*
Segala macam tulisan / simbol / Rajah / Asma suci yang ditulis untuk dijadikan sebagai azimat (jimat) pasti
ada syaratnya. Artinya tidak sembarangan menulis. Dalam sepengetahuan saya, para spiritualis dan guru
mistik mempunyai cara dan syarat yang berbeda-beda dalam menulis Rajah sebagai azimat. Tapi syarat
yang penting adalah keyakinan dan kemampuan menjalin energi ghaib. Yang bisa
didapat dengan jalan ber-meditasi, tapa, tirakat, puasa atau dengan berbagai lelaku
lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan Tatacara menulis yang baik sesuai kaidah
penulisan Rajah.
Berikut ini saya jabarkan salah satu teknik cara menulis Rajah yang telah kami
praktekan selama ini.
Kaidah penulisan Rajah sebagai Azimat
1.
Bersuci baik badan, pakaian maupun tempat (bersih). Untuk mensucikan badan dengan cara
mandi keramas (jinabat) dengan niat untuk menghilangkan hadast besar dan lakukan wudhu
untuk membersihkan hadast kecil.
2.
Selama proses pembuatan ajimat tidak diperbolehkan bicara (diam/khusyuk) kecuali ada doa
khusus yang harus dibaca.
3.
Nafas harus cepat keluar lewat lubang hidung sebelah kanan atau bisa dengan tahan nafas.
4.
Sebisa mungkin lafal Rajah ditulis secara benar (sesuai aslinya) dan rapi. Bila huruf tersebut
berlubang maka harus ditulis berlubang. Mengikuti kaidah penulisan Rajah.
5.
Memakai wewangian. Biasanya memakai zakfaron, misik, air mawar untuk campuran tintanya.
Namun ini bukan syarat mutlak, karena memang ada beberapa jenis Rajah yang mensyaratkan
memakainya tapi ada juga jenis rajah yang tidak perlu memakai campuran minyak wangi.
6.
Pena yang digunakan adalah bisa pena biasa (bolpoint), spidol, atau pena yang dibelah ujungnya
(seperti gambar dibawah ini). Disesuaikan dengan jenis Rajahnya.
Gambar. Bentuk Pena belah ujung
(Kliwon).
Untuk
jenis
ajimat
kerejekian,
pelarisan
usaha
dan
sejenisnya, dibuat pada hari Kamis (Legi). Untuk jenis ajimat pengasihan dan
kasih sayang, dibuat pada hari Kamis atau Selasa (Kliwon). Dan lain-lain,
intinya semua disesuaikan dengan jenis ajimatnya.
Dikarenakan harus disesuaikan dengan waktu, maka pembuatan ajimat
memang tidak bisa dibuat setiap hari. Ini seperti halnya dalam Mantra-Aji
Jawa, telah ditentukan harinya untuk memulai ritual/puasanya. Misalnya Ajian
Bandung Bondowoso, ritualnya Nglowong yang dimulai hari Sabtu Kliwon. Ajian Kulhu Sungsang, ritual
Patigeni dimulai hari Selasa Kliwon dsb. Jika menulis rajah tidak dijadikan sebagai ajimat, misalnya hanya
untuk terapi penyembuhan (rajah direndam dalam air) maka rajah tersebut bisa ditulis kapan saja saat
membutuhkannya.
Arah Pandangan
Bagi saya arah pandangan yang terbaik saat membuat ajimat adalah menghadap kiblat. Karena semuliamulia arah adalah Qiblat. Namun tidak mutlak selalu demikian, disesuaikan dengan jenis rajah dan
kondisinya.
DOA-DOA
1.
Sebelum melakukan penulisan rajah diawali membaca doa ini 3 x:Bismillahir rohmanir
rohim. Qul uhiya ilayya anahustamaa nafarun minal jinni wa bihaqqi Kaf Haa Yaa Aiin
Shood wa bihaqqi Haa Miim AiinSiin Qoof
2.
Kemudian dilanjutkan dengan melakukan meditasi sejenak (menjalin energi ghaib) setelah itu
baru dilakukan penulisan rajah.
3.
Rajah yang telah selesai ditulis kemudian dillipat dan dibungkus dengan kain lapis 7, agar tidak
mudah rusak dan kotor apabila dibawa-bawa.
Setelah
azimat
selesai
dibuat,
ternyata
beberapa
hari
kemudian
datanglah
orang
yang
membutuhkannya. Saat itulah saya berikan ajimat tersebut. Ini hanya sekedar contoh, tidak selalu melulu
seperti itu.
Dengan tuntunan dari ilham dan visi inilah maka tidak ada azimat rajah yang dibuat dengan sia-sia. Artinya
sia-sia: tidak pernah digunakan, hanya mengganggur disimpan dalam lemari dan akhirnya malah
dikeramatkan. Ini yang berbahaya (syirik). Jadi membuat azimat/rajah itu hanya ketika diperlukan saja,
baik untuk diri pribadi atau orang lain yang membutuhkan disaat yang tepat.
Ketika azimat tidak lagi diperlukan, jangan membuangnya, tapi musnahkanlah dengan cara dibakar sampai
jadi abu. Karena bila dibuang ditempat sampah, hal tersebut dianggap merendahkan asma suciNYA. Tidak
selayaknya lafal asma suciNYA terbuang ditempat kotor.
Bagi saya, Azimat / rajah hanya sekedar sarana, daya dan kekuatan tetap dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Mulai dari sini kita akan semakin menyadari, bukan hanya sekedar tahu, salah satu keagungan dari asma
suciNYA.