LANDASAN TEORI
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Oligodinamik
Logam berat juga memiliki daya oligodinamik yaitu memiliki daya bunuh pada
konsentrasi rendah (Suriawiria, 2008).
Kemampuan logam berat dalam jumlah sedikit, terutama perak dan tembaga, untuk
menunjukkan aktivitas antimikroba karena adanya efek oligodinamik Logam berat
menunjukkan efek antimikrobial dengan mengkoagulasi protein dan bereaksi dengan gugus
SH (sebagai enzim) dan meng- inaktivasinya. Mekanisme kerja dari logam berat dalam
aktivitas antimikroba karena adanya efek oligodinamik. Logam berat menunjukkan efek
antimikrobial dengan mengkoagulasi protein dan bereaksi dengan gugus SH (sebagai enzim)
dan menginaktivasinya (Irnawati, 2010).
Sejak zaman purbakala sudah diketahui bahwa air yang disimpan dalam bejana yang
dibuat dari perak tidak cepat rusak. Kerja germisid dari logam ini dalam kadar rendah sekali
disebut kerja oligodinamis (Yunani, oligo=sedikit). Walaupun tidak larut dalam air, ion Ag+
dapat membunuh dengan cepat semua kuman yang berada didalam bejana tersebut.Berkat
khasiat germisid ini, dahulu dalam pengobatan terutama digunakan garam-garam air raksa dan
perak sebagai antiseptika, tetapi berhubung sifat merangsangnya dan toksisitasnya, kini
terdesak oleh antiseptik modern.Khasiatnya berdasarkan pembentukan kompleks dengan
protein yang mengendap dan perintangan enzim dengan gugusan sel-sel manusia. Daya
kerjanya dihambat oleh zat-zat organis (Tjay,1964).
Sampai saat ini belum ada antiseptik yang ideal, tidak jarang bersifat toksik bagi
jaringan, menghambat penyembuhan luka, dan menimbulkan sensivitas. Selain itu, sering kali
antiseptik juga sukar melakukan difusi ke dalam kulit karena diendapkan oleh protein
misalnya iodin, garam merkuri, dan perak. Khasiatnya sering kali berkurang oleh adanya
cairan tubuh seperti darah atau pus misalnya pada povidon-iodin, natrium hipoklorit,
klorheksidin, fenol, heksaklorofen, serta kalium permanganat. Karena bersifat toksik bagi sel,
beberapa antiseptik tidak tepat digunakan pada luka terbuka misalnya alkohol, iodin, dan
quats (centrimide). Oleh karena itu, antiseptik sering digunakan hanya untuk kulit yang utuh,
misalnya desinfeksi prabedah dari kulit (povidon-iodin), klorheksidin, dan alkohol dan sebagai
prevensi terhadap furunkel (Darmadi, 2008).
II-1
II-3
Tabel. II. 1 Tabel perbedaan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
Bakteri Gram Positif
Bakteri yang mempertahankan zat
warna metil ungu sewaktu proses
pewarnaan gram.
Memiliki dinding sel yang lebih
sederhana dengan jumlah
peptidoglikan yang relatif banyak
Kurag resisten terhadap antibiotik
II-4
II-5
II-6