulasi menuju jantung, dikombinasikan dengan pernapasan buatan akan
memberikan suplai oksigen yang cukup adekuat ke otak dan organ vital lainnya
hingga defibrilasi dapat dilakukan.(11)
42
43
44
sebanyak 20 siklus per menit yang tiap siklusnya terdiri dari 5 kali tekan jantung
dan 1 kali nafas buatan. Untuk bayi yang baru lahir, RJP dilakuakan sebanyak 40
siklus yang tiap siklusnya terdiri dari 3 kali tekan jantung dan 1 kali nafas buatan.
Yang perlu diperhatikan pada RPJ pada bayi adalah penekanan jantung dilakukan
dengan 2 jari saja (jari tengah dan jari manis) dengan kedalaman 1,5 2,5 cm dan
volume nafas yang diberikan hanya sebanyak penggembungan pipi penolong
saja.(17)
45
b.
: Last meal
kejadian perlukaan.
3.4.2 Pemeriksaan fisik(10)
Pemeriksaan kondisi umum menyeluruh
a.
b. Tingkat kesadaran
c.
d. Trauma, kelainan
e.
Keadaan kulit
46
1. Kepala(11)
Seluruh kulit kepala dan kepala harus diperiksa akan adanya luka, kontusio
atau fraktur. Karena kemungkinan bengkaknya mata yang akan mempersulit
pemeriksaan yang teliti, mata harus diperiksa akan adanya :
1) Ketajaman visus
2) Ukuran pupil
3) Perdarahan konjungtiva dan fundus
4) Luka tembus pada mata
5) Lensa kontak (ambil sebelum edema)
6) Dilocatio lentis
7) Jepitan otot bola mata
8) Gerakan bola mata
2. Maksilo-fasial(11)
Trauma maksilofasial dapat mengganggu airway atau perdarahan yang
hebat, yang harus ditangani saat survei primer.
Trauma maksilofasial tanpa gangguan airway atau perdarahan hebat, baru
dikerjakan setelah penderita stabil sepenuhnya dan pengelolaan definitif dapat
dilakukan dengan aman.
Penderita dengan fraktur tulang wajah mungkin juga ada fraktur pada
lamina cribrosa.
a. Vertebra servikalis dan leher
b. Rambut dan kulit kepala :perdarahan, pengelupasan, perlukaandan
penekanan.
c. Telinga: perlukaan, dareah, cairan,
d. Mata: perlukaan, pembengkakan, perdarahan, reflek pupil, kondisi
kelopak mata, adanya benda asing, pergerakan abnormal
e. Hidung : perlukaan, darah, cairan, napas cuping hidung, kelainan anatomi
akibat trauma.
f. Mulut : perlukaan, darah, muntahan, benda asing, gigi, bau, dapat buka
mulut atau tidak
g. Bibir : perlukaan, perdarahan, sianosis, kering.
47
48
diagnostik peritoneal lavage (DPL), USG abdomen, atau bila keadaan umum
memungkinkan, pemeriksaan CT Scan abdomen dengan kontras.
Fraktur iga-iga terbawah atau pelvis akan mempersulit pemeriksaan,
karena nyeri dari daerah ini pada palpasi abdomen.
Jantung sudah berdetak ditandai adanya nadi dan nafas sudah spontan
b.
c.
d.
49
Tidak ada aktivitas listrik jantung selama paling sedikit 30 menit walaupun
dilakukan upaya RJP dan terapi obat yang optimal menandakan mati jantung.(17)
Seseorang dikatakan mati bilamana:(17)
Fungsi jantung dan paru berhenti, kematian sistemik dan kematian system
tubuh lainnya terjadi dalam beberapa menit dan otak merupakan organ besar
pertama yang menderita kehilangan fungsi yang irreversible atau di sebut mati
batang otak.
Fungsi spontan pernapasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau
irreversible.
50
51
BAB IV
DIAGNOSIS/ TERAPI/ PENANGANAN
TRAUMA TAJAM ABDOMEN
4.1
DIAGNOSIS
Pada pasien yang mengalami hipotensi, sasaran dokter mula-mula adalah
menetukan apakah ada/tidak trauma abdomen, dan apakah ini yang
mengakibatkan hipotensi. Pasien dengan hemodinamik yang stabil tanpa tandatanda peritonitis bias diperiksa lebih detail untuk menentukan apakah ada trauma
yang spesifik, atau apakah selama observasi timbul peritonitis ataupun
perdarahan.(11)
4.1.1 Anamnesis
Anamnesis mengandung data kunci yang dapat mengarahkan diagnosis
gawat abdomen. Riwayat trauma sangat penting untuk menilai penderita yang
cedera dalam tabrakan kendaraan bermotor meliputi : kejadian apa, dimana,
kapan terjadinya dan perkiraan arah dari datangnya ruda paksa tersebut. Sifat,
letak dan perpindahan nyeri merupakan gejala yang penting. Demikian juga
muntah, kelainan defekasi dan sembelit. Adanya syok, nyeri tekan, defans
muskular, dan perut kembung harus diperhatikan sebagai gejala dan tanda
penting. Sifat nyeri, cara timbulnya dan perjalanan selanjutnya sangat penting
untuk menegakkan diagnosis.(11)
52
a.
Inspeksi
Pada
inspeksi
terdapat
hal-hal
perlu
diperhatikan
yaitu
Adanya luka lecet di dinding perut, hal ini dapat memberikan petunjuk adanya
kemungkinan kerusakan organ di bawahnya. Adanya perdarahan di bawah kulit,
dapat memberikan petunjuk perkiraan organ-organ apa saja yang dapat mengalami
trauma di bawahnya. Ekimosis pada flank (Grey Turner Sign) atau umbilicus
(Cullen Sign) merupakan indikasi perdarahan retroperitoneal, tetapi hal ini
biasanya lambat dalam beberapa jam sampai hari. Adanya distensi pada dinding
perut merupakan tanda penting karena kemungkinan adanya pneumoperitonium,
dilatasi gastric, atau ileus akibat iritasi peritoneal. Pergerakan pernafasan perut,
bila terjadi pergerakan pernafasan perut yang tertinggal maka kemungkinan
adanya peritonitis.(11)
b.
Auskultasi
Pada auskultasi, yang perlu diperhatikan:
Ditentukan apakah bising usus ada atau tidak, pada robekan (perforasi) usus
bising usus selalu menurun, bahkan kebanyakan menghilang sama sekali.
Adanya bunyi usus pada auskultasi toraks kemungkinan menunjukkan adanya
trauma diafragma.(11)
c.
Palpasi
Pada palpasi, perlu diperhatikan:
Ada tidaknya nyeri tekan, lokasi dari nyeri tekan ini dapat menunjukkan
organ-organ yang mengalami trauma atau adanya peritonitis.(11)
53
d. Perkusi
Pada perkusi, perlu diperhatikan(23)
-
high-riding
prostat
mengarah
pada
trauma
salurah
kemih.
Digunakan jarum yang cukup besar dan panjang, misalnya jarum spinal no.
18-20
Sesudah jarum masuk ke rongga perut pada titik kontra Mc Burney, lalu
diaspirasi.
54
55
56
harus dijaga.
57
60-100%). Sistem aliran tinggi berupa Venturi Mask (FR 3-15 L/m, FiO2 :
24-50%).(24)
Sebagian besar trauma tajam abdomen ditangan dengan laparatomi
eksploratif karena insiden cedera intraperitoneal bisa mencapai 95%. Bila
ada kecurigaan bahwa trauma tajam sifatnya superficial dan tidak
menembus lapisan dinding abdomen biasanya akan dilakukan eksplorasi
luka terlebih dahulu untuk menentukan kedalamannya sambil dilakukan
monitoring keadaan pasien.(22)
58
BAB V
KOMPLIKASI
1. Perforasi
Gejala perangsangan peritonium yang terjadi dapat disebabkan oleh zat
kimia atau mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya
lambung, maka terjadiperangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma dan
timbul gejala peritonitis hebat.Bila perforasi terjadi di bagian bawah seperti kolon,
mula-mula timbul gejala karenamikroorganisme membutuhkan waktu untuk berkembang
biak. Baru setelah 24 jam timbul gejala-gejala akut abdomen karena perangsangan peritoneum.
Mengingat kolon tempat bakteri dan hasil akhirnya adalah faeses, maka jika kolon
terlukadan mengalami perforasi perlu segera dilakukan pembedahan. Jika tidak segera
dilakukanpembedahan, peritonium akan terkontaminasi oleh bakteri dan faeses. Hal
ini dapatmenimbulkan peritonitis yang berakibat lebih berat.(21,25)
2. Perdarahan
Setiap trauma abdomen (trauma tumpul, trauma tajam, dan tembak)
dapatmenimbulkan perdarahan. Yang paling banyak terkena robekan pada trauma adalah alatalat parenkim, mesenterium, dan ligamenta; sedangkan alat-alat traktus digestivus
padatrauma tumpul biasanya terhindar. Diagnostik perdarahan pada trauma tumpul lebih sulit
dibandingkan dengan trauma tajam, lebih-lebih pada taraf permulaan. Penting
sekali untukmenentukan secepatnya, apakah ada perdarahan dan tindakan segera
harus dilakukanuntuk menghentikan perdarahan tersebut. Sebagai contoh adalah
trauma tumpul yang menimbulkan perdarahan dari limpa. Dalam taraf pertama darah akan
berkumpul dalam sakus lienalis, sehingga tanda-tanda umumperangsangan peritoneal
belum ada sama sekali.(21,25)
59
BAB VI
KESIMPULAN
1. Abdomen secara otomatis terbagi dalam dua bagian yaitu abdomen luar dan
abdomen dalam. Abdomen luar terdiri dari abdomen depan, pinggang, dan
punggung sedangkan abdomen dalam terdiri dari 3 regio yaitu rongga
peritoneal, rongga retroperitoneal dan rongga pelvis yang di dalamnya terdapat
organ-organ vital seperti organ pencernaan dan reproduksi.
2. Trauma tajam abdomen adalah suatu trauma yang biasanya berhubungan
dengan tusukan luka, luka karena peluru, maupun ledakan. Setiap trauma tajam
yang memasuki rongga peritoneum atau retroperitoneum menimbulkan
kerusakan pada isi perut. Secara umum, luka karena cedera perut mulai dari
ruang intercostal lima sampai ke perineum.
3. Trauma tajam abdomen terbagi atas dua, yaitu :
- Luka tusuk, seperti menggunakan pisau, pena, gantungan baju, botol rusak.
Organ yang dapat terkena antara lain hati, usus kecil, dan limpa
- Luka tembak, organ yang terkena biasanya usus kecil, usus besar dan dapat
menyebabkan perforasi usus.
4. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara optimal. Evaluasi awal
sangat bermanfaat tetapi kadang cukup sulit karena adanya jejas yang tidak
jelas pada area lain yang terkait.
5. Penilaian awal pada abdomen, prioritas maupun metode yang digunakan sangat
ditentukan oleh mekanisme trauma, berat, dan lokasi trauma maupun status
hemodinamik penderita.
6. Penanganan awal pada trauma tajam abdomen yang dikenal sebagai initial
assessment terdiri dari beberapa tahap yaitu :
a. Persiapan
b. Triase
c. Primary survey (ABCD)
d. Resusitasi
e. Secondary survey (head to toe and history taking)
60
61
BAB VII
AYAT AL-QURAN
( )
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
62