Anda di halaman 1dari 17

PRESENTASI KASUS

SKIZOFRENIA TAK TERINCI


Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh
Nurkamila, S.Ked
(2009 031 0092)

Dokter Pembimbing Klinik :


Dr. Y. Kristiyanto, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
2014

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disahkan presentasi kasus dengan judul :


SKIZOFRENIA TAK TERINCI

Disusun oleh
Nurkamila, S.Ked
(2009 031 0092)

Telah disetujui oleh pembimbing


Pada tanggal : ............................... 2014

Dr. Y. Kristiyanto, Sp.KJ

A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. TT

Tanggal Lahir

: Jakarta, 3 Desember 1974

Usia

: 41 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Tidak Bekerja

Status Perkawinan

: Belum Menikah

Pendidikan Terakhir

: Tamatan SMA

Alamat

: Purwosari RT 02 RW 02 Purwodadi, Purworejo

Nomor Rekam Medis

: 321775

Tanggal Pemeriksaan

: 4 Desember 2014

B. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada pasien Tn. TT, dan alloanamnesis pada ayah kandung
pasien dan bibi dari pihak ayah (adik kandung ayah), pada tanggal 4 Desember 2014
Nama

Tn JS

Ny ST

Usia

70 tahun

68 tahun

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Agama

Islam

Katolik

Status

Duda

Menikah

Ayah kandung

Bibi Kandung

Pendidikan

SMA

Akademi kebidanan

Pekerjaan

Tani

Ibu Rumah tangga

Purwosari RT 02 RW 02

Purwosari RT 02 RW 02

Purwodadi, Purworejo

Purwodadi, Purworejo

Hubungan
dengan pasien

Alamat

1. Keluhan Utama
Cemas terhadap masa depan; kontrol rutin.

2. Riwayat perjalanan Penyakit


Sejak 2 bulan terakhir, hampir setiap hari pasien mengeluh sulit memulai tidur,
nyeri kepala, dan cemas tentang masa depan, sering mendengar bisikan dengan isi
pembicaraan yang tidak jelas serta sering melihat dan berinteraksi dengan laki-laki
yang selalu datang membicarakan wanita yang ada di layar TV setiap kali pasien
sedang menonton. Pasien masih meminum obat rutin dari poli jiwa RSSH sesuai dosis
dan anjuran.
Pasien mulai mennunjukkan gejala pada tahun 2002 di usia 29 tahun. Pasien
yang bersama keluarga pindah ke Purworejo (sebelumnya bertempat tinggal di Depok,
Jakarta) menunjukkan perilaku menutup diri, curiga dan bermusuhan baik terhadap
tetangga, tukang sayur, penjual keliling ataupun kepada tamu yang datang ke rumah
tanpa alasan yang jelas. Selain itu, pasien juga hampir setiap pagi pergi naik sepeda
tanpa pamitan dan baru pulang siang atau sore harinya. Di tahun yang sama sebelum
pindah ke Purworejo, pasien bekerja di klinik dokter gigi sebagai tenaga tambahan di
resepsionis merangkap cleaning service selama 3 bulan. Dua bulan pertama pasien
rajin bekerja, namun pada bulan ketiga pasien sering menghilang/pergi tanpa
pemberitahuan pada saat jam kerja, baru sampai di rumah sekitar jam 10-11 malam,
dan tidak mau menjawab bila ditanya keluarga.
Pada tahun 2007 menjelang lebaran, pasien dan keluarga mudik menaiki mobil
keluarga. Ketika berhenti di suatu pom bensin di daerah Slawi, pasien tiba-tiba
menghilang. Menurut ayah, pasien mengaku pergi ke kamar mandi namun hingga 1
jam ditunggu pasien tidak kunjung datang. Keluarga mengerahkan orang untuk
mencari dan pasien baru ditemukan 2 hari kemudian di area persawahan dalam
keadaan tidak sadarkan diri dan pergelangan tangan kiri yang teriris dan bersimbah
darah, pasien dilarikan ke RS dan dirawat hingga 1 minggu.
Pasien mengaku saat itu merasa sudah ditinggal keluarga sehingga dia
berusaha menyusul dengan cara berjalan hingga melewati gunung. Namun karena
tidak kunjung sampai, pasien merasa putus asa dan akhirnya berusaha bunuh diri
menggunakan pisau cutter yang tidak diingat pasien berasal dari mana. Pasien juga
mengaku sebelum berusaha bunuh diri merasa dikepung oleh orang banyak yang
meneriaki pasien dengan marah. Selama 1 tahun berikutnya (2008), Pasien rutin
diantar bibi untuk berobat ke puskesmas Ngombalan dengan keluhan curiga
2

berlebihan dan sering bicara sendiri. Menurut bibi, puskesmas tidak pernah merujuk
pasien ke dokter spesialis jiwa.
Pada tahun 2012 pasien mendapat panggilan untuk bekerja di Kalimantan
sebagai tukang potong ayam, namun pekerjaan tersebut hanya bertahan selama 1
bulan dan dipulangkan karena pasien menimbulkan ketidak nyamanan akibat curiga
yang berlebihan terhadap rekan sekerjanya. Pasien mengaku pernah mengamuk
karena melindungi diri dari orang-orang yang menurutnya akan membakar tempat
tinggal orang yang bersuku Jawa
Menurut ayah, sepanjang tahun dua tahun terakhir pasien tidak pernah
mengamuk, tidak lagi bersikap bermusuhan, namun masih curiga kepada tetangga dan
orang sekitar serta sering berbicara sendiri. Pasien datang berobat ke poli jiwa bulan
lalu (Oktober 2014) atas anjuran bibi.
Grafik Perjalanan Penyakit
5
4

Gejala

3
2
1

-1

1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

-2
-3
-4
-5

Penurunan Fungsi

3. Riwayat Keluarga
a) Pola Asuh Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara (adik perempuan
dengan usia terpaut 3 tahun). Kedua orangtua merupakan tipe orang tua yang
cenderung memanjakan anak. Sejak ibu meninggal dunia akibat kecelakaan lalu
lintas ketika hendak berbelanja ke pasar saat pasien berusia 8 tahun, bibi (adik

ayah) ikut mengasuh pasien dan adik dengan disiplin, namun pasien dan adik
tidak pernah mengeluh dan menganggap bibi sebagai ibu mereka.
b) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak riwayat penyakit serupa, penyakit bawaan ataupun gangguan kejiwaan
lainnya
c) Hubungan Keluarga
Hubungan pasien dengan ayah, bibi, adik, keponakan dan ipar baik. Semua
anggota keluarga menyayangi pasien dan selalu memperhatikan kondisi pasien.
d) Silsilah Keluarga (Genogram)

4. Riwayat Pribadi
a) Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak yang diharapkan orangtua. Selama kehamilan, ibu tidak
pernah mengalami masalah kesehatan yang mempengaruhi kondisi kehamilan,
tidak pernah merokok, tidak meminum obat-obatan yang bukan dari dokter,
ataupun mengkonsumsi alkohol. Pasien lahir dari ibu G1P0A0 dengan usia
kehamilan aterm, secara spontan ditolong oleh dukun. Pasien langsung menangis
setelah lahir dengan berat normal, tidak ada masalah selama persalinan
b) Usia 0-3 tahun (masa kanak awal)
Pasien diasuh oleh orang tuanya sendiri dan pemberian ASI eksklusif terpenuhi.
Perkembangan pasien sesuai dengan usianya, tidak ditemukan adanya kelainan
fisik maupun perilaku
c) Usia 3-11 tahun (Masa kanak pertengahan)
Pasien mulai bersekolah, tidak memiliki permasalahan dalam pergaulan. Sejak
ibu meninggal saat kelas 3 SD, pasien sempat menjadi pendiam sekitar beberapa
bulan, namun membaik kembali. 2 tahun setelah ibu meninggal, ayah berencana
untuk menikah lagi. Hal ini membuat pasien dan adik menjadi sering marah,
menangis, tidak mau makan dan mengurung diri di kamar sehingga ayah urung
menikah. Pasien diasuh terutama oleh bibi yang bekerja sebagai bidan, sedangkan
ayah bekerja sepanjang hari. Di sekolah, pasien tidak pernah memiliki masalah
maupun tertinggal kelas.
d) Masa Kanak Akhir (Pubertas-Remaja)
Pasien cenderung bergaul dengan anak-anak yang tergolong bandel di
sekolahnya, prestasi belajar cukup. Selama masa pendidikan SMA, pasien
memiliki pergaulan dengan anak-anak berandalan di sekolah dan hampir setiap
minggu melempar kereta api yang sedang melintasi rel dengan batu. Menurut
pasien, dia sering dicari orang untuk dikeroyok karena bermata sipit dan beretnis
Cina. Cerita tersebut diabtah ayah pasien yang pernah bertanya langsung ke wali
kelas pasien yang mengatakan tidak pernah ada kejadian seperti yang diceritakan
pasien

5. Dewasa
a) Riwayat Pendidikan
Pasien bukan siswa yang berprestasi dan cenderung pasif di dalam kelas. Pasien
bersekolah dari TK, SD, SMP dan SMA. Tidak melanjutkan pendidikan karena
faktor ekonomi
b) Riwayat pekerjaan
Pasien menganggur selama 1 tahun setelah lulus SMA, pekerjaan yang biasanya
pasien jalani adalah pekerjaan serabutan seperti menjadi kuli bangunan harian,
menukang, ataupun megikuti ayah bekerja di pabrik. Pekerjaan tetap yang pasien
jalani tidak pernah berlangsung lama (terlama 3 bulan)
c) Riwayat Pernikahan
Pasien tidak pernah menikah namun pernah berkeinginan untuk menikah
sebelumnya
d) Aktivitas Keagamaan
Pasien beragama Islam, tumbuh di dalam keluarga yang kurang religius dan
hanya menjalani ajaran agama sebatas shalat wajib saja. Pasien sendiri sangat
jarang solat, tdaik pernah mengaji ataupun mengikuti kegiatan keagamaan di
kampung
e) Aktivitas Sosial
Pasien tidak pernah keluar rumah untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar,
curiga dengan tamu/orang yang tidak pernah datang ke rumah sebelumnya,
namun sudah mau membuka diri dengan orang yang sebelumnya pernah ditemui
f) Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum dengan pihak manapun
g) Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal bersama adik, keponakan dan ayahnya, hubungan dengan semua
anggota keluarga baik. Sehari-hari pasien hanya makan, tidur dan membantu
menyapu/mengepel rumah.

h) Kondisi tempat Tinggal


Rumah pasien adalah rumah sederhana berdinding tembok batu bata berlantaikan
semen dengan atap genteng dan sebagian seng. Keadaan dalam rumah cukup
bersih, penerangan menggunakan lampu listrik dan ventilasi terkesan kurang.
Kamar mandi

Dapur

3,5 m

Kamar
Adik &
keponakan

3m

Gudang
& ruang
seterika

Ruang
tamu,
ruang
tidur
pasien &
ruang
keluarga

10 m
Kamar
Ayah

5m

C. KESIMPULAN ANAMNESIS
Seorang laki-laki berusia 41 tahun, tidak menikah, tidak bekerja, tinggal bersama
ayah, adik dan kedua keponakan. Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara,
pendidikan terakhir SMA. Datang ke poli jiwa untuk kontrol, mengeluh sulit tidur, cemas
akan masa depan, pernah mendengar bisikan-bisikan dan melihat sesuatu yang tidak
dilihat orang lain. Gejala awal mulai muncul saat SMA dan memuncak pada tahun 2007
hingga pasien dirawat di RS akibat percobaan bunuh diri.
Faktor resiko pada pasien adalah ibu yang meninggal saat pasien kecil diikuti oleh
ayah yang berniat menikah tidak lama setelah ibu meninggal, peran ayah yang kurang
karena bekerja dari pagi-malam, lingkungan pergaulan yang buruk saat pasien remaja,
aktivitas keagamaan yang kurang pada keluarga, dan tingkat sosioekonomi rendah.
Kemungkinan faktor pencetus adalah faktor kekerasan yang terjadi di lingkungan
tempat tinggal pasien (kerusuhan Jakarta 1997-1998 dan isu SARA).

D. PEMERIKSAAN FISIK
Kesan umum

: Baik, tampak kurus, Compos Mentis

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 76x/menit

Pernafasan

: 20x/menit

Suhu

: afebris

E. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


Subjektif : Merasa cemas akan masa depan, enggan bersosialisasi, nyeri kepala dan sulit
memulai tidur
Objektif :
No

Pemeriksaan

Hasil
Seorang laki-laki, sesuai umur,

Kesan Umum

rawat diri cukup baik, kooperatif,


bertingkah laku wajar

Kesadaran

Pembicaraan

Pasien tampak berpenampilan cukup


rapi dan bersih, kooperatif

Kuantitatif : GCS E4V5M6

Sadar penuh, tanpa rangsang apapun

Kualitatif : Compos Mentis

dapat berkomunikasi

Kuantitas : baik
3

Keterangan

Kualitas : relevan, Koheren


Kecepatan Produksi : Stuttering

Saat diwawancarai pasien menjawab


dengan gagap, pembicaraan sesuai
dengan yang ditanyakan.
Pasien tampak dapat diajak kerjasama,

Perilaku dan
4

aktivitas
psikomotor

Sikap : Kooperatif
Perilaku : Normoaktif

memperlihatkan sikap dan tingkah


laku seperti pada umumnya orang
normal yaitu tenang, tidak bergerak
berlebihan, dan tidak diam

Mood dan Afek

Mood : Cemas
Afek : Appropiate
Bentuk Pikir : realistik

Berpikir

Pasien mengatakan cemas dan banyak


pikiran tentang apa yang akan terjadi
di masa depan
Berdasar realita

Rasa Khawatir (+)

Pasien merasa ada orang yang tidak

Rasa bersalah (-)

menyukainya karena bersuku Jawa,

Rasa putus asa (-)

curiga pada orang-orang yang tidak

Waham curiga (+)

dikenal, serta yakin bahwa orang-

Waham kejar (+)

orang tersebut adalah orang yang

Waham kebesaran (-)

datang dari kalimantan untuk

Waham bersalah (-)

menghabisinya

Waham cemburu (-)


Waham bizarre :
Siar pikir (-)
Sedot pikir (-)
Kendali pikir (-)
Sisip pikir (-)
Pasien sering mendengar bisikanHalusinasi auditorik (+)
7

Persepsi

Halusinasi visual (+)


Halusinasi olfaktori (-)
Ilusi (-)

bisikan dengan isi yang tidak jelas,


serta sering melihat dan berinteraksi
dengan laki-laki yang selalu datang
membicarakan wanita yang ada di
layar TV setiap kali pasien sedang
menonton

Orientasi
Orang : baik
Tempat : baik
8

Fungsi sensori dan

Waktu : baik

intelektual

Situasi : baik
Konsentrasi dan perhatian mudah
ditarik dan difokuskan

Mengetahui dirinya sendiri, orang lain,


dan pemeriksa
Dapat membedakan waktu
Dapat menyebutkan lokasi
Pasien mudah diajak bicara dan
langsung merespon pertanyaan yang
diajukan
Pasien setuju bahwa seharusnya

Daya nilai

Baik

diabekerja membantu meringankan


beban ayah, pasien setuju bahwa solat
itu wajib

10

Hubungan jiwa

Mudah

Mudah dibina hubungannya dengan


pemeriksa
Pasien hanya merasa sulit tidur, dan

11

insight

Buruk

heran kenapa harus berobat di poli


Jiwa

F. SINDROM YANG DIDAPAT


Sindrom skizofrenia (waham curiga, waham kejar, halusinasi auditori dan visual)
Sindrom Ansietas (Rasa gelisah dan khawatir, sulit tidur, nyeri kepala)

G. DIAGNOSIS BANDING
H. PEDOMAN DIAGNOSIS
Skizofrenia (F 20)
Pedoman diagnostik :
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
a) - Thought echo = isi pikiran dirinyasendiri yang berulang atau bergema
dalam

kepalanya (tidak keras) , dan isi pikiran ulangan, walaupun isi sama,

namun kualitasnya berbeda; atau


-Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan
-Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
b) -Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
-Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
-Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan tertentu dari luar;
(tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh atau anggota
gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
-Delusional perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna, sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

c) Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara), atau
- jenis suara halusinasi lain yang berasla dari salah satu bagian tubuh
d) Waham waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
10

agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa
(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk
asing dari dunia lain).

2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
a) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide ide berlebihan (over loaded ideas)
yang menetap, atau yang apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu
atau berbulan bulan terus menerus;
b) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme;
c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor;
d) Gejala gejala negatif, seperti sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;
3. Adanya gejala gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal);

4. Harus ada suatu perbuatan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara
sosial.

11

Depresi Pasca Skizofrenia (F 20.4)


No

Kriteria Diagnosis

Pada Pasien

Diagnosis harus ditegakan hanya kalau:


a) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi

Terpenuhi

kriteria umum skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;


b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi
1

Terpenuhi

tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya) dan ;


c) Gejala gejala depresif menonjol dan mengganggu,
memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode depresif
(F32.-), dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit

Terpenuhi

2 minggu.
Apabila pasien tidak menunjukkan lagi gejala skizofrenia,
diagnosis menjadi episode depresif (F32.-). Bila gejala
2

skizofrenia masih jelas dan menonjol, diagnosis harus

Tidak terpenuhi

tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai


(F20.0-F20.3).

Skizofrenia Paranoid (F 20.0)


No
1

Kriteria Diagnosis

Pada Pasien

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Terpenuhi

Sebagai tambahan :
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a) Suara suara halusinasi yang mengancam pasien
atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik
tanpa
2

bentuk

verbal

berupa

bunyi

Tidak terpenuhi

pluit

(whistling), mendengung (humming), atau bunyi


tawa (laughing);
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau
bersifat seksual, atau lain lain perasaan tubuh;
halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang

Terpenuhi

menonjol;

12

c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi


waham dikendalikan (delusion of control),
dipengaruhi (deusion of influence), atau
passivity (delusion of passivity), dan keyakinan

Terpenuhi

dikejar kejar beraneka ragam, adalah yang


paling khas;

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan,


serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak

Terpenuhi

menonjol.

Skizofrenia Tak Terinci (F 20.3)


No
1

Kriteria Diagnosis

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.

Pada Pasien
Terpenuhi

Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia


2

paranoid, hebefrenik, atau katatonik.

Terpenuhi

Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau


3

depresi pasca skizofrenia.

Terpenuhi

I. DIAGNOSIS
Aksis I

: (F 20.3)Skizofrenia Tak Terinci

Aksis II

: Tipe Kepribadian cenderung Introvert

Aksis III : Nyeri kepala


Aksis IV :
Masalah Ekonomi (pasien berasal dari tingkat sosioekonomi rendah, dengan pemasukan
yang kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari)
Masalah Pekerjaan (pengangguran)
Aksis V : GAF 60-51

J. PENATALAKSANAAN
a) Farmakologi
Chlorpromazine 1x100 mg
13

Merupakan antipsikotik yang memiliki efek sedasi yang kuat terutama digunakan
terhadap sindrom psikosis dengan gejala dominan : gaduhh gelisah, hiperaktif,
sulit tidur, kekacauan pikiran, perasaan dan perilaku
Haloperidol 2x5 mg
Antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik (waham) pada gangguan
skizofrenia
Triheksipenydil 2x2 mg
Antidotum efek samping haloperidol (gejala ekstra piramidal, seperti tremor)

b) Psikoterapi
Terapi keluarga
Membantu keluarga untuk mengerti gejala-gejala yang dialami pasien, sehingga
penting sekali menjaga homeostasis keluarga
Terapi supportif
psikoventilasi : pasien dibimbing untuk menceritakan segala permasalahannya
kepada terapis, apa yang menjadi kekhawatiran pasien, sehingga terapis dapat
melakukan problem solving yang baik dan mengetahui antisipasi pasien dari
faktor-faktor pencetus
Pelatihan social skill untuk meningkatkan keterampilan sosial pasien yang kurang
seperti kurangnya keterlibatan dengan orang lain, persepsi yang tidak akurat
tentang orang lain, dan ketidakpantasan sosial lain dengan cara meningkatkan
pekerjaan rumah, menonton video, ataupun role playing
c) Edukasi
Edukasi keluarga tentang pentingnya membantu pasien untuk kontrol rutin ke poli,
minum obat yang teratur sesuai dosis dan anjuran, merawat dan memperlakukan
pasien dengan benar, serta kembali bersosialisasi dan bekerja untuk kehidupannya

K. PROGNOSIS
Premorbid
Indikator
1. Faktor genetik
2. Pola asuh keluarga

Pada pasien

prognosis

Tidak ada

Baik

Kurang baik

Jelek

14

3. Ciri kepribadian

Cenderung introvert

Jelek

4. Riwayat pendidikan

Tamat SMA

Baik

5. Status pernikahan

Tidak menikah

jelek

6. Faktor presipitasi

Kurang jelas

Jelek

rendah

Jelek

Pada pasien

prognosis

Dewasa muda

Jelek

kronis

Jelek

Ada

jelek

baik

baik

Menutup diri

jelek

Baik

Baik

7. Sosial Ekonomi

Morbid
Indikator
1. Onset
2. Kronologis perjalanan
penyakit
3. Percobaan bunuh
diri/gejala mood disorder
4. Respon terapi
5. Aktivitas sosial
6. Dukungan keluarga
Prognosis : Dubia at malam

15

Anda mungkin juga menyukai