Anda di halaman 1dari 13

Penanganan Emergency pada Pasien dengan Fibrilasi

Ventrikel
Yovinus Deny 102010119
F3
PENDAHULUAN
Cardiac arrest atau henti jantung adalah kehilangan fungsi pompa dari jantung secara
tibatiba pada orang yang pernah/belum terdiagnosis mempunyai suatu penyakit jantung tertentu.
Kematian dapat terjadi dengan sangat cepat setelah gejala muncul. Setiap tahun, lebih dari 420.000
orang di USA terkena cardiac arrest. Apakah serangan jantung sama seperti henti jantung? Tidak.
Kedua istilah ini sering tertukar penggunaannya. Tetapi di satu sisi, serangan jantung dapat
menyebabkan henti jantung. Serangan jantung merupakan gangguan dimana otot-otot jantung
kurang mendapatkan perdarahan sesuai kebutuhannya. Sedangkan henti jantung disebabkan karena
kelainan sistem elektrik pada jantung. Aritmia yang paling sering menyebabkan henti jantung
adalah fibrilasi ventrikal. Hal ini merupakan keadaan dimana ventrikel berdenyut sangat tidak
teratur (chaotically) dan tidak menghasilkan daya pompa untuk memompa darah. Dalam paper ini
akan dibahas mengenai penatalaksanaan emergency dari kasus fibrilasi ventrikel ini berdasarkan
BCLS-ACLS terbaru yang dikeluarkan oleh AHA.
SKENARIO 7
Seorang perempuan berusia 60 tahun datang dibawa oleh keluarganya karena tidak sadarkan diri,
menurut keluarga; pasien 2 tahun yang lalu pernah mengalami serangan jantung dan mempunyai
riwayat hipertensi sejak 15 tahun yang lalu, dan DM sejak 10 tahun yang lalu.
Kesadaran: koma, tekanan darah: tidak terukur, nadi: tidak teraba..
Pada monitoring EKG pasien:
FIBRILASI VENTRIKEL1
Keadaan paling serius dari semua aritmia jantung adalah fibrilasi ventrikel, yang bila tidak
dihentikan dalam waktu 1 sampai 3 menit, hampir selalu menimbulkan keadaan fatal. Fibrilasi
ventrikel terjadi karena impuls jantung yang terdapat di dalam masa otot ventrikel timbul diluar
kendali.

ACLS-BLS emergency

Page 1

Impuls tersebut akan merangsang salah satu bagian otot ventrikel, kemudian merangsang
bagian lain, kemudian bagian lain lagi, dan akhirnya kembali ke tempat semula dan merangsang
kembali otot ventrikel yang sama berulang-ulang kali dan tidak pernah berhenti.
Jadi tidak pernah terjadi kontraksi otot yang terkoordinasi dari semua otot ventrikel pada
saat bersamaan, yang diperlukan untuk siklus pompa jantung. Oleh karena itu setelah fibrilasi
dimulai, orang akan hilang kesadarannya dalam waktu 4 sampai 5 detik, karena tidak ada darah
mengalir ke otak, dan kematian jaringan yang tidak dapat dicegah mulai terjadi di seluruh tubuh
dalam waktu beberapa menit.
Beberapa faktor dapat mencetuskan awal dari fibrilasi ventrikel seseorang dapat memiliki
denyut jantung normal untuk sementara tetapi satu detik kemudian ventrikel mengalami fibrilasi.
Hal-hal tertentu yang cenderung menimbulkan fibrilasi adalah (1) kejut jantung tiba - tiba, atau (2)
iskemia otot jantung, terutama sistem konduksi, atau keduanya.
Fenomena Masuk-Kembali (Re-entry) Gerakan Berputar sebagai dasar timbulnya fibrilasi
ventrikel. Bila serabut-serabut otot yang mula-mula dirangsang masih dalam keadaan refrakter,
impuls akan berhenti karena otot yang refrakter itu tidak dapat menghantarkan impuls kedua.
Terdapat tiga keadaan berbeda yang dapat menyebabkan impuls terus berjalan di sekeliling
lingkaran tersebut, yaitu, menyebabkan impuls masuk-kembali ke dalam otot yang sudah di
rangsang. Hal ini disebut gerakan berputar
Tiga keadaan tersebut adalah1 :
1) Jalur di sekeliling lingkaran tersebut sangat panjang, pada saat impuls kembali ketempat asal
mulanya, otot tersebut sudah tidak berada dalam masa refrakter lagi sehingga akibatnya impuls
akan mengelilingi lingkaran tersebut.
2) Bila panjang jalur tetap konstan tetapi kecepatan konduksi cukup menurun, akan terjadi
perpanjangan selang waktu tempuh sebelum impuls kembali ke tempat semula. Pada saat ini otot
yang mulanya sudah terangsang mungkin telah keluar Penatalaksanaan Fibrilasi Ventrikel ACLS
2010 3dari keadaan refrakter, dan impuls akan terus mengelilingi lingkaran tersebut berulang kali.
3) Periode refrakter otot bisa menjadi sangat memendek. Pada keadaan ini impuls juga akan terus
mengelilingi lingkaran tersebut.
Semua keadaan ini terjadi pada berbagai keadaan patologi yang berbeda pada jantung manusia,
seperti berikut ini1 :
ACLS-BLS emergency

Page 2

1) Jalur panjang biasanya terjadi pada jantung yang telah berdilatasi.


2) Penurunan kecepatan konduksi sering kali akibat (a) blok pada sistem Purkinje, (b) iskemia otot
jantung, (c) kadar kalium darah yang tinggi, atau (d) faktor-faktor lainnya.
3) Periode refrakter memendek biasanya terjadi sebagai respons terhadap obat, seperti epinefrin,
atau setelah rangsangan listrik berulang. Jadi, pada beberapa gangguan jantung, impuls yang masukkembali dapat menyebabkan pola kontraksi jantung abnormal atau irama jantung abnormal, dengan
mengabaikan pengaruh picu jantung dari nodus sinus.
Gambaran EKG pada fibrilasi ventrikel sangat aneh, dan biasanya tidak menunjukkan
kecenderungan untuk kembali ke irama normal dari irama apapun. Selama beberapa detik pertama
fibrilasi ventrikel, sejumlah besar masa otot akan berkontraksi relatif secara bersamaan, dan hal ini
akan menyebabkan gelombang kasar dan tidak teratus di EKG. Setelah beberapa detik kemudian,
kontraksi ventrikel kasar ini menghilang dan gambaran elektrokardiogram akan berubah menjadi
sebuah pola gelombang baru yang bervoltase rendah dan sangat tidak teratur. Jadi, tidak ada pola
elektrokardiografik berulang yang dapat dilihat pada fibrilasi ventrikel. Sebaliknya, otot ventrikel
berkontraksi sebanyak 30 hingga 50 bercak kecil otot pada satu waktu, dan potensial
elektrokardiogenik berubah secara konstan dan spasmodik karena arus listrik di dalam jantung,
pertama kali akan mengalir dalam satu arah dan kemudian dalam arah yang lain, dan jarang
berulang pada siklus spesifik mana pun. Voltase gelombang dalam gambaran elektrokardiogram
pada fibrilasi ventrikel biasanya sekitar 0,5 milivolt saat fibrilasi ventrikel dimulai pertama kali, tetapi
voltase akan menurun dengan cepat sehingga setelah 20-30 detik, voltase tersebut biasanya hanya
0,2 sampai 0,3 milivolt. Voltase kecil yang besarnya 0,1 milivolt atau kurang dari itu dapat terekam
selama 10 menit atau lebih setelah fibrilasi ventrikel dimulai. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya,karena tidak ada pemompaan darah selama fibrilasi ventrikel, keadaan ini bersifat
mematikan kecuali bila dihentikan oleh beberapa pengobatan penyelamatan, seperti dengan kerjut
listrk yang cepat pada jantung, yang akan dijelaskan dalam bagian di bawah ini.

ACLS-BLS emergency

Page 3

Pompa Jantung dengan Menggunakan Tangan (Resusitasi Jantung Paru) sebagai Suatu Alat Bantu
untuk Defibrilasi
Bila tidak didefibrilasi dalam waktu 1 menit setelah fibrilasi dimulai, jantung biasanya terlalu lemah
untuk dapat dibangkitkan lagi dengan defibrilasi karena jantung telah kekurangan nutrisi dari aliran
darah koroner. Akan tetapi, jantung masih mungkin di bangkitkan bila sebelumnya jantung dipompa
dengan tangan (penekanan secara intermiten), dan kemudian jantung di defibrilasi. Dengan cara ini
sejumlah kecil darah akan di hantarkan ke aorta dan terbentuk suplai darah koroner yang baru.
Kemudian, setelah beberapa menit memompa dengan tangan, defibrilasi listrik sering dapat
dilakukan lagi. Bahkan pada jantung yang mengalami fibrilasi, yang telah dipompa dengan tangan
selama 90 menit tetap dapat diikuti dengan defibrilisasi yang sukses.
Sebuah teknik pemompaan jantung tanpa membuka dinding dada terdiri atas dorongan tekanan
yang intermiten pada dinding dada bersama dengan pemberian nafas buata. Tindakan tersebut
ditambah dengan defibrilasi disebut resusitasi jantung paru atau RJP.
Kekurangan aliran darah ke otak selama lebih dari 5 sampai 8 menit biasanya akan menyebabkan
gangguan mental permanen atau bahkan kerusakan pada jaringan otak. Walaupun jantung dapat

ACLS-BLS emergency

Page 4

dibangkitkan kembali, orang tersebut bisa meninggal akibat kerusakan otak, atau hidup dengan
kerusakan mental yang permanen.
ACLS 2010 - FIBRILASI VENTRIKEL4
Penatalaksanaan henti jantung

fibrilasi ventrikel, mengikuti guidelines

American Heart

Association (AHA). AHA telah mengeluarkan Adults Advanced Cardiovascular Life Support ACLS
terbaru pada tahun 2010. ACLS yang dikeluarkan oleh AHA ini menjadi standar resusitasi yang umum
di pakai di seluruh dunia.
ACLS sangat berperan dalam meningkatkan peluang hidup pasien melalui pencegahan henti jantung,
penanganan henti jantung dan juga meningkatkan outcome pada pasien setelah henti jantung
terjadi return of of spontaneus circulation (ROSC).
Untuk pengobatan henti jantung, intervensi ACLS dimulai dengan basic life support (BLS) pada tahap
awal, early CPR dan defibrilasi cepat untuk meningkatkan survival rate ROSC dengan tambahan
terapi farmakologis serta advanced airway management, dan monitoring keadaan fisiologis pasien.

Di bandingkan dengan ACLS 2005, pada henti jantung tipe pulseless electrical activity (PEA) dan
asistol, terapi atropin tidak lagi di rekomendasikan.
Management pada Henti Jantung
Overview. Algoritma tatalaksana henti jantung dapat di lihat pada diagram di bawah ini. Henti
jantung dapat disebabkan oleh 4 tipe gangguan irama jantung, yaitu:
1) Ventricular fibrillation (VT)
2) Pulseless ventricular tachycardia (VT)
3) Pulseless electric activity (PEA)
4) Asystole
VF menandakan aktivitas elektrik yang tidak terorganisir, sedangkan pulseless VT menunjukkan
aktivitas elektrik yang terorganisir pada miokard ventrikel. Tetapi baik VF ataupun VT tidak
menghasilkan cardiac output yang signifikan.
PEA menggambarkan keadaan ritme elektrik jantung yang terorganisir tetapi tidak diikuti oleh
aktivitas mekanik dari ventrikel ataupun ada aktivitas dari ventrikel, tetapi tidak dapat di deteksi
ACLS-BLS emergency

Page 5

denyut nadinya. Asistole (mungkin lebih tepatnya asistole ventrikel) merupakan suatu keadaan
dimana aktivitas elektrik ventrikel tidak dapat terdeteksi dengan/tanpa aktivitas elektrik atrium.
Pasien dengan keadaan seperti ini henti jantung, membutuhkan penanganan BLS serta ACLS
dengan integrasi post-cardiac arrest care. Dasar dari keberhasilan ACLS adalah kualitas CPR yang baik
dan pada VF/pulseless VT dibutuhkan defibrilasi segera pada menit-menit awal setelah pasien
kolaps.

Terapi post henti jantung (ROSC) seperti terapi hipotermia dan PCI segera juga

meningkatkan survival rate pasien.


ACLS 2010 memiliki logaritma penanganan henti jantung yang di sajikan dalam dua tipe traditional
box-and-line serta format circular yang baru. Peroidik pause pada CPR harus dilakukan dengan cepat
dan hanya untuk mengevaluasi ritme jantung pasien.

ACLS-BLS emergency

Page 6

Sebagai tambahan, vascular access, pemberian obat, dan pemasangan advanced airway
tidak boleh terlalu mengganggu kompresi dada atau menghambat defibrilasi. Tidak ada evidence
yang cukup kuat untuk menentukan timing atau sequence (order) dilakukan pemberian obat atau
pemasangan alat bantu napas selama henti jantung. Dalam banyak kejadian, pemberian obat serta
pemasangan alat bantu napas ini ditentukan oleh banyaknya penolong serta kemampuan para
penolong tersebut. Pada kasus asistole/PEA jika ritmenya sudah berubah ke VF/pulseless VT dapat
segeraa dilakukan shock.

ACLS-BLS emergency

Page 7

Jika pasien sudah mencapai ROSC, sangat penting untuk dilakukan post-cardiac arrest care untuk
mencegah rearrest dan mengoptimalkan long-term survival rate pasien dengan fungsi neurologis
yang masih baik. Tetapi harus diakui bahwa pada kenyataannya sebagian besarresusitasi tidak
berakhir dengan ROSC. Kriteria untuk menentukan resusitasi yang gagal dapat dilihat pada subtopik
di bawah ini.
Rhythm-Based Management pada Cardiac Arrest4
Pada kasus henti jantung, provider/penolong pertama harus memulai melakukan CPR
dengan kompresi dada dan penolong kedua harus menyiapkan defibrilator, tempatkan pads atau
paddles, dan cek ritme jantung. Paddles dan pads elektrode harus diletakkan pada dada dengan
posisi antero-lateral. Bisa juga diletakkan pada bagian anterior-posterior, anterior-left infrascapular,
dan anterior-right infrascapular. Ritme jantung harus di cek secara cepat dan cek denyut nadi harus
dilakukan segera.
VF/Pulseless VT
Ketika ritme jantung dideteksi dengan menggunakan automated external defibrillator (AED)
menunjukkan VT/VF, AED akan otomatis meng-charge. Clear pasiennya sebelum dilakukan shock,
dan lakukan shock segera semua hal ini harus dilakukan dengan cepat.
Ketika ritme jantung di cek dengan menggunakan manual defibrilator menunjukkan VF/VT, provider
pertama harus meneruskan CPR sementara itu provider kedua charges defibrilatornya. Ketika
defibrilator sudah siap, CPR di hentikan sementara lalu provider kedua segera melakukan shock
dengan cepat untuk meminimalkan interupsi pada kompresi dada (hands-off interval). Setelah itu
provider pertama melanjutkan CPR (tanpa mengecek ritme atau denyut nadi tetapi langsung
melanjutkan kompresi dada) dan diteruskan selama 2 menit. Setelah dilakukan CPR selama 2 menit,
lakukan pengecekkan ritme jantung.4
Provider yang melakukan kompresi dada harus bergantian setiap 2 menit untuk menghindari
terjadinya kelelahan. Kualitas CPR harus dimonitor secara mekanikal atau fisologik berdasarkan
parameter tertentu yang akan di jelaskan di sub topik di bawah ini.
Strategi Defibrilasi
Waveform and Energy. Jika tersedia bifasik defibrilator, provider harus menggunakan kekuatan
energi sesuai yang telah di rekomendasikan oleh pabrikannya (biasanya dosis awalnya 120-200 J)
untuk menghentikan VF (Class I, LOE B). Jika provider tidak mengetahui dosis efektifnya, dapat
ACLS-BLS emergency

Page 8

menggunakan dosis maksimal (Class IIb, LOE C). Pada shock selanjutnya, energi yang diberikan
paling tidak sama atau lebih tinggi Class IIb, LOE B, dari energi awal yang diberikan. Jika
menggunakan monofasik defibrilator, kekuatan energi yang harus diberikan pada shock pertama kali
adalah 360 J dan kekuatan ini dipertahankan untuk shock selanjutnya. Jika VF berhasil di hentikan
tetapi terjadi relaps VF, lakukan shock lagi dengan jumlah energi sama seperti jumlah energi shock
yang berhasil sebelumnya.4
CPR sebelum Defibrilasi. Selama penanganan kasus VF/pulseless VT, provider harus memastikan
koordinasi antara CPR dengan pemberian shock agar efisien. Ketika VF telah terjadi lebih dari
beberapa menit, miocardium kekurangan oksigen dan bahan metabolik. Kompresi dada periode
singkat dapat memperbaiki kekurangan oksigen dan substrat metabolik miokardium serta dapat
mengeluarkan darah yang berlebih di ventrikel kanan, hal ini dapat meningkatkan peluang
keberhasilan setelah diberikan shock. Semakin singkat waktu jeda antara kompresi dada dengan
pemberian shock dapat meningkatkan peluang keberhasilan resusitasi ini. Tetapi keuntungan dari
delaying defibriillation sebelum dilakukan CPR masih belum dapat dibuktikan kebenarannya.
Terapi Farmakologis pada VF/Pulseless VT
Ketika VF/pulseless VT masih terjadi setelah 1 shock dan 2-minute CPR, vasopressor dapat diberikan
dengan tujuan untuk meningkatkan aliran darah miokardial selama CPR dan dapat menghasilkan
ROSC. Efek dari pemberian intravena/intraoseus dari vasopresor yang diberi secara bolus selama
CPR baru dapat terjadi paling tidak 1 sampai 2 menit kemudian. Waktu yang optimal untuk
pemberian vasopresor belum diketahui. Biasanya diberikan setelah shock gagal mengembalikan
irama jantung normal, hal ini bertujuan untuk meningkatkan aliran darah miokardial sebelum
pemberian shock berikutnya. Tetapi jika shock dapat mengembalikan ritme normal jantung, dapat
diberikan selama periode CPR dengan tujuan untuk mempertahankan kestabilan kardiovaskular.
Epinefrin dapat diberikan 1 mg per dose melalui IV/IO setiap 3 sampai 5 menit.
Amiodaron adalah pilihan pertama untuk terapi anti-aritmia selama henti jantung karena hasil
studi klinis menunjukkan

peningkatan peluang

keberhasilan ROSC.

Pemberian amiodaron

dipertimbangkan jika VT/VF tidak berespons terhadap CPR, defibrilisasion, dan terapi vasopressor.
Jika tidak tersedia amiodaron dapat diberikan lidokain, tetapi belum dibuktikan keunggulannya
dibanding amiodaron.
Magnesium sulfat dapat di pertimbangkan untuk diberikan hanya jika ada torsades de pointesyang
ditandai dengan pemanjangan interval QT.
ACLS-BLS emergency

Page 9

Pemberian obat selama resusitasi biasanya diberikan melalui IV. Dapat diberikan di vena periferal
(harus di tambah dengan 20mL bolus IV fluid) atau dapat juga diberikan melalui central IV misalnya
di vena jugularis atau vena subkalvia.
Mengobati penyebab dasar VF/Pulseless VT
Sangat penting untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit dasar yang mencetuskan henti jantung
ini. Pada kasus refractory VF/pulseless VT, acute coronary ischemia atau myocardial infarction harus
dipertimbangkan sebagai penyebabnya. Oleh karena itu strategi reperfusi seperti coronary
angiography dan PCI selama CPR atau emergency cardiopulmonary bypass menunjukkan
keberhasilan pada beberapa studi kasus.4
ROSC After VF/Pulseless VT
jika pasien mendapatkan ROSC, post-cardiac arrest care harus segera dimulai. Beberapa hal yang
penting seperti terapi hipoxia dan hipotensi, diagnosis serta terapi dini dari ST-elevation myocardial
infarction (STEMI) serta terapi hipotermi pada pasien koma.4
PEA/Asystole
Ketika pengecekan ritma jantung menggunakan AED menunjukkan ritme yang nonshockable, CPR
harus dilanjutkan selama dua menit sebelum pengecekan ritme jantung di ulang lagi. Ketiak
pengecekan ritme jantung menggunakan manual defibrilator atau cardiac monitor menunjukkan
ritme jantung yang dapat dikenali, segera lakukan pengecekan denyut nadi. Jika nadi dapat
dideteksi, post-cardiac arrest care harus segera dimulai.

Monitoring selama CPR4


Parameter Mekanik. Kualitas CPR dapat di tingkatkan dengan berbagai teknik non-fisiologis seperti
parameter kecepatan dan kedalaman kompresi dada serta kecepatan pemberian ventilasi. Yang
paling sederhana adalah audiometry atau visual metronom untuk membantu provider dalam
mengatur kecepatan ventilasi dan kompresi serta kedalamannya.

ACLS-BLS emergency

Page 10

Parameter Fisiologis. Henti jantung merupakan hal yang paling kritis. Meskipun begitu parameter
fisiologis yang sering di pakai hanya ECG dan pengecekan denyut nadi. Tetapi parameter lain yang
dapat diukur adalah PETCO2, Coronary Perfusion Pressure (CPP) dan Central Venous Oxygen
Saturation (SVO2) dapat menggambarkan keadaan dan respons pasien terhadap terapi yang
diberikan.
Defibrilasi Ventrikel dengan Kejut Listrik1
Walaupun arus listrik bolak-balik dengan voltase sedang yang diletakkan langsung ke ventrikel
hampir selalu membuat ventrikel jatuh ke dalam fibrilasi, arus listrik bolak-balik dengan voltase
tinggi yang melewati ventrikel selama sepersekian detik dapat menghentikan fibrilasi dengan
membuat semuat otot ventrikel berada pada keadaan refrakter secara bersamaan.
Keadaan ini dicapai dengan mengalirkan arus kuat melalui elektroda besar yang diletakkan pada
kedua sisi jantung. Arus akan masuk ke dalam sebagian besar serabut ventrikel pada saat yang
bersamaan, sehingga pada dasarnya merangsang semua bagian ventrikel secara bersamaan dan
menyebabkan semua bagian ventrikel menjadi refrakter. Semua potensial aksi akan berhenti dan
jantung tetap tidak akan berdenyut selama 3 sampai 5 detik, kemudian setelah itu jantung akan
mulai berdenyut kembali, biasanya dengan nosud sinus atau beberapa bagian jantung lain sebagai
pacu jantung. Akan tetapi, pada tempat masuk-kembali yang sama dengan yang awalnya membuat
ventrikel fibrilasi sering kali masih dapat ditemukan, pada kasus ini fibrilasi dapat mulai kembali.
Bila eletroda langsung ditempelkan pada kedua sisi jantung, fibrilasi biasanya dapat dihentikan
dengan menggunakan voltase sebesar 110 volt yang berasal dari arus bolak-balik sebesar 60 siklus,
yang ditempelkan selama 0,1 detik atau dengan voltase 1.000 volt yang berlasal dari arus langsung
(direct current), yang ditempel selama seperskian ribu detik. Bila ditempelkan melaui dua elektroda
pada dinding dada, prosedur yang umum adalah mengisi sebuah kapasitor listrik yang besar sampai
beberapa ribu volt dan kemudian menyebabkan kapasitor itu melepaskan muatannya selema
sepersekian ribu detik melalui kedua elektroda dan jantung.

Kapan Resusitasi di Hentikan?4


Hal ini tidak pernah hanya bergantung pada satu kriteria. Banyak hal yang dipertimbangkan
kedalamnya. Termasuk keputusan klinis serta respect untuk kehormatan manusia. Dalam keadaan
tertentu dimana provider sudah kelelahan, maka resusitasi dapat di hentikan.

ACLS-BLS emergency

Page 11

KESIMPULAN
Intervensi untuk mencegah henti jantung pada pasien kritis merupakan hal yang ideal. Ketika
terjadi henti jantung, CPR yang berkualitas dibutuhkan untuk membantu intervensi ACLS lainnya
agar pasien dapat diselamatkan. Selama resusitasi, tenaga kesehatan harus melakukan kompresi
dada yang kecepatannya adekuat, kedalamannya ideal, harus complete recoil pada setiap kompresi,
minimum intervensi dan mencegah ventilasi yang berlebihan. Kualitas CPR dapat pantau dari
parameter mekanik dan fisiologik seperti yang dijelaskan di atas. Selain itu, advenced post cardiac
arrest care dapat mengoptimalkan outcome yang didapatkan oleh pasien.
Daftar Pustaka
1. Hall JE. Guyton and Hall textbook of medical physiology. 12thEd. Philadelphia: Saunders
Elsevier, 2011: 159-62.

ACLS-BLS emergency

Page 12

2. Berg RA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF, Lerner EB, Rea TD,
Sayre MR, Swor RA. Part 5: Adult basic life support: 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Circulation. 2010;122(suppl 3):S685S705.
3. Cave DM, Gazmuri RJ, Otto CW, Nadkarni VM, Cheng A, Brooks SC, Daya M, Sutton RM,
Branson R, Hazinski MF. Part 7: CPR techniques and devices: 2010 American Heart
Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular
Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S720S8.
4. Neumar RW, Otto CW, Link MS, Kronick SL, Shuster M, Callaway CW, Kudenchuk PJ, Ornato
JP, McNally B, Silvers SM, Passman RS, White RD, Hess EP, Tang W, Davis D, Sinz E, Morrison
LJ. Part 8: adult advanced cardiovascular life support: 2010 American Heart Association
Guidelines

for

Cardiopulmonary

Resuscitation

and

Emergency

Cardiovascular

Care.Circulation. 2010;122(suppl 3):S729 S67.


5. PeberdyMA, Callaway CW, Neumar RW, Geocadin RG, Zimmerman JL, Donnino M, Gabrielli
A, Silvers SM, Zaritsky AL, Merchant R, Vanden Hoek TL, Kronick SL. Part 9: postcardiac
arrest care: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation
and Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S768S86.

ACLS-BLS emergency

Page 13

Anda mungkin juga menyukai