Laboratory Diagnosis
and Monitoring of Diabetes
Mellitus
Sabtu, 22 Oktober 2011
Dr. Haryono Soeharto
A. Pendahuluan
1. DM adalah kelompok penyakit yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) sebagai akibat defek sekresi insulin, penurunan aksi insulin atau
keduanya.
2. DM tidaklah disebabkan satu hal patogenik, tapi merupakan kumpulan etiologi dari defek
metabolic yang berbeda-beda.
3. Gejala umum diabetes dari hyperglikemia mencolok, poliuria, polidipsi, polifagi, weight loss,
penglihatan kabur & rentan terhadap infeksi tertentu.
4. Hyperglikemia berat dpt mengakibatkan hyper-osmolar syndrome & defisiensi insulin
mengakibatkan ancaman ketoasidosis.
5. Hyperglikemi kronis menyebabkan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan
macam-macam sel, jaringan dan organ.
6. Komplikasi jangka panjang DM:
a. Macroangiopathy : IHD (ischemic heart disease), stroke, PVD (peripheral vascular
disease)
b. Microangiopathy : retinopathy, nephropathy
c. Neuropathy: peripheral & autonomic neuropathy
d. Cataract;
e. Diabetic foot,
f. Diabetic heart
Keterangan:
Ditandai oleh autoimun dengan mediasi sel yang merusak sel beta islet
Markers:
- Islet cell antibodies (ICAs)
- Auto-antibodies to insulin (IAAs)
- Auto-antibodies to glutamic acid decarboxylase(GAD₆₅)
- Auto-antibodies to tyrosine phosphatases IA2 & IA-2β
Faktor lingkungan belum diketahui. Faktor Infeksi virus dan nutrisional didiskusikan
Umur
onset predominan pada anak-anak dan adolescent, tapi bisa juga terjadi di semua umur
Laboratory findings :
- Hyperglikemia
- Ketonuria
- Serum insulin & kadar c peptide rendah atau tidak terdeteksi
- Auto-antibodies terhadap komponen sel islet β
Maturity onset diabetes of the young (MODY): bentuk serangan diabetes remaja yg tidak
tergantung insulin dengan riwayat keluarga yang dominan kuat & dihubungkan dengan
kelainan faktor hepatic nuclear (HNF), atau glukokinase genes
Laboratory finding
- Hyperglycemia
- Hyperlipidemia
- High serum insulin/C-peptide level
- Sekresi insulin mengalami defek
- Insuline resistance
C. Prevalensi diabetes
Western life-style country 6-7.6 %;
Developing country (middle east, western pacific) > 6 %;
Di antara 1995 & 2025 prevalensinya diprediksi menjadi 35 % prevalensi meningkat di
seluruh dunia., terutama terjadi di negara berkembang, cenderung lebih dari 300 juta pada
tahun 2025. Sekarang ini sebanyak 50 % penderita diabetes tidak terdiagnose. Sejak
intervensi pengobatan dapat menurunkan komplikasi penyakit ini, tidak perlu awal
penyebabnya. Resiko perkembangan diabetes type 2 bertambah dengan umur, obesitas & lack
of physical activity
D. Uji-saring diabetes
An analytical, organizational & financial challenge.
Aspek organisasi dan finansial faktor terbesar. Beberapa strategi telah diusulkan dievaluasi
untuk uji-saring. Bila mungkin uji-saring ini dilakukan dalam local health-care system;
sehingga setiap individu dengan hasil positive mendapat follow up investigasi dan pengobatan
yang tepat.
Oportunistic screening
Deteksi penderita dengan diabetes yang datang ke pelayanan kesehatan oleh karena sebab lain,
dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium
Selective screening
Dengan kuesioner yang dibagikan ke populasi. Kuesioner ini seyogyanya mengidentifikasi individu
yg beresiko tinggi diabetes. ; serta dirujuk ke dokter utk pertimbangan diagnosis.
Identifikasi untuk mendapatkan diabetes baru dengan follow up pemeriksaan dengan interval rutin
(misal 3 tahun) mungkin rendah, ok insiden penyakit ini rendah
Rekomendasi ADA : screening berikut dimulai pada usia 45 tahun & diulang setiap 3 tahun:
Fasting capillary blood sugar
Glucosuria
HbA1c
OGTT
E. Penetapan glukosa
Indikator paling sederhana metabolisme karbohidrat penderita yg adekuat : kadar glukosa darah;
yg menggambarkan status metabolisme KH sesaat, bukan evaluasi metabolisme glukosa baik
retrospektif maupun prospektif .
Glukosa diukur dalam spesimen yg berbeda, a.l.
- Whole blood - Plasma - Urine
(kapiler/vena) - Serum - Csf
- Hemolisat - De-proteinized blood
Glukosa darah
Glukosa darah patologis adalah kadar glukosa plasma, glukosa yang diexposed system organ
Beberapa pemeriksaan glukosa mendeteksi langsung glukosa plasma & tidak menggambarkan
volume plasma yg dipakai secara tepat. Plasma dapat diperoleh dari whole blood dengan
sentrifugasi, tapi sel-sel eritrosit akan melanjutkan metabolisme glukosa sehingga menurunkan
kadar glukosa yg terukur, kecuali glikolisisnya dihambat. Glikolisis dapat dihambat dengan Na-
flourida
Kadar glukosa whole blood juga dipengaruhi oleh kadar protein (terutama Hb 8-18%) dlm sampel
Metode penetapan glukosa darah sbb
1. Metode kimiawi 2. Metode enzimatik
Ortho-toluidine Hexokinase-G6PDH metode rujukan
Glucose dehydrogenase
Laboratory
Glucose Diagnosis
oxidase and Monitoring of Diabetes Mellitus
peroxidase 6
Glucose oxidase (GOD) dengan reaksi indikator lainnya
14th Block—Sistem Endokrin | 1st Chapter Wiki
`
Neocuproine
Ferricyanide
<<Penetapan Glukosa
F. Glukosa Urin
Fraksi urine harus segera dianalisis, atau diawetkan dengan pH <5 untuk menghambat bakteri
metabolisme glukose atau disimpan pada -4⁰C sebelum dianalisis. Convenient paper test strips
mudah didapat.
keuntungan
- Cepat
- Tidak mahal
- Non-invasive
- Kualitatif & semi kuantitatif
instrumen
1. qualitative paper test strips
- (Diabur, Dastix, Glucostix dlsb)
- Enzim : GOD/POD
- Deteksi limit 1 mg/dl
- Masalah : false-pos oleh oxididizing
- Agent; false-neg oleh reducing substance
2. Semi-quantitative tests
Evaluasi visual dengan enclosed colour chart : Clinistix, Multistix
3. Quantitative tests
Ok adanya substansia yang mengganggu, direkomendasikan memakai metode hexokinase &
glucose dehydrogenase. Metode o-toluidine adalah prosedur yang dapat diterima & tidak
mahal
Permasalahan
1. Poor reflection of changing level of hyperglycema.
2. Renal threshold varies among individuals.
3. Lack of sensivitity and specificity of the qualitative and semiquantitative procedures
Evaluasi dari keakuratan dan kebenaran dengan material kontrol yang tepat harus digunakan.
Penyimpangan maksimal yg dibolehkan harus diberikan & tidak boleh kurang dari 15%.
Pengukuran precision dalam serial dan diantara serial pemeriksaan ditetapkan kuantitative.
Imprecision maksimal yang dibolehkan dalam serial pemeriksaan tidak >5%. Serum ikterus,
turbid &/ hemolisis harus digunakan untuk memeriksa interferences selama penetapan glukose .
G. OGTT
Test untuk menguji efisiensi tubuh untuk metabolisis glukosa
Untuk membedakan metabolisme orang sehat dari impaired glucose intolerance & diabetes
Untuk diagnosis diabetes lebih sensitive dibanding FPG. Disamping itu diagnosis diabetes
tidak didasarkan atas 2 jam pasca pembebanan glukosa >200 mg/dl tapi harus dikonfirmasi
pada hari berikutnya (FPG dan atau glukosa sewaktu)
Lebih sensitive untuk diagnosis diabetes dibanding fasting plasma glucose
Tidak untuk monitoring seperti HbA₁c & glukose ulang
Terutama digunakan diagnosis IGT dan in epidemiological population studies. Bukan untuk
diagnosis rutin
OGTT dipengaruhi oleg stress metabolic dari beberapa kondisi klinis dan treatment obat seperti:
- major surgery
- myocardial infarction, stroke, infection etc
- malabsorption
- drug (steroid, thiazides, phenytoin, oestrogens, thyroxin)
- Stress, nausea
- Caffeine, smoking
H. Glycated protein
Protein dalam darah bereaksi spontan dengan glukosa membentuk glycated derivatives.
Reaksi terjadi lambat di bawah kondisi fisiologis dan tanpa campur tangan enzim. Keberadaan
glikasi protein dikontrol oleh kadar glukose darah & oleh jumlah kelompok asam amino reaktif
yang ada dalam protein yang dapat bereaksi dengan glukose. Semua protein dengan gugus
reaktif dapat diglikasi dan kadar glycated protein yang dapat diukur dalam darah sebagai marker
fluktuasi kadar glukose darah selama periode tertentu.
I. Glycated hemoglobin
Ada berbagai macam pemeriksaan HbA₁c . HbA₁c dapat juga langsung diperiksa dari darah
dengan tehnik imuno-kimia tanpa memisahkan dari nonglycated hemoglobin. Tidak ada bahan
kimia yang mengganggu dari varian Hb terhadap afinitas metode imuno-kimia; yang ada
pengganggu biologis pada keadaan tertentu dimana hemoglobin turnover darah tinggi
Spesimen.
Whole blood is used for analysis. (blood+EDTA 100 µl; heparinized blood 100 µl; capillary blood
one drop on special filter paper).
Penambahan hemolisat pada hemoglobin dengan glutasi mungkin tampak. Sampel dengan
hiperlidemia menyolok mungkin memberikan hasil yang salah pada semua metode kecuali
beberapa metode immunologi.
Indikasi
penentuan HbA₁c digunakan sebagai pendekatan retrospektif level rata-rata glukosa darah selama
periode 8-10 minggu. Makanya HbA₁c merupakan pengukuran jangka panjang metabolism
glukosa. HbA₁c direkomendasikan sbg indikator esensial utk monitoring glukose darah.
Standarization of HbA₁c
Metode pengukuran glycated hemoglobin yang dapat dibandingkan belum diketahui sejak
penetapan yang pertama 1970. Oleh karena itu perlu penelitian multisenter blood glucose control
& complication, terutama dalam the Diabetes Control & Complication Trial (DCCT) mendorong
sistem harmonisasi dari laboratory & manfacturers methods terhadap rujukan standar single
laboratory’s column separation method. Pada beberapa negara hasil HbA₁c sekarang dilaporkan
sebagai DCCT standardized
Termasuk metode column rujukan non-specific interferences of the order of 2,0% oleh fraksi
hemoglobin lain. Metode spectrometric telah dikembangkan metode rujukan (IFCC). Prinsipnya :
pengukuran of the β-terminal hexapeptide of hemoglobin A with or without covalently linked
glucose. Pabrik telah memberanikan diri merujuk hasil sistemnya terhadap metode rujukan ini.
Permasalahan analisis spesial mungkin timbul dari adanya kelainan hemoglobin. Nilai
HbA₁c tinggi yang tidak realistik (>18%) dapat diukur dengan beberapa metode. Spurious
elevation telah dilaporkan dalam hypertriglyceridemia, hyperbilirubinemia alkohol abuse &
pengobatan aspirin.
J. Fructosamin test
Albumin komponen utama protein plasma. Albumin juga terdiri dari grup amino bebas, reaksi
nonenzimatik dengan glukosa terjadi dalam plasma. Glycated albumin dapat juga membantu
sebagai marker untuk memonitor glukosa darah. Glycated albumin biasanya dipakai untuk
pelengkap mengukur kadar glukosa darah rata-rata retrospektif selama periode 1-3 minggu.
Di bawah kondisi alkalis (pH: 10.35) glycated proteins (ketoamine) mereduksi NBT
(nitroblue tetrazolium) membentuk formazane. Dalam fruktosamine test, absorpsi formazan
pada 530 nm secara fotometrik diukur & dibandingkan dengan standar yang cukup untuk
mendeteksi kadar glycated protein plasma.
Pada diabetes type 2 gagal ginjal lebih sedikit oleh karena keburu meninggal yang penyakit
vaskuler; tetapi type ini lebih prevalen, kira-kira setengah kasus diabetes nephropathy terjadi
pada penderita ini
Gejala awal diabetec nephropathy tak dapat dideteksi dengan uji-saring rutin proteinuria,
sehingga metode sensitif untuk mendeteksi kelainan ekskresi albumin harus digunakan. Tahap
awal albuminuria klinis didifinisikan sebagai ekskresi albumin dengan kecepatan 30-300 mg/24
jam (20-200 µg/min) meskipun ekskresi albumin yang sebenarnya lebih rendah.
Sejumlah kecil albumin yg disekresi dalam urine dalam diabetik renal awal cenderung à
microalbuminuria yang sampai sekarang masih dipakai secara luas, seharusnya dihindari.
Kenaikan ekskresi albumin adalah faktor resiko penyakit Cardiovascular pada diabetes type 2
(demikian juga pada non-diabetes; di mana dinyatakan sbg prediktor resiko kenaikan makro &
mikrovascular
Frekuensi pemeriksaan ekskresi albumin terhadap diabetes untuk uji-saring 1-2 kali per tahun.
Monitoring kelainan ekskresi albumin yang telah diketahui harus lebih sering.
Uji-saring yang biasa digunakan: rasio albumin/creatinine urine spot atau kadar albumin urine
spot. Keduanya dikerjakan pada sample urine pagi untuk menghindari pengaruh aktivitas dan
posture.
Hasil positif palsu dapat terjadi pada infeksi tractus urinarius. Bila hasil spot abnormal à
perlu konfirmasi dengan penampungan urine 24 jam atau 2-3 overnight. Ekskresi albumin urine
bervariasi bahkan pada orang yg sama dikerjakan 2 hari berturut-turut.
Sensitivitas semi-kuantitatif dapat mendeteksi 20 µg/l albumin urine. Tapi cut off untuk
nigrosin assay 50 mg/l albumin