Nanoteknologi Dan Energi
Nanoteknologi Dan Energi
Oleh
Tiurma Debora Simatupang
1217011064
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
I. PENDAHULUAN
Pada dekade terakhir ini salah satu pendekatan yang sedang dikembangkan para ahli terkait
dengan pengembangan energi adalah nanoteknologi. Nanoteknologi memiliki wilayah dan
dampak aplikasi yang luas mulai dari bidang material, transportasi, ruang angkasa,
kedokteran, lingkungan, IT sampai energi. Istilah nanoteknologi pertama kali
dipopulerkan peneliti Jepang Norio Taniguchi pada tahun 1974 lalu. Nanoteknologi adalah
teknologi yang mampu mengerjakan dengan ketepatan lebih kecil dari satu mikrometer
(seperjuta meter). Pengertian yang terkandung dalam kata "nanoteknologi" yang
berkembang saat ini lebih dari sekadar miniaturisasi dalam skala nanometer (sepermiliar
meter), tetapi suatu istilah dari teknologi dengan aplikasi yang sangat luas melingkupi
hampir di seluruh kehidupan manusia.
Nanoteknologi merupakan ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material, struktur
fungsional, maupun piranti dalam sekala nanometer. Definisi lain mengatakan bahwa
nanoteknologi adalah pemahaman dan kontrol materi pada dimensi 1 sd 100 nm dimana
fenomena-fenomena unik yang timbul dapat digunakan untuk aplikasi-aplikasi baru.
Teknologi ini bahkan menjadi tren riset dunia, khususnya di negara-negara maju. Eropa
dan Amerika merupakan pelopor dalam investasi riset di bidang nanoteknologi, diikuti
Australia, Kanada dan negara-negara Asia, seperti Jepang, Korea, Taiwan, RRC dan
Singapura. Namun perlu diingat, suatu teknologi memiliki dampak, baik positif maupun
negatif. Dampak-dampak tersebut selain berpengaruh pada segala sesuatu yang ada
sebelum keberadaan teknologi itu, juga berpotensi untuk mengubah segala sesuatunya.
2.2 Analisis
Sebelum berbicara mengenai nanoteknologi lebih dalam lagi, terlebih dahulu kita perlu
mengetahui sejarah nya. Pertama kali konsep nanoteknologi diperkenalkan oleh Richard
Feynman pada sebuah pidato ilmiah yang diselenggarakan oleh American PhysicalSociety
di Caltech (California Institute of Technology), 29 Desember 1959 dengan judul Theres
Plenty of Room at the Bottom. Richard Feynman adalah seorang ahli Fisika dan pada
tahun 1965 memenangkan hadiah nobel dalam bidang fisika. Istilah Nanoteknologi
pertama kali diresmikan oleh Prof Norio Taniguchi dari Tokyo Science University tahun
1974 dalam makalahnya yang berjudul On Basic Concept of Nano-Technology, Proc.
Intl Conf. Prod. Eng. Tokyo, Part II, Japan Society of Precision Engineering, 1974. Pada
tahun 1980-an definisi Nanoteknologi dieksplorasi lebih jauh lagi oleh Dr. Eric Drexler
mallui buku yang berjudul Engines of Creation : The Coming Era of Nanotechnology.
Ilmuwan yang terkenal dalam konsep nanoteknologi adalah K.E. Drexler. Drexler
mengembangkan nanoteknologi molekular dengan meniru apa yang terjadi pada sel.
Hukum ini selanjutnya disebut Drexlerian Nanoteknologi dengan idenya yang disebut
assembler. Assembler ini bertindak seperti tangan robot pada pabrik skala makro, yang
menaruh atom/molekul pada tempat yang diinginkan.
dari material bentuk bulk kemudian dilakukan proses atau penggilingan hingga dihasilkan
partikel material tersebut dalam dimensi nanometer, sebagai contoh pembuatan partikel
batuan mineral menggunakan mesin Ball Mill. Sedangkan pembuatan nanopartikel secara
bottom-up ,diartikan bahwa partikel nano terbentk dari hasil penyusunan atom demi atom
atau molekul demi molekul sehingga terbentuk struktur berukuran nanometersebagaimana
yang dikehendaki, sebgaia contoh pembuatan partikel perak (Ag) yang dilakukan dengan
cara proses reduksi sehingga dihasilkan partikel koloid perak yang berukuran nanometer.
sama dengan intan dan dipergunakan untuk alat pemotong, bor, bahan mesin jet, bahan
tahan peluru.
5. Nanotubes
Mirip dengan serat mempunyai diameter beberapa nanometer, sangat kuat, bersifat
konduktor, dapat pejal atau beronggar. Carbon nanotube berdasarkan emisi elektron dapat
dipergunakan pula untuk layar monitor monokrom.
6. Nanokatalis
Katalis skala nano berbasis gel dapat dipergunakan untuk mencairkan batu bara yang
kemudian dijadikan minyak disel, bensin. Cara ini disukai karena dapat mengurangi kadar
belerang pada penggunaan batubara. Ukuran nano mempunyai permukaan yang sangat
luas. Sehingga sangat efektif, murah untuk dipakai sebagai katalis konverter pada mobil.
7. Nanofilter
Serat aluminium ukuran nano dapat dipakai untuk menyaring partikel ukuran sangat kecil,
99,9999% virus dengan kecepatan aliran beberapa ratus kali lebih besar dibanding
membran ultra filtrasi. Sehingga air minum tidak memerlukan sterilalisasi lagi.
Aplikasi Nanoteknologi Di Bidang Energi
Seperti telah dipaparkan di atas material bersekala nano (nanomaterial) merupakan
material yang sangat atraktif karena mereka memiliki sifat-sifat yang sangat berbeda jika
dibandingkan dengan apa yang mereka perlihatkan pada skala makroskopisnya. Sebagai
contoh logam platina meruah yang dikenal sebagai material inert dapat berubah menjadi
material katalitik, bila ukurannya diperkecil sehingga mencapai skala nano dan material
stabil seperti aluminium dapat berubah menjadi mudah terbakar (combustible). Pendekatan
nanoteknologi di bidang energi diprediksi dapat merevolusi teknologi energi secara
signifikan.
Beberapa bidang teknologi energi yang telah mendapat sentuhan nanoteknologi saat ini
antara lain:
1. Photovoltaics: pendekatan nanoteknologi menghemat biaya operasi sampai 100 kali
lebih murah daripada teknologi konvensional .
2. Reduksi fotokatalitik : dapat mereduksi CO2 menjadi metanol.
3. Fotokonversi langsung (direct photoconversion) : dapat menghasilkan gas hidrogen
dari air
4. Sel Bahan Bakar (fuel cells) : nanoteknologi dibidang fuel cell menurunkan biaya
10-100 lipat teknologi konvensional
5. Batere dan kapasitor super (batteries and supercapacitors) : memiliki kemampuan
10-100 kali lipat teknologi konvensional
6. Penyimpan hidrogen (H2 storage) : lebih ringan daripada teknologi konvensional
DAFTAR PUSTAKA