Dr ISKANDAR JAPARDI
Fakultas Kedokteran
Bagian Bedah
Universitas Sumatera Utara
I.
PENDAHULUAN
II.
PATOGENESA
nasib emboli yang mengoklusi arteri serebri bisa permanen, migrasi atau
lisis, bila terjadi resirkulasi karena migrasi atau lisis setelah jaringan serebri
mengalami nekrosis, tekanan darah arterial yang normal akan memasuki
kapiler yang hipoksia akan menyebabkan diapedesis dari sel darah merah
melalui dinding kapiler yang hipoksia. Makin hebat resirkulasi dan makin
berat kerusakan dinding kapiler akan menyebabkan makin masifnya Infark
berdarah. Infark berdarah ini biasanya terletak diproksimal Infark.
Infark
berdarah
od
Dalam kasus yang jarang, Infark berdarah bisa terletak didistal dari Infark,
hal ini terjadi karena sirkulasi dari kolateral yang terbuka.
III.
diatrium
Pangkal permukaan katup^
Kalsifikasi annulus mitral*
Kalsifikasi pada dasar cuping
Aorta stenosis kalsifikasi
Tempat pangkal dan permukaan
Katup protesis*
katup
Kardiomiopati
Atrium atau ventrikel, terperangkap
pada trabekula cornea cordis
Miksoma atrial
Tumor pada septum sekundum
Atrial fibrilasi
Trombus di atrium kiri
Sindrom sick sinus
Trombus di atrium kiri
* keadaan ini mudah terjadi infeksi endokarditis
^ selain trombus, material kalsium dari katup degenaratif bisa lepas sebagai
emboli
A.
Kardiomiopati dilatasi
Pada kardiomiopati dilatasi terjadi ganguan kontraksi ventrikel secara
menyeluruh. Manifestasi penyakit ini menjadi gagal jantung progresif, dan
aritmia. Aritmia yang timbul biasanya sebagai ventrikel takhicardia dan 2030% menjadi atrial fibrilasi kronik.
Patogenesa terjadinya trombus dipercaya karena adanya aliranyg statis di
intrakavitas. Trombus yang terjadi cendrung kecil dan menyebar diseluruh
kapitas dengan predileksi di apeks, tempat statis aliran maksima. Deteksi
trombus dengan ekhokardiografi ditemukan antara 11-58% pada penderita
kardiomiopati dilatasi, tetapi deteksi trombus ini tidak berkolerasi dengan
emboli yang terjadi.
B.
Infark miokrdium
Komplikasi stroke kardioemboli pada Infark miokardim akut (IMA) mencapai
2,5% dari pasien dalam waktu 2-4 minggu. Hasil otopsi menunjukkan,
bahwa prevalensi trombus ventrikel kiri dengan emboli lebih tinggi dari yang
bermanifestasi klinik.
Faktor resiko terbentuknya trombus ventrikel kiri adalah segmen ventrikel
yang hipokinetik atau akinetik (yang menyebabkan statis aliran darahI dan
kerusakan dari permukaan endokardim (sebagai faktor trombogenik). Pada
pemeriksaan EEG pada 24 jam pertama setelah awitan dari IMA biasanya
tidakditemukantrombus ventrikel kiri. Pembentukan trombus mulai terjadi
pada hari 1- 7, dan berkembang sampai minggu ke-2. kurang lebih 1/3 dari
trombus akan menonjol ke dalam rongga ventrikel dan sisanya berbentuk
mural atau datar. Trombus yang bergerak (mobil) dan /atau menonjol ke
rongga ventrikel mempunyai resiko emboli lebih tinggi dibandingkan bentuk
nural.
C.
D.
Miksoma atrium
Tumor primer jantung, jinak, biasanya di atrium kiri, insidensi jarang,
biasanya mengenai dewasa muda dan pertengahan dan sangat jarang
menyebabkan stroke.
Gejala yang umum timbul sebagai sekunder dari
obstruksi aliran jantung, manifestasi emboli hanya 20-45%, dan emboli yang
ke arteri serebri sekitar 50% dari kasus. Material emboli terdiri dari 2 tipe,
platelet fibrin dan fragmen tumor.
E.
Defek septum
Kelainan atau defek pada septum mencakup paten foramen ovale, defek
atrio septal dan fistula pulmonal arteriovenosus, yang menyebabkan aliran
sistem vena langsung memasuki aliran arteri dengan membawa material
emboli, disebut sebagai emboli paradoksikal.
Pada otopsi didapatkan 30-35% menderita paten foramen ovale, sedangkan
pada pemeriksaan ekhocardiografi dengan kontras pada orang normal,
didapatkan 10-18%. Emboli paradoksikal sering diduga sebagai penyebab
stroke yang tidak jelas penyebabnya.
F.
G.
Katup Protesis
Katup protesis meningkatkan trombogenik, sehingga tromboemboli menjadi
komplikasi morbiditas dan mortalitas yang utama. Rata-rata embolip[enderita
dengan katup protesis mitral 3-4% pertahun, sedangkan pada katup aorta
protesis lebih rendah, yaitu 1,2-2,2% pertahun.
Komplikasi lain endokarditis katup protesis, yang mempunyai insidensi 2,4%
pertahun, menjadi sumber yang sangat potensial untuk terjadi emboli.
H.
Endokarditis bakterial
Insidensi endokarditis bakterial menurun sesuai dengan penurunan dari
penyakit jantung rematik,perkembangan antibiotik, dan tindakan operativ,
tetapi insidensi stroke karena endokarditis bakterial (15-20%) tidak menurun.
Keadaan ini dapat diterangkan bahwa mayoritas stroke timbul setelah 48 jam
terjadinya endokarditis bakterial, dan resiko serta berat emboli lebih tinggi
pada infeksi stabilacoccus aureus atau epidermidis dengan katup protesis.
Stroke dapat pula terjadi tanpa manifestasi endokarditis bakterial.
Komplikasi neurologis ke susunan saraf pusat bisa menajdi beberapa bentuk,
yaitu iskemia, hemorrhage, ensefalopati toksik, meningitis, arteritis, biogenik,
aneurisma mikotik, dan perdarahan subarakhnoid, tergantung dari bagian dan
ukuran dari emboliseptik. Prediktif resiko emboli dari deteksi vegetasi katup
dengan echocardiografi tidak sepenuhnya berkorelasi, untuk mengurangi
resiko stroke hanya dengan secepat mungkin menanggulangi infeksi dengan
pemberian antibiotik.
I.
ETN tipe non infeksi endokarditis, pada katup jantung yang normal,
vegetasinya biasanya kecil terdiri dari platelet dan deposit fibrin,
patogenesanya masih belum pasti, tetapi diperkirakan karena perubahan
permukaan katup, dan keaadaan hiperkoagulasi (DIC, tumor mucin,
procoagulan)
J.
K.
L.
M.
DAFTAR PUSTAKA
Asinger RW. Cardiogenic brain embolism. The second report of the cerebral
embolism task force. Arc. Neurol. 1989 (46): 727-43
Caplan RL. Stroke a clinical approach. 2nd ed. Boston: Butterworth, 1993: 349-60
Helgason CM. Cardioembolic stroke: topography and pathogenesis in
cerebrovascular and brain metabolism reviews. New York: Raven
Press, 1989: 28-58
Mohr JP. Classification of ischemic stroke, in Barnett. Stroke pathophysiology,
diagnosis and management. 2nd ed. New York: Churcill, 1992: 271-2
Streifler JY. Cardiogenic brain embolism: incidence, varieties treatment, in
Barnett. Stroke pathophysiology, diagnosis and management. 2nd ed.
New York: Churcill, 1992: 967-86
Toole JF. Cerebrovasculer disease. 3th ed. New York: Raven Press, 1984: 187-92
Whisnant et al, Special report from the National Institute of Neurogical disorders
and Stroke Classification of cerebrovascular disease III. stroke 1990
(21): 637-76
10