Pembangunan
hukum
Nasional,
termasuk
didalamnya
pembangunan hukum, tidak selayaknya dilihat dan dipahami
hanya sebagai subyek pembangunan, tetapi juga sekaligus
sebagai obyek pembangunan.
Sebagai subyek pembangunan, hukum dituntut agar dapat tidak
hanya berfungsi sebagai sarana pembangunan (Law is a tool of
social engineering), tetapi sebagai upaya menciptakan system
hukum nasional, maka dalam pembangunannya dibutuhkan pola
pikir, yang melihat hukum dan memahami hukum sebagai suatu
system, yaitu system hukum nasional, yang dibangun dengan
cara antara lain menerapkan prinsip good governance dan
dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan system
politik dan ketatanegaraan sesuai dengan amandemen UUD
1945.
Dalam kedudukanya sebagai obyek pembangunan nasional, maka
pembangunan hukum, apalagi pembangunan yang berbasis
APBN, maka dalam pelaksanaan pembangunannya dimasa
datang, dibutuhkan tidak hanya Visi dan Misi yang jelas, namun
sekaligus dan lebih penting lagi adalah pemikiran (konsepsi),
tentang
indikator-indikator
dan
pengukuran
kinerja
keberhasilannya yang jelas, serta pengawasan yang baik dan
dengan pembiayaan yang cukup.
Perubahan
paradigma
dalam
kehidupan
politik
dan
ketatanegaraan di Indonesia, yaitu dari system otoritarian kepada
system demokrasi dan dari system sentralisitik kepada system
desentralisasi, akan berdampak pada system hukum yang dianut
selama ini yang menitik beratkan kepada produk-produk hukum
yang lebih banyak berphak kepada kepentingan penguasa
daripada kepentingan rakyat, dan produk hukum yang lebih
mengutamakan kepentingan pemerintah pusat dari kepentingan
pemerintah daerah.
Nasional