TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Definisi
Menurut Geankoplis (1997), evaporasi adalah proses untuk memekatkan
suatu larutan dengan menguapkan zat pelarutnya. Sedangkan evaporator adalah
alat untuk menguapkan zat pelarut pada suatu larutan. Sedangkan menurut Warren
L. Mc Cabe (1999), evaporasi atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai
perpindahan kalor ke dalam zat cair mendidih.
SedangkanmenurutAbudaris (2011), Evaporator adalah suatu alat di mana
bahan pendingin menguap dari carir menjadi gas. Melalui perpindahan panas dari
ruangan di sekitarnya ke dalam sistem. Panas tersebut lalu dibawa ke kompresor
dan dikeluarkan lagi oleh kondensor. Evaporator sering juga disebut cooling coil,
boiler dan lain-lain, tergantung dari bentuknya.Karena keperluan dari evaporator
berbeda-beda, maka evaporator dibuat dalam bermacam-macam bentuk, ukuran
dan perencanaan. Evaporator juga dapat dibagi ke dalam beberapa golongan
dilihat dari konstruksinya, cara kerjanya, aliran bahan pendingin, macam
pengontrolan bahan pendingin dan pemakaiannya.
II.1.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Evaporasi
Sifat kimia dan fisika larutan yang akan dipekatkan mempunyai pengaruh
besar pada jenis evaporator yang digunakan, (Geankoplis,1997).
Berikut adalah sifat- sifat penting dari zat cair yang dievaporasikan yang
mempengaruhi proses evaporasi :
Konsentrasi larutan
Biasanya umpan cair yang akan dipekatkan pada evaporator
konsentrasinya encer, memiiki viskositas rendah, hampir sama dengan air
dan koefisien perpindahan panas relatif tinggi. Selama proses penguapan,
konsentrasi larutan dapat menjadi lebih pekat sehingga dapat
menyebabkan koefisien perpindahan panas menurun. Agar koefisien
perpindahan panas tidak menurun maka harus menaikkan sirkulasi produk
dan memperbesar turbulensi aliran udara.
Kelarutan
Saat larutan dipanaskan maka konsentrasi zat terlarut atau garam
meningkat, dan kristal akan terbentuk. Kelarutan membatasi konsentrasi
maksimum larutan yang dipekatkan.
Kesensitifan bahan terhadap suhu
Banyak produk, khususnya minuman dan bahan biologi lainnya, yang
mana sensitif terhadap suhu, akan rusak ketika dipanaskan pada suhu
tinggi.
Busa
Pada beberapa bahan yang kental seperti susu skim, selama proses
penguapan akan menimbulkan busa, yang akan menyebabkan sebagian
cairan terbawa dalam aliran uap.
II-1
II-2
Bab II Tinjauan Pustaka
Tekanan dan suhu
Titik didih larutan berhubungan dengan tekanan pada sistem. Semakin
besar tekanan operasi pada evaporator menyebabkan titik didih larutan
semakin tinggi.
Pembentukan endapan dan bahan konstruksi
Beberapa larutan membentuk endapan yang disebabkan karena
dekomposisi produk atau kelarutannya menurun, sehingga menyebabkan
penurunan koefisien perpindahan panas. Bahan konstruksi untuk
evaporator perlu diperhatikan unutuk meminimalkan korosi. Maka dari itu
harus sering dibersihkan.
(Geankoplis, 1997)
II-3
Bab II Tinjauan Pustaka
kelarutan. Ini akan menyebabkan penurunan koefisien perpindahan panas.
Sedangkan bahan konstruksi evaporator hendaknya dipilih yang tidak
mudah terkorosi dan tahan secara mekanik maupun panas.
g. Foaming
Pembusaan (foaming); beberapa bahan yang mengandung soda, lerutan
susu dan asam lemak dapat membentuk busa selama pendidihan. Hal ini
akan menghambat pembentukan dan pengeluaran uap sehingga terjadi
tumpah (entrainment).
(Geankoplis, 1997)
II.1.3 Tipe-tipe Evaporator
Beberapa tipe evaporator antara lain :
a. Batch Pan
Pada umumnya digunakan untuk evaporasi minyak bumi, tipe ini adalah
metode yang paling tua digunakan. Membutuhkan waktu evaporasi yang
cukup lama. Batch Pan bisa menggunakan model pemanas external
shellandtube heater. Luas perpindahan panas umumnya cukup sempit
tergantung pada volume vessel dan koefisien perpindahan panas umumnya
rendah dibawah kondisi konveksi alamiah. Biasanyadigunakan untuk
evaporasi kapasitas rendah.
b. Tubular Evaporator
Natural Circulation
Evaporasi dengan menggunakan natural circulation di tujukan untuk
penggunaan beberapa tube yang pendek pada bagian batch pan, atau
dengan menggunakan external shellandtube heater dibagian luar dari
vessel utama. Aplikasi yang paling umum pada tipe ini adalah
sebagai unit reboiler pada bagian bawah kolom distilasi.
Rising Film Tubular
Sistemnya menggunakan tube yang vertikal dengan steam yang di
kondensasi pada bagian luar permukaan. Larutan pada bagian tube di
didihkan, dengan uap yang di generasikan pada bagian dalam tube.
Pada perkembangannya tipe ini dijadikan sebagai perubahan besarbesaran pada evaporator terutama pada kualitas produk. Pada laju
alir yang lebih tinggi menghasilkan film larutan yang tipis dan
bergerak lebih cepat pada bagian tube. Ini menghasilkan koefisien
perpindahan panas yang lebih tinggi dan waktu tinggal produk lebih
cepat.
Falling film Evaporator
Pada umumnya tidak terlalu memiliki perbedaan suhu yang terlalu
besar, biasanya digunakan untuk pemisahan komponen yang sensitif
terhadap panas, membutuhkan pressure drop yang rendah diperlukan
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan
Massa Secara Simultan
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
II-4
Bab II Tinjauan Pustaka
perbedaan suhu sebagai driving force yang rendah juga. Dimana
sistemnya cairan masuk pada bagian atas tube dan mengalir ke
bawah pada dindingnya sebagai film yang tipis. Pemisahan larutan
dan uap umumnya terjadi di bagian bawah, sehingga ini adalah
alasan falling filmevaporator ini digunakan secara luas untuk
mengentalkan material yang sensitif.
Forced Circulation Evaporator
Dikembangkan untuk memproses cairan dimana cairan tersebut
mudah terjadi kerak atau mengkristal. Cairan disirkulasi dengan laju
yang cepat pada heat.
c. Plate Type Evaporator
Plate Evaporator dikembangkan sebagai alternatif dari sistem turbular.
Pada plate evaporator diperoleh permukaan perpindahan panas yang lebar
sehingga bisa di peroleh kapasitas yang tinggi, serta diperoleh waktu
tinggal yang rendah.
(Deslia dkk, 2011)
II.1.3 Metode Operasi Evaporator
Menurut Geankoplis (1997), untuk mencapai tingkat efisiensi dan steam
yang tinggi, maka dalam penggunaannya evaporator dioperasikan dalam berbagai
metoda operasi adalah sebagai berikut:
a. Single-effect evaporator.
b. Forward-feed multiple effect evaporator.
c. Backward-feed multiple effect evaporator.
d. Parallel feed multiple effect evaporator.
Sedangkanuntukmembantupencapaianefisiensidansteamekonomi
yang
tinggisepertidiatas,
biasanyadibantudenganpenambahanvakumpadabagiankeluarandestilatatauproduku
apterakhir.
II.1.4 MetodePerhitunganPerpindahan Massa danPanasSingle Effect
Evaporator
MenurutGeankoplis (1997), persamaan-persamaan ataupun rumus-rumus
untuk perhitungan kapasitas pada single effect evaporator diturunkan dari
persamaan dan rumus dasar perpindahan panas dan massa sebagai berikut :
........................................................(1)
Q = U. A. T
Dimana :
Q
: jumlah panas yang berpindah dalam evaporator (W ataubtu/h)
U
: koefisien perpindahan panas overall (W/m2 K ataubtu/h.ft3.oF)
A
: luas penampang perpindahan panas (m2atau ft2)
T
:beda suhu antara steam jenuh dan cairan yang mendidih dalam
evaporator (K atauoCatauoF)
Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas dan
Massa Secara Simultan
D3 Teknik Kimia FTI-ITS
Surabaya
II-5
Bab II Tinjauan Pustaka
Untuk menyelesaikan persamaan diatas, dibuat neraca massa dan panas
evaporator yang digambarkan seperti pada flow diagram berikut :
II-6
Bab II Tinjauan Pustaka
Rate of mass in = rate of mass out
................................(3)
II-7
Bab II Tinjauan Pustaka
5. Pada sistem aliran counter-current, laju alir gas keluar harus lebih kecil
daripada batas flooding.
6. Sistem distribusi larutan pada bagian permukaan larutan memungkinkan
untuk menghasilkan ketebalan film yang seragam.
Cairan masuk
Gas keluar
Gas masuk
umpan
Weir
(a)
42 mm
30 mm
II-8
Bab II Tinjauan Pustaka
2. Plugflow Distributor
Pada distributor jenis plugflow, aliran mengalir melalui lubang-lubang
kecil dan membentuk film di sepanjang tube.(Gambar II.4)
1 mm
II-9
Bab II Tinjauan Pustaka