Anda di halaman 1dari 10

Museum Trinil

Manusia Purba di Museum Trinil


Mengunjungi Museum Trinil, mengajak kita kembali ke dalam
kehidupan jutaan tahun yang lalu. Melihat lamanya waktu,
sejarah ini pasti menceriterakan tentang kepurbakalaan. Satusatunya situs kepurbakalaan berada di Ngawi Jawa Timur
adalah Museum Trinil Di museum ini banyak sekali tersimpan
fosil-fosil purba, mulai dari tengkorak manusia, gajah serta
peralatan yang digunakan untuk mempertahankan diri pada
zaman itu.
Museum Kepurbakalaan Trinil terletak di Dukuh Pilang, Desa
Kawu, Kec. Kedunggalar, Kabupaten Ngawi dengan jarak
tempuh sekitar 14 km ke arah barat dari pusat kota Ngawi.
Sepanjang perjalanan menuju museum kita bisa menikmati
indahnya pemandangan desa yang sangat rimbun yang
dipenuhi pohon bambu serta rumah penduduk yang memiliki
ciri khas pedesaan terbuat dari bambu.
Pintu gerbang museum yang sangat sederhana terlihat
setelah masuk ke dalam, sekitar satu kilometer dari jalan raya
utama. Memasuki wilayah museum kita harus melapor ke pos
penjagaan. Situs Trinil, menurut penelitian, merupakan salah
satu tempat hunian kehidupan purba pada zaman Pleistosen
Tengahsekitar 1,5 juta tahun yang lalu. Situs Trinil ini amat
penting sebab di situs ini selain ditemukan data manusia purba
juga menyimpan bukti konkrit tentang lingkungannya, baik
flora maupun faunanya. Museum ini dikelola bersama oleh
Pemda Kabupaten Ngawi dan Dirjen Kebudayaan, Suaka
Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jatim yang berada di
Trowulan, Mojokerto.
Isi Museum Trinil
Menginjakkan kaki di halaman museum, wisatawan disambut
dengan bangunan gapura museum dengan latar belakang
patung gajah purba. Patung gajah ini cukup besar untuk ukuran
gajah sekarang, dengan gading yang sangat panjang, dan
anatominya lebih mirip Mammoth tetapi tanpa bulu. Selain
patung gajah, juga terdapat monumen penemuan Pithecanthropus erectus yang dibuat oleh Dubois. Pada monumen,

tertulis: P.e. 175m (gambar anak panah), ONO serta di


bawahnya tertera 1891/95. Artinya Pithecanthropus erectus
(P.e.) ditemukan sekitar 175 meter dari monumen itu,
mengikuti arah tanda panah (arah barat daya), pada ekskavasi
yang dilakukan dari tahun 1891 hingga 1895.
Begitu masuk museum jajaran redaksi Prasetya menemui Pak
Sujono juru kunci yang juga cucu dari Wirodihardjo atau Wiro
Balung, tokoh yang peduli pada fosil pada jaman Belanda.
Setelah cukup menikmati patung gajah dan monumen,
wisatawan bisa menggali informasi lebih jauh dengan melihat
koleksi museum yang jumlahnya mencapai 1.200 fosil terdiri
dari 130 jenis. Di dalam Museum dipamerkan beberapa replika
fosil manusia purba berupa replika Phitecantropus Erectus yang
ditemukan di Karang Tengah (Ngawi), Phitecantropus Erectus
yang ditemukan di Trinil (Ngawi), serta fosil-fosil yang berasal
dari Afrika dan Jerman, yakni Australopithecus Afrinacus dan
Homo Neanderthalensis. Kendati hanya berupa replika, namun
fosil tersebut dibuat mendekati bentuk aslinya. Sementara fosilfosil yang asli disimpan di beberapa museum di Belanda dan
Jerman.
Di dalam museum pengunjung bisa menyaksikan diorama
manusia purba serta tulang-tulang manusia purba seperti fosil
tengkorak manusia purba (Phitecantropus Erectus Cranium
Karang Tengah Ngawi), fosil tengkorak manusia purba
(Pithecantropus Erectus Cranium Trinil Trinil Area), fosil gigi
geraham atas gajah (Stegodon Trigonocephalus Upper Molar
Trinil Area), fosil tulang paha manusia purba (Phitecantropus
Erectus Femur Trinil Area), fosil tanduk kerbau (Bubalus
Palaeokerabau Horn Trinil Area), fosil tanduk banteng (Bibos
Palaeosondaicus Horn Trinil Area) dan fosil gading gajah purba
(Stegodon Trigonocephalus Ivory Trinil Area).
Selain itu terdapat beberapa fosil teng- korak beserta peta
sebarannya di seluruh dunia dilengkapi dengan lampu-lampu
kecil seperti : Australopithecus Afrinacus Cranium Taung
Bostwana Afrika Selatan, Homo Neanderthalensis Cranium
Neander Dusseldorf Jerman dan Homo Sapiens Cranium. Yang
tak kalah menarikny adalah adanya sebuah tugu tempat
penemuan manusia purba. Selain fosil manusia.

Di dalam museum juga dipamerkan fosil tulang rahang bawah


macan (Felis Tigris), fosil gigi geraham atas gajah (Stegodon
Trigonocephalus), fosil tanduk kerbau (Bubalus Palaeokerabau),
fosil tanduk banteng (Bibos Palaeosondaicus), serta fosil gading
gajah purba (Stegodon Trigonocephalus). Fosil-fosil hewan ini
umumnya lebih besar dan panjang daripada ukuran hewan
sekarang. Misalnya saja fosil gading gajah purba yang
panjangnya mencapai 3,15 meterbandingkan dengan gajah
sekarang yang panjang gadingnya tak lebih dari 1,5 meter.

Mengenal Manusia Purba di Indonesia


Pernahkah kamu mendengar tentang Situs Manusia Purba
Sangiran? Kini Situs Manusia Purba Sangiran telah ditetapkan
oleh UNESCO sebagai warisanbudaya dunia, tentu ini
angatmembanggakan bangsa Indonesia.Pengakuan tersebut
tentu didasari berbagai pertimbangan yang kompleks. Satu di
antaranya karena di wilayah tersebut tersimpan ribuan
peninggalan manusia purba yang menunjukkan proses
kehidupan manusia dari masa lalu. Sangiran telah menjadi
sentra kehidupan manusia purba.Berbagai penelitian dari para
ahli juga dilakukan di sekitar Sangiran.Beberapa temuan fosil di
Sangiran telah mendorong para ahli untukterus melakukan
penelitian termasuk di luar Sangiran.Dari Sangiran kita
mengenal beberapa jenis manusia purba diIndonesia. Setelah
ditetapkan sebagai warisan dunia, Situs ManusiaPurba Sangiran
dikembangkan sebagai pusat penelitian dalamnegeri dan luar
negeri, serta sebagai tempat wisata. Selain ituSangiran juga
memberi manfaat kepada masyarakat di sekitarnya,karena
pariwisata di daerah tersebut.Untuk memahami jenis dan ciriciri manusia purba di Indonesiamari kita telaah bacaan berikut
ini.

Sangiran
Perjalanan kisah perkembangan manusia di dunia tidak
dapatkita lepaskan dari keberadaan bentangan luas perbukitan
tandusyang berada diperbatasan Kabupaten Sragen dan
kabupaten Karanganyar. Lahan itu dikenal dengan nama Situs
Sangiran. Didalam buku Harry Widianto dan Truman manjuntak,
SangiranMenjawab
Dunia
diterangkan
bahwa Sangiran
merupakansebuah kompleks situs manusia purba dari Kala
Pleistosen yangpaling lengkap dan paling penting di Indonesia,
dan bahkan di Asia.
Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia
dunia,yang memberikan petunjuk tentang keberadaanmanusia
sejak 150.000 tahun yang lalu. SitusSangiran itu mempunyai
luas delapan kilometerpada arah utara-selatan dan tujuh
kilometer
arahtimur-barat.
Situs
Sangiran
merupakan
suatukubah raksasa yang berupa cekungan besardi pusat
kubah akibat adanya erosi di bagian puncaknya. Kubah raksasa
itu diwarnai denganperbukitan yang bergelombang. Kondisi
deformasi
geologis
itu
menyebabkan
tersingkapnya
berbagailapisan batuan yang mengandung fosil-fosil manusia
purba dan binatang, termasuk artefak.Berdasarkan materi
tanahnya, Situs Sangiranberupa endapan lempung hitam dan
pasir fluviovolkanik,tanahnya tidak subur dan terkesangersang
pada musim kemarau.

Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemullingtahun


1864, dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari
Kalioso,bagian dari wilayah Sangiran. Semenjak dilaporkan
chemullingsitus itu seolah-olah terlupakan dalam waktu yang
lama. EugeneDubois juga pernah datang ke Sangiran, akan
tetapi ia kurangtertarik dengan temuan-temuan di wilayah
Sangiran. Pada 1934,G.H.R von Koenigswald menemukan
artefak litik di wilayahNgebung yang terletak sekitar dua km di
barat laut kubah Sangiran.Artefak litik itulah yang kemudian
menjadi temuan penting bagi Situs Sangiran. Semenjak
penemuan von Koenigswald, Situs Sangiranmenjadi sangat
terkenal berkaitan dengan penemuan-penemuanfosil Homo
erectus secara sporadis dan berkesinambungan. Homo erectus
adalah takson paling penting dalam sejarah manusia,sebelum
masuk
pada
tahapan
manusia
Homo
sapiens,
manusiamodern.Situs Sangiran tidak hanya memberikan
gambaran tentangevolusi fisik manusia saja, akan tetapi juga
memberikan gambarannyata tentang evolusi budaya, binatang,
dan juga lingkungan.Beberapa fosil yang ditemukan dalam seri
geologis-stratigrafis yangdiendapkan tanpa terputus selama
lebih dari dua juta tahun,menunjukan tentang hal itu. Situs
Sangiran telah diakui sebagaisalah satu pusat evolusi manusia
di dunia. Situs itu ditetapkan secararesmi sebagai Warisan
Dunia pada 1996, yang tercantum dalamnomor 593 Daftar
Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO.Perhatikan baikbaik gambar fosilmanusia purba di samping, fosil itu juga
disebut sebagai Sangiran 17 sesuai dengan nomor
seripenemuannya. Fosil itu merupakan fosil Homo erectus yang
terbaik di Sangiran. Ia ditemukan diendapan pasir fluviovolkanik di Pucang, bagian wilayah Sangiran. Fosil itu
merupakan dua diantara Homo erectus di dunia yang masih
lengkap dengan mukanya. Satu ditemukan di Sangiran dan satu
lagi di Afrika.

Trinil, Ngawi, Jawa Timur


Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo,
masukwilayah administrasi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Tinggalanpurbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini
jauh sebelum von Koenigswald menemukan Sangiran pada
1934. Ekskavasiyang dilakukan oleh Eugene Dubois di Trinil
telah membawapenemuan sisa-sisa manusia purba yang
sangat berharga bagidunia pengetahuan. Penggalian Dubois
dilakukan pada endapanalluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini
ditemukan atap tengkorakPithecanthropus erectus, dan
beberapa buah tulang paha (utuh danfragmen) yang
menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak.
Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinilsangat pendek
tetapi memanjang ke belakang.Volume otaknya sekitar 900 cc,
di antara otak kera(600 cc) dan otak manusia modern (1.2001.400cc).
Tulang
kening
sangat
menonjol
dan
di
bagianbelakang mata, terdapat penyempitan yang sangat
jjelas, menandakan otak yang belum berkembang.Pada bagian
belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing yang diduga
pemiliknya merupakanperempuan. Berdasarkan kaburnya
sambungan perekatan antar tulang kepala, ditafsirkan inividuini
telah mencapai usia dewasa. Selain tempattempat di atas,

peninggalan manusia purba tipe inijuga ditemukan di Perning,


Mojokerto, Jawa Timur; Ngandong, Blora, Jawa Tengah;
Sambungmacan,Sragen, Jawa Tengah.
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli,
dapatlah direkonstruksi beberapa jenis manusia purba yang
pernah hidup di zaman praaksara.
Jenis Meganthropus

Jenis manusia purba ini terutama berdasarkan penelitianvon


Koenigswald
di
Sangiran
tahun
1936
dan
1941
yangmenemukan fosil rahang manusia yang berukuran besar.
Darihasil rekonstruksi ini kemudian para ahli menamakan
jenismanusia ini dengan sebutan Meganthropus paleojavanicus,
artinya manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia purbaini
memiliki
ciri
rahang
yang
kuat
dan
badannya
tegap.Diperkirakan makanan jenis manusia ini adalah
tumbuhtumbuhan.Masa hidupnya diperkirakan pada zaman
Pleistosen Awal.

Jenis Pithecanthropus
Jenis manusia ini didasarkan pada penelitian EugeneDubois
tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggiranBengawan
Solo, di wilayah Ngawi. Setelah direkonstruksiterbentuk
kerangka manusia, tetapi masihterlihat tanda-tanda kera. Oleh
karena itujenis ini dinamakan Pithecanthropus erectus, artinya
manusia kera yang berjalan tegak.Jenis ini juga ditemukan di
Mojokerto,sehingga disebut Pithecanthropus mojokertensis.
Jenis manusia purba yangjuga terkenal sebagai rumpun Homo
erectusini paling banyak ditemukan di Indonesia.Diperkirakan
jenis manusia purba ini hidup
dan berkembang sekitar zaman PleistosenTengah.

Jenis Homo

Fosil jenis Homo ini pertama diteliti oleh von Reitschotendi


Wajak.
Penelitian
dilanjutkan
oleh
Eugene
Dubois
bersamakawan-kawan dan menyimpulkan sebagai jenis
Homo.Ciri-ciri jenis manusia Homo ini muka lebar, hidung
danmulutnya
menonjol.
Dahi
juga
masih
menonjol,
sekalipuntidak
semenonjol
jenis
Pithecanthropus.
Bentukfisiknya
tidak
jauh
berbeda
dengan
manusia
sekarang.Hidup dan perkembangan jenis manusia ini
sekitar40.000

25.000
tahun
yang
lalu.
Tempattempatpenyebarannya
tidak
hanya
di
Kepulauan
Indonesiatetapi juga di Filipina dan Cina Selatan.
Homo sapiens artinya manusia sempurnabaik dari segi fisik,
volume otak maupun postur badannya yang secara umum
tidak jauh berbeda dengan manusiamodern. Kadang-kadang
Homo sapiens juga diartikandengan manusia bijak karena
telah lebih maju dalamberfikir dan menyiasati tantangan alam.
Bagaimanakahmereka muncul ke bumi pertama kali dan
kemudianmenyebar dengan cepat ke berbagai penjuru
duniahingga
saat
ini?
Para
ahli
paleoanthropologi
dapatmelukiskan perbedaan morfologis antara Homosapiens
dengan pendahulunya, Homo erectus.Rangka Homo sapiens
kurang kekar posturnyadibandingkan Homo erectus. Salah satu
alasannya karenatulang belulangnya tidak setebal dan
sekompak Homo erectus.Hal ini mengindikasikan bahwa secara
fisik Homosapiens jauh lebih lemah dibanding sang pendahulu
tersebut.Di lain pihak, ciri-ciri morfologis maupun biometriks
Homosapiens menunjukkan karakter yang lebih berevolusi dan
lebihmodern dibandingkan dengan Homo erectus. Sebagai
misal,karakter
evolutif
yang
paling
signifikan
adalah
bertambahnya kapasitas otak. Homo sapiens mempunyai
kapasitas otak yangjauh lebih besar (rata-rata 1.400 cc),
dengan atap tengkorakyang jauh lebih bundar dan lebih tinggi
dibandingkan dengan Homo erectus yang mempunyai
tengkorak panjang danrendah, dengan kapasitas otak 1.000
cc.Segi-segi
morfologis
dan
tingkatan
kepurbaannyamenunjukkan ada perbedaan yang sangat nyata
antara keduaspesies dalam genus Homo tersebut. Homo
sapiens akhirnyatampil sebagai spesies yang sangat tangguh
dalam beradaptasidengan lingkungannya, dan dengan cepat
menghuni berbagai

permukaan dunia ini.Berdasarkan bukti-bukti penemuan, sejauh


ini manusiamodern awal di Kepulauan Indonesia dan Asia
Tenggara paling tidaktelah hadir sejak 45.000 tahun yang lalu.
Dalam perkembangannya,kehidupan manusia modern ini dapat
dikelompokkan dalam tigatahap, yaitu (i) kehidupan manusia
modern awal yang kehadirannyahingga akhir zaman es (sekitar
12.000 tahun lalu), kemudiandilanjutkan oleh (ii) kehidupan
manusia modern yang lebihbelakangan, dan berdasarkan
karakter fisiknya dikenal sebagairas Austromelanesoid. (iii)
mulai di sekitar 4000 tahun lalu munculpenghuni baru di
Kepulauan Indonesia yang dikenal sebagaipenutur bahasa
Austronesia. Berdasarkan karakter fisiknya, makhlukmanusia ini
tergolong
dalam
ras
Mongolid.
Ras
inilah
yang
kemudianberkembang hingga menjadi bangsa Indonesia
sekarang.
Beberapa
spesimen
(penggolongan)
manusia
sapiensdapat dikelompokkan sebagai berikut,

Homo

Manusia Wajak
Manusia
Wajak
(Homo
wajakensis)
merupakan
satusatunyatemuan di Indonesia yang untuk sementara
dapatdisejajarkan
perkembangannya
dengan
manusia
modernawal dari akhir Kala Pleistosen. Pada tahun 1889,
manusiaWajak ditemukan oleh B.D. van Rietschoten di sebuah
ceruk di lereng pegunungan karst di barat laut Campurdarat,
dekatTulungagung, Jawa Timur.
Manusia Liang Bua
Pengumuman tentang penemuan manusia Homofloresiensis
tahun 2004 menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Sisa-sisa
manusia ditemukan di sebuah guaLiang Bua oleh tim peneliti
gabungan Indonesia dan Australia.Sebuah gua permukiman
prasejarah di Flores. Liang Buabila diartikan secara harfiah
merupakan sebuah gua yangdingin. Sebuah gua yang sangat
lebar dan tinggi dengan permukaan tanah yang datar,
merupakan tempat bermukimyang nyaman bagi manusia pada
masa praaksara. Hal itu bisadilihat dari kondisi lingkungan
sekitar gua yang sangat indah,yang berada di sekitar bukit
dengan kondisi tanah yang datardi depannya. Liang Bua
merupakan sebuah temuan manusiamodern awal dari akhir

masa Pleistosen di Indonesia yangmenakjubkan yang


diharapkan dapat menyibak asal usulmanusia di Kepulauan
Indonesia.Manusia Liang Bua ditemukan oleh Peter Brown
danMike J. Morwood pada bulan September 2003 lalu.
Temuanitu dianggap sebagai penemuan spesies baru yang
kemudiandiberi nama Homo floresiensis, sesuai dengan
tempatditemukannya fosil manusia Liang Bua.Pada tahun 1950an, Th. Verhoeven lebih dahulumenemukan beberapa fragmen
tulang manusia di Liang Bua.Saat itu ia menemukan tulang iga
yang berasosiasi denganberbagai alat serpih dan gerabah.
Tahun 1965, ditemukantujuh buah rangka manusia beserta
beberapa bekal kuburyang antara lain berupa beliung dan
barang-barang
gerabah.
Diperkirakan
Liang
Bua
merupakansebuah situs neolitik dan paleometalik.Manusia
Liang Bua mempunyai ciritengkorak yang panjang dan
rendah,berukuran kecil, dengan volume otak380 cc. Kapasitas
kranial tersebut beradajauh di bawah Homo erectus (1.000
cc),manusia modern Homo sapiens (1.400cc), dan bahkan
berada di bawah volumeotak simpanse (450 cc).[ps]

Anda mungkin juga menyukai