B A B XIX
XIX/3
XIX/4
Untuk mempersiapkan generasi muda agar makin paham mengenai masalah kependudukan, kepada mereka diberikan penerangan
tentang keluarga berencana dan mereka diajak untuk menunda
usia perkawinan. Penundaan usia perkawinan secara langsung
memberi dampak mempercepat penurunan tingkat kelahiran. Di
samping itu penundaan usia perkawinan juga berakibat pada penurunan kematian ibu, anak dan bayi karena pada saat melahirkan ibu lebih dewasa. Rata-rata umur kawin pertama pada Sensus Penduduk tahun 1971, tahun 1980 dan tahun 1990 berturut-turut adalah 19,6 tahun, 20,0 tahun dan 21,6 tahun.
c.
Indikator yang dapat dipakai untuk mengukur tingkat pendidikan masyarakat antara lain adalah kemampuan membaca dan
menulis serta keikutsertaan masyarakat dalam pendidikan formal. Usaha untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis
masyarakat telah menunjukkan hasil yang nyata. Pada tahun
1971 persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang dapat
membaca dan menulis adalah sebesar 60,9%. Angka tersebut meningkat secara nyata, yaitu menjadi sebesar 71,1% pada tahun
1980 dan 84,1% pada tahun 1990. Selanjutnya tahun 1990 angka
partisipasi murni pendidikan dasar diperkirakan sebesar
99,6%. Sedangkan angka partisipasi pendidikan menengah perta ma sebesar 45% dari penduduk usia 13-15 tahun.
d.
Pendidikan Kependudukan
Dalam Repelita V dikemukakan bahwa usaha di bidang pendidikan mengenai kependudukan akan lebih dimantapkan. Untuk
itu pendidikan kependudukan telah diintegrasikan ke dalam
berbagai pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan
XIX/6
formal dan juga pendidikan informal. Melalui pendidikan kependudukan diharapkan setiap anak didik memiliki pengertian, kesadaran, sikap dan tingkah laku yang rasional dan bertanggung
jawab tentang pengaruh pertambahan penduduk terhadap kehidup an manusia. Dengan demikian generasi muda akan semakin sadar
akan pentingnya menunda usia perkawinan dan melakukan penjarangan kehamilan jika sudah berkeluarga.
e.
XIX/7
XIX/8
XIX/10
Untuk menunjang dan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan KB telah ditetapkan beberapa kebijakan, yaitu perluasan
jangkauan, pembinaan terhadap peserta KB agar secara terus
menerus memakai alat kontrasepsi, pelembagaan dan pembudayaan
NKKBS serta peningkatan keterpaduan pelaksanaan keluarga
berencana. Selanjutnya untuk mendukung pelaksanaan kebijakan
tersebut terus dimantapkan usaha-usaha operasional dalam bentuk upaya pemerataan penggarapan KB, peningkatan kualitas baik
tenaga, maupun sarana pelayanan KB, penggalangan kemandirian, peningkatan peran serta generasi muda, dan pemantapan
pelaksanaan program di lapangan.
2. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan
a. Penerangan dan Motivasi
Kegiatan penerangan dan motivasi KB dilaksanakan dengan
maksud agar NKKBS dapat diwujudkan dan membudaya dalam masyarakat Indonesia. Kegiatan penerangan dan motivasi ini ditujukan kepada berbagai sasaran, baik perorangan, kelompok, maupun
masal.
Media elektronik radio dan televisi merupakan sarana
yang paling banyak peminatnya. Dalam tahun 1991/92 telah
dilakukan penayangan 6 paket fragmen melalui TVRI dan penerangan KB melalui acara TVRI "Daerah Membangun". Sementara
itu telah pula dirintis kerja sama dengan Televisi Pendidikan
Indonesia dalam penayangan pesan-pesan KB melalui sinetron. Di
samping itu, penerangan massa juga dilakukan melalui media
cetak dan penerangan keliling yang dilakukan bekerja sama
dengan sektor penerangan. Di samping leaflet mengenai keluar ga berencana, dalam tahun ketiga Repelita V telah pula disebarkan 100 ribu leaflet mengenai air susu ibu. Penerangan
kelompok terutama ditujukan kepada kelompok potensial, yaitu
kelompok yang dapat mempercepat pencapaian hasil program KB.
Kelompok tersebut antara lain adalah tokoh ulama, kelompok
wanita, organisasi kepemudaan atau karang taruna dan tokohtokoh masyarakat. Kelompok tersebut juga diharapkan dapat
memberikan penerangan tentang KB kepada masyarakat luas. Dalam pemberian penerangan kepada perorangan, Petugas Lapangan
KB (PLKB) secara intensif mengadakan pertemuan perorangan
dengan anggota masyarakat. Untuk menjangkau daerah-daerah
tertentu, seperti daerah terpencil, daerah pantai, daerah
kepulauan, dan daerah transmigrasi, penerangan dan motivasi
dilaksanakan secara terpadu melalui Tim Keluarga Berencana
Keliling (TKBK).
XIX/11
TABEL XIX - 1
JUMLAH PFMBANTU PEMBINA KELUARGA BERENCANA DESA,
1988/89 - 1991/92
(buah)
Repelita V
Jenis kelompok
Peserta KB
1988/89
1989/90
1990/91
1991/92
Pembantu Pembina
KB Desa (PPKBD)
81.428
83.409
83.409
72.305
Sub-Pembantu
Pembina KB Desa
(Sub-PPKBD)
219.706
244.273
259.503
272.180
Jumlah
301.134
327.682
342.912
344.485
XIX/13
c.
Pendidikan KB
Sejalan
dengan
makin
meningkatnya
kesejahteraan
masyarakat serta makin luasnya liputan pelaksanaan KB,
program KB memerlukan peningkatan mutu dan pelaksanaannya
makin memerlukan peningkatan tenaga, baik dalam jumlah maupun
mutunya. Untuk itu dilakukan berbagai macam pelatihan bagi
tenaga penyuluh, tenaga medis dan tenaga pengelola program.
Jumlah tenaga program yang mendapat pelatihan pada tahun
1991/92 adalah 509.935 orang (Tabel XIX-2). Peningkatan
jumlah tenaga pro-gram yang dilatih ini terutama disebabkan
oleh tingginya pelatihan untuk kader Usaha Peningkatan Gizi
Keluarga (UPGK) dan kader KB. Hal ini berkaitan dengan upaya
agar masyarakat lebih mampu dan bertanggung jawab dalam
pelaksanaan program KB. Sementara itu pelatihan untuk
pembantu pembina KB desa sedikit menurun jumlahnya jika
dibandingkan dengan tahun 1990/91, yaitu sebesar 4.256
orang. Turunnya pelatihan bagi
XIX/14
TABEL XIX 2
JUMLAH TENAGA PROGRAM KB YANG MENDAPATKAN
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KELUARGA BERENCANA,
1988/89 1991/92
(orang)
XIX/15
XIX/16
TABBL XIX - 3
JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENCANA MENURUT STATUS,
1988/89 - 1991/92
(bush)
Repelita V
Status Klinik
Departemen Kesehatan
A B R I
Instansi Pemerintah
lainnya
1988/89
1989/90
1990/91
1991/92
7.418
7.618
8.056
9.372
528
536
539
547
377
392
405
417
Swasta
1.065
1.128
1.206
1.305
Jumlah
9.388
9.674
10.206
11.641
TABEL XIX - 4
JUMLAH PERSONALIA KLINIK KELUARGA BERENCANA,
1988/89 - 1991/92
(orang)
Repelita V
Jenis Personil
Klinik KB
1988/89
1989/90
1990/91
1991/92
Dokter
8.402
8.962
9.527
9.551
Bidan
10.803
10.882
11.954
11.993
Pembantu Bidan
10.999 )
17.515
17.515
Tenaga Administrasi
Jumlah
7.059 )
37.263
17.613
7.129
37.359
38.996
46.286
XIX/17
klinik juga ditingkatkan (label XIX-4). Pada akhir Repe lita IV jumlah personalia klinik meliputi 37.263 orang dan
pada tahun 1991/92 meningkat menjadi 46.286 orang.
Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan KB, pada tahun
1991/92 diadakan penggantian 8.313 buah meja persalinan
(obgyn-bed) yang dipakai untuk pemeriksaan calon peserta KB di
rumah sakit dan klinik KB. Di samping itu, telah pula
dilakukan penggantian alat pemeriksaan pernafasan (stetoskopi) dan alat pemeriksaan tekanan darah (tensimeter) pada
11.000 klinik KB. Peningkatan pelayanan KB di 42 rumah sakit
dilakukan dengan pengadaan alat pemeriksaan rahim (laparoskopi). Sementara itu, 1.281 orang Bidan di desa yang berasal
dari Petugas Lapangan KB (PLKB) telah diperlengkapi dengan
peralatan untuk pemasangan IUD (IUD Kit).
Jarak antara tempat pelayanan KB dan tempat tinggal
peserta KB merupakan faktor penting dalam pembinaan kelestarian peserta KB. Untuk itu PPKBD dan Sub-PPKBD yang merupakan
wujud peran aktif masyarakat dan lembaga pelaksana KB yang
berjarak terdekat dengan tempat tinggal peserta KB telah ditingkatkan fungsinya menjadi tempat pemberian pelayanan ulang
alat kontrasepsi pil dan kondom. Sementara itu, dalam kegiat an pelayanan KB di lapangan, PPKBD dan Sub-PPKBD diharapkan
akan saling mendukung dengan bantuan bidan di desa yang mulai
ditempatkan pada tahun 1991/92.
Tim KB Keliling (TKBK) terutama dimaksudkan untuk melayani daerah yang jauh dari klinik KB, seperti daerah terpencil, daerah pantai dan kepulauan. Dalam kegiatan TKBK para
petugas secara aktif memberikan penerangan serta pelayan
kontrasepsi. Mereka juga mendorong para peserta KB agar makin
mengarah pada pemakaian alat kontrasepsi efektif, yaitu alat
kontrasepsi yang memberikan perlindungan terhadap kehamilan
yang lebih tinggi. Data dalam Tabel XIX-5 menunjukkan bahwa
jumlah TKBK pada tahun 1991/92 terlihat sedikit lebih tinggi
jika dibandingkan tahun 1990/91. Hal ini sesuai dengan kebijakan KB untuk memperluas jangkauan dan makin banyak meliput
daerah-daerah terpencil.
f. Pencapaian Peserta KB Baru
Wanita yang berumur antara 15-49 tahun dan berstatus
kawin disebut sebagai pasangan usia subur (PUS). PUS inilah
yang menjadi sasaran utama untuk diajak berkeluarga berencana. Pasangan Usia Subur yang menggunakan alat kontrasepsi untuk pertama kalinya dinamakan peserta KB baru.
XIX/18
TABEL XIX
-5
1988/89
1989/90
Jawa - Bali
1.031.5
42
331.249
1.003.437
875.048
969.167
340.887
279.571
297.415
97.253
195.946
73.647
85.921
1.460.0
44
1.540.270
1.228.266
Indonesia
1990/91
1)
1991/92
1.352.5
03
TABEL XIX - 6
PENCAPA1AN HASIL SASARAN PESERTA KB BARU,
1988/89 - 1991/92
(ribu orang)
Repelita V
Wilayah
1988/89
1989/90
1990/9
1
1991/9
2
Sasaran Repelita
Pencapaian
Persentase
Luar Jawa - Bali I
3.674,3
3.707,5
(100,91)
2.803,7
2.725,6
(97,2%)
2.800,0
2.737,3
(97,8%)
2.764,3
2.710,8
(98,1%)
Sasaran Repelita
Pencapaian
Persentase
1.478,8
1.241,6
(84,0%)
1.198,6
1.168,7
(97,5%)
1.219,1
1.336,2
(109,61)
1.236,4
1.396,9
(113,0%
)
461,9
426,2
(92,3%)
375,4
390,0
(103,9%)
390,6
405,2
(103,7%
)
405,0
423,3
(104,5%
)
5.615,0
5.375,3
(95,7%)
4.377,7
4.284,3
(97,9%)
4.409,7
4.478,7
(101,6%
)
4.405,7
4.531,0
(102,8%
)
Jawa - Bali
XIX/19
Jumlah peserta KB baru pada tahun ketiga Repelita V adalah sebanyak 4,5 juta PUS (Tabel XIX-6). Jumlah ini naik sekitar 52,3 ribu PUS dibandingkan pada tahun 1990/91. Jumlah
PUS yang berhasil diajak menjadi peserta KB pada tahun
1991/92 mencapai 102,8% dari sasaran yang ditetapkan dalam
Repelita V untuk tahun tersebut. Pencapaian sasaran Repelita V di tiga wilayah penggarapan KB memberikan gambaran
yang cukup bervariasi. Dari ketiga wilayah tersebut hanya
wilayah Jawa-Bali yang tidak mencapai sasaran yang ditetapkan. Pengalaman yang demikian di Jawa-Bali sudah berlangsung
sejak awal Repelita V. Hal ini disebabkan di wilayah Jawa-Bali
jumlah PUS yang belum ber-KB relatif sedikit sehingga semakin
sulit mencari pasangan usia subur yang dapat diajak ber-KB.
Hal ini antara lain disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa
sebagian besar dari PUS yang belum ber-KB di Jawa dan Bali
masih berusia muda dan atau anaknya masih sedikit sehingga
masih mengharapkan mempunyai anak. Untuk wilayah Luar JawaBali I dan Luar Jawa-Bali II pada akhir Repelita IV masyarakat yang berhasil diajak menjadi peserta KB baru masing-masing
mencapai 84,0% dan 92,3% dari sasaran yang ditetapkan. Tingkat
pencapaian sasaran ini menjadi masing-masing sebesar 113,0%
dan 104,5% pada tahun ketiga Repelita V. Peningkatan pencapaian yang melebihi sasaran baik di wilayah Luar Jawa-Bali I
maupun di wilayah Luar Jawa-Bali II disebabkan oleh kegiatankegiatan yang bertujuan memperluas jangkauan program, terutama
di daerah terpencil dan daerah transmigrasi. Di sawing itu,
sejak awal Repelita V telah ditingkatkan pula penggarapan
pelaksanaan KB di daerah kepulauan, antara lain kepulauankepulauan di propinsi Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara,
DKI Jakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.
Sejak Repelita IV telah digalakkan peningkatan kualitas
alat kontrasepsi yang dipakai, yaitu yang mempunyai tingkat
perlindungan terhadap kehamilan yang relatif tinggi. Sementara
itu kebijakan dalam Repelita V diarahkan pada peningkatan
peran serta masyarakat dengan meningkatkan kesadaran dan kesediaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan slat kontrasepsi tanpa mengandalkan subsidi penuh dari pemerintah.
Gambaran hasil arah kebijakan tersebut di atas dapat
dilihat dalam Tabel XIX-7. Pada akhir Repelita IV jumlah
peserta KB baru yang memakai alat kontrasepsi dengan tingkat
perlindungan yang kurang efektif terhadap kehamilan mencapai
72,8%. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peserta KB
yang memakai alat kontrasepsi pil, kondom dan suntikan. Sedangkan sisanya, yaitu sebanyak 27,2%, adalah peserta KB yang
XIX/20
TABEL XIX - 7
JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA BARU
MENURUT METODE KONTRASEPSI,
1988/89 - 1991/92
(ribu orang)
Repelita V
Metode Kontrasepsi
P i 1
Kondom
Suntikan
I U D
Lain-lain
Implant
Jumlah
1988/89
1989/90
1990/91
1991/92
1.962,4
1.307,0
1.393,7
1.466,7
(36,5%)
(30,5%)
(31,1%)
(32,4%)
160,4
104,3
91,4
84,8
(3,0%)
(2,4%)
(2,0%)
(1,9%)
1.791,0
1.434,1
1.612,3
1.769,6
(33,3%)
(33,5%)
(36,0%)
(39,1%)
1.152,9
937,6
903,2
790,1
(21,4%)
(21,9%)
(20,2%)
(17,4%)
121,1
145,2
146,1
135,7
(2,3%)
(3,4%)
(3,3%)
(3,0%)
187,5
356,1
332,0
284,1
(3,5%)
(8,3%)
(7,4%)
(6,3%)
5.375,3
4.284,3
4.478,7
4.531,0
(100,0%)
(100,0%)
(100,0%)
(100,0%
)
XIX/21
XIX/22
TABEL XIX - 8
PENCAPAIAN HASIL SASARAN PESERTA KB AKTIF,
1988/89 - 1991/92
(ribu orang)
Wilayah
1988/8
9
Repelita
V
1991/9
1989/90 1990/9
1
2
Jawa - Bali
Sasaran Repelita
Pencapaian
Persentase
12.384,
0
12.793,
1
(103,3%
)
12.877,
5
12.336,
5
(95,8%)
3.931,0
4.499,2
(114,5%
)
4.735,4
4.543,5
(95,9%)
925,0
1.476,3
(159,6%
)
1.361,1
1.645,3
(120,9
%)
1.449,0
1.575,9
(108,8%)
17.240,
0
18.768,
6
(108,9%
)
18.974,
0
18.525,
3
(97,6%)
19.622,7 20.276
,5
18.772,0 20.262
,9
(95,7%) (99,9%
)
13.231,0 13.582
,8
12.543,6 13.117
,9
(94,8%) (96,6%
)
4.942,7
4.652,5
(94,1%)
5.154,
5.077,
4
(98,5
%)
1.539,
0
2.067,
6
(134,3
%)
Indonesia
Sasaran Repelita
Pencapaian
Persentase
XIX/23
TABEL XIX 9
JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA AKTIF
MENURUT METODA KONTRASEPSI,
1988/89 1991/92
(ribu orang)
XIX/25
GRAFIK XIX 1
PERKEMBANGAN JUMLAH KELUARGA BERENCANA AKTIF
MENURUT METODE KONTRASEPSI,
1988/89 1991/92
TABEL XIX - 10
PENYEDIAAN ALAT KONPRASEPSI PADA KLINIK KB,
1988/89 - 1991/92
(ribu)
Repelita V
Alat-alat
Satuan
P i 1
Siklus
Kondom
1988/89
1989/90
1990/91
1991/92
XIX/27
29.347,9
122.633,3
110.588,5
62.565,8
Gross
277,7
593,9
186,0
194,0
Suntikan
Vial
12.745,1
23.639,9
9.457,9
9.201,0
Implant
Set
275,8
419,6
426,8
441,1