Anda di halaman 1dari 6

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Tubuh sebagian besar terdiri dari air. Air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya
(cairan tubuh) menjadi pengangkut zat makanan ke semua sel tubuh dan mengeluarkan
bahan sisa dari dalamnya untuk menunjang berlangsungnya kehidupan. Memahami
komposisi cairan tubuh sangat penting dalam pengelolaan cairan. Perubahan biokimia yang
diukur sample darah/serum hanya menggambarkan komposisi cairan intravaskuler saja,
belum mencerminkan perubahan/gangguan pada total cairan tubuh ataupun status elektrolit.
Total cairan tubuh pada orang dewasa 60% BB pada laki-laki dan 50% BB pada wanita,
pada orang tua dan kegemukan/obese komposisi ini akan lebih rendah lagi. Dari komposisi
di atas 40% BB terdapat di intraselular /ICF dan 20% BB ekstraselular / ECF.
Cairan ekstraselular terdiri atas 15% di interstisial dan 5% sebagai volume plasma.
Cairan intraselular banyak mengandung ion K, Mg dan fosfat, sedangkan ekstraselular
mengandung banyak ion Na dan Cl. Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit dapat
berhubungan dengan masalah volume atau komposisinya. Perubahan volume dengan
memeriksa tekanan darah, nadi, tekanan vena sentral/ CVP, sedang perubahan komposisi
dengan memeriksa nilai serum elektrolit, analisa gas darah, yang semuanya
menggambarkan / indikator fungsi sel dan metabolisme tubuh.
Dari pemeriksaan parameter di atas terapi cairan dan elektrolit dilakukan.
Mekanisme kompensasi terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit biasanya
bertujuan untuk mempertahankan volume cairan serta komposisinya, sehingga fungsi sel
dan organ tubuh dapat dipertahankan.
Tujuan utama terapi pada gangguan cairan dan elektrolit ialah bagaimana
mempertahankan delivery oksigen sampai tingkat jaringan/sel masih tetap berlangsung,
tetapi tindakan ini kadang menimbulkan keadaan hypo/hyperosmolar yang akan
membahayakan.
Parameter/Pemeriksaan untuk menilai adanya gangguan keseimbangan cairan &
Elektrolit.
1. Volume.
Untuk menilai adanya perubahan volume cairan tubuh dengan cara :
1. Turgor kulit, membrana mukosa, berat badan, diuresis, tekanan darah, nadi, suhu
dsb.
2. Pengukuran invasive CVP, PCWP, bukan pemeriksaan yang terpenting, ini akan
bernilai sangat penting jika penderita mengalami gangguan yang menyulitkan
pemeriksaan klinis seperti gagal ginjal, gagal jantung, dsb.
3. Penilaian status mental penderita merupakan penilaian klinis yang penting.

2. Komposisi.
1. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit, gula darah dan osomolalitas urine
merupakan pemeriksaan yang penting.
2. Pemeriksaan osmolalitas serum merupakan hal yang sangat penting untuk
mengetahui problem utama yang dihadapi, juga jenis komposisi / cairan yang
diperlukan pada terapi cairan yang dilakukan.
3. Terapi inisial.
a. Volume
- Memperbaiki volume sirkulasi dan masa sel darah merah merupakan tindakan
utama yang terpenting.
- Pada beberapa kasus, pemberian larutan NaCl hipertonik dan koloid mungkin
dapat memperbaiki volume intravaskuler dengan cepat, tetapi ini dapat
menyebabkan hiperosmolalitas bila digunakan secara berlebihan.
- Cairan koloid akhir-akhir ini merupakan terapi pilihan untuk mengisi volume
intravaskuler pada kasus sepsis, perdarahan, dan biasanya dikombinasi dengan
kristaloid.
b. Komposisi
- Terapi pada gangguan ion yang spesifik diberikan sesuai dengan kebutuhan,
dengan diberikan secara titrasi, untuk menghindari perubahan yang mendadak,
sehingga tidak merugikan/membahayakan pasien.
- Koreksi dilakukan tidak perlu sampai mencapai nilai normal kembali.
Pengaruh pemberian cairan yang dilakukan melalui kompartemen intravaskuler ialah
pada awalnya cairan tersebut akan didistribusikan secara merata ke seluruh tubuh, tetapi
dalam 30 menit hanya sebagian kecil saja yang masih tinggal di intravaskuler. 1 L cairan
glukosa yang diberikan secara intravaskuler, setelah 30 menit yang masih didalam
intravaskuler tinggal 100 cc, sisanya terdistribusi di intraselular dan interstisial. Bila RL
yang diberikan pada saat yang sama tinggal 300 cc. Keadaan ini akan lebih kompleks jika
koloid yang diberikan, harus diperhitungkan waktu paruh yang terlarut dan besar
molekulnya.
Membran yang memisahkan kompertemen 2 cairan tubuh bersifat semipermiabel,
albumin dapat menembus membran ini, tetapi lebih lambat dibanding kristaloid.
Pada terapi cairan, penilaian keadaan klinis lebih utama, sedang pemeriksaan laboratorik
hanya sebagai penunjang saja.
Elektrolit.
Elektrolit diperlukan untuk menjaga fungsi sel yang normal. Pasien yang kritis sering kali
mengalami perubahan komposisi elektrolit dalam sistim sirkulasi. Perubahan elektrolit
menggambarkan perubahan metabolik yang terjadi pada penderita- penderita ini.
Perubahan ini meliputi perubahan interstisial dan intraselular.

Natrium.
Merupakan ion utama di ekstraselular, nilai normalnya berkisar 135 -145 mMol/L
Berfungsi untuk mempertahankan osmolalitas plasma dan cairan ekstraselular yang lain.
Osmolalitas serum dapat dihitung dengan rumus :
2 X ( kons Na mMol/L ) + glukosa mg%/ 18 + BUN mg% / 2.8 .
Natrium juga berfungsi dalam proses mempertahankan membrane resting pontential, action
potential, serta proses transport glukosa dan asam amino.
Keseimbangan Na dan peredarannya diatur oleh ginjal dan sistim endokrin, hormone yang
penting dalanm pengaturan Na ialah ADH.
ADH akan dikeluarkan pada keadaan hipovolumia, atau effective circulating volume
/volume sirkulasi efektif yang menurun, untuk menahan Na dan air, sehingga keadaan ini
akan memperbaiki volume sirkulasi.
1. Hiponatremia.
Keadaan ini dapat terjadi dalam situasi osmolalitas yang normal, menurun ataupun
meningkat. Hiponatremia dengan osmolalitas yang normal biasanya terjadi pada
keadaan hiperlipidemia yang berat atau peningkatan protein serum (pada multiple
myeloma). Hiponatermia yang terjadi pada osmolalitas yang meningkat misalnya pada
keadaan hiperglikemia, adanya larutan yang mempengaruhi osomolalitas seperti
manitol, keracunan makanan. Hiponatremia dengan hipoosmolalitas terjadi pada
keadaan kehilangan banyak Na lewat ginjal atau pada intake cairan hipotonik. Terapi
hiponatremi dilakukan dengan mencari dan mengobati kelainan dasarnya dan
memperbaiki konsentrasi Na plasma secara bertahap.
2. Hipernatremia.
Hipernatremia biasanya terjadi karena kehilangan free water / air bebas, atau karena
intake Na yang berlebih dibandingkan dengan kebutuhan air yang diperlukan.
Hipernatremia selalu menyebabkan hiperosmolalitas. Karena Na tak dapat menembus
sel, maka akan menarik cairan dari intrasel, sehingga akan terjadi dehidrasi intraselular.
Hipernatremia juga dapat terjadi pada keadaan dimana ginjal tak berespons terhadap
ADH, diabetes insipidus, penggunaan osmotic diuretic, adrenal failure. Terapi
Hipernatremia dengan pemberian cairan yang cukup, dengan komposisi kadar Na yang
disesuaikan, disamping mengobati penyakit dasarnya.
Kalium.
Pengaturan Kalium dilakukan oleh ginjal dan hormon aldosteron.
Pada kerusakan jaringan yang luas akibat trauma sehingga terjadi katabolisme, maka akan
terjadi peningkatan kadar K dalam plasma. Ini terjadi karena pada kerusakan sel akan
berdampak pelepasan K intrasel.
1. Hipokalemia.
Disebut hipokalemia jika kadar K dalam plasma < 3,5 meq/L. Karena K merupakan ion
utama di intrasel, maka pengukuran kadar K dalam plasma tidak menggambarkan total
kalium dalam tubuh. Hipokalemia biasanya terjadi karena ekskresi lewat ginjal yang
3

berlebihan, (penggunaan diuretika, paska bedah), atau lewat saluran cerna ( fistula ,
diare dsb). Dapat juga terjadi karena pergerakan kalium dari ekstrasel ke intrasel, seperti
pada pemakaian insulin, agonis, alkalosis, vitamin B 12 dsb. Secara klinis efek yang
terlihat ialah iritabilitas selular dan kelemahan otot, juga gagguan jantung harus
diwaspadai sebagai akibat hipokalemia. Pengobatan / koreksi hipokalemia harus
dilakukan dengan hati2, dengan substitusi secara titrasi. Hiperaldosteronisme dapat
menyebabkan hipokalemia, ini dapat diatasi dengan membatasi intake Natrium.
2. Hiperkalemia.
Seperti hipokalemia di atas, keadaan ini dapat terjadi pada keadaan total kalium tubuh
normal , rendah maupun tinggi. Dikatakan hiperkalemia jika kadar K plasma terukur > 5
meq/L. Penyebab hiperkalemia biasanya karena gangguan fungsi ginjal, kerusakan
jaringan yang luas dan intake kalium yang berlebih. Pergerakan cairan dari intraselular
ke ekstraselular dapat menyebabkan hiperkalemia. Dapat terjadi pada asidosis,
hiperkatabolisme, nekrosis jaringan, rhabdomyolisis. Gejala klinis yang tampak berupa
gangguan kardiovaskuler dan neuromuskuler. Aritmia, blok konduksi jantung,
parastesia, paralysis sampai konvulsi. Terapi ditujukan pada penyebab utama yang
mendasarinya. K dapat digeser ke intraseluler dengan insulin, bicarbonat.
Simpulan
- Pemeriksaan klinis merupakan pemeriksaan yang penting pada gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, pemeriksaan laboratoris hanya sebagai
pendukung.
- Selain dilakukan tindakan memulihkan volume dan komposisi cairan tubuh,
secara bersamaan diatasi pula penyakit yang mendasari, karena gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit hanya merupakan akibat.
- Pada terapi cairan dan elektrolit, pemulihan volume dikerjakan segera, dengan
tujuan untuk segera memperbaiki DO2 (Oxygen Delivery / pengangkutan
oksigen ), sedang terapi gangguan elektrolit dilakukan dengan hati2, secara
titrasi sesuai dengan kebutuhan.
- Pada penderita yang sudah mengalami gangguan fungsi jantung, ginjal atau
fungsi susunan saraf pusat, diperlukan bantuan alat monitor invasif untuk
menentukan terapi yang tepat.
- Tujuan terapi adalah untuk memperbaiki fisiologi penderita secara keseluruhan,
bukan untuk memperbaiki angka/nilai-nilai pemeriksaan dan laboratorium.

Formula koreksi hiponatremia:


Na requirement (in mEq) : TBW (L) X Na.
: TBW (L) X ( Nadesired NaACTUAL ).*
* Untuk hiponatremia dengan symptomatic hipoosmolar, gunakan Na Cl 3% - 5%

Penanganan Hypernatremia.
Sodium depletion ( Hy[povolumia ).
Hypovlumia correction ( 0,9 % Saline ).
Hypernatremia correction. ( Hypotonic fluid ).
Sodium overload. ( Hypervolumia ).
Enhance sodium removal ( loop diuretic, dialysis).
Replace water deficit ( Hypotonic fluids).
Normal total body Sodium ( Euvolumia).
Replace water deficit.( Hypotonic fluids).
Control dibetes insipidus ( DDAVP, Vasopressin, Chlorpropamide).
Control nephrogenic diabetes insipidus ( restrict sodium & water
intake, thiazide diuretic).

Terapi hypokalemia.
Correct precipiting factor.
Alkalemia.
Hypomagnesemia.
Drugs.
Mild hypokalemia. (> 2 mEq / L).
Infuse Potassium Chloride/ KCl up to 10 mEq/ hr.
Severe Hypokalemia ( < 2 mEq /L,ECG changes, intense skeletal muscle weakness ).
Infuse KCl / Potassium Chloride up 40 mEq / hr.
Continuously ECG monitor.

Terapi Hyperkalemia berat *


Reverse membrane effects
Calcium ( 10% Calcium gluconate, 10 30 ml iv, over 10 mnts).
Trnsfer Potassium into cell.
Glucose ( D10W) and regular insulin ( 5 10 unit regular insulin
per 25 50 gr of glucose ).
Remove Potassium from body.
Loop diuretic.
Potassium - exchange resins.
Hemodialysis.( removes 25 50 mEq/ h ).

*K > 7 mEq/L, ECG changes.

Anda mungkin juga menyukai