Hazrat Inayat Khan, Kesatuan Ideal Agama-Agama, terj. Yulian Aris Fauzi,
Uflat Aziz-us-Samad, Agama-agama besar dunia (The Great Religions of the World),
hal. 18
B. Sejarah Agama
Masalah asal mula dan inti dari suatu unsur universal seperti religi atau
agama itu, tegasnya masalah mengapakah manusia percaya kepada suatu kekuatan
yang dianggap lebih tinggi daripadanya, dan masalah mengapakah manusia
melakukan berbagai hal dengan cara-cara yang beraneka warna untuk mencari
hubungan dengan kekuatan-kekuatan tadi, telah menjadi obyek perhatian para ahli
pikir sejak lama. Adapun mengenai soal itu ada berbagai pendirian dan teori yang
berbeda-beda. Teori-teori yang terpenting adalah:4
a.
Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi itu terjadi karena
manusia mulai sadar akan adanya faham jiwa.
b.
Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi itu terjadi karena
manusia mengakui adanya banyak gejala yang tidak dapat diterangkan
dengan akalnya.
c.
Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi itu terjadi dengan
maksud untuk menghadapi krisis-krisis yang ada dalam jangka waktu hidup
manusia.
d.
Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi terjadi karena kejadiankejadian yang luar biasa dalam hidupnya, dan dalam alam sekelilingnya.
e.
Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi terjadi karena suatu
getaran atau emosi yang ditimbulkan dalam jiwa manusia sebagai akibat
dari pengaruh rasa kesatuan sebagai warga masyarakatnya.
f.
Teori bahwa kelakuan manusia yang bersifat religi terjadi karena manusia
mendapat suatu firman dari Tuhan.
Romdhon, et. al, Agama-agama di Dunia, (Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988),
hlm. 18.
a. Agama Weda
Untuk keterangan mengenai peradaban dari agama bangsa Aria dapat
dilihat dari Kitab Weda yang merupakan kumpulan puji-pujian yang termasyhur,
terdiri dari empat yang termasyhur, yakni Rig Weda, Yajur Weda, Sama Weda,
dan Atharwa Weda. Dari kesemuanya ini, Rig Weda adalah yang paling awal dan
yang paling penting serta berisikan 1028 puji-pujian Agama Indo-Aria
sebagaimana ditemukan dalam Rig Weda digambarkan sebagai penjelmaan alam.
Dewa-dewi agama Weda ini adalah penjelmaan lebih kurang sebagai
pengejawantahan dari daya-daya kekuatan alam. Agni adalah dewa api, Bayu
adalah dewa angin, Surya adalah dewa matahari, dan seterusnya.6
b. Agama Brahma
Dengan adanya agama baru di kalangan mereka dan ini ditunjukkan
sebagaimana adanya kitab-kitab yang disucikan oleh Brahmana disusun oleh
pendeta agama Brahmana sekitar abad kedelapan sebelum masehi untuk
menjelaskan asal usul mukjizat dan daya kekuatan pengorbanan. Kitab tersebut
juga memberi rincian secara monoton dan tidak masuk akal bagaimana upacara
suci itu dilangsungkan. Kitab itu juga dipenuhi dengan dongeng-dongeng yang
5
Uflat Aziz-us-Samad, Agama-agama besar dunia (The Great Religions of the World),
hal. 12
c. Agama Upanishad
Tingkat selanjutnya dalam perkembangan fikiran keagamaan di India
membawa kita kepada revolusi pertama terhadap kaum Brahmana. Buah fikiran
dari para Rishi atau kisah-kisah kepahlawanan dari orang-orang yang mendapat
ilham Ilahi telah mengakibatkan perkembangan yang menakjubkan dan ini
dikandung dalam Kitab Upanishad. Professor Hiriyanna menulis: Berbicara lebih
luas lagi, ajaran Upanishad menandakan suatu reaksi terhadap kaum Brahmana
yang sebagaimana ditunjukkan telah menanamkan suatu sistem upacara agama
yang pelik. Lebih dari satu tempat, kitab Upanishad mengutuk nilai-nilai upacara
pengorbanan.9
hal. 11
8
M. Hiriyanna, The Essentials of Indian Philosophy (London: George Allen and Unwin
10
Uflat Aziz-us-Samad, Agama-agama besar dunia (The Great Religions of the World),
hal. 21
2. Agama Buddha
Agama Buddha adalah revolusi yang lain lagi terhadap agama Brahmana,
dan gerakan besar ini tidak dapat bercampur lagi dengan agama Hindu. Buddha
bukanlah suatu agama yang berbeda, melainkan suatu sistem yang positif. Namun
demikian, setelah suatu masa sukses dan popularitas yang luas, agama ini terasing
dari tanah kelahirannya oleh agama Hindu yang dibangkitkan lagi. Tetapi sebelum
hal itu terjadi, agama Buddha telah tersebar ke berbagai negeri di luar India dan
menjadi satu dari agama dunia yang besar. India dalam abad ke enam sebelum
masehi bukanlah suatu kerajaan yang luar biasa atau kekaisaran. Negeri itu
mempunyai sejumlah raja dari suku-suku serta marga tertentu yang memerintah
11
3. Agama Yahudi
Sejarah Bani Israil dimulai saat Abad Perunggu, di mana orang-orang
Semit pindah dari peradaban yang menonjol di Lembah Efrata, mengikuti
hancurnya kota tua Ur, dan menetap di negeri perbukitan yang terpisah di Kanaan
Tengah dan Kanaan Selatan di tepi Laut Tengah. Pemimpin dari keluarga ini
adalah seorang laki-laki, Abraham (belakang disebut Ibrahim), Risalah Ibrahim
as. terhadap Tuhan selanjutnya diteruskan oleh putera-puteranya, Ismail dan
Ishak, dan setelah itu oleh Yaqub. Yaqub mempunyai dua belas putera yang
12
Uflat Aziz-us-Samad, Agama-agama besar dunia (The Great Religions of the World),
13
hal. 34
menjadi cikal-bakal dari dua belas suku yang beberapa waktu kemudian
membentuk Bani Israil.14
Melalui rangkaian peristiwa dan keadaan, maka Yusuf salah seorang
putera Yaqub bangkit dari perbudakan, dan menjadi Gubernur di Mesir yang
pada saat itu diperintah oleh Hyksos, seorang Semit keturunan asing yang dekat
hubungannya dengan Yahudi. Setelah itu, Bani Israil pindah secara besar-besaran
ke Mesir.
Ketika nasib Bani Israil menjadi benar-benar tak tertahankan lagi di bawah
Firaun Ramses II, Tuhan membangkitkan seorang pemimpin besar bernama
Musa untuk mengangkat mereka dari penderitaannya dan mempersatukan mereka
dalam satu bangsa. Musa dibesarkan dan diangkat oleh salah seorang ratu Mesir.
Pada suatu hari, ketika beliau sedang menggembalakan ternaknya di Gunung
Sinai sampailah di bukit Horeb, dan di sana tampak pancaran sinar yang
menakjubkan di semak padang pasir yang pekat, dan beliau mendengar suara
Tuhan yang menyeru agar kembali ke Mesir untuk mengangkat saudarasaudaranya dari penderitaan, dan memimpin mereka ke Tanah Yang Dijanjikan.
Mengikuti seruan itu, Musa kembali ke Mesir dan berkali-kali membujuk
Bani Israil untuk berangkat bersamanya. Di padang gersang Gurun Sinai di mana
Bani Israil tiba setelah melarikan diri dari Mesir, Musa menerima Sepuluh
Perintah dan tercantum dalam Taurat melalui sejumlah Wahyu Ilahi. Tetapi ketika
beliau sedang pergi, Bani Israil melupakan Yahweh (Yehovah), Tuhan Yang Esa,
dan mulai menyembah sapi emas. Karena penyelewengannya ini mereka terpaksa
menderita dan mengembara di padang gurun selama empat puluh tahun. Musa,
Nabi Besar Bani Israil wafat sebelum beliau dapat memimpin bangsanya ke
Tanah Yang Dijanjikan.
4. Agama Kristen
Pada saat Yesus dilahirkan, Palestina adalah bagian dari Kekaisaran
Romawi. Senat Roma menunjuk Herodes sebagai Raja Palestina di bawah
14
Uflat Aziz-us-Samad, Agama-agama besar dunia (The Great Religions of the World),
hal. 180
bangsa
Yahudi,
dan
ini
bukan
suatu
tugas
yang
mudah.
Morton Scott Enslin, Christian Beginnings, Part I, (New York: Harper Torchbooks,
Uflat Aziz-us-Samad, Agama-agama Besar Dunia (The Great Religions of the World),
hal. 205
Yahya yang suci. Injil menurut Matius, Markus, Lukas, dan Yahya menceritakan
empat kisah yang berbeda tentang kehidupan dan ajaran Yesus.
Injil pertama yang ditulis adalah oleh St. Markus (70 M). Pengarang
agaknya telah menjadi pengikut St. Petrus. Injil yang sampai ke tangan kita
sekarang ini dianggap oleh beberapa sarjana sebagai versi yang diperluas dari
Urmacus, dan adalah sulit dikatakan apakah versi ini diperluas sendiri oleh
Markus ataukah oleh beberapa orang lain. F.C. Conybeare mengamati Bagian
besar Injil ini (yakni Injil Markus) adalah hasil pekerjaan seseorang dengan naluri
dan kegemaran yang suka membuat-buat keajaiban.17
Injil menurut St. Matius ditulis sekitar tahun tahun 90 M. Sesuai dengan
hipotesis dua dokumen yang diterima luas, Injil ini adalah campuran dari
Urmarcus dan Q ditambah perkara-perkara yang berasal dari tradisi lisan. Dr. C.J.
Cadoux menulis: Namun suatu penelitian yang lebih dekat atau perlakuan yang
diberikan pada pengambilannya dari St. Markus menunjukkan bahwa dia
membiarkan suatu kebebasan yang besar dalam mengedit dan menyusun bahanbahannya dengan maksud sebagai apa yang dianggapnya penghormatan yang
patut terhadap junjungannya yang besar.18
Injil yang ketiga yakni Injil menurut St.. Lukas yang ditulis pada suatu
tempat di Yunani sekitar tahun 100 M. untuk kepentingan Theopilus Yang Mulia.
Mengenai hasil kArya Lukas, tulis Ernest Renan, nilai sejarahnya adalah yang
paling sangat lemah.19 Dan inilah apa yang ditulis oleh penulis yang lebih
ortodoks, E.E. Kellet: Lukas adalah seorang penulis Yunani dan ia menulis
seperti seorang sejarawan Yunani. Dalam beberapa kasus, ditakutkan dia telah
berbicara menurut maunya sendiri, demi pahlawan-pahlawannya sendiri dari suatu
kisah yang bagus seolah-olah nampak benar, baginya hanya karena keindahan
ceritanya. Seluruh kisahnya adalah suatu legenda populer yang dicangkok dan
17
18
19
Ernest Renan, The Life of Jesus, (New York: The Modern Library, 1927), hal. 51
ditulis dengan daya tarik yang menyesatkan oleh seorang yang mendapat
anugerah dari Herodotus.20
Injil Markus, Matius, dan Lukas disebut Injil Synoptic, karena umumnya
bertolak dari dokumen yang sama dan mempunyai banyak persamaan. Injil Yahya
sangat berbeda dibandingkan ketiga Injil lainnya. Ketiga Injil atau Injil
Synoptic, kata A. Powell Davies, mempunyai kisah yang banyak persamaannya.
Memang ada perbedaan, tetapi ada kemungkinan sampai sejauh ini untuk
mencocokkannya. Namun Injil Yahya mengemukakan kisah yang sangat berbeda
dibandingkan ketiga Injil yang lain. Bila Injil Yahya benar, maka ketiga Injil yang
lain adalah salah. Bila Injil Synoptic benar, maka Injil St. Yahya harus dipandang
sangat keliru.21
5. Agama Islam
Islam adalah agama semua nabi-nabi yang dibangkitkan Tuhan dari masa
ke masa dalam berbagai bagian dunia yang berbeda, untuk memimpin umat
manusia ke jalan yang benar. Muhammad saw. adalah Rasul Islam yang terakhir.
Kata Islam berarti (i) damai, dan (ii) penyerahan diri kepada kehendak Ilahi. Ini
adalah nama yang sangat penting, karena hal ini menunjukkan tujuan dari agama
yang benar, dan begitu pula cara mencapai tujuan itu. Tujuan agama yang benar,
katanya, adalah perdamaian yang tak terelakkan dari ruh ini adalah keselarasan
dengan Ilahi, dan kemauan baik di antara sesame manusia, serta cara untuk
mencapai kedamaian umat manusia adalah dengan menyerahkan diri mereka baik
secara pribadi maupun bersama kepada kehendak Nya sebab Dia adalah Rumah
perdamaian dan Sumber segala kemuliaan. Jadi agama Islam mencakup agama
yang sejati (yang diajarkan oleh semua nabi, dan dibawakan secara sempurna oleh
Nabi Muhammad saw). Pada abad keenam Masehi, agama yang sejati telah
mencapai titik yang lemah dan tidak murni lagi, atau menjadi dilupakan dunia.
Kemanusiaan menghadapi krisisnya yang paling buruk.
20
E.E. Kellett, A Short History of Religions, (Pelican Books, Harmondsworth, 1962), hal
21
A. Powell Davies, The Meaning of Dead Sea Scrolls, (New York: Mentor Book New
173
10
22
11
Di saat beliau berusia empat puluh tahun, Suara Ilahi bercakap kepada
jiwanya dengan kata-kata yang tak mungkin salah, dan beliau pun dipilih Nya
sebagai Utusan Nya bagi seluruh umat manusia. Beliau mengajarkan kepada kita
tentang Tuhan Yang Esa dan Satu-Satunya Pencipta Yang Maha Penyayang, dan
Pemelihara semesta alam. Keinginannya yang terbesar ialah agar umat manusia
memasuki hubungan yang benar dengan Tuhan, dan melalui Dia menegakkan
hubungan yang benar dengan sesama manusia lainnya. Beliau mendambakan agar
manusia selalu ingat akan kebajikan yang teguh dan abadi. Beliau dengan tekun
menyerukan mereka untuk meninggalkan segala jenis kejahatan dan ketidakadilan
serta hidup perdamaian dan kasih sayang satu sama lain. Beliau menyatakan
kepada mereka bahwa agama dalam pengertian yang sejati adalah dirombaknya
keinginan untuk merugikan orang lain menjadi pelayanan tanpa pamrih pribadi
kepada sesama manusia. Beliau menggempur sampai ke dasarnya pengertian
palsu tentang rasa unggul berdasarkan warna kulit, ras, kasta maupun kebangsaan
dan mengumumkan bahwa seluruh umat manusia adalah sama dan bersaudara.
Yang mula-mula percaya kepada beliau dan risalahnya ialah yang paling
mengenalnya, yakni isterinya yang tercinta Khadijah, sahabatnya Abu Bakar,
saudara sepupunya Ali, dan pembantunya Zaid. Hal yang dengan kuatnya
mendukung ketulusan Muhammad, tulis John Davenport, adalah bahwa para
pemeluk Islam yang paling awal adalah teman-teman dekatnya, dan orang-orang
yang ada di rumah tangganya yang berhubungan dekat dengan kehidupan
pribadinya, dengan kata lain tak akan dapat mengelak seandainya ada perbedaan
sedikitpun atau kemunafikan dengan kelakuannya sehari-hari di rumah.23
Mayor A.G. Leonard menulis tentang beliau, Jikalau pernah ada
seseorang di bumi ini, jikalau pernah seseorang mempersembahkan hidupnya
demi mengabdi kepada Tuhan dengan itikad baik dan agung, maka sesungguhnya
orang itu adalah Nabi dari Tanah Arab.24
23
John Davenport, Mohammed and the Teaching of the Quran, (Lahore: Sh. Muhammad
A.G. Leonard, Islam: Her Moral and Spiritual Value, (Luzac, London, 1959), hal. 10
12
pembuat
undang-undang,
ahli
perang,
penakluk
ide-ide,
yang
memperbaiki dogma-dogma menjadi rasional, yang diagungkan tanpa patungpatung, pendiri dari duapuluh kerajaan yang berdekatan, dan pendiri kerajaan
rohani, inilah Muhammad. Dengan mengingat segala ukuran di mana manusia
dapat mencapai kebesarannya seperti ini, kita dapat bertanya, adakah orang lain
yang lebih besar dari pada beliau?
Menulis tentang Nabi Muhammad, John William Draper mengamati
dalam buku klasiknya The Intelectual Development of Europe: Empat tahun
setelah meninggalnya Justinian, maka lahirlah seorang manusia untuk seluruh
umat manusia yang telah mempunyai pengaruh terbesar bagi seluruh ras
manusia. Dan Arthur N. Wollaston menulis dalam bukunya Half Hours with
Muhammad; Nabi Islam ini telah mempunyai pengaruh yang lebih potensial
terhadap sejarah nasib umat manusia dibanding yang dapat dicapai oleh semua
anak Adam yang telah meninggalkan jejak kakinya di atas pasir perjalanan
zaman.
C. Penyebab terjadinya Diskrepansi Dalam Berakidah
Agama adalah produk dari kebodohan
Sebagian orang percaya bahwa faktor yang mewujudkan agama adalah
kebodohan manusia, sebab manusia sesuai dengan wataknya selalu cenderung
untuk mengetahui sebab-sebab dan hukum-hukum yang berlaku atas alam ini serta
yang terjadi di dalamnya. Mungkin karena tidak berhasil mengenalnya, maka ia
menisbahkan hal itu kepada sesuatu yang bersifat metapisis. Hal ini terkait erat
dengan adanya persepsi manusia bahwa ada kekuatan yang berada di luar dirinya
telah mendorong seseorang untuk merasa takut mencari perlindungan, demi
keselamatan dan kebahagiaan hidupnya. Ketika manusia merasa takut akibat
adanya bencana alam, gempa bumi dan tsunami maka mereka bersama-sama
secara individu melakukan persembahan terhadap dewa laut, dewa alam, dewa
bumi dan sebagainya. Ketika masyarakat merasa takut terhadap angin topan yang
melanda perkampungan, takut pada api yang membakar seluruh hutan dan sawah
ladangnya, maka dengan kebodohannya mereka melakukan pemujaan terhadap
13
dewa angin dan api. Jadi sangat mungkin karena didorong oleh kebodohan itulah
manusia menumbuhkan keyakinan terhadap zat yang dianggap sakral.
Keyakinan terhadap zat yang dianggap tuhan itu, melahirkan konsekuensi
peribadatan berbentuk ritual yang berdasarkan pada aturan-aturan yang ditentukan
secara normatif.
25
Yusuf Souyb, Agama-agama Besar di Dunia, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983), hal.
17
14
D. Penutup
Kesimpulan dan saran
Pengalaman agama adalah soal batini dan subyektif, juga sangat
individualistis, tiap orang mengartikan agama itu sesuai dengan pengalamannya
sendiri, atau sesuai dengan pengalaman agama sendiri. Oleh karena itu tidak ada
orang yang bertukar pikiran tentang pengalaman agamanya dapat membicarakan
satu soal yang sama. Bahwa barangkali tidak ada orang yang begitu bersemangat
dan emosional lebih daripada membicarakan agama, karena agama merupakan hal
yang sakti dan luhur.
Berpijak dari pemahaman tersebut, tidak heran jika fenomena munculnya
agama-agama baru sebagai wujud asal-usul atau latar belakang pendambaannya
akan keadilan, ketenangan dan keteraturan di muka bumi ini, karena memang
aliran-aliran yang muncul tidak pernah terlepas dari agama mainstreamnya.
Demikian yang dapat penulis uraikan, penulis merasa masih banyak
kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Karena itu penulis mengharapkan
masukan dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Wallahu
alam
15
DAFTAR PUSTAKA
A. Powell Davies, The Meaning of Dead Sea Scrolls, New York: Mentor Book
New American Library, 1956
A.G. Leonard, Islam: Her Moral and Spiritual Value, London: Luzac, 1959
Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Semarang: Pustaka Pelajar Offset, 1996
Burhanuddin Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2007
C,J. Cadoux, The Life of Jesus, Harmondsworth: Pelican Book, 1948
Christmas Humphreys, Buddhism, Harmondsworth: Pelican Books, 1959
E.E. Kellett, A Short History of Religions, Harmondsworth: Pelican Books, 1962
Ernest Renan, The Life of Jesus, New York: The Modern Library, 1927
Hazrat Inayat Khan, Kesatuan Ideal Agama-Agama, terj. Yulian Aris Fauzi,
Yogyakarta: Putra Langit, 2003
John Davenport, Mohammed and the Teaching of the Quran, Lahore: Sh.
Muhammad Ashraf, 1945
M. Hiriyanna, The Essentials of Indian Philosophy London: George Allen and
Unwin Ltd, 1948
Morton Scott Enslin, Christian Beginnings, New York: Harper Torchbooks, The
Cloister Library, 1956
Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, Jakarta: RajaGrafindo Persada,
1996
Murtadha Muthahhari, Perspektif Al-Quran Tentang Manusia dan Agama,
Bandung: Mizan, 1986
Richard Garbe, Philosophy of Ancient India, Chicago: Open Court, 1899
Romdhon, et. al, Agama-agama di Dunia, Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga
Press, 1988
Uflat Aziz-us-Samad, Agama-agama besar dunia (The Great Religions of the
World), Lahore: Sh. M. Ashraf, 1990
Yusuf Souyb, Agama-agama Besar di Dunia, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983
16