PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tuba Eustachius merupakan saluran yang menghubungkan cavum tympani
dan nasofaring. Tuba ini memiliki 3 fungsi utama yakni untuk ventilasi, drainase
sekret dari telinga tengah, dan melindungi telinga tengah dari penyakit. Gangguan
daripada tuba ini dalam jangka pendek dapat menyebabkan tinnitus, rasa penuh di
telinga, gangguan pendengaran dan nyeri. Gangguan tuba ini dalam jangka
panjang dapat menyebabkan kerusakan pada telinga tengah ataupun membran
timpani.1,2
Belum ada data yang jelas mengenai jumlah kasus pasien dengan oklusi
tuba eustachius, tetapi telah diteliti berbagai penyakit pada telinga dan hidung
dengan hubungannya dengan kasus oklusi tuba eustachius. Leo et al melaporkan
adanya oklusi tuba sebesar 69,1% pada anak-anak dengan sinusitis. Oklusi pada
tuba eustachius juga merupakan faktor resiko utama daripada kasus Otitis Media,
terutama pada anak-anak karena tuba eustachius pada anak-anak yang lebih
pendek, lebar dan mendatar dibandingkan orang dewasa.2,3
Banyak sekali penyebab oklusi pada tuba eustachius ini, diantaranya
adalah infeksi ataupun inflamasi pada tuba seperti pada pasien ISPA,
rhinosinusitis, dan rhinitis alergi. Suatu kompresi pada tuba eustachius seperti
pada kasus tumor seperti KNF, perandangan atau pembesaran kelenjar adenoid
dan juga akibat trauma juga dapat menyebabkan terjadinya suatu oklusi pada tuba
eustachius. Oklusi daripada tuba eustachius itu sendiri dapat menyebabkan
terjadinya tekanan negatif di tuba eustachius, hal ini dapat menyebabkan
terjadinya retraksi daripada membran timpani. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya rasa penuh di telinga, tinnitus, dan gangguan pendengaran. Untuk
mengobati suatu oklusi daripada tuba eustachius ini sendiri perlu diketahui
penyebab terjadinya oklusi dan mengobati penyebab itu sendiri.1,2
Dengan banyaknya efek samping yang dapat diakibatkan oleh oklusi tuba
dan penyebab daripada oklusi tuba itu sendiri maka perlu dibuat suatu
pembahasan yang lebih lanjut mengenai oklusi tuba itu sendiri khususnya di
bidang diagnostic, tatalaksana dan komplikasi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil
rumusan masalah bagaimana diagnosis, tatalaksana, dan komplikasi
daripada oklusi tuba.
1.3. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Mengetahui lebih lanjut mengenai kasus oklusi tuba
b. Tujuan khusus
1. Mengetahui cara mendiagnosis dan tata laksana daripada oklusi
tuba.
2. Mengetahui komplikasi-komplikasi akibat oklusi tuba
1.4. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Untuk menambah pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai
Oklusi tuba.
2. Untuk memberikan informasi tambahan bagi pembaca sebagai bahan
acuan untuk penulisan sejenis serta berkelanjutan
Daftar Pustaka
Djaafar ZA; Helmi; Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. Dalam:
Soepardi EA (ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Edisi
keenam. Jakarta : FK UI, 2010. h. 64-77.
Leo G et al. Sinusitis and Eustachian tube dysfunction in children. Pediatr
Allergy Immunol. 2007 Nov;18 Suppl 18:35-9.
3.2. Saran
Mengingat pentingnya diagnosis dini dan terapi yang adekuat pada pasien dengan
obstruksi tuba, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Diharapkan agar semua tenaga medis dapat mendiagnosis dan
menatalaksana obstruksi tuba sesuai dengan kompetensinya
2. Diharapkan agar kita dapat mendiagnosis dini berbagai penyakit akibat
obstruksi tuba agar tidak terjadi komplikasi yang parah.