Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Larutan Penyangga
Suatu larutan yang dapat menahan pH yang besar ketika ion-ion hidrogen atau
hidroksida ditambahkan, atau ketika larutan itu diencerkan, disebut larutan penyangga (R.A
Underwood, 2002).

Biasanya, larutan buffer mengandung asam lemah beserta basa lemah konjugatnya
dalma konsentrasi yang hamper sama. Larutan buffer berperan besar dalam mengontrol
kelarutan ion-ion dalam larutan sekaligus mempertahankan pH dalam proses biokimia dan
fisiologis (David W, 2001)
II.1.2 Derajat Keasaman (pH)
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion
hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah
skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional (Wikipedia, 2014).
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Sren Peder Lauritz
Srensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada "pH".
Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk powerp (pangkat),
yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula
yang merujuk pada katapotential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada
tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negatif"
(Wikipedia, 2014).
II.1.3 Kapasitas Penyangga
mmol OH- tambahan ke

mmol OH- tambahan ke

10 mmol HOAc

pH

20 mmol HOAc

pH

2,87

2,72

3,79

0,92

3,46

0,74

4,14

0,35

3,79

0,33

4,37

0,23

3,99

0,20

4,56

0,19

4,65

4,74

0,18

4,74

0,09

II-1

Bab II Tinjauan Pustaka


II - 2

4,92

0,18

4,83

0,09

5,11

0,19

4,92

0,09

5,34

0,23

5,69

5,69

0,35

6,02

0,33

10

8,87

3,18

10

9,02

3,00

Tabel II.1 Perubahan pH selama titrasi Asam Asetat


Kapasitas suatu penyangga merupakan ukuran keefektifan dalam menahan perubahan
pH pada penambahan asam atau basa. Semakin besar konsentrasi asan dan basa konjugatnya,
semakin besar kapasitas penyangga. Terlihat jelas dari table II.1 bahwa basa dua kali lebih
banyak untuk meningkatkan pH larutan yang lebih pekat dari 3,79 hingga 4,74 daripada yang
diperlukan untuk larutan yang lebih encer, kapasitas penyangga dapat didefinisikan secara
kuantitatif dengan jumlah mol basa kuat dibutuhkan untuk mengubah pH 1 liter larutan
sebesar 1 pH satuan. Pengertian istilah rentang suatu penyangga memang tidak tepat, tetapi
jelas dari table II.1 bahwa sedikit aksi penyanggaan kita peroleh jika rasio asam-garam lebih
besar daripada 9:1 atau kurang daripada 1:9. (R.A Underwood, 2002).
II.1.4 Larutan Penyangga Asam dan Basa
Komponen larutan buffer dibagi menjadi dua yaitu larutan buffer asam lemah dengan
basa

kuat atau larutan buffer basa lemah dengan asam kuat. Larutan penyangga asam

mengandung suatu asam (HA) dan basa konjugasinya (ion A-). Larutan seperti ini dapat
dibuat dengan berbagai cara yaitu:
a. Mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam LA menghasilkan ion A- yang
merupakan basa konjugasi dari asam (HA) dan basa konjugasinya (ion A).
Contoh:

Larutan

CH3COOH

larutan

NaHCO3 (komponen

penyangga

CH3COOH dan CH3COO-).

Larutan H2CO3 + larutan NaHCO3 (komponen penyangga H2CO3 dan


HCO3-).

b. Mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemah
dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dan asam lemah yang bersangkutan (Chyntia, 2012).

Laboratorium Kimia Analit


Program Study D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


II - 3

II.1.5 Cara Kerja Larutan Penyangga


Seperti yang telah diketahui dalam menghitung pH larutan, penambahan sedikit asam
kuat akan mengubah pH larutan (kecuali larutan penyangga) secara drastis. Tetapi, ada suatu
kondisi dimana pH harus dijaga supaya tetap konstan ketika asam atau basa ditambahkan ke
dalam larutan. Larutan penyangga menjawab tantangan tersebut. Para ahli kimia sering
menggunakan larutan buffer untuk mengatur pH sebuah reaksi. (Dwi Winarto, 2013)
Secara singkat, cara kerja larutan penyangga adalah ketika ion hidrogen ditambahkan
pada larutan penyangga, ion tersebut akan ternetralisasi oleh basa di dalam larutan penyangga.
Ion hidroksida juga akan ternetralisasi oleh asam. Reaksi netralisasi tersebut tidak akan
memberikan pengaruh yang banyak terhadap pH larutan penyangga. (Dwi Winarto, 2013).
Ketika menentukan asam untuk larutan penyangga, cobalah untuk memilih asam yang
mempunyai nilai tetapan kesetimbangan asam (pKa) yang dekat dengan pH yang diinginkan.
Hal ini akan memberikan larutan penyangga yang ekivalen terhadap asam dan basa konjugat
untuk menetralisasi sebanyak mungkin H+ dan OH-. (Dwi Winarto, 2013)
Larutan penyangga basa mengandung suatu basa lemah (B) dan asam konjugasinya
(BH+). Larutan penyangga basa dapat dibuat dengan cara yang serupa dengan pembuatan
larutan penyangga asam, yaitu :
a. Mencampurkan suatu basa lemah dengan garamnya. Contoh : Larutan NH3 +
larutan NH4Cl (komponen penyangganya NH3 dan NH4+).
b. Mencampurkan basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya
dicampurkan berlebihan
1) Penambahan asam
Jika kedalam larutan penyangga ditambahkan sedikit asam, asam tersebut akan
bereaksi dengan zat yang bersifat basa. Begitu juga sebaliknya, iika ditambahkan
sedikit basa, basa tersebut akan bereaksi dengan zat yang bersifat asam. Perhatikan
larutan penyangga yang terbentuk dari campuran asam lemah CH3COOH dan basa
konjugasinya CH3COO-. Jika ke dalam campuran tersebut ditambahkan sedikit asam
HCl, akan terjadi reaksi berikut :
CH3COO-(aq) + HCl(aq) CH3COOH(aq) + Cl-(aq)
Berdasarkan reaksi ini berarti jumlah basa konjugasinya (ion CH3COO-) akan berkurang
dan asam lemah CH3COOH akan bertambah.Penambahan asam kedalam larutan
penyangga akan menurunkan konsentrasi basa konjugasi dan meningkatkan konsentrasi

Laboratorium Kimia Analit


Program Study D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


II - 4

asam. Perubahan ini tidak dapat menyebabkan perubahan pH yang besar (Evi Rohimah,
2012).

2) Penambahan Basa
Jika kedalam campuran tersebut ditambahkan sedikit basa NaOH, akan terjadi reaksi
berikut :
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COO-(aq) + Na+ (aq) + H2O(l)
Berdasarkan reaksi tersebut, berarti jumlah asam lemah CH3COOH akan berkurang dan
basa konjugasinya akan bertambah.Perubahan ini tidak menyebabkan perubahan pH
yang besar. (Evi Rohimah, 2012).

Gambar II.1 Cara kerja larutan penyangga


II.1.6 PERHITUNGAN pH LARUTAN PENYANGGA
Larutan penyangga asam
Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu l
arutan dengan rumus berikut:
[H+] = Ka x a/valxg
atau
pH = p Ka - log a/g
dengan, Ka = tetapan ionisasi asam lemah
a = jumlah mol asam lemah
g = jumlah mol basa konjugasi
Larutan penyangga basa
Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu
larutan dengan rumus berikut:
[OH-] = Kb x b/valxg
atau
pOH = p Kb - log b/g
pH = 14 pOH
Laboratorium Kimia Analit
Program Study D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


II - 5

dengan, Kb = tetapan ionisasi basa lemah


b = konsentrasi basa lemah
g = konsentrasi asam konjugasi
II.1.7 Fungsi Larutan Penyangga
II.1.7.1 Dalam Bidang Farmasi
Buffer pada bidang farmasi banyak digunakan untuk menetralkan darah atau biasanya
pada kasus keracunan. Contohnya pada keracunan asam jengkolat. Asam jengkolat yang
terbentuk saat kita terlalu banyak mengonsumsi jengkol ini harus di kurangi karena akan
membentuk kristal kristal yang menyumbat saluran kecing. Caranya ? dengan memasukan
larutan bisa Natrium karbonat(biasanya) yang sifatnya basa yang nantinya akan membentuk
garam ketika bereaksi dengan asam dan kemudian akan keluar melalui urin (karena garam
sifatnya adalah mudah larut dalam air).
Dalam bidang farmasi (obat-obatan) banyak zat aktif yang harus berada dalam
keadaan pH stabil. Perubahan pH akan menyebabkan khasiat zat aktif tersebut berkurang atau
hilang sama sekali. Untuk obat suntik atau obat tetes mata, pH obat-obatan tersebut harus
disesuaikan dengan pH cairan tubuh. pH untuk obat tetes mata harus disesuaikan dengan pH
air mata agar tidak menimbulkan iritasi yang mengakibatkan rasa perih pada mata. Begitu
juga obat suntik harus disesuaikan dengan pH darah agar tidak menimbulkan alkalosis atau
asidosis pada darah. (Vela, 2012).
Perubahan pH pada larutan obat dapat merusak komposisi, fungsi, dan efektivitas
obattersebut. Oleh karena itu, obat-obatan dalam bentuk larutan sering kali bertindak sebagai
sistem penyangga bagi obat itu sendiri untuk mempertahankan kadar larutan obat tetap berada
dalam trayek pH tertentu. (Vela, 2012).
Larutan Penyangga pada Obat-Obatan : asam asetilsalisilat merupakan komponen
utama dari tablet aspirin, merupakan obat penghilang rasa nyeri. Adanya asam pada aspirin
dapat menyebabkan perubahan pH pada perut. Perubahan pH ini mengakibakan pembentukan
hormon, untuk merangsang penggumpalan darah, terhambat; sehingga pendarahan tidak dapat
dihindarkan. Oleh karena itu, pada aspirin ditambahkan MgO yang dapat mentransfer
kelebihan asam. (Vela, 2012).

Laboratorium Kimia Analit


Program Study D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


II - 6

II.1.7.2 Larutan Penyangga pada darah


a. Penyangga hemoglobin
Oksigen merupakan zat utama yang diperlukan oleh sel tubuh yang didapatkan melalui
pernapasan. Oksigen diikat oleh hemoglobin di dalam darah, di mana O2 sangat sensitif
terhadap pH. Reaksi kesetimbangan yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut.
HHb+ + O2 H+ + HbO2
Keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi ion H +, sehingga pH
darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di atas O2 bersifat basa. Hemoglobin yang telah
melepaskan O2 dapat mengikat H + dan membentuk asam hemoglobin. Sehingga ion H + yang
dilepaskan pada peruraian H2CO3 merupakan asam yang diproduksi oleh CO2 yang terlarut
dalam air saat metabolisme. (Ilham, 2012).
Produk buangan dari tubuh adalah CO2- yang di dalam tubuh bisa membentuk senyawa
H2CO3 yang nantinya akan terurai menjadi H+ dan HCO3-. Penambahan H+ dalam tubuh akan
mempengaruhi

pH,

tetapi

hemoglobin

yang

telah melepaskan

O2 dapat

mengikat

H+ membentuk asam hemoglobin (HHb+). (Ilham, 2012).


b. Penyangga karbonat
Penyangga

karbonat

juga

berperan

dalam

mengontrol

pH

darah.

Reaksi

kesetimbangannya adalah:
H+(aq) + HCO3-(aq) H2CO3(aq) H2O(aq) + CO2(aq)
Perbandingan

molaritas

HCO3-

terhadap

H2CO3

yang

diperlukan

untuk

mempertahankan pH darah 7,4 adalah 20:1. Jumlah HCO3 - yang relatif jauh lebih banyak itu
dapat dimengerti karena hasil-hasil metabolisme yang diterima darah lebih banyak bersifat
asam. Kondisi asidosis, yaitu penurunan pH darah yang disebabkan oleh metabolisme yang
tinggi sehingga meningkatkan produksi ion bikarbonat. Kondisi asidosis ini dapat
mengakibatkan penyakit jantung, ginjal, diabetes miletus (penyakit gula) dan diare. Orang
yang mendaki gunung tanpa oksigen tambahan dapat menderita alkalosis, yaitu peningkatan
pH darah. Kadar oksigen yang sedikit di gunung dapat membuat para pendaki bernafas lebih
cepat, sehingga gas karbondioksida yang dilepas terlalu banyak, padahal CO 2 dapat larut
dalam air menghasilkan H 2 CO 3 . Hal ini mengakibatkan pH darah akan naik. Kondisi
alkalosis dapat mengakibatkan hiperventilasi (bernafas terlalu berlebihan, kadang-kadang
karena cemas dan histeris). (Ilham, 2012).

Laboratorium Kimia Analit


Program Study D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


II - 7

c. Penyangga fosfat
Penyangga fosfat merupakan penyangga yang berada di dalam sel. Penyangga ini
adalah campuran dari asam lemah H2PO4- dan basa konjugasinya, yaitu HPO42-. Jika dari
proses metabolisme sel dihasilkan banyak zat yang bersifat asam, maka akan segera bereaksi
dengan ion HPO42HPO42-(aq) + H+(aq) H2PO4-(aq)
Dan jika proses metabolisme sel menghasilkan senyawa yang bersifat basa, maka ion
OH- akan bereaksi dengan H2PO4-.
H2PO4-(aq) + OH-(aq) HPO42-(aq) + H2O(l)
Sehingga perbandingan [H2PO4- ] / [HPO42-] selalu tetap dan akibatnya pH larutan
tetap.Penyangga ini juga ada di luar sel, tetapi jumlahnya sedikit. Selain itu, penyangga fosfat
juga berperan sebagai penyangga urin. Apabila mekanisme pengaturan pH dalam tubuh gagal,
seperti dapat terjadi selama sakit, sehingga pH darah turun di bawah 7,0 atau naik ke atas 7,8,
dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ tubuh atau bahkan kematian. Faktorfaktor yang dapat menyebabkan keadaan asidosis (penurunan pH) adalah penyakit jantung,
penyakit ginjal, diabetes mellitus (penyakit gula),diare yang terus menerus, atau makanan
berkadar protein tinggi dalam jangka waktu lama. Keadaan asidosis sementara dapat terjadi
karena olahraga intensif yang dilakukan terlalu lama. Alkalosis (peningkatan pH darah) dapat
terjadi sebagai akibat muntah yang hebat, hiperventilasi (bernapas terlalu berlebihan, kadangkadang karena cemas atau histeris atau berada di ketinggian). Suatu penelitian yang dilakukan
terhadap para pendaki gunung yang mencapai puncak Everest (8.848 m) tanpa oksigen
tambahan menunjukkan pH darah mereka berada di antara 7,77,8. Hiperventilasi diperlukan
untuk mengatasi tekanan oksigen yang amat rendah (kira-kira 43 mmHg) di tempat setinggi
itu. (Ilham, 2012).
II.1.7.3 Larutan Penyangga Pada Sistem pernapasan
Di sini dipakai buffer H2CO3/HCO3Misalnya konsentrasi H3O+ dalam darah naik,
berarti pH-nya turun.
H3O+ + HCO3 H2CO3 + H2O
Bila pH turun maka pusat pernapasan kita akan dirangsang, akibatnya kita bernapas
lebih dalam sehingga kelebihan CO2 akan dikeluarkan melalui paru-paru. Sedangkan bila
konsentrasi OH naik
H2CO3 + OH HCO3 + H2O

Laboratorium Kimia Analit


Program Study D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


II - 8

Karena kemampuan mengeluarkan CO2 ini, maka bufer H2CO3 dan HCO3 paling baik
untuk tubuh. (Ilham, 2012).
II.1.7.4 Larutan Penyangga pada Ginjal
Ginjal kita juga menolong untuk mengatur konsentrasi H3O+ dalam darah agar tetap konstan,
dengan jalan mengeluarkan kelebihan asam melalui urine, sehingga pH urine dapat berada
sekitar 4,8 7,0. (Ilham, 2012).
II.1.7.5 Larutan Penyangga Pada Air Ludah
Gigi dapat larut jika dimasukkan pada larutan asam yang kuat. Email gigi yang rusak
dapat menyebabkan kuman masuk ke dalam gigi. Air ludah dapat mempertahankan pH pada
mulut sekitar 6,8. Air liur mengandung larutan penyangga fosfat yang dapat menetralisir asam
yang terbentuk dari fermentasi sisa-sisa makanan. (Ilham, 2012).
II.1.7.6 Larutan Penyangga pada Laboratorium
Reaksi-reaksi kimia di laboratorium dan di bidang industri juga banyak menggunakan
larutan penyangga. Reaksi kimia tertentu ada yang harus berlangsung pada suasana asam atau
suasana basa (Ilham, 2012).
II.1.7.7 Larutan Penyangga Pada Bidang Industri
Buah-buahan dalam kaleng perlu dibubuhi asam sitrat dan natrium sitrat untuk
menjaga pH agar buah tidak mudah dirusak oleh bakteri. Pada Sampho Bayi Rambut tersusun
dari protein keratin. Ikatan kimia pada protein rambut, antara lain ikatan hidrogen dan ikatan
disulfida. Ikatan tersebut stabil pada PH 4,6 6,0. PH sampo yang terlalu tinggi atau rendah
akan memutuskan ikatan pada protein rambut. Akibatnya, rambut dapat rusak. sampo dengan
PH seimbang mengandung larutan penyangga supaya PH sampo sama dengan PH rambut.
Bayi memiliki rambut yang lebih halus, daripada rambut orang dewasa. Selain itu, kelenjar
minyak dan keringat pada kulit kepala bayi belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu,
sampo bayi harus mengandung sedikit bahan aktif dan memiliki PH seimbang. Alasan lain
untuk memilih sampo bayi dengan PH seimbang ialah sampo tidak pedih jika terkena mata.
(Ilham, 2012).
II.1.7.8 Larutan penyangga untuk menjaga keseimbangan pH tanaman
Suatu metode penanaman dengan media selain tanah, biasanya dikerjakan dalam
kamar kaca

dengan

menggunakan

mendium

air

yang

berisi

zat

hara,

disebut

dengan hidroponik . Setiap tanaman memiliki pH tertentu agar dapat tumbuh dengan baik.
Oleh karena itu dibutuhkan larutan penyangga agar pH dapat dijaga. (Siti, 2012).

Laboratorium Kimia Analit


Program Study D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


II - 9

II.1.7.9 Larutan penyangga dalam air laut


Air laut juga memiliki sifat penyangga yang berasal dari garam-garam dan udara yang
terlarut dalam air laut. Di dalam air laut terkandung garam-garam natrium, kalium,
magnesium, dan kalsium dengan anion-anion seperti klorida, sulfat, karbonat, dan fosfat. Sifat
penyangga air laut dapat berasal dari NaHCO3 dan gas CO2 dari udara yang terlarut. Di dalam
air laut, gas CO2 terlarut dan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat. Persamaan
reaksinya sebagai berikut. (Agus S, 2007).
H2O(l) + CO2(g) H2CO3(aq)
Oleh karena asam karbonat adalah asam lemah dan dalam air laut terkandung garam
natrium hidrogen karbonat maka kedua senyawa itu akan membentuk larutan penyangga,
melalui reaksi kesetimbangan:
H2CO3(aq) HCO3(aq) + H+(aq)
Konsentrasi H2CO3 berasal dari gas CO2 terlarut dan konsentrasi HCO3berasal dari
garam yang terkandung dalam air laut. Jika air hujan yang umumnya besifat asam tercurah ke
laut atau air dari sungai-sungai mengalir ke laut dengan berbagai sifat asam dan basa maka
sifat asam dan basa itu tidak akan mengubah pH air laut. Dengan kata lain, pH air laut relatif
tetap. Jika Anda ingin memiliki larutan yang mempunyai nilai pH mulai dari 1 sampai 14 dan
tahan lama di laboratorium, Anda dapat membuat larutan-larutan tersebut dari larutan
penyangga. Nilai pH larutan penyangga tidak berubah walaupun disimpan dalam kurun waktu
yang lama. (Agus S, 2007).

Laboratorium Kimia Analit


Program Study D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


II - 10

II.2 Aplikasi Industri


IDENTIFIKASI OZON DAN APLIKASINYA SEBAGAI DESINFEKTAN
Isyuniarto, Widdi Usada, Suryadi, Agus Purwadi, mintolo, Tri Rusmanto

II.2.1 Pendahuluan
Dalam kehidupan di bumi ozon berguna untuk melindungi makhluk hidup radiasi dari
radiasi ultra violetyang dipancarkan sinar matahari dimana radiasi ultra violet tersebut
mempunyai energi yang sangat tinggi.
Ozon merupakan gas triatomik, sebuah allotropi oksigen yng dapat terbentuk akibat
rekombinasi diantara diantara atom-atom oksigen. Secara alami ozon terbentuk pada lapisan
stratosfir pada ketinggian lebih-kurang 35km diatas permukaan bumi.
Mengingat manfaat ozon yang begitu banyak dan besar bagi umat manusia, maka
penelitian ozon dan aplikasinya perlu dikembangkan seperti yang saat ini sedang dirintis dan
dilakukan dipusat penelitian dan pengembangan teknologi maju (P3TM) BATAN
Yogyakarta.

II.2.2 Tata Kerja


Bahan

: bahan-bahan yang diperlukan adalah : Iodida, KI, NH2HPO4 dan KH2PO4, gas
oksigen dan aquades

Alat

: tabun lucutan terhalang dielektrik (LTD), sumber tegangan tinggi DC,


flowmeter, spektrofotometer, neraca analitik dan alat-alat gelas

Cara Kerja

Pembuatan larutan induk iodida. Dengan memcampurkan KI + I2 yang dilarutkan


dalam aquades.

Pembuatan larutan penyangga (buffer). NH2HPO4 + KH2PO4 + KI dilarutkan dalam


aquades

Menentukan panjang gelombang maksimum larutan I2

Penentuan waktu kestabilan larutan iodida

Pembuatan kurva standar larutan iodida

Pembuatan ozon dari oksigen maupun udara pada variasi kecepatan aliran umpan.

Proses pembuatan ozon dari oksigen dan udara pada berbagai variasi waktu lucutan.

Ozonisasi sampel air yang tercemar bakteri E.Colli

Laboratorium Kimia Analit


Program Study D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


II - 11

II.2.3 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dimuka, maka dapat
disimpulkanbahwa ozon mempunyai panjang gelombang maksimum 352 nm, waktu
kestabilan 20-25 menit. Bila menggunakan umpan masukkan gas O2 dapat menghasilkan O3
lebih banyak. Ozon juga dapat dimanfaatkan untuk membunuh bakteri E.Colli, dan hasilnya
sangat efektif untuk membunuh bakteri tersebut.

Laboratorium Kimia Analit


Program Study D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Anda mungkin juga menyukai

  • BiodieselAB III
    BiodieselAB III
    Dokumen3 halaman
    BiodieselAB III
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • 5 TTL
    5 TTL
    Dokumen10 halaman
    5 TTL
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • BAB III A Distilasi
    BAB III A Distilasi
    Dokumen8 halaman
    BAB III A Distilasi
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Bab2 Modul Oligo
    Bab2 Modul Oligo
    Dokumen6 halaman
    Bab2 Modul Oligo
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Biodiesel Bab 1
    Biodiesel Bab 1
    Dokumen1 halaman
    Biodiesel Bab 1
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen34 halaman
    Bab Ii
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen9 halaman
    Bab 3
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • BAB I Praktikum Absorbsi
    BAB I Praktikum Absorbsi
    Dokumen1 halaman
    BAB I Praktikum Absorbsi
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Evaporasi
    Evaporasi
    Dokumen9 halaman
    Evaporasi
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Bab2 Inovasi Teknologi Makanan
    Bab2 Inovasi Teknologi Makanan
    Dokumen5 halaman
    Bab2 Inovasi Teknologi Makanan
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Format Lapres Bab 2 Tinjauan Pustaka
    Format Lapres Bab 2 Tinjauan Pustaka
    Dokumen8 halaman
    Format Lapres Bab 2 Tinjauan Pustaka
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • BAB 4 Arus Densitas
    BAB 4 Arus Densitas
    Dokumen4 halaman
    BAB 4 Arus Densitas
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen5 halaman
    Bab Ii
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen5 halaman
    Bab Ii
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Rancang Pabrik
    Rancang Pabrik
    Dokumen2 halaman
    Rancang Pabrik
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 Hasbil
    BAB 2 Hasbil
    Dokumen11 halaman
    BAB 2 Hasbil
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii Ka
    Bab Iii Ka
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii Ka
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • JADI
    JADI
    Dokumen4 halaman
    JADI
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Perhitungan Shell and Tube Exchanger
    Perhitungan Shell and Tube Exchanger
    Dokumen10 halaman
    Perhitungan Shell and Tube Exchanger
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • BAB III1 Asam Benzoat
    BAB III1 Asam Benzoat
    Dokumen4 halaman
    BAB III1 Asam Benzoat
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Terjemahan Bab 7 Kern
    Terjemahan Bab 7 Kern
    Dokumen27 halaman
    Terjemahan Bab 7 Kern
    Arij Al Asfari
    100% (3)
  • Mbti
    Mbti
    Dokumen13 halaman
    Mbti
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Bab 5 Kesimpulan
    Bab 5 Kesimpulan
    Dokumen1 halaman
    Bab 5 Kesimpulan
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen5 halaman
    Bab Ii
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat
  • Alumunium Klorida
    Alumunium Klorida
    Dokumen2 halaman
    Alumunium Klorida
    Yuliana Ja'far
    Belum ada peringkat
  • Bab 5 Kesimpulan
    Bab 5 Kesimpulan
    Dokumen1 halaman
    Bab 5 Kesimpulan
    Arij Al Asfari
    Belum ada peringkat