Disusun oleh:
Ricky Dwi Putra, S.Ked
NIM : 70 2010 056
BAB I
STATUS PENDERITA
I.
Identifikasi Penderita
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Suku / Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Alamat
Datang ke RS
Cara ke RS
Tempat Pemeriksaan
: Ny Y
: 27 tahun
: Perempuan
: Menikah
: Sumatera Selatan / Indonesia
: Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA)
: Ibu Rumah Tangga
: Islam
: Sukarame Lintang Empat Lawang
: Rabu, 12 November 2014
: Diantar keluarga
: Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan
Bangsal
= Penderita : 27 tahun
3.5. Pikiran
A. Bentuk pikiran
1. Produktivitas : Pikiran yang cepat dan menjawab dengan cepat,
asosiasi longgar (+)
2. Kontinuitas : Ada
3. Hendaya berbahasa : Tidak ada
B. Isi pikiran
III.6.
Sensorium dan kognitif
A. Taraf pendidikan : Tidak sesuai
B. Orientasi
1. Waktu : Terganggu, penderita tidak dapat mengetahui jam berapa
sekarang.
2. Tempat : Terganggu, tidak mengetahui dimana dia berada
3. Orang :Baik, penderita dapat mengenali keluarga
yang
membawanya.
C. Daya ingat
1. Jangka Panjang :
Baik, penderita dapat mengingat keluarga besarnya.
2. Jangka sedang :
Baik, penderita dapat mengingat dengan siapa ia datang ke RS.
dr. Ernaldi Bahar Palembang.
3. Jangka pendek :
Baik, penderita dapat mengingat ia makan apa sebelum ia pergi
dibawa ke RS ERBA Palembang.
D. Kemampuan menolong diri sendiri
Terganggu, namun bisa makan dan minum sendiri.
III.7.
Pengendalian impuls
Selama wawancara yang penderita menceritakan ceritanya secara
terus menerus.
III.8.
: Baik
: Compos Mentis
: terlihat cukup
: 116/81 mmHg
: 121x/menit
: 22x/menit
: 36,50 C
: Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
: Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
: Vesikuler kiri dan kanan, wheezing dan rhonki (-)
: Tidak ada nyeri tekan, bising usus normal
: Akral hangat, capillary refill time < 2 detik, edema (-)
: dalam batas normal
rigiditas (-)
D. Fungsi Motorik
: 5/5/5/5
kekuatan otot
Tonus otot
E. Sensorik
F. Refleks fisiologis
G. Refleks patologis
: tidak terganggu
: normal
: tidak ditemukan refleks patologis
Formulasi Diagnosis
Aksis I :
Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan,
pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang
secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan
hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian
berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami
suatu gangguan jiwa.
Selain itu, berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien
tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara
fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala
gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental organik dapat
disingkirkan (F00-09). Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan
alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang
menyebabkan perubahan fisiologis otak, sehingga kemungkinan adanya
gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
dapat
disingkirkan (F10-19).
Pada pasien terdapat adanya gangguan dalam penilaian realita karena
adanya psikopatologi gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan
visual. Gangguan isi pikir yaitu waham curiga, waham kebesaran, dan
waham kejar. Berdasarkan PPDGJ III ditegakkan diagnosis untuk aksis I
adalah Skizofrenia paranoid (F20.0).
Aksis II
Pada penderita ini aksis II adalah Gangguan kepribadian paranoid.
Aksis III
Pada penderita ini berdasarkan anamnesis tidak didapatkan bahwa
penderita memiliki riwayat penyakit dan pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan kelainan sehinggga untuk aksis III adalah tidak ada diagnosis.
Aksis IV
Pada penderita untuk aksis IV yaitu Masalah berkaitan dengan
pekerjaan.
Aksis V
GAF pada saat MRS adalah 60-51, gejala sedang (moderate),
disabilitas sedang.
VII. Diagnosis Multiaksial
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
: labil
: labil
: Serasi perasaan, perbuatan, pikiran
: Halusinasi auditorik (+), dan auditorik (+).
: Waham kebesaran (+), dan waham kejar (+).
: Terganggu
10
G. Tilikan
terhadap
penderita
agar
memahami
11
serta mengenali
gejala-gejala
kekambuhan.
- Memberikan pngertian kepada keluarga akan pentingnya peran
keluarga pada perjalanan penyakit.
XI. Pandangan Islam
Allah memberikan ujian berupa penyakit dan memberikan tuntunan
dalam Islam untuk menyikapinya.
"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan
Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang
menggugurkan daun-daunnya." ( HR. Bukhari no 5660 dan Muslim no.2571)
Allah menganjurkan manusia untuk berobat sebagaimana dari hadits
riwayat Bukhari, bahwa Rasulullah bersabda,
Allah tidak akan menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia menurunkan
juga obat untuk penyakit itu. (HR Bukhari no.5678)
BAB II
DISKUSI
Pada penderita ditemukan gangguan persepsi halusinasi auditorik dan visual
serta gangguan isi pikir berupa waham kebesaran, dan waham kejar. Selama
wawancara sikap penderita cukup kooperatif.
Pengobatan pada penderita ini diberikan Haloperidol 5 mg dengan
pemberian 2 kali 4 tablet sehari, Trihexyphenidyl 2 mg dengan dosis 2 kali sehari.
Haloperidol adalah antipsikotik typikal turunan dengan sifat yang telah dianggap
sangat efektif. Trihexylphenidil diberikan apabila terjadi efek samping
ekstrapiramidal. Semua antagonis reseptor dopamin berkaitan dengan efek
samping ekstra piramidal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya aktivitas
dopamin pada ganglia basalis, yang diakibatkan karena afinitasnya terhadap
reseptor D2.
Selain menggunakan terapi psikofarmaka, penderita juga ditunjang dengan
psikoterapi. Psikoterapi suportif bertujuan agar penderita merasa aman, diterima,
dan dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada penderita yang
12
13
DIAGRAM
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
2 bulan SMRS
1 bulan SMRS
1 minggu SMRS
Penderita
Penderita
sendiri.
Penderita
ketakutan.
mengoceh
merasa
mendengar
Selama dirawat
suara
yang
menyuruhnya
Penderita sering curiga terhadap orang
yang akan mau mengambil lahan tani
karetnya.
Penderita merasa bingung apa yang akan
dilakukannya.
Penderita melihat bayangan
Penderita merasa dikejar dan ketakutan
Penderita susah tidur sehingga sering
keluyuran tanpa tujuan, sehingga
penderita di bawa ke Rumah Sakit
Ernaldi Bahar.
Penderita
mengatakan
tidak lagi merasa
curiga kepada orang
lain.
Tidak
lagi
suara-suara
mendengar
yang
menganggu nya.
Penderita masih bingung
apa
yang
akan
dilakukannya.