Anda di halaman 1dari 19

Refarat Katarak Senil Matur

KATARAK SENIL MATUR


I.

PENDAHULUAN

Katarak berasal dari bahasa yunani Katarrhakies, dari bahasa inggris


Cataract, dan bahasa latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam
bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti air terjun
akibat lensa yang keruh. 1
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa yang
dapat terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai
kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umumnya merupakan
penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan
kongenital, atau penyulit mata local menahun. Bermacam-macam
penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaucoma, ablasi,
uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses
penyakit intraokuler lainnya. 1

a)

b)

Gambar 1. a) Mata tampak depan dengan lensa yang jernih,


b) Mata tampak depan dengan lensa yang keruh (katarak).6

Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata


atau sistemik (katarak senile, juvenile, herediter) atau kelainan
kongenital mata. Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti : 1
-

Fisik

Kimia

Penyakit predisposisi

Genetic dan gangguan perkembangan

Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin

Usia

Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam


penglihatan yang menurun secara progresif. Kekeruhan lensa ini
mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna
putih atau abu-abu. 1
Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan
sebelum dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan
sebanding dengan turunnya tajam penglihatan. Pada katarak nuclear
tipis dengan myopia tinggi akan terlihat tajam penglihatan yang tidak
sesuai, sehingga mungkin penglihatan yang turun akibat kelainan pada
retina dan bila dilakukan pembedahan memberikan hasil tajam
penglihatan yang tidak memuaskan.1
Berdasarkan usia, katarak dapat diklasifikasikan dalam :
1.

Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah

1 tahun
2.

Katarak juvenile, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1

tahun
3.

Katarak senile, katarak usia 50 tahun

Selanjutnya, dalam referat ini akan dibahas lebih dalam tentang katarak
sekunder, bagaimana gejala klinis, etiologi, penatalaksanaan dan
komplikasinya. 1

II.

DEFENISI

Katarak senile merupakan semua kekeruhan lensa yang terdapat pada


usia lanjut yaitu usia di atas 50 tahun. Katarak senile juga katarak yang
berkaitan dengan usia, merupakan jenis yang paling umum. 3
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak
diketahui secara pasti. Katarak senile ini jenis katarak yang sering
ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa distorsi penglihatan
yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak,
disertai penglihatan jauh makin kabur. Penglihatan dekat mungkin
sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa
kacamata (second sight). 1
Berdasarkan lokasinya terdapat tiga jenis katarak yaitu nuclear sclerosis,
cortical, dan posterior subcapsular. 3
1.

Nuclear sclerosis merupakan perubahan lensa secara perlahan-

lahan sehingga menjadi keras dan berwarna kekuningan. Pandangan


jauh lebih di pengaruhi dari pada pandangan dekat (pandangan baca),
bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik. Penderita juga
mengalami kesulitan membedakan warna terutama warna biru.

Gambar 2. Katarak Nuklear 6


2.

Katarak jenis kortical terjadi bila serat-serat menjadi keruh, dapat

menyebabkan silau terutama bila menyetir malam hari.

Gambar 3. Katarak Kortikal 6


3.

Sedangkan Posterior Capsular merupakan terjadinya kekeruhan di

sisi belakang lensa. Katarak ini menyebabkan pandangan membaca


menurun.

Gambar 4. Katarak Posterior Kapsuler 6

III.

ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA

Lensa berasal dari lapisan ectoderm, merupakan struktur yang


transparan berbentuk cakram bikonveks. Lensa tidak memiliki suplai
darah atau inervasi setelah perkembangan janin dan hal ini bergantung
pada aquous humor untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya serta

membuang sisa metabolismenya. Lensa terletak posterior dari iris dan


anterior dari korpus vitreus. Posisinya dipertahankan oleh zonula zinnia
yang terdiri dari serat-serat kuat yang menyokong dan melekatkannya
pada korpus siliar.
Bagianbagian lensa terdiri dari kapsul, epithelium lensa, korteks dan
nucleus. 4

Gambar 5. Anatomi Bola mata


Lensa berfungsi untuk merefraksikan sinar, mempertahankan
kejelasannya, serta untuk akomodasi. Lensa dapat merefraksikan sinar
karena indeks refraksinya berbeda dari aquous dan vitreus yang ada
disekelilingnya (normalnya sekitar 1,4 secara sentral dan 1,36 secara
perifer). Pada posisi ketika lensa tidak berakomodasi, lensa memberikan
kontribusi sebesar 15-20 dioptri dari kira-kira 60 Dioptri dari kekuatan
refraksi konvergen rata-rata mata manusia. 40 Dioptri dan selebihnya

dari kekuatan refraksi konvergen terjadi dengan adanya udara dan


kornea. 4
a.

Kapsula

Kapsula lensa memiliki sifat elastic, membrane basalisnya yang


transparan terbentuk dari kolagen tipe IV yang ditaruh dibawah oleh selsel epithelial. Kapsula terdiri dari substansia lensa yang dapat
mengkerut selama perubahan akomodatif. Lapis terluar dari kapsula
lensa adalah lamella zonularis yang berperan dalam melekatnya seratserat zonula. Kapsula lensa tertebal pada bagian anterior dan posterior
preekuatorial dan tertipis pada daerah kutup posterior sentral dimana
memiliki ketipisan sekitar 2-4 mm. Kapsula lensa anterior lebih tebal dari
kapsul posterior dan terus meningkat ketebalannya selama kehidupan.
Pinggir lateral lensa disebut ekuator, yaitu bagian yang dibentuk oleh
gabungan kapsula anterior dan posterior yang merupakan insersi dari
zonula. 4
b.

Serat Zonula

Serat zonula lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari
lamina basalis dari epithelium non-pigmentosa pars plana dan pars
plikata korpus siliar. Serat-serat zonula ini memasuki kapsula lensa pada
region ekuatorial secara kontinu. Seiring usia, serat-serat zonula
ekuatorial ini beregresi, meninggalkan lapis anterior dan posterior yang
tampak sebagai bentuk segitiga pada potongan melintang dari cincin
zonula. 4
c.

Epitel lensa

Epitel lensa terletak tepat dibelakang kapsula anterior lensa. Terdiri dari
sel-sel epithelial yang mengandung banyak organel sehingga sel-sel ini
secara metabolik ia aktif dan dapat melakukan semua aktivitas sel

normal termasuk biosintesis DNA, RNA, protein dan lipid sehingga dapat
menghasilkan ATP untuk memenuhi kebutuhan energy dari lensa. Sel
epitel akan mengalami perubahan morfologis ketika sel-sel epithelial
memanjang membentuk sel serat lensa yang sering disertai dengan
peningkatan masa protein dan pada waktu yang sama, sel-sel
kehilangan organel-organelnya, termasuk inti sel, mitokondria dan
ribosom. Hilangnya organel-organel ini sangat menguntungkan, karena
cahaya dapat melalui lensa tanpa tersebar atau terserap oleh organelorganel ini, tetapi dengan hilangnya organel maka fungsi metabolik pun
akan hilang sehingga serat lensa bergantung pada energy yang
dihasilkan oleh proses glikolisis.4
d.

Korteks dan nukleus

Tidak ada sel-sel yang hilang dari lensa sebagaimana serat-serat baru
diletakkan, sel-sel ini akan memadat dan merapat kepada serat yang
baru saja dibentuk dengan lapisan tertua menjadi bagian yang paling
tengah. Bagian tertua dari ini adalah nucleus fetal dan embrional yang
dihasilkan selama kehidupan embrional dan terdapat pada bagian
tengah lensa. Bagian terluar dari serat adalah yang pertama kali
terbentuk dan membentuk korteks dari lensa. 4
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation
(Na, K). Kedua kation ini berasal dari humor aquous dan vitreus.
Kadang kalium dibagian anterior lebih tinggi dibandingakn posterior
sedangkan kadar natrium lebih tinggi di posterior. Ion K bergerak ke
bagian posterior dan keluar ke humor aquous, dan ion Na bergerak ke
anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K
ATP-ase. Transport aktif asam-asam amino mengambil tempat pada
lensa dengan mekanisme tergantung pada gradient natrium yang
dibawa oleh pompa natrium. Aspek fisiologis terpenting dari lensa

adalah mekanisme yang mengatur keseimbangan air dan elektrolit lensa


yang sangat penting untuk menjaga kejernihan lens. Karena kejernihan
lensa sangat tergantung pada komponen struktural dan makromolekular,
gangguan dari hidrasi lensa dapat menyebabkan kekeruhan lensa. Telah
ditentukan bahwa gangguan keseimbangan air dan elektrolit sering
terjadi pada katarak kortikal, dimana kadar air meningkat secara
bermakna. 4
Lensa manusia normal mengandung sekitar 66% air dan 33% protein
dan perubahan ini terjadi sedikit demi sedikit dengan bertambahnya
usia. Korteks lensa menjadi lebih terhidrasi dari pada nucleus lensa.
Sekitar 5% volume lensa adalah air yang ditemukan diantara serat-serat
lensa diruang ekstraseluler. Konsentrasi natrium adalah lensa
dipertahankan pada 20 mm dan konsentrasi kalium sekitar 120 mm. 4
Epithelium lensa sebagai tempat transport aktif lensa bersifat
dehidrasi dan memiliki kadar ion Kalium (K+) dan asam amino yang
lebih tinggi dari humor aquous dan vitreus disekelilingnya. Sebaliknya,
lensa mengandung kadar ion natrium (Na+), ion klorida (Cl-) dan air
yang lebih sedikit dari lingkungan sekitarnya. Keseimbangan kation
antara di dalam dan di luar lensa adalah hasil dari kemampuan
permeabilitas membrane sel-sel lensa dan aktivitas dari pompa (Na+,
K+-ATPase) yang terdapat pada membrane sel dari epithelium lensa
dan setiap serat lensa. Fungsi pompa natrium bekerja dengan cara
memompa ion natrium keluar dari dan menarik ion kalium ke dalam.
Mekanisme ini bergantung dari pemecahan ATP dan diatur oleh enzim
Na+, K+-ATPase. 4
Keseimbangan ini mudah sekali terganggu oleh inhibitor spesifik
ATPase. Inhibisi dari Na+, K+, ATPase akan menyebabkan hilangnya
keseimbangan kation dan meningkatkan kadar air dalam lensa. Pada
perkembangan katarak kortikal beberapa studi telah menunjukkan

bahwa terjadi penurunan aktivitas Na+, K+-ATPase, sedangkan yang


lainnya tidak menunjukkan perubahan apapun. Dari studi-studi lain telah
diperkirakan bahwa permeabilitas membrane sedikit meningkat seiring
dengan perkembangan katarak. 4
IV.

EPIDEMIOLOGI

Tingkat kebutaan di Indonesia sendiri merupakan yang tertinggi di Asia


Tenggara yaitu sebesar 1,5%. Sedang dalam catatan WHO, tingkat
kebutaan di Indonesia berada dalam urutan ketiga dunia sebesar 1,47%.
Dari catatan WHO 75% kebutaan di dunia sebenarnya dapat di cegah
dan di obati, sebab sebagian besar kebutaan itu disebabkan oleh
katarak. 2
95% masyarakat yang berusia 65 tahun memiliki tingkatan kekeruhan
lensa, banyak yang menjalani operasi katarak. The Beaver Dam Eye
melaporkan bahwa 38,8% pria 45% wanita berusia di atas 74 tahun
menderita katarak. Diperkirakan lebih dari 1 juta ekstraksi katarak telah
di lakukan di Amerika Serikat. Katarak diperkirakan telah mengakibatkan
15 juta kasus kebutaan di seluruh dunia. 2
V.

ETIOLOGI

Opasifikasi lensa mata (katarak) merupakan penyebab tersering


kebutaan yang dapat diobati di seluruh dunia. Sebagian besar katarak
timbul pada usia tua sebagai akibat pajanan kumulatif terhadap
pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi UV,
dan peningkatan kadar gula darah. Kadang ini disebut katarak terkait
usia. Sejumlah kecil berhubungan dengan penyakit mata atau penyakit
sistemik spesifik dan memiliki mekanisme fisiokimiawi yang jelas.
Beberapa diantaranya bersifat kongenital dan dapat diturunkan. 5
Kondisi ocular yang berkaitan dengan katarak : 5

Trauma

Uveitis

Myopia tinggi

Pengobatan topical (terutama tetes mata steroid)

Tumor intraocular

Adapun penyebab sistemik katarak : 5


-

Diabetes

Kelainan metabolik lain (termasuk galaktosemia, penyakit Fabry,

Hipokalsemia)
-

Obat-obat sistemik (terutama steroid, klorpromazin)

Infeksi (Rubella kongenital)

Distrofi miotonik

Dermatitis atopic

Sindrom sistemik (down, lowe)

Congenital, termasuk katarak turunan

Radiasi sinar - X

VI.

STADIUM KATARAK

Stadium-stadium katarak terdiri atas 4 (empat) stadium, yaitu : 7


-

Stadium insipiens

Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk


gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan
biasanya terletak di korteks anterior dan posterior.
Katarak ini pada permulaannya hanya tampak bila pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat kekeruhan poliplopia oleh karena indeks
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan tes
bayangan iris (shadow test) akan negatif.

Katarak imatur

Pada stadium yang lebih lanjut ini maka akan terjadi kekeruhan yang
lebih tebal tapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga
masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lens
menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan
memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi
myopia. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke
depan sehingga bilik mata depan dan sudut bilik mata depan akan lebih
sempit.
Pada stadium ini akan lebih mudah terjadi glaucoma sebagai penyulit.
Stadium imatur dimana terjadi pencembungan lensa akibat menyerap air
disebut stadium intumesen. Shadow test pada keadaan ini positif.

Gambar 6. Katarak senilis Imatur 6


-

Katarak Matur

Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil desintegritas melalui kapsul. Di dalam stadium ini
lensa akan berukuran normal kembali. Sehingga iris tidak terdorong ke

depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal


kembali.
Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat
perkapuran menyeluruh karena deposit kalium. Bila dilakukan test
bayangan iris atau shadow test akan terlihat negatif.

Gambar 7. Katarak senilis Matur 6


-

Katarak Hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa


mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa. Lensa meneriput dan
berwarna kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks
nucleus lensa tenggelam ke arah bawah (katarak morgagni). Lensa
yang mengecil akan mengakibatkan bilik mata menjadi dalam. Shadow
test memberikan gambaran pseudopositif.
Akibat massa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat timbul
penyulit berupa uveitis fakotoksik atau glaukom fakolitik.

Gambar 8. Katarak senilis Hipermatur 6

VII.

GEJALA KLINIK

Gejala klinik katarak matur : 5


-

Suatu obstipasi pada lensa mata

Menyebabkan hilangnya penglihatan tanpa rasa nyeri

Menyebabkan rasa silau

Dapat mengubah kelainan refraksi

VIII.

TERAPI

Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat


progresivitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap
dengan pembedahan. Tidak perlu menunggu menjadi Matang. Karena
tehnik operasi katarak yang ada telah memungkinkan dilakukan
pembedahan pada tahap katarak imatur. 8
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan
penggantian lensa dengan implant plastic. Saat ini pembedahan
semakin banyak dilakukan dengan anestesi lokal dari pada anestesi
umum. 8
Beberapa teknik operasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:8

Couching

Aspirasi katarak dengan jarum

Intracapsular cataract extraction (ICCE)

Pada ekstraksi katarak intrakapsular, seluruh lensa diekstraksi, termasuk


kapsula posterior. Pada teknik ini tidak perlu dikhawatirkan terjadinya
kekeruhan kapsular. Teknik ini juga tidak memerlukan peralatan yang
canggih dan dapat dilakukan tanpa mikroskop operatif. Namun terdapat
sejumlah kerugian dan komplikasi post-operatif seperti lamanya
penyembuhan, lamanya rehabilitasi penglihatan, astigmatisme yang
signifikan, inkarserasi iris, kebocoran luka post-operasi, inkarserasi

vitreus serta edema kornea. Ditambah lagi, kehilangan sel endotelial


pada ekstraksi intrakapsular lebih besar dibandingkan ekstrakapsular.
Teknik ini juga lebih sulit karena penempatan lensa intraokular tidak
semudah apabila diletakkan pada kantung kapsular. Walaupun banyak
komplikasi yang menurunkan kepopuleran penggunaan metode ini,
teknik ini masih dapat digunakan jika keutuhan zonular sangat
terganggu sehingga lensa dapat dikeluarkan dengan sempurna.

Gambar 9. Ekstraksi katarak intrakapsuler. 6

Extracapsular cataract extraction (ECCE)

Pada ekstraksi ekstrakapsular, nukleus dan korteks dikeluarkan dengan


cara membuka kapsula anterior (anterior capsulectomy) meninggalkan
kapsula posterior yang utuh. Operasi jenis ini terutama dilakukan pada
negara maju dengan tersedianya mikroskop operatif yang
baik.Kelebihan teknik ini adalah insisi yang lebih kecil sehingga
kemungkinan terjadinya trauma pada endotel kornea lebih kecil.
Penempatan lensa intraokuler juga dapat dilakukan dengan lebih baik.
Syarat untuk melakukan teknik ini adalah keutuhan zonular.

Gambar 10. Ekstraksi katarak Ekstrakapsuler. 6

Small Incision Cataract Surgery (SICS)

Insisi 6 cm pada sclera (jarak 2 mm dari limbus), kemudian dibuat sclera


tunnel sampai di bilik mata depan.

Phacoemulsification/fakoemulsifikasi

Pada fakoemulsifikasi (disintegrasi ultrasonic dari nukleus) dilakukan


insisi kecil (3mm) untuk mengeluarkan lensa. Teknik ini memerlukan
jarum yang diarahkan dengan gelombang ultrasonik ke arah nukleus
untuk mengaspirasi substrat lensa .Teknik ini memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan ekstraksi ekstrakapsular yaitu insisi lebih kecil,
rehabilitasi yang lebih cepat dan komplikasi post operatif yang lebih
jarang. Namun operasi ini tergantung mesin dan operator serta lebih
mahal.
1

Gambar 11. Fakoemulsifikasi 11


1.

Keratome corneal incision

2.

Phaco-probe sculpting lens nucleus

3.

Foldable intraocular lens (IOL) being inserted

4.

IOL unfolded in capsular bag

Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan operasi katarak adalah :


9
1.

Biometri : Pengukuran panjang mata dengan memakai pemeriksaan

ultrasound dan keratometri untuk mengukur kurvatur kornea sehingga


kita dapat menghitung kekuatan implant yang akan dimasukkan ke mata
pada saat operasi.
2.

Konfirmasikan bahwa tidak terdapat masalah kesehatan yang lain,

terutama hipertensi, penyakit traktus respirasi dan diabetes.


3.

Beberapa obat dapat meningkatkan insiden perdarahan. Warfarin

tidak perlu dihentikan hanya dikurangi dosisnya. Aspirin harus


dihentikan
4.

1 minggu sebelum operasi.

Beritahukan pada pasien perkiraan hasil operasi dan komplikasi dari

proses operasi yang mungkin terjadi.


Kekuatan implant lensa intraokuler yang akan digunakan dalam
operasi dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang mata secara
ultrasonik dan kelengkungan kornea (maka juga kekuatan optik) secara
optik. Kekuatan lensa umumnya dihitung sehingga pasien tidak akan

membutuhkan kacamata untuk penglihatan jauh. 8


Pasca operasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik
jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa
minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan
peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
fekoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien
akan membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak
dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. 8
IX.

KOMPLIKASI

Berikut ini adalah komplikasi besar intraoperatif yang ditemukan selama


operasi katarak, yaitu : 12

Kamera okuli anterior dangkal atau datar

Ruptur kapsul

Edem kornea

Perdarahan atau efusi suprakoroid

Perdarahan koroid yang ekspulsif

Tertahannya material lensa

Gangguan vitreous dan inkarserasi ke dalam luka

Iridodialisis

Berikut ini merupakan komplikasi besar post operatif yang ditemukan


segera selama operasi katarak, yang sering terlihat dalam beberapa hari
atau minggu setelah operasi, yaitu : (Dr. RAZI)

Kamera okuli anterior datar atau dangkal karena luka robek

Terlepasnya koroid

Hambatan pupil

Hambatan korpus siliar

Perdarahan suprakoroid

Edem stroma dan epitel

Hipotoni

Sindrom Brown-Mc. Lean (edem kornea perifer dengan kornea

sentral jernih sangat sering terlihat mengikuti ICCE)

Perlekatan vitreokornea dan edem kornea yang persisten

Perdarahan koroid yang lambat

Hifema

Tekanan intraokuler yang meningkat (sering karena tertahannya

viskoelastis)

Edem makular kistoid

Terlepasnya retina

Endoptalmitis akut

Sindrom uveitis-glaukoma-hifema (UGH)

Berikut ini adalah komplikasi besar post operatif yang lambat, terlihat
dalam beberapa minggu atau bulan setelah operasi katarak : (12)

Jahitan yang menginduksi astigmatismus

Desentrasi dan dislokasi IOL

Edem kornea dan keratopati bullous pseudopakia

Uveitis kronis

Endoptalmitis kronis

Kesalahan penggunaan kekuatan IOL

DAFTAR PUSTAKA
1.

Ilyas S. Penglihatan turun perlahan tanpa mata merah. Ilmu

penyakit mata. Edisi ketiga. Jakarta: balai penerbit FKUI; 2007. Hal 20011.
2.

Harper RA, Shock JP. Lens in Vaughan and Asburys: General

Opthalmology 16th edition. McGraw Hills Company : 2007. P. 173-180.


3.

Bintang N. Jenis-jenis katarak dalam World Optical. [Cited Juni 19,

2011]. Available from URL: http://nasrulbintang.wordpress.com/jenisjenis-katarak/.


4.

Bobrow JC, Blecher MH, et al. Lens and cataract. In Basic and

Clinical science course. Section 11. 2008-2009: American Academy of


Ophthalmology. The eye M.D. P. 5-9.
5.

James B, Chew C, Bron A. Lensa dan katarak dalam ofthalmologi.

Edisi 9. Jakarta : Erlangga; 2006. Hal. 76-84.


6.

Lang GK, Cataract in Ophthalmology: A short Textbook. Lang

Ophthalmology. Stuttgart, New York 2000. P. 170-8.


7.

Radjamin RK, Akmam SM, et al. Ilmu penyakit mata. Airlangga

University press. 1984. Hal. 131.134.


8.

Shock JP, Harper RA. Lensa dalam oftalmologi umum. Edisi 14.

Widya Medika: 2005. Hal 175-184.


9.

Dhawan S. Cataract, Phacoemulfisication & Lens. [Cited Juni 19,

2011]. Available from URL: http://sdhawan.com/eye-diseasecataract.htm.


10.

Khaw PT, Shah P. Cataract. In: ABC of Eyes. 14th Edition. BMJ

Brooks: London. 2004. P. 47-51.


11.

Cassidy L, Olver J. Cataract Surgery. Blackwell Science. 2005. P.

75
12.

Anonym. Katarak Pada Penderita Dewasa. 2011. Hal. 1-3

Anda mungkin juga menyukai