BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi berperan besar dalam perkembangan penyakit jantung yang
merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia (Tenant, 2003).
Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah
utama di negara berkembang dan negara maju. Berdasarkan data Global Burden of
Disease (GBD) tahun 2000, 50% dari penyakit kardiovaskuler disebabkan oleh
hipertensi.
Di Amerika Serikat, berdasarkan data NHANES (National Health and
Nutrition Examination Survey) terdapat 28,7% penderita hipertensi (Kotchen, 2008)
yang meningkat dari 50 juta ditahun 1990 menjadi 65 juta di tahun 2000 (Fields et
al., 2004) dalam Kaplan (2006). Hal ini didukung dengan data terakhir yang
dipublikasikan CDC (Centers of Disease Control & Prevention) bahwa ada
peningkatan 3,6% penderita hipertensi dari periode 1999-2002. Peningkatan
prevalensi hipertensi ini merupakan konsekuensi dari peningkatan jumlah populasi
usia tua dan obesitas. Sementara di Indonesia sendiri, data dari penelitian di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2003 terdapat 14,1% kejadian
hipertensi pada pasien yang dirawat inap (Sianturi, 2008). Pada tahun 2004,
prevalensi hipertensi di Indonesia sekitar 13,4-14,6%, dan di Sumatera Utara
sebesar 5,54%.
Dalam perjalanannya, hipertensi dapat mengakibatkan gangguan pada
jantung, otak, ginjal, dan mata melalui dua mekanisme yang berhubungan yaitu efek
dari peningkatan tekanan arteri (pada struktur dan fungsi jantung & arteri) dan efek
dalam percepatan perkembangan aterosklerosis. Dalam kurun 20 tahun terakhir,
angka kematian karena serangan jantung & stroke yang disebabkan oleh hipertensi
mengalami penurunan. Akan tetapi, dua efek hipertensi lainnya yaitu gagal jantung
& penyakit ginjal kronis justru meningkat. Hal ini dapat dicegah bila hipertensi
diobati karena dengan pengobatan yang adekuat akan menurunkan kejadian stroke 35
40%, penyakit jantung koroner 20 25%, dan gagal jantung kongestif diatas 50% .
Dalam Fisher (2005), individu yang mengalami hipertensi ringan tanpa
adanya bukti kerusakan organ, jika tidak diobati selama tujuh hingga sepuluh tahun
berisiko tinggi mengalami komplikasi yaitu sekitar 30 % terbukti mengalami
aterosklerosis dan lebih dari 50% akan mengalami kerusakan organ yang
berhubungan dengan hipertensi itu sendiri, seperti kardiomegali, gagal jantung
kongestif, retinopati, masalah serebrovaskular, dan atau insufisiensi ginjal. Jadi,
walaupun ringan, hipertensi merupakan penyakit yang progresif & letal jika tidak
diobati.
Melihat prevalensi hipertensi dan komplikasinya di atas, maka perlu
meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menganjurkan penderita hipertensi
untuk melakukan pemeriksaan berkala agar mengurangi faktor risiko hipertensi dan
mencegah komplikasi bagi penderita yang belum mengalami komplikasi. Bagi
penderita hipertensi tetap mengontrol tekanan darah secara rutin, makan obat secara
teratur dan menjaga kebiasaan hidup sehat.